PENDAHULUAN
Lebih dari itu, agar segenap proses dan hasil pembangunan selaras dengan
rencana yang telah dibuat, diperlukan evaluasi. UU No. 17 Tahun 2007 pasal 7
menentukan: (1) Pemerintah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP
Nasional; (2) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
RPJP Daerah.
Penilaian atau evaluasi adalah salah satu mata rantai penting dalam seluruh
proses pembangunan masyarakat desa. Dengan evaluasi, akan diketahui bagaimana
dan sejauh mana rencana telah diwujudkan. Selanjutnya, jika ditemukan kekurangan-
kekurangan, maka upaya perbaikan bisa dilakukan dengan tepat. Evaluasi yang baik dan
efektif adalah evaluasi yang selalu melibatkan juga partisipasi masyarakat di dalamnya.
PENGERTIAN
JENIS PENILAIAN
1. penilaian formatif,
2. penilaian sumatif dan
3. penilaian prospektif.
Penilaian formatif memokuskan diri pada kinerja yang lebih baik (kegiatan,
program atau kebijakan); penilaian sumatif memusatkan diri pada hasil atau akibat;
dan penilaian prospektif dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
ke depan. Pertanyaan yang hendak dijawab misalnya: apakah
program/kegiatan/kebijakan ini harus dievaluasi?, apakah hasil yang akan diperoleh
sesuai dengan upaya/sumberdaya yang dipergunakan?
KEGUNAAN PENILAIAN
5. Negosiasi antara evaluator dan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi
Penilaian bisa dilakukan secara periodik atau berkala, dapat bersifat internal,
eksternal dan partisipatif. Umpan balik penilaian periodik bisa ditujukan pada
pemangku kepentingan utama.
Untuk mendapatkan hasil penilaian yang baik, beberapa kriteria penting harus
diperhatikan, yaitu:
1. Relevansi
Sejauh mana kegiatan sejalan dengan prioritas dan kebijakan
2. Efektivitas
Suatu ukuran sejauh mana sebuah kegiatan mencapai tujuan
3. Efisiensi
Mengukur keluaran, kualitatif dan kuantitatif, dalam hubungan dengan masukan.
4. Dampak
Perubahan positif dan negatif yang dihasilkan oleh sebuah intervensi
pembangunan, secara langsung maupun tidak, disengaja maupun tidak
5. Keberlanjutan
Mengukur apakah manfaat suatu kegiatan dapat terus dinikmati setelah anggaran
tidak diberikan lagi.
Hasil penilaian yang dilakukan haruslah objektif, akurat, terukur dan dapat
dipertanggunjawabkan. Untuk itu mau tidak mau harus ada standar-standar penilaian
tertentu yang dirumuskan dan dipakai sebagai acuan. Pentingnya standar penilaian
dengan demikian adalah dalam rangka:
1. meningkatkan akuntabilitas;
2. memfasilitasi kemungkinan pembandingan;
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 6
Untuk membangun sistem penilaian yang baik, proses yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Landasan Hukum Evaluasi Kinerja
2. Evaluasi terkait dengan kerangka regulasi/kebijakan publik
3. Collecting opinions:
Seminars, Workshops, etc
4. Pemetaan peraturan dan opini publik
5. Membangun kerangka kerja (framework) yang baru
6. Membangun Indikator.
INDIKATOR KINERJA
Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif
atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
disepakati dan ditetapkan. Pendapat lain mengatakan indikator kinerja adalah:
Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi (LAN, 1999:3);
Outcome hasil kerja keras organisasi dalam mewujudkan tujuan stratejik yang
ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan serta kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat (Kane dan Johnson, 1995);
Perilaku berkarya, penampilan atau hasil karya. Oleh karena itu kinerja merupakan
bentuk bangunan yang multi dimensional, sehingga cara mengukurnya sangat
bervariasi tergantung pada banyak faktor (Bates dan Holton 1995).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja merujuk pada
standar atau ukuran tertentu yang mencerminkan suatu kinerja. Indikator yang dibuat
harus sedemikian rupa sehingga secara presis mewakili kinerja yang dinilai. Untuk hal
ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan indikator kinerja,
yaitu:
Tidak cukup hanya dengan memokuskan pada penghitungan biaya keluaran
(efisiensi). Tujuan kebijakan dan pendekatan program juga harus dianalisis.
Indikator bisa diterapkan untuk: (a) Masukan; (b) Efisiensi – Keluaran; (c) Efektivitas
– Hasil; (d) Kualitas; dan (e) Kepuasan Pelanggan.
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 8
Bisa dikaitkan dengan kesepakatan kinerja antara Menteri dan Kepala Lembaga dan
para pejabat di bawahnya.
Indikator memerlukan definisi dan penafsiran yang hati-hati – seringkali
diformulasikan, diimplementasikan dan ditafsirkan dengan buruk.
Harus dikembangkan untuk masing-masing program/kegiatan, ada yang sulit
misalnya pertahanan, beberapa lebih mudah misalnya penyelenggara jasa.
Dari apa yang telah diuraikan, fungsi indikator kinerja adalah:
memperjelas tentang: what, how, who, and when suatu kegiatan dilaksanakan
menciptakan konsensus yang dibangun oleh stakeholders
membangun dasar pengukuran, analisis, dan
evaluasi kinerja program pembangunan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, baik
kuantitatif maupun kualitatif, indikator kinerja memiliki kedudukan sebagai semacam
jembatan antara perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan tujuan
dan sasaran itu sendiri. Dalam hal ini, ditentukan indikator-indikator kinerja apa dari
perencanaan yang harus dirumuskan dalam rangka perwujudan tujuan dan sasaran
secara efektif dan efisien. Demikian pula indikator-indikator kinerja terkait dengan
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Secara skematis, kedudukan indikator kinerja dalam konteks perwujudan tujuan
dan sasaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Kualitatif Kuantitatif
Sasaran dan
Tujuan
PROSEDUR PENILAIAN
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 9
Berdasarkan alur proses pembangunan dari awal hingga akhir, maka jenis-jenis
indikator kinerja bisa dibedakan menjadi: indikator kinerja input, proses, output,
outcomes, benefit, dan impact. Secara skematis bisa digambar sebagai berikut:
Impact
Input dalam hal ini adalah kegiatan dan sumberdaya/dana yg dibutuhkan agar
keluaran sesuai yang diharapkan. Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti
anggaran (dana), SDM, peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan
untuk melaksanakan kegiatan.
Dengan meninjau distribusi sumberdaya dapat dianalisis apakah alokasi sumberdaya
yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang ditetapkan.
Contoh:
Jumlah dana yang dibutuhkan
Tenaga yang terlibat
Peralatan yang digunakan
Jumlah bahan yang digunakan.
terukur. Oleh karena itu indikator ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan
instansi.
Contoh:
Jumlah jasa/kegiatan yang direncanakan:
– Jumlah orang yang diimunisasi/vaksinasi
– Jumlah permohonan yang diselesaikan
– Jumlah pelatihan/peserta pelatihan
– Jumlah jam latihan dalam sebulan
Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan:
– Jumlah pupuk/obat/bibit yang dibeli
– Jumlah komputer yang dibeli
– Jumlah gedung /jembatan yg dibangun
– meter panjang jalan yang dibangun/rehab.
TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan jumlah indikator kinerja yang direncanakan akan
dicapai. Target Kinerja harus:
1. Berupa angka numerik
2. Dapat diperbandingkan
3. Cukup spesifik.
Contoh:
ASPEK SASARAN PARAMETER INDIKATOR TARGET 2025
SDM Terwujudnya Peningkatan IPM ?
masyarakat yang kualitas manusia
kreatif dan
produktif.
PENUTUP
Pembangunan masyarakat desa sebagai bagian integral pembangunan nasional
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat yang sejahtera lahir dan bathin, perlu
mendapat porsi yang layak serta didasari komitmen yang sungguh-sungguh. Ini penting
karena sebagian besar masyarakat Indonesia pada tinggal di daerah pedesaan.
Pemanusiaan manusia Indonesia melalui pembangunan, mau tidak mau harus
menyentuh secara meyakinkan masyarakat pedesaan.
Keterbatasan SDM, infrastruktur dan dana sering menjadi kendala untuk secara
sungguh-sungguh melaksanakan pembangunan masyarakat desa. Agar kendala
dimaksud tidak menjadi hambatan dan penghalang, apalagi meniadakan, program-
program pembangunan masyarakat desa, maka diperlukan suatu sistem penilaian atas
seluruh proses pembangunan dimaksud, sehingga sasaran-sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan bisa diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
Penilaian yang komprehensif, objektif dan sungguh-sungguh menyentuh
kebutuhan masyarakat desa akan bisa dihasilkan jika melibatkan partisipasi aktif
masyarakat desa itu sendiri. Secara prosedural, penilaian dilakukan pada proses input,
output, outcomes, benefit (manfaat) dan impact (dampak) dari program-program
pembangunan. ***