Anda di halaman 1dari 14

PENILAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA

SECARA PARTISIPATIF DAN TEKNIK FASILITASINYA


Oleh:
Drs. Y. Gede Sutmasa, M.Si.

PENDAHULUAN

Tujuan nasional sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar 1945 adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat (social welfare). Secara lebih
luas, kesejahteraan lahir-bathin. Kesejahteraan lahir akan terkait dengan tingkat
kehidupan, baik menyangkut ekonomi maupun strata sosial, sementara kesejahteraan
bathin akan berkaitan dengan believe system yang ada pada dirinya. Bagaimana
manusia memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance)
serta bagaimana cara dia mengaktualisasikan dirinya (self actualization) sehingga
merasa puas (satisfaction).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Indonesia menyelenggarakan


pembangunan. Secara umum diterima pengertian bahwa pembangunan adalah proses
untuk melakukan perubahan. Siagian (1994) memberikan pengertian pembangunan
sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan
Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana.

Selanjutnya, Syamsiah Badruddin (http://profsyamsiah.wordpress.com)


mengutip Nugroho dan Rochmin Dahuri menulis bahwa pembangunan adalah suatu
upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada
setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi.
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 2

Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu


kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah
terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa
pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehi-
dupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum
yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema
ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus
berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika.

Perencanaan dengan demikian merupakan suatu yang mutlak dalam


pembangunan sehingga segenap potensi dan sumber daya yang digerakkan, secara
sungguh-sungguh dan nyata bisa diarahkan dengan sebaik-baiknya menuju tujuan yang
telah ditetapkan. Pada mas Orde Baru, rencana tersebut tertuang dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN), sedangkan sekarang rancangan yang serupa dituangkan
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.

Lebih dari itu, agar segenap proses dan hasil pembangunan selaras dengan
rencana yang telah dibuat, diperlukan evaluasi. UU No. 17 Tahun 2007 pasal 7
menentukan: (1) Pemerintah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP
Nasional; (2) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
RPJP Daerah.

Salah satu komponen utama dalam pembangunan nasional adalah


pembangunan masyarakat desa. Ini penting karena menurut data statistik, diketahui
bahwa 20% masyarakat Indonesia tinggal di perkotaan, sedangkan 80% sisanya tinggal
di daerah-daerah pedesaan. Karena fokus pembangunan adalah manusia itu sendiri
maka pembangunan masyarakat desa mestinya mendapat porsi yang memadai.
Lagipula, jika diperhatikan, kemiskinan terutama dengan sangat mudah ditemukan di
daerah-daerah pedesaan. Artinya, mengacu pada tujuan pembangunan nasional yang
berfokus pada peningkatan kualitas dan harkat martabat manusia Indonesia, maka
pembangunan masyarakat desa harus diupayakan dengan sungguh-sungguh.
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 3

Kesungguhan dimaksud tentu baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan,


pemanfaatan hasil-hasil, maupun evaluasinya. Dalam seluruh proses itu, partisipasi
aktif masyarakat desa menjadi keharusan. Ini berpulang lagi pada fokus pembangunan
itu sendiri yaitu manusia atau masyarakat.

Penilaian atau evaluasi adalah salah satu mata rantai penting dalam seluruh
proses pembangunan masyarakat desa. Dengan evaluasi, akan diketahui bagaimana
dan sejauh mana rencana telah diwujudkan. Selanjutnya, jika ditemukan kekurangan-
kekurangan, maka upaya perbaikan bisa dilakukan dengan tepat. Evaluasi yang baik dan
efektif adalah evaluasi yang selalu melibatkan juga partisipasi masyarakat di dalamnya.

PENGERTIAN

Penilaian atau evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi


masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Penilaian merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan,
kebijakan, atau program. Wujud aksinya adalah sebuah penilaian yang seobjektif
sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang
berlangsung atau yang telah diselesaikan.

Kegiatan penilaian mengasumsikan bahwa berbagai pembangunan, program,


kegiatan sudah dilakukan. Pertanyaan yang hendak dijawab misalnya melalui penilaian
adalah apakah kita tahu dampak dari program pembangunan tersebut?

Sebagai agen perubahan, Pemerintah, melalui aktivitas penilaian, dihadapkan


pada desakan untuk memiliki pengetahuan objektif tentang dampak dari berbagai
intervensi: mana dari program itu yang berhasil dan mana yang tidak; mana yang harus
dilanjutkan dan/atau direplikasi dan mana yang harus dihentikan; mana yg didukung
anggaran pusat dan mana anggaran daerah.

Dari seluruh rangkaian proses pembangunan, penilaian bisa dilakukan pada


tahap perencanaan (ex-ante), pelakanaan (on-going), dan pasca-pelaksanaan (ex-post).
Penilaian tahap perencanaan dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan,
dimaksudkan untuk menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 4

kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.


(http://www.docstoc.com/profile/DadangSolihin)

Penilaian tahap pelaksanaan dilakukan pada saat pelaksanaan rencana


pembangunan, dimaksudkan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan
rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Penilaian tahap pasca-pelaksanaan dilakukan setelah pelaksanaan rencana


berakhir. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pencapaian
(keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang
ingin dipecahkan; dan juga untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan
masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak
terhadap kebutuhan) dari suatu program.

JENIS PENILAIAN

Secara umum, jenis-jenis penilaian dibedakan menjadi:

1. penilaian formatif,
2. penilaian sumatif dan

3. penilaian prospektif.

Penilaian formatif memokuskan diri pada kinerja yang lebih baik (kegiatan,
program atau kebijakan); penilaian sumatif memusatkan diri pada hasil atau akibat;
dan penilaian prospektif dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
ke depan. Pertanyaan yang hendak dijawab misalnya: apakah
program/kegiatan/kebijakan ini harus dievaluasi?, apakah hasil yang akan diperoleh
sesuai dengan upaya/sumberdaya yang dipergunakan?

KEGUNAAN PENILAIAN

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan sebagaimana diharapkan,


penilaian bermanfaat dalam rangka:
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 5

1. Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan kegiatan;


2. Menjadikan kebijakan, program dan kegiatan mampu mempertanggungjawabkan
penggunaan dana publik;
3. Mambantu stakeholders belajar lebih banyak mengenai kebijakan, program dan
kegiatan;
4. Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi

5. Negosiasi antara evaluator dan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi

Di samping itu, penilaian juga berguna dalam memberikan informasi mengenai:


strategi – apakah yang dilakukan sudah benar?; operasi – apakah cara yang ditempuh
sudah benar?; dan pembelajaran – apakah ada cara yang lebih baik?

Penilaian bisa dilakukan secara periodik atau berkala, dapat bersifat internal,
eksternal dan partisipatif. Umpan balik penilaian periodik bisa ditujukan pada
pemangku kepentingan utama.

Untuk mendapatkan hasil penilaian yang baik, beberapa kriteria penting harus
diperhatikan, yaitu:

1. Relevansi
Sejauh mana kegiatan sejalan dengan prioritas dan kebijakan
2. Efektivitas
Suatu ukuran sejauh mana sebuah kegiatan mencapai tujuan
3. Efisiensi
Mengukur keluaran, kualitatif dan kuantitatif, dalam hubungan dengan masukan.
4. Dampak
Perubahan positif dan negatif yang dihasilkan oleh sebuah intervensi
pembangunan, secara langsung maupun tidak, disengaja maupun tidak
5. Keberlanjutan
Mengukur apakah manfaat suatu kegiatan dapat terus dinikmati setelah anggaran
tidak diberikan lagi.
Hasil penilaian yang dilakukan haruslah objektif, akurat, terukur dan dapat
dipertanggunjawabkan. Untuk itu mau tidak mau harus ada standar-standar penilaian
tertentu yang dirumuskan dan dipakai sebagai acuan. Pentingnya standar penilaian
dengan demikian adalah dalam rangka:
1. meningkatkan akuntabilitas;
2. memfasilitasi kemungkinan pembandingan;
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 6

3. meningkatkan reliabilitas dan mutu layanan yang disediakan.

PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN


Sebagaimana telah dikemukakan, penilaian merupakan salah satu mata rantai
utama dalam mewujudkan suatu proses pembangunan yang benar-benar berkualitas,
berkesinambungan dan dengan demikian secara efektif mengarah pada pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk itu, beberapa prinsip dasar harus diperhatikan dalam pengembangan
sistem penilaian, yaitu:
1. Sederhana dan mudah dikontrol
2. Kapasitas evaluasi yang kuat
3. Informasi yang terbuka dan dapat dievaluasi
4. Adanya penghargaan terhadap kinerja
5. Kejelasan status hasil evaluasi
Ke depan, dengan berpegang teguh pada manusia sebagai fokus
penyelengaraan pembangunan, termasuk pembangunan masyarakat desa, maka perlu
dicermati beberapa keutamaan yang dapat dipetakan pada sistem penilaian
pembangunan masa yang akan dalam perbandingan dengan yang sekarang.
Gambaran sistem kinerja penialian pembangunan
(sekrang dan yang akan datang)

Sekarang Yang Akan Datang


 Adanya berbagai peraturan yang  Satu laporan dapat diakses oleh
mengamanatkan agar sektor dan seluruh institusi (K/L) dan daerah;
daerah menyusun laporan evaluasi  Evaluasi dapat dilakukan secara
kinerja pembangunan: komprehensif
o Depdagri  Diharapkan mewujudkan integrasi dan
o LAN saling keterkaitan sinergis dan
memengaruhi hasil evaluasi satu
o Departemen Keuangan
dengan yang lain;
o Bappenas
 Lebih efisien dan biaya rendah;
o Setneg
 Memperkenalkan evaluasi yang
o K/L terkait
terintegrasi, sistem top-down dan
 Tidak adanya dampak/implikasi dari
bottom-up;
pelaksanaan kegiatan evaluasi;
 Evaluasi yang kontinyu untuk
 Sangat mahal (biaya dan waktu);
pembelajaran institusi;
 Evaluasi top-down;
 Evaluasi aktif (melibatkan pihak
 Evaluasi fragmentasi 1 waktu; eksternal);
 Evaluasi pasif;  Menciptakan sistem insentif-disintensif
 Kurangnya penghargaan terhadap dari hasil evaluasi;
hasil evaluasi
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 7

 Adanya komunitas evaluator

Untuk membangun sistem penilaian yang baik, proses yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Landasan Hukum Evaluasi Kinerja
2. Evaluasi terkait dengan kerangka regulasi/kebijakan publik
3. Collecting opinions:
 Seminars, Workshops, etc
4. Pemetaan peraturan dan opini publik
5. Membangun kerangka kerja (framework) yang baru

6. Membangun Indikator.

INDIKATOR KINERJA
Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif
atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
disepakati dan ditetapkan. Pendapat lain mengatakan indikator kinerja adalah:
 Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi (LAN, 1999:3);
 Outcome hasil kerja keras organisasi dalam mewujudkan tujuan stratejik yang
ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan serta kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat (Kane dan Johnson, 1995);
 Perilaku berkarya, penampilan atau hasil karya. Oleh karena itu kinerja merupakan
bentuk bangunan yang multi dimensional, sehingga cara mengukurnya sangat
bervariasi tergantung pada banyak faktor (Bates dan Holton 1995).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja merujuk pada
standar atau ukuran tertentu yang mencerminkan suatu kinerja. Indikator yang dibuat
harus sedemikian rupa sehingga secara presis mewakili kinerja yang dinilai. Untuk hal
ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan indikator kinerja,
yaitu:
 Tidak cukup hanya dengan memokuskan pada penghitungan biaya keluaran
(efisiensi). Tujuan kebijakan dan pendekatan program juga harus dianalisis.
 Indikator bisa diterapkan untuk: (a) Masukan; (b) Efisiensi – Keluaran; (c) Efektivitas
– Hasil; (d) Kualitas; dan (e) Kepuasan Pelanggan.
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 8

 Bisa dikaitkan dengan kesepakatan kinerja antara Menteri dan Kepala Lembaga dan
para pejabat di bawahnya.
 Indikator memerlukan definisi dan penafsiran yang hati-hati – seringkali
diformulasikan, diimplementasikan dan ditafsirkan dengan buruk.
 Harus dikembangkan untuk masing-masing program/kegiatan, ada yang sulit
misalnya pertahanan, beberapa lebih mudah misalnya penyelenggara jasa.
Dari apa yang telah diuraikan, fungsi indikator kinerja adalah:
 memperjelas tentang: what, how, who, and when suatu kegiatan dilaksanakan
 menciptakan konsensus yang dibangun oleh stakeholders
 membangun dasar pengukuran, analisis, dan
 evaluasi kinerja program pembangunan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, baik
kuantitatif maupun kualitatif, indikator kinerja memiliki kedudukan sebagai semacam
jembatan antara perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan tujuan
dan sasaran itu sendiri. Dalam hal ini, ditentukan indikator-indikator kinerja apa dari
perencanaan yang harus dirumuskan dalam rangka perwujudan tujuan dan sasaran
secara efektif dan efisien. Demikian pula indikator-indikator kinerja terkait dengan
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Secara skematis, kedudukan indikator kinerja dalam konteks perwujudan tujuan
dan sasaran dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan Pelaksanaan Pemantauan


dan evaluasi

Indikator Kinerja

Kualitatif Kuantitatif

Sasaran dan
Tujuan

PROSEDUR PENILAIAN
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 9

Berdasarkan alur proses pembangunan dari awal hingga akhir, maka jenis-jenis
indikator kinerja bisa dibedakan menjadi: indikator kinerja input, proses, output,
outcomes, benefit, dan impact. Secara skematis bisa digambar sebagai berikut:

Input Proses Output outcomes

Indikator Kinerja Benefit

Impact

Untuk melaksanakan penilaian, maka harus ditetapkan indikator-indikator:


Input, Output, Outcomes, Benefit, dan Impact.

1. Indikator Kinerja INPUT

Input dalam hal ini adalah kegiatan dan sumberdaya/dana yg dibutuhkan agar
keluaran sesuai yang diharapkan. Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti
anggaran (dana), SDM, peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan
untuk melaksanakan kegiatan.
Dengan meninjau distribusi sumberdaya dapat dianalisis apakah alokasi sumberdaya
yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang ditetapkan.
Contoh:
 Jumlah dana yang dibutuhkan
 Tenaga yang terlibat
 Peralatan yang digunakan
 Jumlah bahan yang digunakan.

2. Indikator Kinerja OUTPUT


OUTPUT adalah sesuatu yang langsung diperoleh/ dicapai dari pelaksanaan
kegiatan. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan
apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 10

terukur. Oleh karena itu indikator ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan
instansi.
Contoh:
 Jumlah jasa/kegiatan yang direncanakan:
– Jumlah orang yang diimunisasi/vaksinasi
– Jumlah permohonan yang diselesaikan
– Jumlah pelatihan/peserta pelatihan
– Jumlah jam latihan dalam sebulan
 Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan:
– Jumlah pupuk/obat/bibit yang dibeli
– Jumlah komputer yang dibeli
– Jumlah gedung /jembatan yg dibangun
– meter panjang jalan yang dibangun/rehab.

3. Indikator Kinerja OUTCOMES


Outcomes adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya suatu
keluaran. Pengukuran indikator Hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator
Keluaran. Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun produk
telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan telah
tercapai.
Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang
mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome instansi
dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi
masyarakat.
Contoh:
 Jumlah/ % hasil langsung dari kegiatan
– Tingkat Pemahaman peserta terhadap materi pelatihan
– tingkat kepuasan dari pemohon/pasien (costumer)
– kemenangan tim dalam setiap pertandingan
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 11

 Peningkatan langsung hal-hal yg positif


– kenaikan prestasi kelulusan siswa
– peningkatan daya tahan bangunan
– Penambahan daya tampung siswa
 Penurunan langsung hal-hal yang negatif
– Penurunan Tingkat Kemacetan
– Penurunan Tingkat Pelanggaran Lalu lintas.

4. Indikator Kinerja BENEFIT


Benefit adalah tujuan/manfaat yang diperoleh dengan berfungsinya keluaran
secara optimal. Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari
indikator hasil/outcome. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu
kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat
menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan
berfungsi dengan optimal (tepat waktu, lokasi, dana dll).
Contoh:
• Peningkatan hal yg positif dlm jangka menengah dan jangka panjang
– % Kenaikan Lapangan kerja
– Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
• Penurunan hal yang negatif dlm jangka panjang
– Penurunan Tingkat Penyakit TBC
– Penurunan Tingkat Kriminalitas
– Penurunan Tingkat Kecelakaan lalulintas.

5. Indikator Kinerja IMPACT


Impact atau dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang
diperoleh dari hasil kegiatan. Impact menggambarkan aspek makro tujuan proyek
secara sektoral, regional maupun nasional. Indikator ini memperlihatkan pengaruh
yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan. Seperti halnya
indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat diketahui dalam jangka waktu
menengah dan panjang. Indikator dampak menunjukkan dasar pemikiran mengapa
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 12

kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan


kegiatan secara sektoral, regional dan nasional.
Contoh:
• Peningkatan hal yang positif dalam jangka panjang
– % Kenaikan Pendapatan perkapita masyarakat
– Peningkatan cadangan pangan
– Peningkatan PDRB sektor tertentu
• Penurunan hal yang negatif dalam jangka panjang
– Penurunan Tingkat kemiskinan
– Penurunan Tingkat Kematian.

Persyaratan Indikator Kinerja


Indikator Kinerja yang baik haruslah SMART, yaitu:
1. SPESIFIC - jelas, tidak mengundang multi interpretasi;
2. MEASUREABLE - dapat diukur (what gets measured gets managed);
3. ATTAINABLE - dapat dicapai (reasonable cost using and appropriate collection
method);
4. RELEVANT – sesuai (information needs of the people who will use the data);
5. TIMELY - tepat waktu (collected and reported at the right time to influence many
manage decision).
Untuk menyusun indikator kinerja yang demikian, langkah-langkah yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Susun dan tetapkan rencana strategis: visi, misi, tujuan, sasaran dan cara mencapai
tujuan/sasaran (kebijakan, program dan kegiatan).
2. Identifikasi data/informasi yang dapat dikembangkan menjadi indikator kinerja.
 Dalam hal ini data hendaknya relevan, akurat, lengkap dan kemampuan
pengetahuan tentang bidang yang akan dibahas akan banyak menolong untuk
menyusun dan menetapkan indikator kinerja yang tepat dan relevan.
3. Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan berpengaruh besar
terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan/program/kegiatan.
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 13

PROSES PENGGUNAAN INDIKATOR

1. Tentukan Indikator kualitatif (sumber daya yang digunakan):

 Bandingkan estimasi pengerahan sumber daya dengan sumber daya yang


digunakan untuk mendapatkan hasil.

 Misalnya: Estimasi pengerahan sumber daya (100% ) : sumber daya yg


digunakan (80%), maka terjadi effisiensi penggunaan sumber daya 20 %

2. Tentukan Indikator Kuantitatif ( hasil fisik dan Non fisik):

 Bandingkan rencana yang diharapkan dengan hasil setelah pelaksanaan


kegiatan selesai (apakah sesuai dengan spesifikasi, standar )

 Bagaimana dampaknya, apakah berdampak positif/negatif

 Bagaimana manfaatnya, apakah positif/negatif ?

TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan jumlah indikator kinerja yang direncanakan akan
dicapai. Target Kinerja harus:
1. Berupa angka numerik
2. Dapat diperbandingkan
3. Cukup spesifik.
Contoh:
ASPEK SASARAN PARAMETER INDIKATOR TARGET 2025
SDM Terwujudnya Peningkatan IPM ?
masyarakat yang kualitas manusia
kreatif dan
produktif.

Jika pembangunan masyarakat desa dilaksanakan sesuai dengan rencana yang


telah ditetapkan, kemudian sepanjang proses itu, dari awal hingga akhir dilakukan
penilaian, maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu, yang disebut juga realisasi
pelaksanaan pembangunan masyarakat desa. Dengan demikian realisasi target
Penilaian Program PMD secara Partisipatif ……… 14

merupakan informasi mengenai ukuran kinerja yang dicapai setelah dilaksanakannya


suatu kegiatan/program tertentu. Realisasi/capaian kinerja harus:
1. berupa angka numerik;
2. berdasarkan fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

PENUTUP
Pembangunan masyarakat desa sebagai bagian integral pembangunan nasional
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat yang sejahtera lahir dan bathin, perlu
mendapat porsi yang layak serta didasari komitmen yang sungguh-sungguh. Ini penting
karena sebagian besar masyarakat Indonesia pada tinggal di daerah pedesaan.
Pemanusiaan manusia Indonesia melalui pembangunan, mau tidak mau harus
menyentuh secara meyakinkan masyarakat pedesaan.
Keterbatasan SDM, infrastruktur dan dana sering menjadi kendala untuk secara
sungguh-sungguh melaksanakan pembangunan masyarakat desa. Agar kendala
dimaksud tidak menjadi hambatan dan penghalang, apalagi meniadakan, program-
program pembangunan masyarakat desa, maka diperlukan suatu sistem penilaian atas
seluruh proses pembangunan dimaksud, sehingga sasaran-sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan bisa diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
Penilaian yang komprehensif, objektif dan sungguh-sungguh menyentuh
kebutuhan masyarakat desa akan bisa dihasilkan jika melibatkan partisipasi aktif
masyarakat desa itu sendiri. Secara prosedural, penilaian dilakukan pada proses input,
output, outcomes, benefit (manfaat) dan impact (dampak) dari program-program
pembangunan. ***

Denpasar, Awal Juni 2009

Anda mungkin juga menyukai