Kristen Protestan
Disusun Oleh :
Andrew Amadeus K
XII-IIS-3
NABI NUH
Terlebih lagi, hubungan yang tidak alami antara manusia dan malaikat yang
menjelma menghasilkan putra-putra campuran yang luar biasa besar dan kuat.
Alkitab menyebut mereka Nefilim, yang secara harfiah berarti ”Penumbang”—
mereka yang menyebabkan orang lain jatuh. Sebagai penganiaya yang keji,
Nefilim memperparah semangat kebrutalan dunia yang tidak saleh. Tidaklah
mengherankan bahwa dalam pandangan Pencipta, ”kejahatan manusia sangat
banyak di bumi dan setiap kecenderungan niat hatinya selalu jahat semata-
mata”. Yehuwa memutuskan bahwa 120 tahun lagi generasi yang fasik itu akan
dibinasakan.—Baca Kejadian 6:3-5.
Orang tua dewasa ini dapat memahami perasaan Nuh dan istrinya. Dunia kita
sekarang juga diracuni kekerasan dan pemberontakan. Kota-kota sering
didominasi oleh geng-geng anak muda yang sulit diatur. Bahkan, hiburan-
hiburan yang ditujukan untuk anak kecil bisa jadi dipenuhi tema kekerasan.
Orang tua yang bijaksana berusaha sebisa-bisanya untuk melawan pengaruh
itu dengan mengajar anak-anak mereka tentang Allah kedamaian, Yehuwa,
yang suatu hari nanti akan mengakhiri kekerasan. (Mz. 11:5; 37:10, 11) Kita bisa
berhasil! Nuh dan istrinya berhasil. Anak-anak mereka bertumbuh menjadi
pria-pria yang baik, dan mereka mendapatkan istri yang kemungkinan besar
mau menomorsatukan Allah yang benar, Yehuwa, dalam kehidupan mereka.
Bahtera ini bukan sebuah kapal, seperti anggapan beberapa orang. Bahtera itu
tidak punya haluan ataupun buritannya, tidak punya lunas ataupun sirip
kemudinya—tidak punya lekukannya. Itu hanya sebuah peti besar, atau kotak
besar. Yehuwa memberikan ukuran yang spesifik untuk bahtera itu, beberapa
perincian tentang bentuknya, dan pengarahan untuk melapisi bagian dalam
dan luarnya dengan ter. Lalu, Ia memberi tahu Nuh alasannya, ”Aku akan
mendatangkan air bah ke atas bumi . . . Segala yang ada di bumi akan mati.”
Namun, Yehuwa membuat perjanjian resmi berikut dengan Nuh, ”Engkau
harus masuk ke dalam bahtera itu, engkau bersama putra-putramu, istrimu,
dan istri putra-putramu.” Nuh juga harus membawa wakil dari semua jenis
binatang. Hanya yang berada dalam bahtera yang akan selamat dari Air Bah
yang akan segera datang itu!—
Kej. 6:17-20.
Seraya tahun-tahun berlalu dan bahtera itu mulai terlihat bentuknya, Nuh pasti
sangat senang karena mendapat dukungan keluarganya! Tetapi, ada aspek
lain dari tugas ini yang lebih menantang daripada membangun bahtera.
Alkitab mengatakan bahwa Nuh adalah ”seorang pemberita
keadilbenaran”. (Baca 2 Petrus 2:5.) Jadi, dengan berani Nuh berada di garis
depan dalam memperingatkan orang-orang fasik dan tidak saleh kala itu
tentang pembinasaan yang akan segera datang. Apa tanggapan mereka?
Belakangan, sehubungan dengan masa itu, Yesus mengatakan bahwa orang-
orang ”tidak memberikan perhatian”. Ia mengatakan bahwa orang-orang
terlalu sibuk melakukan kegiatan sehari-hari—makan, minum, dan menikah—
sehingga mereka tidak memerhatikan peringatan Nuh. (Mat. 24:37-39) Pastilah
banyak yang menghina Nuh dan keluarganya; bahkan mungkin
mengancamnya dan menentangnya dengan kekerasan. Bisa jadi, mereka juga
berusaha menyabot proyek itu.
Akan tetapi, Nuh dan keluarganya tidak pernah menyerah. Mereka tetap
membangun bahtera meskipun dunia di sekitar mereka menganggap
pekerjaan itu sepele, sesat, atau bodoh. Orang Kristen dewasa ini bisa belajar
banyak hal dari teladan iman Nuh dan keluarganya. Lagi pula, kita hidup di
masa yang Alkitab sebut sebagai ”hari-hari terakhir” dari sistem dunia ini.
(2 Tim. 3:1) Yesus mengatakan bahwa zaman kita sama seperti zaman ketika
Nuh membangun bahtera. Apabila dunia menanggapi berita tentang Kerajaan
Allah dengan sikap apatis, ejekan, atau bahkan penganiayaan, orang-orang
Kristen hendaknya mengingat Nuh. Orang Kristen bukanlah yang pertama
menghadapi tantangan seperti ini.
Puluhan tahun berlalu, dan akhirnya bahtera itu sudah hampir rampung. Ketika
umurnya mendekati 600 tahun, Nuh berdukacita. Lamekh, ayahnya,
meninggal. * Lima tahun kemudian, ayah Lamekh, yaitu kakek Nuh, Metuselah,
meninggal pada usia 969—umur terpanjang dalam catatan Alkitab. (Kej. 5:27)
Baik Metuselah maupun Lamekh pernah hidup sezaman dengan manusia
pertama, Adam.
Pada usia 600 tahun, sang patriark Nuh menerima pesan baru dari Allah
Yehuwa, ”Masuklah, engkau dan seluruh rumah tanggamu, ke dalam bahtera
itu.” Di saat yang sama, Allah juga memerintahkan Nuh untuk membawa
segala jenis binatang ke dalam bahtera—tujuh ekor jika itu binatang yang
tidak haram, yang cocok untuk persembahan, sedangkan yang lainnya
sepasang.—Kej. 7:1-3.
Ini pasti menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Dari ujung cakrawala
berdatangan ribuan binatang—ada yang berjalan cepat, berjalan lamban,
terbang, merangkak, merayap—dengan beragam ukuran, bentuk, dan sifat.
Kita tidak perlu membayangkan Nuh dengan susah payah berusaha
menggiring, meneriaki, atau membujuk binatang-binatang liar itu untuk
memasuki ruangan bahtera. Kisahnya mengatakan bahwa ’masuklah mereka
mendatangi Nuh ke dalam bahtera’.—Kej. 7:9.
Orang yang skeptis mungkin bertanya, ’Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
Dan, bagaimana mungkin binatang-binatang itu bisa tetap akur dalam satu
ruangan?’ Coba pikirkan: Apakah memang di luar kesanggupan Sang Pencipta
seluruh alam semesta untuk mengendalikan binatang-binatang yang Ia
ciptakan, bahkan membuat mereka jinak dan tenang jika dibutuhkan? Ingatlah,
Yehuwa adalah Allah yang menciptakan binatang-binatang itu. Belakangan, Ia
juga membelah Laut Merah dan menghentikan pergerakan matahari. Apakah
Ia tidak bisa melakukan setiap hal yang dijelaskan dalam kisah Nuh? Tentu saja
Ia bisa, dan Ia memang melakukannya!
Yehuwa memberi tahu Nuh bahwa satu minggu lagi Air Bah akan datang. Itu
pasti menjadi saat yang paling sibuk bagi keluarga Nuh. Bayangkan, mereka
harus mengatur rapi semua binatang serta makanan bagi binatang-binatang
itu maupun bagi mereka dan mengangkat barang-barang mereka sendiri ke
dalam bahtera. Istri Nuh serta istri dari Sem, Ham, dan Yafet kemungkinan
sibuk menata bahtera itu menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Kapan ejekan ini berhenti? Kisahnya menceritakan bahwa ketika Nuh selesai
membawa keluarganya dan binatang-binatang ke dalam bahtera, ”Yehuwa
menutup pintu di belakangnya”. Jika ada pengejek-pengejek yang melihat
tindakan ilahi itu, mereka pasti langsung terdiam. Jika itu tidak membuat
mereka terdiam, hujan yang kemudian turun dengan derasnya pasti
membungkam mereka! Hujan itu terus turun, dan terus-menerus turun—
membanjiri seluruh bumi, seperti yang Yehuwa katakan.—Kej. 7:16-21.
Apakah Yehuwa senang melihat kematian orang-orang fasik itu? Tidak! (Yeh.
33:11) Sebaliknya, Ia telah memberi mereka banyak kesempatan untuk
bertobat dan melakukan yang benar. Apakah mereka sebenarnya bisa
melakukannya? Jalan hidup Nuh menjawab pertanyaan itu. Dengan berjalan
bersama Yehuwa, menaati Allahnya dalam segala hal, Nuh menunjukkan
bahwa keselamatan bisa diperoleh. Bisa dikatakan, iman Nuh menghukum
dunia masa itu; imannya menunjukkan dengan jelas kefasikan generasi itu.
Imannya membuat dia dan keluarganya selamat. Apabila meniru iman Nuh,
Saudara dan orang-orang yang Saudara kasihi juga bisa selamat. Seperti Nuh,
Saudara bisa berjalan dengan Allah Yehuwa sebagai sahabat Saudara. Dan,
persahabatan itu bisa berlangsung selama-lamanya!