Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)

Vol. 1 No.2
ISSN 2338 3240
Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis REACT
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 8 Palu

Nina Muzdalifa
Email: muzdalifa_nina@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah

Abstrak – Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui
penerapan pendekatan kontekstual berbasis REACT. Penelitian ini melibatkan 25 siswa kelas XC SMAN 8 Palu,
dilakukan dalam dua siklus dengan materi pokok gerak lurus. Penerapan pendekatan kontekstual berbasis
REACT dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa
dalam kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II meningkat dari kategori cukup baik ke kategori baik.
Kemudian peningkatan fase REACT pada siklus I dan siklus II meningkat dari kategori baik menjadi sangat
baik. Berdasarkan hasil tes pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 72,00% dan daya serap klasikal sebesar
70.13%. Sedangkan pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 80.00% dan daya serap klasikal sebesar
77.07%. Ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi standar ketuntasan belajar
klasikal yang telah ditetapkan yaitu di atas 70%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan
pendekatan kontekstual berbasis REACT dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas Xc SMA
Negeri 8 Palu

Kata Kunci: Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran REACT, Hasil Belajar Fisika


I. PENDAHULUAN Pelaksanaan penilain yang tertuju pada
proses pembelajaran atau yang sering disebut
Pendidikan tidak hanya ditekankan pada penilaian berbasis kinerja atau penilaian
penguasaan materi, tetapi juga ditekankan langsung, guru dapat langsung mengukur
pada penguasaan keterampilan. Siswa juga keterampilan serta kemampuan dari setiap
harus memiliki kemampuan serta keterampilan siswanya. Penerapan model penilaian berbasis
untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan kinerja mengharuskan siswa untuk bekerja
proses dan prinsip keilmuan yang telah atau melakukan sehingga siswa dapat
dipelajari. Rendahnya hasil belajar dipengaruhi menganalisis serta menarik kesimpulan tentang
oleh kurangnya siswa yang bersikap aktif saat hal tersebut.
proses pembelajaran sehingga siswa sulit Guru masih mengabaikan suatu penilaian
memahami materi yang diajarkan karena yang dilakukan secara langsung atau yang
sebagian besar hanya mendengarkan disebut penialaian autentik, karena mereka
penjelasan guru tanpa terlibat langsung dalam beranggapan bahwa hasil belajar dapat diukur
kegiatan pembelajaran. melalui tes di setiap akhir pertemuannya di
Pada dasarnya untuk mencapai hasil belajar kelas padahal penilaian autentik juga dapat
yang optimal tentu tidak terlepas dari proses mengukur hasil belajar berdasarkan penugasan
pembelajaran itu sendiri, sehingga penilaian atau kinerja, sebab ketika melakukan penilaian
proses juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, proses, banyak kegiatan yang akan lebih jelas
penilaian harus mencakup atas tiga aspek yaitu apabila dinilai langsung. Umpamanya
aspek kognitif, afektif serta psikomotor. kemampuan atau keterampilan melaksanakan
Faktanya yang terjadi di SMA Negeri 8 Palu, percobaan, begitu pula menilai sikap atau
penilaian pembelajaran fisika hanya mencakup perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat
aspek kognitif saja. Guru masih menggunakan melakukan sesuatu.
model penilaian yang merujuk kepada ukuran- Pendapat lain sehingga guru tidak tertarik
ukuran yang dipaksakan seperti tes pilihan dan tidak mau menggunakan penilaian bebasis
ganda, isian, benar salah, menjodohkan serta kinerja karena menurut mereka bahwa
bentuk-bentuk serupa lainnya yang biasa melakukan penilaian autentik membuang waktu
digunakan dalam pendidikan. dan energi serta terlalu mahal, apalagi
penilaian autentik perlu dirancang dengan baik.

55
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No.2
ISSN 2338 3240
Pendapat tersebut tentunya tidak benar. Menilai Adapun cara yang dilakukan untuk
kinerja dengan tes tertulis tentu tidak valid, mengatasi permasalahan tersebut adalah
karena tidak mengukur apa yang dinilai. Kinerja dengan melakukan penerapan pendekatan
perlu dinilai pada saat kegiatannya sedang kontekstual berbasis REACT (Relating,
berlangsung. Experiencing, Applying, Coorperating,
Jika penilaian kinerja dilakukan terhadap Transfering). Berdasarkan penelitian
sejumlah siswa dan tidak dirancang dulu atau sebelumnya [5] berjudul Pengembangan
dilakukan asal-asalan, tentu hasilnya tidak Instrumen Penilaian Autentik Berbasis Kinerja
dapat dipertanggungjawabkan karena tidak dalam Pembelajaran Fisika Model REACT
konsisten. Dengan demikian, kita mungkin menyatakan bahwa pembelajaran REACT
tidak berlaku adil terhadap sejumlah siswa mampu meningkatkan pemahaman siswa
dalam menilai kinerja mereka. terhadap materi sehingga dapat meningkatkan
Selain rendahnya hasil belajar, hasil belajar karena REACT (Relating,
permasalahan lain yang diperoleh di lapangan Experiencing, Applying, Coorperating,
berdasarkan hasil wawancara pada salah Transfering) adalah salah satu strategi yang
seorang guru fisika di SMA Negeri 8 Palu adalah ada dalam pendekatan kontekstual yang
kurangnya konsentrasi siswa saat belajar meliputi kegiatan mengaitkan, mengalami,
sehingga sulit untuk memahami materi yang menerapkan, berkerja sama, dan mentransfer
diberikan. Selain itu, sumber belajar yang dalam proses belajar siswa.
masih terbatas, hal tersebut ditandai dengan Pentingnya penerapan pendekatan
tidak semua siswa memiliki buku, sehingga kontekstual didasari dengan adanya fakta di
yang terjadi adalah siswa sekedar melihat, lapangan bahwa sebagian siswa masih kurang
mendengar dan mencatat. mampu memahami proses-proses fisika yang
Adapun daftar nilai yang merupakan hasil mereka peroleh di sekolah, untuk kemudian
belajar siswa semester ganjil di SMA Negeri 8 menghubungkan, mengaplikasikan, serta
Palu tahun ajaran 2012/2013 seperti yang memanfaatkannya di kehidupan nyata.
ditunjukkan pada tabel 1.1, menunjukkan Menerapkan pendekatan kontekstual berbasis
bahwa prestasi belajar siswa fisika kelas X SMA REACT, siswa akan lebih mudah untuk
negeri 8 Palu masih tergolong rendah. Hal ini memahami materi yang akan mereka pelajari,
memberi kesan akan sulitnya pelajaran fisika karena proses pembelajaran yang
dan kurangnya antusias siswa untuk belajar menghadirkan/mengaitkan masalah-masalah
sehingga menimbulkan kejenuhan dan bosan yang mereka temukan di kehidupan sehari-hari,
pada siswa itu sendiri. Nilai batas standar sehingga siswa akan mampu menganalisis,
ketuntasan yang ditentukan adalah 70. akan lebih mudah untuk menghubungkannya
Tabel 1. Nilai Rata-rata Ujian Fisika kedalam pembelajaran, mampu
Semester Ganjil Kelas X SMA Negeri 8 Palu mengaplikasikan serta memanfaatkannya di
Tahun Ajaran 2012/2013. kehidupan nyata.

No Kelas Nilai Rata-rata Fisika II. METODOLOGI PENELITIAN


1. XA 65,1 A. Gambar dan Tabel
2. XB 70,4 Adapun jenis penelitian ini merupakan
3. XC 60,1 penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yaitu penelitian yang dilakukan
Sumber : SMA Negeri 8 Palu dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
Sehubungan dengan permasalahan yang PTK berfokus pada kelas atau pada proses
dikemukakan di atas, maka peneliti menduga belajar mengajar yang terjadi di kelas.
bahwa metode pembelajaran yang digunakan Penerapan pendekatan kontekstual berbasis
selama ini belum efektif, yang menyebabkan REACT dilakukan di kelas Xc SMAN 8 Palu pada
rendahnya hasil belajar siswa khususnya siswa tanggal 27 Agustus sampai 19 September 2013
kelas X SMA Negeri 8 Palu. Oleh karena itu, dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari
diperlukan adanya penggunaan suatu bentuk 12 orang laki-laki dan 13 orang perempuan.
metode pembelajaran yang dapat Penelitian ini dilaksanakan bersiklus yang
meningkatkan hasil belajar fisika siswa. mengacu pada model Kurt Lewin yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart [1]
yang meliputi empat kegiatan utama yang ada
56
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No.2
ISSN 2338 3240
pada setiap siklus yaitu: (1) perencanaan (2) Pada tahap ini peneliti menyusun
pelaksanaan tindakan (3) observasi dan (4) perencanaan sebagai berikut:
refleksi. Penggunaan model ini dikarenakan alur • Membuat rencana pelaksanaan
yang digunakan cukup sederhana dan mudah pembelajaran tentang materi yang akan
untuk dilaksanakan. Berikut adalah gambar alur diajarkan dengan dalam pembelajaran
pelaksanaan tindakan yang dimaksud. kontekstual dengan strategi REACT.
• Membuat skenario pembelajaran
Keterangan: kontekstual dengan strategi REACT.
0
0: Pra Tindakan • Menyiapkan materi pembelajaran yang
1: Rencana siklus 1 akan dilaksanakan di kelas.
4 2: pelaksanaan • Menyediakan alat bantu mengajar yang
tindakan kelas berhubungan dengan pembelajaran
a 1
3
3: Observasi siklus 1 kontekstual.
2
4: Refleksi siklus 1 • Membuat lembar penilaian Afektif siswa
5: Rencana siklus 2 dan Psikomotor siswa.
6: pelaksanaaan • Membuat lembar observasi guru dan
8 tindakan kelas siswa yang akan digunakan pada saat
7: Observasi siklus 2 mengobservasi kegiatan pembelajaran di
7 b 5
8: Refleksi siklus 2 kelas.
a: Siklus 1 • Merancang alat evaluasi berupa tes hasil
6
b: Siklus 2 belajar untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi yang telah diajarkan.
Dilakukan pada akhir tindakan tiap siklus
Gambar (1) Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis
berakhir. Adapun tes hasil belajarnya
dan Mc Taggart.
berupa tes pilihan ganda.
Secara umum kegiatan penelitian ini b. Pelaksanaan Tindakan
dapat dibedakan dalam dua tahap, yaitu tahap Kegiatan yang dilaksanakan bersiklus.
pratindakan dan tahap pelaksanaan tindakan. Tatap muka dua kali pertemuan,
1) Tahap Pratindakan kemudian dilakukan tes hasil belajar tiap
• Penelitian ini dimulai dengan tindakan siklus. Pelaksanakan pembelajaran sesuai
pendahuluan atau refleksi awal. skenario pembelajaran yang telah
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dirancang.
adalah observasi lapangan, dialog dengan c. Observasi
guru fisika kelas XC SMA Negeri 8 Palu. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
Hasil refleksi dijadikan perencanaan adalah mengobservasi pelaksanaan
pelaksanaan penelitian. tindakan dengan menggunakan lembar
• Menentukan subjek penelitian yang terdiri observasi. Pada saat berlangsungnya
dari 25 siswa orang dengan 12 laki-laki dan kegiatan pembelajaran, dilakukan
13 orang perempuan. pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
• Menyiapkan tes awal guru. Untuk aktivitas siswa, yang dapat
• Membentuk kelompok belajar siswa yang nilai yaitu aspek afektif, aspek
sifatnya heterogen (baik dari segi psikomotor, pemberian tes akhir tindakan
kemampuan fisika maupun jenis kelamin) dan untuk menindak lanjuti hasil
berdasarkan pada hasil tes awal dan observasi dan tes akhir tindakan diberikan
informasi dari guru fisika SMA Negeri 8 angket berupa respon siswa terhadap
Palu. subjek penelitian serta aktifitas siswa
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan dalam belajar.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam Sedangkan aktivitas guru, alat ukur yang
siklus berulang. Tiap siklus terdiri dari empat digunakan yaitu lembar observasi yang
fase sebagai berikut : (1) Perencanaan, (2) disediakan.
Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan d. Refleksi
(4) Analisis dan Refleksi. Adapun kegiatan- Kegiatan yang dilakukan pada tahap
kegiatan dalam setiap siklus yang terdiri dari ini adalah menganalisis data yang
empat fase tersebut adalah sebagai berikut : diperoleh pada tahap observasi dan hasil
Siklus I tes. Berdasarkan hasil analisis data
a. Perencanaan dilakukan refleksi guna melihat

57
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No.2
ISSN 2338 3240
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada 3. Applying sebesar 91,67% kategori sangat
saat pembelajaran siklus 1 diterapkan. baik
Hasil refleksi yang telah dilakukan pada 4. Cooperating sebesar 93,75% kategori
tahap ini dijadikan awal untuk sangat baik
merencanakan siklus berikutnya. 5. Transfering sebesar 87,5% kategori baik
Siklus II Peningkatan hasil belajar yang terjadi
Perbedaan antara pelaksanaan tindakan pada siklus I ke siklus II tidak semata-mata
siklus I dengan pelaksanaan tindakan siklus dikatakan berhasil karena nilai akhir yang
II hanyalah pada materi ajar dan hal-hal dicapai meningkat. Namun, disebabkan karena
yang dianggap kurang dari siklus I, dan siswa lebih senang dalam proses pembelajaran
kemudian diperbaiki untuk diterapkan pada dengan penerapan pendekatan kontekstual
siklus II. berbasis REACT dengan dibantu bimbingan
guru, sehingga siswa lebih mudah mengingat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dan memahami materi yang diajarkan.
Menerapkan pembelajaran pendekatan
Berikut adalah hasil kegiatan observasi
kontekstual berbasis REACT, siswa lebih
aktivitas siswa dapat dilihat persentase
berkonsentrasi serta lebih aktif bertanya ketika
ketercapaian pembelajaran REACT dari setiap
apa yang dipelajari sesuai dengan kehidupan
langkah pembelajaran pada siklus I.
sehari-hari (Relating), serta siswa lebih
1. Relating sebesar 87,5% kategori baik.
antusias mencari sendiri hal yang tidak
2. Experencing sebesar 75% kategori cukup.
dipahaminya melalui kegiatan merumuskan
3. Applying sebesar 75% kategori cukup.
hipotesis (Experiencing), dengan kata lain siswa
4. Cooperating sebesar 62,5% kategori
memahami teknis pembelajaran dengan
kurang.
menerapkan pendekatan kontekstual berbasis
5. Transfering sebesar 62,5% kategori kurang.
REACT. Siswa lebih aktif dalam diskusi dan
Berikut adalah hasil kegiatan observasi
kerjasama dengan teman kelompoknya
aktivitas guru dapat dilihat persentase
(Cooperating), meliputi keaktifan siswa dalam
ketercapaian pembelajaran REACT dari setiap
mengisi, menjawab serta menyelesaikan LKS
langkah pembelajaran pada siklus I.
bersama kelompoknya. Peningkatan yang sama
1. Relating sebesar 62,5% kategori kurang
juga ditunjukkan pada saat proses
2. Experencing sebesar 75% kategori cukup
pembelajaran yaitu dengan lebih terampil lagi
3. Applying sebesar 70,83% kategori cukup
dalam kegiatan pengamatan dan
4. Cooperating sebesar 75% kategori cukup
bereksperimen terhadap penerapan hipotesis
5. Transfering sebesar 62,5% kategori kurang
(Applying), dan siswa mengungkapkan
Berikut hasil kegiatan observasi aktivitas
penerapan materi dengan baik pada fase
siswa dapat dilihat persentase ketercapaian
Transfering.
menggunakan pendekatan kontekstual berbasis
Dari hasil kegiatan guru dapat dilihat pada
REACT dari setiap langkah pembelajaran sudah
persentase ketercapaian penggunaan REACT
meningkat pada siklus II.
dari setiap langkah pembelajaran meningkat.
1. Relating sebesar 100% kategori sangat
Kenaikan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II
baik
disebabkan karena guru terus-menerus
2. Experencing sebesar 87,5% kategori baik
berusaha untuk meningkatkan motivasi dan
3. Applying sebesar 95,83% kategori sangat
bimbingan kepada siswa serta mampu
baik
memaksimalkan waktu yang ada.
4. Cooperating sebesar 93,75% kategori
Berdasarkan data hasil belajar dan observasi
sangat baik
guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran
5. Transfering sebesar 87,5% kategori baik
di tiap siklus, diambil kesimpulan bahwa
Berikut hasil kegiatan aktivitas guru
aktivitas siswa selama mengikuti proses
dapat dilihat persentase ketercapaian
pembelajaran siklus I dan II menurut
penggunaan pendekatan kontekstual berbasis
pengamat sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
REACT dari setiap langkah pembelajaran pada
siklus II.
1. Relating sebesar 87,5% kategori baik
2. Experencing sebesar 100% kategori sangat
baik

58
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No.2
ISSN 2338 3240
grafik peningkatannya pada Gambar 2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
memberikan informasi bahwa model
pembelajaran yang digunakan merupakan salah
100 91,67% 93,75% satu alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar fisika, sebagaimana dapat dilihat pada
80 70,83% 70,83%
Aktifitas siswa Gambar5.
60
100
40 Aktifitas guru
80,00%
20 80 69,07% 72,00% 77,07%

0 Daya Serap
60
Siklus I Siklus II Klasikal
Gambar 2. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa dan Guru 40
ketuntasan
Sikap dilakukan pada saat tindakan sedang 20 klasikal
berlangsung. Pada awal pembelajaran,
keaktifan siswa masih belum nampak. Hal ini 0
disebabkan karena siswa belum terbiasa Tes I Tes II
dengan pembelajaran berbasis REACT. Namun
pada pertemuan berikutnya, siswa sudah mulai Gambar 5. Grafik Peningkatan Hasil Belajar
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 3. Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih baik
dari siklus I. Peningkatan ini terjadi karena
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
100 siklus I dapat diminimalisir. Peningkatan hasil
90%
72,13% 77,87% 80,67% yang signifikan dapat dilihat pada ketuntasan
80 belajar klasikal yang mencapai 80,00% atau
terdapat 20 siswa yang tuntas dari 25 siswa
60 yang mengikuti ujian.
pertemuan I
Pola pembelajaran dengan menerapkan
40 pertemuan II pendekatan kontekstual berbasis REACT dapat
meningkatkan daya pikir siswa, dapat
20 mengukur dan melihat perbedaan kemampuan
serta keterampilan siswa pada kegiatan
0 melakukan pengamatan dan eksperimen
siklus I siklus II (penilaian autentik), karena melalui penilaian
Gambar 3. Grafik Peningkatan Afektif proses inilah dapat dilihat siswa yang memiliki
Aktivitas psikomotor siswa setiap kemampuan serta keterampilan yang lebih
pertemuannya pada siklus I masih kurang dan dibandingkan siswa lainnya, memberikan
untuk pertemuan pada siklus II sudah baik. Hal kesempatan kepada siswa untuk lebih
ini dapat dilihat pada gambar 4. memahami suatu kasus atau masalah,
mendorong siswa untuk memperhatikan
pendapat orang lain pada (Cooperating).
100
Ketika siswa diberikan informasi untuk
85,46%
80 76,67% melakukan kegiatan Relating, maka siswa akan
52,53% 62,53% melakukan interaksi seperti menerima
60 informasi dan menghubungkan apa yang
pertemuan 1 hendak dipelajari dengan pengalaman atau
40 pertemuan 2 kehidupan nyata sehingga tercipta motivasi
yang baik.
20 Ketika siswa diberikan permasalahan yang
berupa soal atau sejenisnya yang menuntut
0 mereka menjawabnya secara mandiri, maka
Siklus I Siklus II setelah siswa mendengarkan soal yang
Gambar 4. Grafik Peningkatan Psikomotor diberikan guru tersebut, siswa akan bertanya
pada dirinya sendiri tentanng konsep-konsep
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal
59
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No.2
ISSN 2338 3240
tersebut. Karena siswa telah belajar dalam
konteks penemuan, dan penciptaan
(Experencing). Ini berarti bahwa pengetahuan
yang diperoleh siswa melalui pembelajaran
(Applying) tercapai pula. kognitifnya adalah
untuk memahami dan menyelesaikan soal.
Siswa akan mengulangi menanyakan soal kuis
dan mencari konsep-konsep yang dibutuhkan
agar mampu menjawab pertanyaannya sendiri
atau yang diberikan oleh guru berdasarkan
pengalaman belajar (Transfering).

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari


penelitian ini bahwa penerapan pendekatan
kontekstual berbasis REACT dapat memberikan
pengalaman kepada siswa, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar fisika. Hasil
pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh
ketuntasan belajar klasikal mencapai 80% dan
daya serap klasikal 77,07%, dari perolehan
tersebut menunjukkan hasil lebih baik dari
siklus I.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arikunto, S., Suharjono dan Supardi. (2008). Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

[2] Moon T.R. et al.(2005).Development of authentic


assessments for the middle school classroom. The
Journal of Secondary Gifted Education Vol XVI No.2/3
Winter/Spring

[3] Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North


Central College. Tersedia.
http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatis
ist.htm

[4] Wiggins, G. (2005). The Case for Authentic


Assessment. ERIC Digest ED238611 (online).
Tersedia.
http://www.ed.go/database/ERICDigests/ed238611.ht
ml
[5] Wulandari, Dewi. (2012). Pengembangan Instrumen
Penilaian Autentik Berbasis Kinerja dalam
Pembelajaran Fisika Model REACT. (online). Tersedia.
http://ejournal.unp.ac.id. e-
mail:d3w_wul4nd4r1@yahoo.com.

60

Anda mungkin juga menyukai