Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan 2
Disusun Oleh
Kelompok 3
Angkatan : VI A
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Pengisian Partograf, Pengambilan Keputusan
Klinik dan Deteksi Dini”.
Adapun makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Asuhan Kebidanan 2 pada Program Studi Diploma 3 Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Dalam penulisan makalah ini, penulis
menyadari bahwa keberhasilan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu. Penulis menyadari dalam penyusunan masih banyak kekurangan,
maka dari itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran serta masukan dari
berbagai pihak untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
BAB IV PENUTUP
Daftar Pustaka.........................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian ibu selalu berdampak menyedihkan bagi keluarga dan bagi anak
yang ditinggalkan. Oleh karena itu, segala cara harus diupayakan agar
sedapat mungkin memberikan pelayanan yang baik dan menekan angkat
morbiditas dan mortalitas perinatal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
BAB II
1
ISI
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan yang bertujuan
untuk mencatat observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan secara normal (Sarwono, 2008).
Partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu
dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan dari waktu ke waktu
(WHO,1994). Partograf WHO dapat membedakan dengan jelas perlu atau
tidaknya intervensi dalam persalinan. Partograf WHO dengan jelas dapat
membedakan persalinan normal dan abnormal dan mengidentifikasi wanita
yang membutuhkan intervensi. Partograf APN (partograf WHO yang
dimodifikasi atau disederhanakan) adalah alat bantu yang digunakan hanya
selama fase aktif persalinan.
Penggunaan partograf secara tepat dan rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan persalinan yang aman, adekuat dan tepat waktu
serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka menggunakan informasi yang tercatat.
3
dihubungkan dengan waktu yang biasanya dimulai di sebelah kiri garis
waspada, dan apabila grafiknya memotong garis ini, itu merupakan tanda
peringatan bahwa persalinan mungkin akan berlangsung lama. Garis tindakan
adalah 4 jam ke sebelah kanan garis waspada, jika grafik mencapai garis
tindakan harusnya diambil keputusan tentang penyebab kemajuan persalinan
yang lambat dan mesti diambil tindakan yang tepat, kecuali wanita sudah
menjelang melahirkan partograf ini tidak diindikasikan. Pada akhirnya,
partograf WHO yang dimodifikasi inilah yang menjadi acuan dari partograf
APN (Asuhan Persalinan Normal).
Penggunaan partograf merupakan indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Penggunaan
partograf baru ini mulai digunakan hanya pada pembukaan serviks 4
sentimeter (fase aktif) pada ibu yang sedang bersalin tanpa memandang
apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi, serta secara rutin
digunakan oleh semua tenaga penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dan kelahiran. Kontraindikasi dari partograf,
tidak boleh digunakan untuk memantau persalinan yang tidak mungkin
berlangsung secara normal seperti plasenta previa, panggul sempit, letak
lintang dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya partus lama, asuhan
persalinan normal (APN) mengandalkan penggunaan partograf sebagai salah
satu praktek pencegahan dan deteksi dini (Saifuddin, 2002).
4
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi
WHO atau yang dikenal dengan partograf APN meliputi:
5
6
Cara Pengisian Halaman Depan Partograf
C. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks. Setiap angka atau kotak menunjukkan besarnya
pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di
atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing kotak
di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan meliputi:
Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks
dilakukan setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan simbol "X".
Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan tanda "X"
dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus.
Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering
jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis
tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda "--" pada garis waktu yang sesuai.
Hubungkan tanda "O" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada
pembukaan serviks 4 cm. dan berakhir pada titik dimana pembukaan
lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
8
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk
waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu
aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk
dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada.
Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai. Bidan mencatat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu
ada lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah
luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap
30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi
dalam waktu 10 menit menggunakan symbol seperti:
9
Kesehatan dan kenyamanan ibu ditulis dibagian terakhir pada lembar
depan partograf yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu,
meliputi:
Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian
partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat
nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan atau lebih sering
jika dicurigai adanya penyulit menggunakan simbol titik (•).
Pencatatan tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan atau lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit
menggunakan simbol ↕.
Pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih sering jika
suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya infeksi dalam kotak
yang sesuai.
Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin
ibu sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih spontan atau
dengan kateter. Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
11
12
Cara Pengisian Lembar Belakang Patograf
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses
persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar
belakang partograf secara lebih rinci disampaikan sebagai berikut:
A. Data Dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan
pendamping saat merujuk. Isi data pada tiap tempat yang telah disediakan
atau dengan cara member tanda pada kotak disamping jawaban yag sesuai.
B. Kala I
Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaan tersebut.
C. Kala II
Kala II terdiri atas episiotomy persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasil nya. Beri tanda checklist
pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
D. Kala III
Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali
pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak
lahir lebih besar 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan,
masalah penyerta, penata laksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat
yang disediakan dan beri tanda pada kotak disamping jawaban yang
sesuai.
13
yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
F. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala
IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau
terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV
dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan
setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan
hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada
tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
14
Pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan
sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan
klinis dapat terjadi mengikuti suatu proses yang sistemetis, logis dan jelas.
Proses pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan dan
dipraktikkan secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada
pengumpulan informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk
menyusun, menafsirkan dan mengambil tindakan atas dasar informasi yang
didapat saat pengkajian. Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis
sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan dan latihan praktik. Ketiga
faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang
dibuat sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan
berikan pada klien.
Seorang tenaga klinis apabila dihadapkan pada situasi dimana terdapat suatu
keadaan panik, membingungkan dan memerlukan keputusan cepat (biasanya
dalam kasus emergency ) maka 2 hal yang dilakukan :
Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau.
Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan ini dalam
upaya mencari suatu solusi.
Apabila tidak ada pengalaman yang dimiliki dengan situasi ini dan simpanan
pengetahuan belum memadai , maka tenaga klinis tersebut akan mengalami
kebingungan dan tidak mampu memecahkan masalah yang ada. Oleh karena
itu tenaga kesehatan harus terus menerus memperbaharui pengetahuannya,
sambil melatih terus keterampilannya dengan memberikan jasa pelayanan
klinisnya.
Pengambilan keputusan klinis ini sangat erat kaitannya dengan proses
manajemen kebidanan karena dalam proses manajemen kebidanan seorang
Bidan dituntut untuk mampu membuat keputusan yang segera secara tepat dan
cepat agar masalah yang dihadapi klien cepat teratasi.
Dalam pengambilan keputusan klinis langkah-langkah yang ditempuh sama
dengan langkah-langkah manajemen kebidanan karena keduanya menggunakan
pendekatan pemecahan masalah.
15
a. Penilaian ( Pengumpulan Informasi )
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan klinis adalah menilai /
menggali keluhan utama klien , keluhan utama ini mengarah kepada
masalah yang lebih penting atau merupakan dasar dari masalahnya.
contohnya :
a) Seorang ibu hamil usia kehamilan 9 bulan datang dengan keluhan :
susah tidur dan mata berkunang-kunang
b) Ibu datang hamil 9 bulan mengeluh mules dan keluar lendir sejak 6
jam yang lalu.
18
Penelitian dan bukti-bukti klinis (evidence based)
Nilai-nilai yang dianut tenaga kesehatan bersangkutan
Ketidak jelasan yang disebabkan tidak adanya atau tidak lengkapnya
data.
Contoh :
Sebagai contoh, untuk ibu yang sedang mengalami perdarahan paska
persalinan , anda akan memutuskan apakah langkah terbaik untuk
pengobatannya adalah memberikan oxytocin, atau melakukan kompresi
bimanual. Keputusannya akan didasarkan pada jumlah perdarahan ,
obat-obat yang tersedia, keberhasilan pengobatan terdahulu yang
menggunakan cara yang sama serta informasi – informasi lainnya.
Anda akan mempertimbangkan konsekuensinya yang positif, yang bisa
timbul dari masing-masing alternatif pengobatan.
contoh
dalam kasus diatas setelah diberikan oxytocin dievaluasi apakah kontraksi
uterus menjadi baik sehingga perdarahan berkurang atau tetap.Jika
belum efektif maka pilihan tindakan lain perlu dipertimbangkan dan
perencanaan, intervensi dan evaluasi mengikuti satu pola yang bersifat
19
sirkuler (berulang) yang banyak persamaannya dengan proses penilaian
dan diagnosis bila tetap uterus lembek dan perdarahan banyak, maka
tindakan lain diberikan, misalnya kompresi bimanual.
20
BAB III
KASUS
Kasus 1
Ny. Meita, umur 28 tahun G1P0A0, tanggal 25 Februari 2011 jam 09.00 datang ke
bidan, dengan ketuban sudah pecah jam 05.00. Mulas sejak tanggal 24 Februari
2011 jam 22.00.
Pemeriksaan :
Jam 09.00 :
Jam 09.30
BJA : 150x/menit
Kontraksi : 4x10 menit selama 40 detik
Nadi : 82 x/ menit
Jam 10.00
21
BJA :145x/menit
Kontraksi : 4x10 menit selama 35 detik
Nadi : 80x /menit
Jam 10.30
Jam 11.00
BJA : 150x/menit
Kontraksi : 5 x 10 menit selama 60 detik
Air ketuban : jernih
PD :Lengkap pembukaannya
Pukul 11.30, seorang bayi laki-laki lahir, berat badan 2800 gram dan panjang
badan 45 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga
dan plasenta lahir 8 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak
terjadi laserasi. Perkiraan kehilangan darah kurang lebih 150 ml.
Kala IV
11.35 : TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37, ˚C, tinggi fundus 3 jari di bawah
pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per
vaginam 50 cc.
11.50: TD 120/70, nadi 70, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus
baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam 30 cc.
12.05: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus
baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc.
12.20: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus
baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc.
22
Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut :
12.50: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37 0C, tinggi fundus dua jari di bawah
pusat, tonus uterus baik, ibu Asanah berkemih dan pengeluaran urin 200
cc, perdarahan per vaginam 20 cc.
01.20: TD 120/80, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus
baik, kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam 20 cc.
Kasus 2
23
Ny. Ina (38 tahun) datang ke bidan Nur pada tanggal 19 Septemer 2010 pukul
01.00 WIB. Ny. Ina mengaku hamil yang ke 3, pernah melahirkan 1 kali dan
pernah keguguran satu kali. Mengaku mulas-mulas yang semakin lama semakin
sering sejak pukul 21.00 WIB dan mengaku belum keluar air. Kemudian bidan
Nur melakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pembukaan serviks 6 cm,
penurunan kepala 3/5, portio tebal lunak, ketuban utuh dan tidak ada molase.
Tanda-tanda vital : TD: 120/90 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 37,5 C, respirasi
22x/menit, kontraksi uterus 3x10’’35’ dan DJJ 137x/menit. Hasil observasi:
04.45 WIB:
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi fundus 3 jari
dibawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong,
perdarahan pervaginam 30 cc.
05.00 WIB.
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,
tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam
30 cc.
05.15 WIB
TD : 110/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37 C, tinggi fundus 3 jari
dibawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong,
perdarahan pervaginam 30 cc.
05.30 WIB
TD : 110/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37 C, tinggi fundus 3 jari
dibawah pusat, tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,
perdarahan pervaginam 30 cc.
Selama dua jam kala empat persalinan, bidan Nur menilai ibu setiap 30
menit , hasilnya ditemukan
06.00 WIB :
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi fundus 2 jari
dibawah pusat,tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong,
perdarahan pervaginam 20 cc, ibu berkemih dan produksi urin 250ml.
06.30 WIB:
25
TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi fundus 3 jari
dibawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong,
perdarahan pervaginam 20 cc.
Kasus 3
Ny. Titi tiba di klinik pukul 14.00. pada pemeriksaan abdomen, kontraksi terjadi
2x/ 10menit, setiap kontraksi berlangsung 20 detik. Penurunan kepala 5/5 dan DJJ
130 x/menit. Pada pemeriksaan dalam, serviks membuka 2 cm, kantung ketuban
utuh, tidak terabamolase. Tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 78 x/menit,
suhu 36,6
Ibu buang air kecil 100 ml, protein negatif. Pemeriksaan abdomen dan dalam
dilakukan pada pukul 18.00.kantung ketuban pecah selagi pemeriksaan, cairan
jernih.
Pukul 12.00
TD:110/70 mmHg, N :78x/menit, R :20 x/menit, S : 36,60C.
Kontraksi uterus 2 kali dalam 10 menit selama 20 detik
DJJ 140 x/menit
26
Pemeriksaan dalam :
Pembukaan : 2 cm,
Penurunan kepala : station -2
Ketuban : utuh.
Ibu berkemih 100 ml sebelum dilakukan periksa dalam, hasil pemeriksaan
urin tidak terdeteksi adanya protein urin.
Pukul 16.00
Tekanan darahnya 110/70 mm Hg, nadi 80, temperatur 37,2 ˚C dan ia
berkemih 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.
Kontraksi uterus 4 kali dalam 10 menit selama 35 detik
DJJ 145 x/menit
Pemeriksaan dalam :
Pembukaan : 5 cm
Penurunan kepala : station -1
Ketuban : utuh.
Penyusupan : tidak ada
Pukul 16.30 DJJ 144/menit, Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 30
detik, Nadi 80/menit
Pukul 17.00 DJJ 144/menit, Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45
detik, Nadi 88/menit
Pukul 17.30 DJJ 140/menit, Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45
detik, Nadi 90/menit
Pukul 18.00 DJJ 134/menit, Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45
detik, Nadi 97/menit
Temperatur 36,8 ˚C dan Urin 150 cc
Pukul 18.30 DJJ 128/menit, Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45
detik, Nadi 88/menit
Pukul 19.00 DJJ 128/menit, Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45
detik, Nadi 88/menit
Pukul 19.30 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45
detik, Nadi 90/menit Urin 80 cc
Pada pukul 20.00,
DJJ 130 x/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, lamanya lebih dari 45 detik,
penurunan kepala +1, pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan
kepala janin, selaput ketuban pecah sebelum pemeriksaan (pukul 19.35),
dan cairan ketuban jernih. Tekanan darah 120/70 mm Hg, temperatur
tubuh 37 ˚C, dan nadi 80 x/menit.
Pukul 20.30, seorang bayi perempuan lahir, berat badan 3600 gram dan
panjang badan 49 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan
27
aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan
episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan kehilangan darah kurang
lebih 150 ml.
Kala IV
20.50 : TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37, ˚C, tinggi fundus 3 jari di
bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah
darah per vaginam 50 cc.
21.05: TD 120/70, nadi 70, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam
30 cc.
21.20: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc.
21.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus
uterus baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 20 cc.
Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut :
22.05: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37 0C, tinggi fundus dua jari di
bawah pusat, tonus uterus baik, ibu Titi sanah berkemih dan
pengeluaran urin 250 cc, perdarahan per vaginam 10 cc.
22.35: TD 120/80, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus
uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam 10 cc.
BAB IV
28
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan yang bertujuan
untuk mencatat observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan secara normal.
Penggunaan partograf secara tepat dan rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan persalinan yang aman, adekuat dan tepat waktu
serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka menggunakan informasi yang tercatat.
Penggunaan partograf merupakan indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan.
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mendefinisikan, mengerjakan, menjelaskan
partograf persalinan dan kelahiran normal. Dan mencatat observasi dan
kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal.
29
DAFTAR PUSTAKA
Syofyan, Mustika,et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan Cetakan
ke-III Jakarta: PP IBI. 2004
http://www.stikes-rshajimdn.ac.id/joomla-license/66-asuhan-persalinan-
normal.html
iii