Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat
menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Data WHO
tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada
di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001
dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi
42% pada tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010. Data Dinas
Kesehatan kota Semarang tahun 2009 menyebutkan prevalensi hipertensi sebesar 12,85 % dengan
jumlah kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012)
Prevalensi Penyakit Hipertensi pada tahun 2008 hingga tahun 2010 menunjukkan adanya
penurunan kasus yang cukup tinggi, pada tahun 2008 sebesar 865204 jiwa, pada tahun 2009
sebesar 698816 jiwa, pada tahun 2010 sebesar 562117 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi
peningkatan jumlah kasus yaitu sebesar 634860 jiwa (Dinkesprov, 2011).
Salah satu komplikasi utama dari hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang terlarut seperti kolesterol,
kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding pembuluh yang dikenal dengan istilah
penyempitan pembuluh darah. Bila penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu yang lama
dengan tekanan darah yang sangat tinggi, maka pembuluh darah akan pecah yang akan
mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang dan tidak adekuat lagi, bahkan terhenti yang
selanjutnya menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011)
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Hipertensi
3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi, baik hipertensi primer maupun sekunder
4. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit hipertensi
5. Untuk mengetahui diagnosis penyakit hipertensi
6. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit hipertensi

C. Tujuan
Untuk mengetahui penyakit hipertensi pada pekerja, dan apa-apa saja kasus yang terjadi di
Indonesia maupun di luar indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri,
adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung
apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan
darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 mmHg dan
diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada
pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar 90–95%
kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang
jelas.[1] Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin
menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal
jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab
penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan
hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol
tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat
seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif
atau tidak cukup.

B. Anatomi dan Fisiologi Hipertensi


a. Anatomi
1) Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercosta kelima kiri pada linea midclavikula.
Hubungan jantung adalah:
a) atas: pembuluh darah besar
b) bawah: diafragma
c) setiap sisi: paru-paru
d) belakang: aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis
2) Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arterosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
danair dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat, Sebaliknya, jika:
a) Aktivitas memompa jantung berkurang,
b) arteri mengalami pelebaran,
c) banyak cairan keluar dari sirkulasi, Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih
kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal
dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
3) Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal
c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena
itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
4) Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat.
5) Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama
6) Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan
7) Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
b. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang
kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi
(Black, 2010).

Tanda dan Gejala Hipertensi


Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui skrining, atau saat
mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan
tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi
hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan
atau pingsan. Sedangkan gejala umum yang mungkin terjadi pada orang dengan tekanan darah
tinggi meliputi:
1. Sakit kepala saat bangun tidur yang kemudian menghilang setelah beberapa jam.
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
3. Mudah lelah, lesu, Impoten.
4. Telinga berdenging.
5. Detak jantung berdebar cepat.
6. Pandangan agak kabur, susah tidur, sakit pinggang, dan mudah menjadi marah.
Apabila Anda merasakan beberapa gejala di atas, segera cari bantuan untuk mengatasi tekanan
darah tinggi Anda mengingat banyaknya komplikasi serius yang bisa jadi Anda alami diantaranya:
1. Kerusakan otak Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah
otak (stroke) akibatnya, darah tercecer dari daerah tertentu otak sedangkan bagian lain otak tidak
teraliri cukup sehingga bagian otak menjadi rusak.
2. Kerusakan jantung Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran otot jantung kiri disebabkan jantung
bekerja keras untuk memompa darah.
3. Kerusakan ginjal Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal
tertekan. Akhirnya, pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun
hingga mengalami kegagalan ginjal.
4. Kerusakan mata Tekanan darah yang tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan
syaraf pada mata sehingga penglihatan terganggu.
Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi
pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Biasanya
beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih ringan
mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk
berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.
1. Hipertensi sekunder
Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi
akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya, obesitas
pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon facies), "punuk kerbau"
(buffalo hump), dan striae ungu menandakan Sindrom Cushing. Penyakit tiroid dan akromegali
juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang khas. Bising perut
mungkin mengindikasikan stenosis arteri renalis (penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke
ginjal). Berkurangnya tekanan darah di kaki atau lambatnya atau hilangnya denyut arteri femoralis
mungkin menandakan koarktasio aorta (penyempitan aorta sesaat setelah meninggalkan jantung).
Hipertensi yang sangat bervariasi dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan berkeringat harus
segera menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.

2. Krisis hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180 atau diastolik
lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau akselerasi) sering disebut
sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah di atas tingkat ini memiliki risiko yang tinggi untuk
terjadinya komplikasi. Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini mungkin tidak memiliki
gejala, tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari kasus)[12] dan pusing
dibandingkan dengan populasi umum. Gejala lain krisis hipertensi mencakup berkurangnya
penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau rasa lesu karena gagal ginjal. Kebanyakan
orang dengan krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan darah tinggi, tetapi pemicu tambahan
mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.
"Hipertensi emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi maligna", terjadi saat terdapat
bukti kerusakan langsung pada satu organ atau lebih sebagai akibat meningkatnya tekanan darah.
Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh pembengkakan dan
gangguan fungsi otak, dan ditandai oleh sakit kepala dan gangguan kesadaran (kebingungan atau
rasa kantuk). Papiledema retina dan perdarahan fundus serta eksudat adalah tanda lain kerusakan
organ target. Nyeri dada dapat merupakan tanda kerusakan otot jantung (yang bisa berlanjut
menjadi serangan jantung) atau kadang diseksi aorta, robeknya dinding dalam aorta. Sesak napas,
batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah ciri khas edema paru. Kondisi ini adalah
pembengkakan jaringan paru akibat gagal ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung
untuk memompa cukup darah dari paru-paru ke sistem arteri. Penurunan fungsi ginjal secara cepat
(cedera ginjal akut/acute kidney injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-
sel darah) juga mungkin terjadi. Pada situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara
cepat untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi. Sebaliknya, tidak ada bukti
bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan hipertensi emergensi bila tidak
ada bukti kerusakan organ target. Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukan berarti tidak
ada risiko. Penggunaan obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap selama
24 sampai 48 jam dianjurkan dalam kedaruratan hipertensi.

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi
esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat
ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan
di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat
terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak
berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa
Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera
Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah
pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih
lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah.
Survei penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan
prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang
dari 243 orang tua 50 tahun ke atas). Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria
(p¬0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95¬104
mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105¬129 mmHg) dan hanya 3,5% dengan hipertensi
berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg).

Patofisiologi
Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap aliran
darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu sementara curah
jantung tetap normal. Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang menderita prahipertensi atau
“hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut jantung meningkat, dan
resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai hipertensi perbatasan hiperkinetik. Para
penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari hipertensi esensial tetap di kemudian hari saat
curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat seiring bertambahnya usia. Masih
diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami oleh semua orang yang pada akhirnya mengalami
hipertensi. Peningkatan resistensi perifer pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh
penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil. Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler
juga bisa ikut berperan dalam resistensi perifer. Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan
kelenturan vena perifer, yang bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke
jantung), meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih
belum jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam
hipertensi esensial.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada orang
lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat tinggi di atas
normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini disebut hipertensi
sistolik terisolasi.[40] Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan hipertensi atau
hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri, yang biasanya
menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.[41]Banyak mekanisme yang
sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang ditemukan dalam sistem arteri pada
hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan keterlibatan salah satu atau kedua penyebab beriku:
· Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya gangguan sistem renin-
angiotensin intrarenal[42]
· Abnormalitas sistem saraf simpatis[43]
Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai batas
tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi endotel
(gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan dalam
meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.
KOMPLIKASI
a. Komplikasi ginjal
Mikroalbuminuria dan proteinuria dipstick merupakan tanda awal nefropati hipertensif.
Pengendalian tekanan darah memperlambat laju kerusakan ginjal. Dampak primernya adalah
kerusakan pada pembuluh darah ginjal akibat tekanan yang mengingkat. Kerusakan pada
pembuluh resisten ini membuat endotel kapiler glomerulus terkena hipertensi yang merusak.
b. Komplikasi kardiovaskular
Resistensi vascular yang tinggi membuat jantung teregang dan menyebabkan hipertopi ventrikel
kiri. Hipertensi juga meningkatkan aterosklerosis arteri.
c. Hipertensi maligna
Ini merupakan hipertensi berat dengan perubahan retina dan kerusakan ginjal. Keadaan ini bisa
baru terjadi atau merupakan komplikasi dari hipertensi esensial atau sekunder. Gambaran
utamanya adalah kerusakan pembuluh darah ginjal, biasanya disebabkan oleh hipertensi.
Kerusakan ini mengurangi aliran darah ginjal, memicu sekresi rennin, yang semakin memacu
hipertensi dan retensi natrium. Pembuluh yang rusak dapat menganggu sel darah merah,
meyebabkan anemia hemolitik mikro angiopatik.
K. Pencegahan
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya. Diperlukan tindakan
yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan
meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension
Society 2004 mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US
National High BP Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi sebagai
berikut:
1. Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
2. Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium
klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak yang tidak menyadari bahwa makanan ringan dan
juga mie instan banyak mengandung garam, demikian juga vetsin yang sebenarnya adalah
monosodium glutamate, karena sodium sebenarnya adalah nama lain dari natrium.
3. Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari,
pada hampir setiap hari dalam seminggu).
4. Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2
unit/hari pada perempuan.
5. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per
hari).
6. Lakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
Beberapa orang yang memiliki sistem metabolisme tubuh yang buruk, biasanya tidak akan
mengalami perubahan yang signifikan bahkan setelah menjalankan hal-hal di atas. Perubahan gaya
hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat
antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih
baik.

Masyarakat dan budaya


1. Kesadaran
Grafik menunjukkan perbandingan
prevalensi kesadaran, pengobatan dan
pengendalian hipertensi antara empat penelitian NHANES.

World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai
penyebab utama mortalitas kardiovaskuler. World Hypertension League (WHL), sebuah organisasi
yang menaungi 85 organisasi masyarakat dan liga hipertensi nasional, menyatakan bahwa lebih
dari 50% orang yang terkena hipertensi di seluruh dunia tidak menyadari kondisi mereka.[94]
Untuk mengatasi masalah ini, WHL merintis suatu kampanye hipertensi di seluruh dunia pada
2005 dan menetapkan tanggal 17 Mei sebagai Hari Hipertensi Dunia (WHD). Selama tiga tahun
terakhir, semakin banyak organisasi masyarakat dari berbagai negara yang terlibat dalam WHD
dan mulai melakukan kegiatan inovatif untuk menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat.
Pada 2007, tercatat ada 47 negara anggota WHL yang berpartisipasi.
Selama pekan WHD, semua negara ini bermitra dengan pemerintah setempat, organisasi profesi,
organisasi non-pemerintah, dan industri swasta untuk mempromosikan kesadaran mengenai
hipertensi tersebut melalui beberapa media dan kampanye masyarakat. Dengan menggunakan
media massa seperti Internet dan televisi, pesan tersebut menjangkau lebih dari 250 juta orang.
Dengan semakin meningkatnya momentum ini dari tahun ke tahun, WHL yakin bahwa hampir
semua dari sekitar 1,5 miliar orang yang terkena tekanan darah tinggi dapat dijangkau.
2. Segi ekonomi
Tekanan darah tinggi adalah masalah medis kronis tersering yang membawa orang berobat ke
tempat pelayanan kesehatan primer di Amerika Serikat. American Heart Association
memperkirakan biaya kesehatan langsung dan tidak langsung dari tekanan darah tinggi sebesar
$76,6 miliar pada 2010. Di Amerika Serikat, 80% orang yang mengalami hipertensi menyadari
kondisi mereka dan 71% mengonsumsi obat antihipertensi. Namun, hanya 48% orang yang
mengetahui bahwa mereka mengalami hipertensi, melakukan pengendalian hipertensi secara
adekuat. Diagnosis, pengobatan, atau kontrol tekanan darah tinggi yang tidak cukup dapat
mengganggu tata laksana hipertensi. Penyedia layanan kesehatan menghadapi banyak kendala
dalam mencapai pengendalian tekanan darah, termasuk penolakan terhadap penggunaan beberapa
obat untuk mencapai target tekanan darah yang diharapkan. Pasien juga mengalami kesulitan
mematuhi jadwal minum obat dan mengubah gaya hidup. Meskipun demikian, target tekanan
darah sangat mungkin dapat dicapai. Menurunkan tekanan darah berarti mengurangi biaya untuk
perawatan medis yang lebih lanjut.

Jurnal
1) JURNAL (Perbandingan Faktor Resiko Terjadinya Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat Petani Dan Pegawai Kantor
Di Desa Trayu) Saptorini Murdyastuti1, Yunita Wulandari, Prodi S-1 Keperawatan, STIKes
Kusuma Husada Surakarta.

Faktor umur, status perkawinan, tingkat pengeluaran perkapita, aktivitas fisik sedang, konsumsi
makanan asin, makanan berlemak, minuman beralkohol dan stress berhubungan nyata positif
dengan hipertensi; tingkatpendidikan, rata-rata batang rokok yang dihisap per hari dan status gizi
berhubungan nyata negative dengan hipertensi (Smeltzer, 2007).
Hipertensi yang saat ini merupakan penyakit yang umum terjadi dimasyarakat kita, seringkali
tidak disadari karena tidak mempunyai gejala khusus. Padahal apabila tidak ditangani dengan
baik, hipertensi mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardivaskular seperti
stroke, jantung, atau gagal ginjal (Sutanto, 2010).
Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor resiko hipertensi: Faktor genetik. Adanya faktor
genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita
hipertensi. Hal ini berkaitan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potassium terhadap sodium. Seserang dengan orangtua penderita hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi(Nurahmani,2010 ).

2) JURNAL (Kelebihan Berat Badan Sebagai Prediksi Risiko Hipertensi Pada Sopir Bus) André
de Camargo Smolarek-Brazil
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi individu (70,7%) dengan BMI tinggi dan, dalam
kasus hipertensi, prevalensi 24% yang terdeteksi, meskipun lebih rendah dari BMI, adalah tetap
tinggi. Korelasi Pearson diverifikasi hubungan antara BMI dan tekanan darah rata-rata bus driver,
di mana r = 0,414 dengan p <0,05. di atas memperkuat hipotesis bahwa BMI secara langsung
terkait BP, atau lebih tepatnya, semakin besar BMI, semakin tinggi BP. Karena sebagian besar
mata pelajaran kelebihan berat badan sudah dipamerkan hipertensi, seperti Tabel 2 menunjukkan.
3) JURNAL (Hipertensi, diabetes mellitus, kelebihan berat badan dan obesitas pada karyawan di
bawah transisi kesehatan di kereta api perusahaan di Kongo Brazzaville
Ada 231 orang (90,6%) dan 24 perempuan (9,4%). itu usia rata-rata adalah 45 ± 13 tahun
(kisaran 19 dan 63 tahun). Di antara mereka, 79 tinggal di daerah pedesaan (31%) dan 52 adalah
eksekutif senior (20,4%). Karakteristik epidemiologi lain dilaporkan dalam Tabel 1. Tabel 2
menyajikan karakteristik variabel klinis pada populasi ini.
Prevalensi kelebihan berat badan adalah 40,3% (n = 103). itu Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelebihan berat badan univariat adalah perempuan seks, dan menjadi senior eksekutif
(Tabel 3). kegemukan tercatat pada 19 kasus (7,5%). Jenis kelamin perempuan, urban tinggal dan
posisi eksekutif secara signifikan terkait dengan obesitas (Tabel 3).
Frekuensi diabetes adalah 3,5% (95% CI 1,6-6,6) atau 9 kasus. frekuensi hipertensi adalah
29,4% (95% CI 23,9-35,4) atau 75 kasus. Dalam analisis univariat, riwayat keluarga hipertensi,
posisi senior, kelebihan berat badan, obesitas, dan diabetes mellitus secara signifikan terkait
dengan hipertensi (Tabel 4). Dalam regresi logistik, faktor penentu independen hipertensi adalah
kelebihan berat badan dan obesitas

BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
1 Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi adalah adalah kondisi medis kronis dengan
tekanan darah di arteri meningkat.
2. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal
jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab
penyakit ginjal kronik.
3. Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder.
4. Sedangkan gejala umum yang mungkin terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi
meliputi:
a. Sakit kepala saat bangun tidur yang kemudian menghilang setelah beberapa jam.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Mudah lelah, lesu, Impoten.
d. Telinga berdenging.
e. Detak jantung berdebar cepat.
f. Pandangan agak kabur, susah tidur, sakit pinggang, dan mudah menjadi marah.
5. Penyebab Hipertensi yaitu faktor genetika, usia, dan jenis kelamin, ada beberapa faktor
penyebab lainnya, antara lain:
a. Stres atau perasaan tertekan.
b. Kegemukan (Obesitas).
c. Kebiasaan merokok.
d. Kurang berolahraga.
e. Kelainan kadar lemak dalam darah (Dislipidemia).
f. Konsumsi yang berlebihan atas garam, alkohol, dan makanan yang berlemak tinggi.
g. Kurang mengonsumsi makanan yang berserat dan diet yang tidak seimbang.
C. Saran
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat
menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Data WHO
tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada
di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Jadi, untuk mengatasi penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya, Kemenkes
membuat kebijakan yaitu:
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining)
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu
PTM
3. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas
untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan
kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar seperti Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai