Anda di halaman 1dari 15

2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi pada kelainan sekresi insulin. Gangguan
diabetis melitus pada orang awam atau masyarakat sekitar sering mengenal
penyakit ini sebagai penyakit kencing manis. Penyakit ini diabetes miletus ini
merupakan penyakit yang cukup banyak dijumpai di masyarakat dan umumnya
banyak menyerang pada lanjut usia, sehingga memerlukan perhatian yang sangat
penting bagi tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikannya. Menurut (Price dan
Wilson, 2006) menjelaskan bahwa diabetes militus merupakan gangguan
metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen yang menifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis
maka diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postpradial.
Apabila penyakit ini terlambat mendapat pengobatan maka akan dapat
menyebabkan pasien mengalami berbagai komplikasi misalnya terjadi
hipoglikemia, ketoasidosis, mikroangioati yang mengenai pembuluh darah besar
dan pembuluh darah jantung sampai dengan pembuluh darah tepi dan ke otak,
retinopati diabetic, dan neoropati diabetc. Dengan demikian menjadi penting bagi
perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diabetes militus, dampak negatif
yang ditimbulkan, serta upaya penaganan dan pencegahan penyakit diabetes
militus terutama pada pasien yang lanjut usia.
Berdasarkan data yang ditemukan oleh penulis di Puskesmas Dupak,
Surabaya. Selama penulis melakukan kegiatan praktik klinik dari tanggal 26
November-08 Desember 2018. Dari dapatkan hasil surve yang di lakukan oleh
penulis didapatkan hampir 89% lansia yang ada di puskesmas Dupak, Surabaya
menderita diabetes millitus. Data yang didapatkan dari 150 lansia terdapat 138
lansia yang mengalami masalah diabetes millitus. Melihat tingginya angka
kejadian masalah diabetes millitus pada puskesmas tersebut, maka perlu dilakukan
penanganan yang khusus dan tepat untuk mencegah komplikasi penyakit tersbut
misalnya dengan cara menyediakan ruangan yang bersih dan nyaman untuk pasien
3

beristirahat, meningkatkan tenaga kesehatan yang berkompeten, dan sediakan


lingkungan, dan menganjurkan kepada keluarga asien untuk menjaga pola
makana pasien, selain itu mengurangi konsumsi makanan yang manis-manis.
Dengan penanganan yang tepat seperti di atas diharapkan angka masalah diabetes
militus berangsur-angsur berkurang.
Setiap manusia dapat mengalami masalah gangguan diabetes militus yang
disebabkan karena berkurangnya pemakaian glukosa sel-sel tubuh yang berakibat
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-200 mg/dl, selaintu disebabkan
karena peningkatan mobilitas lemak dan darah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah, serta berkurangnya protein pada
jaringan tubuh. Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal toleransi sesudah
makan. Padahal hipoglikemia yang parah yang menelebihi ambang normal ginjal
akan timbul glikosuria karena tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri di sertai kehilangan sodium, klorida, potasium dan pospat,
adanya poliuri menyenbabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Pada masalah gangguan diabetes millitus penatalaksanaan yang dapat
dilakukan antara lain yaitu sebagai berikut: 1) ajarkan pasien untuk diet yang
manis-manis, menjaga pola makan dan berat badan agar tetap stabil, selain itu
anjurkan pasien untuk makan yang mengandung vitamin dan mineral, 2) anjurkan
pada keluarga dan pasien untuk menjaga kondisinya dengan cara banyak berolah
raga, selain itu anjurkan anjurkan pada pasien untuk banyak berolah raga kecil
misalnya dengan mengikuti senam lansia, berjalan-jalan kecil, dam bersepeda
ringan, 3) observasi tanda-tanda vital, 4) kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi untuk menurunkan kadar gula darah pada ppasien, 5) berikan
edukasi kepada pasien tentang pemberian terapi dan kebiasaan minum obat
pasien, dasar-dasar diet pasien, selalu memantau kondisi asien melalui cek gula
darah secara rutin.
4

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah masalah yang dapat
dipetik untuk asuhan keperawatan diantranya sebegai berikut :
1. Apa saja yang menjadi pengakajian atau karakteristik dari masalah
diabetes militus ?
2. Apa saja diagnosa yang muncul pada masalah diabetes militus?
3. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
diabetes militus?
4. Bagaimana penatalaksanaan yang dapat dilakuakan dalam mengatasi
masalah diabetes militus?
5. Bagaimana evaluasi yang didapat setelah melakukan tindakana pada
pasien dengan masalah diabetes militus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah diabetes militus
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien lansia
dengan masalah diabetes militus.
2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa pada pasien lansia
dengan masalah diabetes militus.
3 Mahasiswa mampu menyusun tindakan pada pasien dengan masalah
diabetes militus.
4 Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan masalah diabetes militus
5 Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan.
5

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Diabetes Militus


Diabtes Militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa)darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatuf. (Arjatmo, 2003)
Diabetes Militus merupakan kelompok kelainan hetrogen yang
diatandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Bunner dan Suddarth, 2002)
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yng secara genetis dan
klinis termasuk hetrogen dengan manifestasi berupa hilangnya toeransi
karbohidrat. Jia tela berkembang secara klinis maka diabetes militus ditandai
dengan hiperglikemia puasa dan postpradial. Aterosklerotik dan penyakit
vaskuler mikroangiopati dan retinopati. (Price dan Wilson, 2006)
Diabetes pakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak selain itu
berkembangna komplikasi makrovaskuler dan nevrologis. (Riyadi dan
Sukarmin, 2008)
Dari menjelasan di atas makan diabetes militus dapat diklasifikasikan
adalah sebagai berikut diantaranya :
1. DM tipe 1 : sel beta pankreas tidak mampu memproduksi insulin
(defisiensi insulin absolut)
2. DM tipe 2 : Kekurangan relatif insulin dan ketidak mampuan sel
menggunakan insulin.
3. DM tipe 3 : Gastesional (DM pada kehamilan)

2.2 Etiologi Diabetes Militus


Pada diabetes tipe 1 ditandai dengan adanya kerusakan sel-sel beta
pankreas yang mungkin di sebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik
imunologi dan mungkin lingkungan.
6

1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri. Tetapi
mewarisi 1 predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe 1
2. Faktor imunulogi
Terdapat respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara beraksi
terhadap jeringan tersebut seolah-olah pada jaringan asing.
3. Faktor-faktor lingkungan
Penelitihan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
external yang dapat memicu destruksi sel beta sebagai contoh viru atau
tosin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destrusi
sel beta.
Pada diabetes tipe 2 penyebab resistansi insulin dab gangguan sekresi
insulin. Pada diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas tetapi faktor yang
banyak berperan antara lain :
1. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurut silsilah keluarga yang mangidap diabetas ini
terjadi karena DNA orang diabetes akan ikut di informasikan pada gen
berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara diabetes
dan cepat pada usia 40 tahun penurunan ini yang akan bersiko pada
penurunan fungsi endokrin pankreas untuk mamproduksi insulin dan
resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
3. Gaya hidup stress
Stres kronis cenderuStres kronis cenderung membuat seseorang mencari
makan yang cepat saji yang kaya pengawet, Lemak dan gula. Manakan ini
berpengaruh besar pada kerja pankres. Stres juga akan meningkatkan
kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
7

akan berakibat pada kenaikan kerja penkreas beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak dan berdampak pada menurunan insulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat dapat meningkatkan resiko terkait
diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan tidak
teratur juga akan berperan ada ketidaksimambungan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obeitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertrofi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertrofi
pankreas pada penderita obesitas disebabkan kerena peningkatan beban
metabolisme glukosa untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.

2.3 Patofisiologi dan WOC Diabetes Militus


2.3.1 Patofisioogi Diabetes Militus
Sebagian besar gambaran patoogik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang berakibat
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl
2. Peningkatan mobilitas lemak dan darah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein pada jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma uasa yang normal/toleransi
sesudah makan. Padahal hiperkalemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/dl) akan
timbul glukosaria karena tubulus-tubulus renilis tidak dapat menyerap
kemba;i semua glukosa. Glukosa ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang manyebabkan poliuria disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,
dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi,
akibat glukosa yang kaluar bersama urin maka pasien akan mangalami
8

kaseimbangan protein negatif dan berat badan manurun serta cenderung


terjadi polofagi. Akibat yang lain adalah attenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh juga berkurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi. Hiperkalsemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis. Penebalan membran baralis dan perubahan pada syaraf
perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

2.3.2 WOC Diabetes Militus


WOC diabetes militus terlampir

2.4 Masifestasi Klinis Diabetes Militus


Manifestasi klinis yang dapat muncul pada terjadinya diabetes militus
yaitu diantara sebagai berikut :
1. Poliuria (peningkatan volume urin)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
3. Polifagia (paningkatan rasa lapar)
4. Rasa lelah dan kelainan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabets lama. Katabolisme protein di otot dan ketidak mampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan rotein sebagai bahan
pembentuk antibodi. Peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus.
Gangguan fungsi imundan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
6. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya tejadi dari daerah ginjal
atau lipatan kulit seperti di ketiak dan di bawah payudara biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
7. Kelainan ginekologis. Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
8. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur
protein akibatnya banyak sel syaraf rusak terutama bagian perifer.
9

9. Kelemahan tubuh.
10. Luka yang lama sembuh. Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain bahan protein
banyak termulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
diperlukan untuk pengantian jaringan yang rusak mengalami gangguan
11. Laki-laki dapat terjadi impotensi. Ejakulasi dan dororngan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron
12. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oelh hiperglikemia.

2.5 Penatalaksanaan Diabetes Militus


Diet :
Tujuan utama dari penatalaksanaan pada diet DM adalah :
1. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa mendekati kadar
normal.
2. Mencapai dan mempertahankan lipit mendekati kadar yang optimal
3. Mencegah kompikasi akut dan kronik.
4. Meningkatkan kualitas hidup
Pada dasarnya harus mengikuti prinsip berikut :
1. Cukup kalori atau mempertahankan BB ideal
2. Pertahankan bila ada komplikasi, sesuaikan dengan komplikasi itu.
3. Cukup vitamin dan mineral.

Olah Raga :
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama ± ½ jam. Adanya
kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan
glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah > 250
mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urin tidak boleh melakukan
latihan sebelum pemeriksaan keton urine menunjukkan hasil negatif dan
kadar glukasa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi
akan mangkatkan sekresi glukosa. Growth hormon dan ketekolamin.
Peningkatan hormon ini membuat hati melapar lebih banyak glukosa
10

sehingga terjadi banyak kadar glukosa darah. Untuk pasien yang


menggunakan insulin setelah latihan dianjrkan makan camilan untuk
mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan
memuncak pada sat letihan.

Obat-obatan :
1. Golongan sulfoniluria : mengurangi sel beta pankreas mengeluarkan
insulin.
2. Golongan binguarid : merangsang sekresi insulin yang tidak
menyebabkan hipoglikemia
3. Alfa glukoridosa inhibitor : menghambat kerja insulindifa glukoridise di
dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia postpradial
4. Insulin sensitizing agent : efek farmakologi meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resistensi insulin.
- Kerja cepat : RI (Regulair Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam
Contoh obat : Actrapid
- Kerja sedang : NPN dengan masa kerja 6-12 jam
- Kerja lambat : PZI (Proteimme Zinc Insulin) dengan masa kerja 18-24
jam.

Penyuluhan Kesehatan : Informasi yang diberikan


1. Patofisiologi sederhana : definisi diabetes, batas – batas kadar glukosa
darah dan efek terapi insulin dan insulin
2. Pendekatan terapi : cara pemberian terapi
3. Dasar-dasar diet
4. Pemantauan kadar glukosa darah, keton urine
5. Pengenalan penanganan dan pencegahan hipoglikemia, hipergilkemia
6. Informasi pragmatis : diman memberi dan menyimpan insulin kapan
bagaiman cara menghubungi dokter.
11

2.6 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Militus


1. Gula darah puasa 70-110 mg/dl, kriteria diagnostik untuk DM > 140
mg/dl paling sedikit dalam 2x pemeriksaan atau > 140 mg/dl disertai
gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
2. Gula darah post pranadial < 140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
evaluasi pengobatan bukan diagnostik
3. Tes toleransi glukosa 60 > 115 mg/dl ½ jam , 1, ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam
< 140 mg/dl
4. Tes toleransi glukosa intravena, dilakukan jika merupakan kontraindikasi
atau terdapat kelainan gastointestinal yang mempengaruhi absobsi
glukosa.
5. Tes toleransi kartison glukosa, digunakan jika TT60 tidak bermakna.
Kartison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan
menurunkan pengguna gula darah perifer pada orang yang presipitasi
menjadi DM kadar gukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap
sebagai hal positif.
6. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3
bulan.
7. C-pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat selama pemeberian
glukosa.
8. Insulin serum puasa : 2-20 mg/dl post glukosa sampai 120 mu/mi. Dapat
digunakan dalam diagnosa hipogkalemia, atau dalam perhatian dikter.

2.7 Komplikasi Diabetes Militus


A. Akut
- Hypoglikemia
- Ketoasidosis
- Diabetik
B. Kronik
1. Makroangiopati, mengenai pembulu darah jantung, pembuluh darah
tepi, pembuluh darah otot.
12

2. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah besar, retinopati, pembuluh


darah kecil retibophati, diabetik nefropati diabetik.
3. Neorupati diaberik

2.8 Asuhan keperawatan Secara Teori Pada Pasien Diabetes Militus


2.8.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya.
3. Aktivitas istirahat :
Letih, lemah, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, dan tonus otot
menurun.
4. Sirkulasi :
Adakah riwayat hipertensi, AMI, takikardia, kesemutan pada
ekstermitas, perubahan tekanan darah
5. Eliminasi :
Perubahan pola berkemih, dan diare
6. Integritas ego :
Stress dan ansietas
7. Makanan atau cairan :
Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, haus, penggunaan deuretik
8. Neurosensori :
Pusing, kesemutan, gangguan penglihatan, dan kelemahan pada otot.
9. Nyeri atau kenyamanan :
Abdomen, tegang, nyeri (sedang atau berat)
10. Persarafan :
Batuk dengan atau tampa sputum perulen (tergantung adanya infeksi
atau tidak)
11. Keamanan :
Kulit kering, gatal, ulkus, dan kutil
13

2.8.2 Pemeriksaan Fisik


a. B1 ( Pernafasan )
- RR (kecepatan pernafasan)
- Irama nafas
- Pergerakan dada
- Alat bantu nafas
- Posisi tidur
- Kulit (pucat, sianosis, dan kemerahan)
- Suara nafas (normal, wheezing, rinchi, atau tidak terdenganr suara
nafas)
b. B2 ( Sirkulasi )
- Nadi : Frekuensi kuat atau lemah
- EKG : Normal atau aritmia
- TD : Sistol atau Diastol
- Vena Jugularis : Ada bendungan tidak
- Infus kalu ada
- CRT
c. B3 ( Persarafan )
- GCS tingkat sadar
- Pupil
- Penurunan kesadaran
- Ada gangguan pendengaran atau tidak
- Ada gangguan penglihatan atau tidak
- Skala nyeri
- Status mental, fungsi kognitif , kemampuan bicara, mengingat
d. B4 ( Perkemihan )
- Urin dan kandung kemih
- Balance cairan
- Apakah menggunakan kateter atau tidak
e. B5 ( Pencernaan )
- Bising usus
- Lidah bersih atau kotor
14

- Mukosa bibir
- Muntah atau tidak
f. B6 ( Muskuloskeletal dan kulit)
- Kemampuan kekuatan otot
- Turgor kulit

2.8.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, dan
peningkatan metabolisme protein dan lemak.
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan deuresi ormotik
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan status metabolik
4. Reriko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi kesehatan

2.8.4 Intervensi Keperawatan


Diangnosa 1 :
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, dan peningkatan
metabolisme protein dan lemak.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat mecernah jumlah kalori atau nutrien yang tepat.
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1. Timbang BB tiap har atau sesuai dengan indikasi
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bendingkan
makanan yang dapat di habiskan oleh pasien.
3. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentolerannya melalui oral.
15

4. Observasi tanda-tanda hipoglikemi seperti perubahan tingkat


kesadaran, kulit lembab atau dengin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsangan, cemas dan sakit kepala
5. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
6. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin
7. Kolaborasi dengan ahli gizi

Diagnosa 2 :
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan deuresi ormotik
Tujuan :
Kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukan hisrasi yang adekuat di buktikan oleh tanda-tanda vital
stabil, nadiperifer dapat teraba, turgor kulit dan penginan kapiler, baik
haluaran urine tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya tekanan darah ortostatik.
2. Pantau pola nafas seprti adanya pernafasan kusmaul
3. Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas.
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan memberan mukosa
5. Pantau masukan dan haluaran
6. Pertahankan untuk memberika ciran paling sedikit 2500 cc/hari dalam
batas yang dapat di tolerin jantung
7. Catat hal-hal seperti mual muntah dan distensi lambung
8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB,
nadi tidak teratur
9. Kolaborasi berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrose, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
16

Diagnosa 3 :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan status metabolik
Tujuan :
Ganggua integritas kulit dapat berkurang atau menunjukan pemyembuhan
Kriteria Hasil :
Konsisi luka menunjukan adanya perbaikan jaringan dan tidak erinfeksi
Intervensi :
1. Kaji luka adanya epitalisasi, perubahan warna, edema, dan discharge.
Frekuensi ganti pembalut
2. Kaji adanya nyeri
3. Lakukan perawatan luka
4. Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi
5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

Diagnosa 4 :
Reriko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi kesehatan
Tujuan :
Pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil :
Pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
1. Hindari lantai licin
2. Gunkan bad yang rendah
3. Orientasikan klien dengan ruangan
4. Bantu klien dalam melakukan aktivtas sehari-hari
5. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

Anda mungkin juga menyukai