Anda di halaman 1dari 47

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Kadar Gula Darah Dengan


Tekanan Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe-2 di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Tahun 2016

Fitrah, Amirul

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3475
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2 DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK TAHUN
2016

SKRIPSI

Oleh :

AMIRUL FITRAH
140100105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas
Sumatera Utara
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2 DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK TAHUN
2016

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kedokteran

Oleh :

AMIRUL FITRAH
140100105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala atas


limpahan, karunia, dan kesempatan yang diberikan oleh-Nya sehinnga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik, serta shalawat beriring salam dijunjungkan
kepada Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam yang telah menjadi suri
tauladan hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Hubungan Hiperglikemia dengan Hipertensi pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe-2 Di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2016” merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan dan memperoleh gelar sarjana
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan saya ilmu dalam
penyelesaian skripsi ini;
2. Orangtua saya bapak Syahyuril, dan ibu Diana Dewi. Terimakasih atas segala
kasih sayangnya, semangat, dukungan dan doa yang selalu diberikan hingga
dapat menyelasaikan studi saya;
3. Kepada abangda saya Ihsanil Fahmi, kakanda saya Mutia Fadhila, dan adik
saya Syafira firdayana. Terima kasih atas segala dukungan dan doa yang
selalu diberikan Fingga saya dapat menyelesaikan studi saya;
4. DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara;
5. dr.Ismiralda Siregar, M.Kes selaku pembimbing saya yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, kritik, saran serta nasihat
yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;
6. dr.Dedi Ardinata, M.Kes, AIFM selaku ketua penguji yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan memberikan ilmu, kritik, saran serta arahan dalam
skripsi ini;
7. dr. Sufitni, M.kes, SpPA selaku anggota penguji yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan memberikan ilmu, kritik, saran serta arahan dalam
skripsi ini;
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Sumatera Utara atas semua ilmu yang telah diberikan kepada
saya dan bantuan dalam proses pembelajaran selama kuliah dan penyelesaian
skripsi ini.
9. Teman-Teman, Adik-Adik, Serta Kakak Abang TBM FK USU. Semoga kita
semakin jaya dan semakin kompak.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 atas kebersamaan dan
kekompakannya selama ini. Semoga kita menjadi dokter-dokter yang
professional;
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.
.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan...…………………………………………............... i
Kata Pengantar.......................................................................................... ii
Daftar Isi.........………………………………………………….............. iii
Daftar Tabel.........…………………………………………..................... v
Daftar Singkatan……………………………………………………........ vi
Abstrak.........................……………………………………………......... vii
Abstrak..................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3. Hipotesis................................................................................ 2
1.4. Tujuan Penelitian................................................................... 2
1.4.1. Tujuan Umum.................................................................... . 2
1.4.2. Tujuan Khusus................................................................... . 3
1.5. Manfaat Penelitian................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... .4


2.1. Hipertensi............................................................................. 4
2.1.1. Definisi Hipertensi……………………............................... 4
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi………………................................... 5
2.1.3. Patifiologi Hipertensi…….................................................. 6
2.1.4. Faktor Resiko Hipertensi …………………………............. 7
2.1.5. Diagnosis Hipertensi....................................................... ... 9
2.1.6. Komplikasi Hipertensi........................................................ 10
2.2. Diabetes Melitus……………............................................... 10
2.2.1. Definisi…………………………………………….......... 10
2.2.2. Etiologi…........................................................................... 11
2.2.3. Patofisiologi…................................................................... 11

iii
2.2.4. Faktor Resiko……………………………………........…… 12
2.2.5. Diagnosis............................................................................... 12
2.2.6 Komplikasi .......................................................................... 13
2.3. Kerangka Teori ......................................................................... 14
2.4. Kerangka Konsep...................................................................... 15

BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 16


3.1. Rancangan Penelitian.............................................................. 16
3.2. Lokasi Penelitian......................... ........................................... 16
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian........................................... 16
3.3.1. Populasi Penelitian………………………………........... 16
3.3.2. Sampel Penelitian…………………………………......... 16
3.4. Metode Pengumpulan Data..................................................... 17
3.5. Metode Analisa Data............................................................... 17
3.6. Definisi Operasional............................................................... 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…............................................... 19
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24
DATA RIWAYAT HIDUP........................................................................ 26
LAMPIRAN A SURAT IZIN PENELITIAN KAMPUS......................... 27
LAMPIRAN B ETHICAL CLEARANCE............................................... 28
LAMPIRAN C SURAT IZIN PENELITIAN RUMAH SAKIT............. 29
LAMPIRAN D TABEL DATA ................................................................. 30
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. 32

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII......................... 6


Tabel 1.2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO............................. 7
Tabel 3.6. Definisi Operasional............................................................ 18
Tabel 4.1. Ditribusi hipertensi berdasarkan jenis kelamin................... 20
Tabel 4.2. Ditribusi Hipertensi berdasarkan jenis kelamin …………. 20
Tabel 4.3 Ditribusi pasien dm tipe-2 berdasarkan usia........................ 20
Tabel 4.4 Ditribusi pasien dm tipe-2 berdasarkan jenis kelamin.......... 21

Tabel 4.5. hubungan hiperglikemia dengan hipertensi sistolik............. 21


Tabel 4.6. hubungan hiperglikemia dengan hipertensi diastolik........... 22

v
DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus
ADA : American Diabetes Association
IDF : International of Diabetic Federation
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSUPHAM : Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
JNC : Joint National Comittee
AHA : American Heart Association
IGT : Impaired Glucose Tolerance
GDP : Gula Darah Puasa
SPSS : Statistical Product and Service Solution

vi
ABSTRAK

Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Hipertensi biasanya dimulai secara berangsur-angsur
tanpa keluhan dan gejala. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa akan datang. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui apakah terdapat hubungan hiperglikemia dengan hipertensi pada pasien diabetes
melitus tipe-2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Metode. Penelitian ini merupakan
penelitian dengan metode observasional analitik dengan pendekatan penelitian cross sectional,
dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja dengan menggunakan data sekunder yang
berasal dari rekam medis. Hasil penelitian. dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak
berdistribusi normal, sehingga menggunakan uji rank spearman dengan hasil tidak ada
hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi sistolik (nilai p=0,72) serta didapatkan juga
tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi diastolik (nilai p=0,334).
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi sistolik pada
pasien diabetes melitus tipe-2, dan juga tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia dengan
hipertensi diastolik pada pasien diabetes melitus tipe-2. Kata kunci : Hipertensi, Hiperglikemia,
Diabetes Melitus, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

vii
ABSTRACK

Background. Hypertension is a disease that arises from the presence of various risk

factors owned by a person. Hypertension usually begins gradually without any signs

and symptoms. One of the trigger factors of hypertension is diabetes mellitus disease.

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that

occurs due to abnormalities of insulin secretion, insulin work, or both. Among the

degenerative diseases, diabetes is one of the non-communicable diseases that will

increase in time. Objectives. This study aims to determine whether there is correlation

between hyperglycemia with hypertension in patients with type 2 diabetes mellitus at

Haji Adam Malik General Hospital. Method. This study is analytical method study with

cross sectional design, where the data is only taken once in a time by using secondary

data that is data obtained directly from medical records at Haji Adam Malik General

Hospital Result. from the normality test results that the data not distributed normally, so

using a rank spearman test with the results there is no relationship between

hyperglycemia with systolic hypertension (p value = 0.72) and also found no relationship

between hyperglycemia with diastolic hypertension (p value = 0.334). Conclusion. There

was no association between hyperglycemia with systolic hypertension in type 2 diabetes

mellitus patients, and there was also no association between hyperglycemia and diastolic

hypertension in type 2 diabetes mellitus patients. Key words : Hypertension,

Hyperglycemia, Diabetes Mellitus, General Hospital Haji Adam Malik Center.

viii
BAB 1

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan satu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Menurut American Diabetes Association (ADA)
(2017) diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi
pengobatan yang lama untuk mengurangi kejadian komplikasi. Menurut
International of Diabetic Federation (IDF) (2015) Indonesia merupakan negara
yang menempati urutan ke-7 dengan penderita DM berjumlah 8,5 juta penderita
setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko.
Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit
tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang (Sudoyo et al,
2007). Estimasi IDF (2015), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes
di dunia dengan usia antara 40 sampai 59 tahun pada tahun 2013. Pada tahun 2035
jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.
Diperkirakan dari 382 juta tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2014) tahun 2007 dan 2013 melakukan
wawancara untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke
atas. Didefinisikan sebagai diabetes melitus, jika pernah didiagnosis menderita
kencing manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing
manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar,
sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan turun.
Hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi diabetes melitus pada
Riskesdas 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007.
Jumlah penderita diabetes melitus menurut Riskesdas pada usia 15 tahun keatas
adalah sebesar 12 juta orang.
Menurut hasil Riskesdas, dibandingkan tahun 2007, baik proporsi diabetes
melitus maupun Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) di perkotaan, hasil
Riskesdas tahun 2013 lebih tinggi. Menurut Riskesdas, jika dibandingkan antara
1
penduduk di perkotaan dan perdesaan, ternyata dipedesaan tidak lagi lebih rendah
dibandingkan diperkotaan. Sementara di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
pada tahun 2016 jumlah penderita diabetes melitus tipe-2 adalah 1.472 pasien
dimana sebanyak 1232 pasien rawat jalan dan 240 pasien rawat inap.
Diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia merupakan salah satu
faktor resiko hipertensi (Tanto C dan Hustrini, 2016). Dari hasil peneltian
hipertensi sangat umum terjadi pada pasien diabetes melitus. Disatu sisi
peningkatan tekanan darah berhubungan dengan kejadian diabetes (Conen D et al.
2007). Menurut American Diabetes Association (ADA) (2017) dua dari tiga orang
penderita diabetes mempunyai tekanan darah tinggi. Sementara, telah dilakukan
penelitian hubungan diabetes melitus dengan hipertensi di Surakarta, didapatkan
dari 56 orang yang diperiksa terdapat 32 orang yang mengalami hipertensi (57%)
sementara 23 orang (41%) mengalami pre-hipertensi dan 1 orang (2%) normal.
Oleh karena itu dari hasil penelitian tersebut terdapat hubungan hiperglikemia
dengan hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya


adalah apakah terdapat hubungan kadar gula darah dengan tekanan darah pada
pasien rawat inap diabetes melitus tipe-2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik (RSUPHAM) tahun 2016?

1.3 Hipotesa

Ada hubungan kadar gula darah dengan tekanan darah pada pasien rawat inap
diabetes melitus tipe-2 di RSUPHAM tahun 2016.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

2
Mengetahui apakah terdapat hubungan kadar gula darah dengan tekanan darah
pada pasien rawat inap diabetes mellitus tipe-2 di RSUPHAM.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran hipertensi pada pasien rawat inap diabetes


melitus tipe-2 di RSUPHAM
b. Mengetahui prevalensi dan gambaran pasien rawat inap penderita diabetes
melitus tipe-2 di RSUPHAM

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran dalam


melakukan penelitian terkait dengan hubungan hiperglikemia dengan hipertensi
pada pasien diabetes melitus tipe-2 serta mengetahui bahaya komplikasi dari
diabetes melitus.

1.5.2 Bagi institusi Pendidikan

a. Menyediakan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya


yang terkait dengan kasus yang sama
b. Sebagai bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam upaya penyebaran
informasi mengenai hubungan hipertensi dengan hiperglikemia pada pasien
diabetes melitus tipe-2.

1.5.3 Bagi Masyarakat

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi


masyarakat tentang hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe-2
b. Sebagai wawasan untuk masyarakat mengenai kebiasaan-kebiasaan yang
dapat menimbulkan penyakit hipertensi maupun diabetes melitus tipe-2

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIPERTENSI

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran.
(Soenarta et al, 2015) Tekanan darah sistol merupakan pengukuran utama yang
menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (Soenarta et al, 2015). Hipertensi di-
definisikan oleh joint national comitte on detection, evaluation and treatment of
high blood pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan
menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin dan
umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti merokok, obesitas, inaktifasi fisik,
dislipidemia, diabetes melitus dan mikroalbuminuria (Tanto C dan Hustrini,
2016).
Hipertensi biasanya dimulai secara berangsur-angsur tanpa keluhan dan
gejala. Jika tidak diobati, kasus-kasus yang ringan sekalipun dapat menimbulkan
komplikasi berat maupun kematian. Penanganan hipertensi yang dikelola dengan
cepat dan cermat, yang meliputi modifikasi gaya hidup serta pemakaian obat-
obatan akan memperbaiki prognosis. Apabila tidak ditangani , Hipertensi memiliki
angka mortalitas yang tinggi. Kenaikan tekanan darah yang berat dapat berakibat
kematian (Kowalak J, Welsh W & Brenna, 2013).
Kebanyakan kasus dari peningkatan tekanan darah, penyebabnya tidak
diketahui secara pasti. Faktanya peningkatan tekanan darah biasanya tidak
memiliki symptomp. Inilah mengapa terkadang hipertensi disebut juga sebagai -
silent killer.

4
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi:


1. Hipertensi Primer (esensial)
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Awitan hipertensi
esensial biasanya terjadi antara usia 20 sampai 50 tahun, dan lebih sering dijumpai
pada orang afro-amerika daripada populasi umum ( Price, S. A. & Wilson, 2006) .
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit lain, misalnya pada
gangguan ginjal, penyempitan pembuluh darah terutama ginjal, tumor tertentu
atau gangguan hormon. Gangguan tersebut mengakibatkan gangguan aliran darah
sehingga jantung harus bekerja lebih keras sehingga tekanan darah meningkat
(Price, S. A. & Wilson, 2006).
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII),
klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
Krisis hipertensi >180 >110

5
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Hipertensi perbatasan 120 – 149 90 – 94
Hipertensi sistolik 120 – 149 < 90
perbatasan
Hipertensi sistolik > 140 < 90
terisolasi
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan curah
jantung. Curah jantung yang meningkat karena keadaan yang meningkatkan
frekuensi jantung, volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkat
karena faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau yang menurunkan
ukuran lumen pembuluh darah, khususnya pembuluh arteriol (Kowalak J, Welsh
W & Brenna, 2013).
Beberapa teori yang membantu menjelaskan terjadinya hipertensi. Teori-teori
tersebut meliputi:
a. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriolar yang
menyebabkan peningkatan resistensi perifer

6
b. Peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal dari
dalam pusat sistem vasomotor, peningkatan tonus ini menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer
c. Penambahan volume darah yang terjadi karena disfungsi renal atau hormonal
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah (Kowalak J,
Welsh W & Brenna, 2013).
Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung
karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja jantung akan
meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat tejadi ketika keadaan hipertrofi
tidak lagi mampu mempertahankan curah jantung yang memadai. Hipertensi juga
menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke,
dan aneurisme serta diseksi aorta (Kowalak J, Welsh W & Brenna, 2013).

2.1.4 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor resiko terjadinya hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: faktor resiko
yang dapat dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol menurut
American Heart Association (AHA) (2014).
Faktor yang tidak dapat dikontrol:
1. Genetika
Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua maka dugaan
terjadinya hipertensi pada seseorang cukup besar. Hal ini terjadi karena
pewarisan sifat melalui gen.
2. Usia
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar. penyakit hipertensi merupakan penyakit yang

7
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki
seseorang. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta pelebaran
pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua.
3. Jenis Kelamin
Hingga pada usia 54 tahun, laki-laki lebih sering mengalami peningkatan
tekanan darah darah dibanding wanita.. Tetapi pada usia 55-64 tahun laki-laki
dan perempuan memiliki prevalensi yang hampir sama, dan pada usia lebih
dari 64 tahun perempuan lebih sering mengalami hipertensi ketimbang laki-
laki.
4. Ras
Afro amerika lebih sering cendrung terjadinya hipertensi daripada Caucasian.
Faktor yang dapat di kontrol (Sutanto, 2010):
a. Obesitas
Obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko timbulnya hipertensi.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dari penderita yang tidak mengalami obesitas.
b. Stress
Keadaan stress bisa menyebabkan kelainan pengeluaran atau
pengangkutan natrium. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktifitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap.
c. Diet Sodium
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan
volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan
ekstraseluler meningkat. Terjadi mekanisme dimana cairan intraseluler
harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume caiaran ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya
hipertensi.
d. Gaya hidup kurang sehat

8
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau
kerusakan pada pembuluh darah turut berperan pada munculnya hipertensi.
Faktor-faktor tersebut antara lain merokok, asupan asam lemak jenuh, dan
tingginya kolesterol dalam darah. Selain faktor-faktor tersebut, faktor lain
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain alkohol, gangguan
mekanisme natrium yang mengatur jumlah cairan tubuh, dan faktor
hormon yang mempengaruhi tekanan darah.

5. Akibat penyakit lain


Terutama penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular, maka akan
berpotensi terjadinya hipertensi sekunder.

2.1.5 Diagnosis Hipertensi

1. Anamnesis
Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik, namun jika seseorang
menunjukan gejala, maka kemungkinan pasien mengalami hipertensi sekunder
atau menunjukkan suatu komplikasi dari hipertensi itu sendiri (National Heart
Foundation of Australia, 2016). Beberapa pasien mengalami gejala sakit
kepala, rasa seperti berputar atau penglihatan kabur, hal ini yang menunjang
kecurigaan ke hipertensi sekunder, antara lain penggunaan obat-obatan
(kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS, sakit kepala
paroksimal, berkeringat, atau takikardi, riwayat penyakit ginjal sebelumnya
( Tanto C & Hustrin, 2016).
Mencari faktor kardiovaskular lainya: merokok, obesitas, inaktivitas fisik,
dislipidemia, diabetes melitus, mikroalbuminuria atau laju filtrasi glomerulus
<60ml/menit, usia (laki-laki >55 tahun, perempuan > 60 tahun, riwayat
keluarga dengan penyaki kardiovaskular dini.
2. Pemeriksan Fisis
Nilai tekanan darah, apabila tekanan darah ≥140/90 mmHg pada 2 atau
lebih pengukuran, hipertensi dapat di tegakkan. Pemeriksaan tekanan darah

9
harus menggunakan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat
(setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi
1) Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula
darah, lemak darah, elektrolit, kalsium, asam urat, dan urinalisis
2) Pemeriksaan lain : pemeriksaan fungsi jantung (elektrokardiografi),
fundoskopi, USG Ginjal, foto Toraks, Ekokardiografi
b. Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan klinis hipertensi sekunder menurut
Tanto C & Hustrin (2016), antara lain:
1) Hipotiroidisme : TSH , FT4, FT3
2) Hiperparatiroidisme: kadar PTH
3) Hiperaldosteronisme : kadar aldosteron plasma , renin plasma CT-Scan
abdomen
4) Sindrom cushing: kadar kortisol urin 24 jam
5) Hipertensi Renovaskuler : CT-angiogravi arteri renalis, USG Ginjal ,
Doppler sonografi.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ menurut Tanto C & Hustrin


(2016), anatara lain:
1) Serebrovaskular: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskular.
2) Mata: Retinopati Hipertensif
3) Kardiovaskular: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi
ventrikel kiri, penyakit jantung koroner
4) Ginjal: Neforopati Hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis
5) Arteri perifer: Klaudikasio intermiten

2.2 DIABETES MELITUS

2.2.1 Definisi

10
Berdasarkan definisi ADA, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.(Batubara, tridjaja AAP
& Pulungan, 2010)
Terdapat 2 kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe-1 dan tipe-2,
diabetes tipe-1, dulu disebut insulin-dependent atau juvenile, ditandai dengan
kurangnya produksi insulin dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.
Walaupun demikian berkat kemajuan teknologi kedokteran, kualitas hidup DM
tipe-1 tetap dapat sepadan dengan anak normal lainnya apabila standar pelayanan
memadai. DM tipe-1 merupakam kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme
glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh
kerusakan sel-β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang atau terhenti (Batubara, tridjaja AAP, Pulungan,
2010). Diabetes tipe-2, dulu disebut non-insulin-dependent, disebabkan
penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh atau resistensi insulin.
Diabetes melitus tipe-2 ini merupakan 90% dari seluruh diabetes. Sedangkan
diabetes gestasional adalah hiperglikemia yang didapatkan saat kehamilan (Tanto
C dan Hustrini, 2016). Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Impaired
Glucose Tolerance (IGT) Dan Glukosa Darah Puasa terganggu (GDP terganggu)
atau Impaired Fasting Glycmia (IFG) merupakan kondisi transisi antara normal
dan diabetes. Orang dengan IGT atau IFG beresiko tinggi berkembang menjadi
diabetes tipe-2 (Riskesdas, 2014)

2.2.2 Etiologi

Diabetes melitus memiliki beberapa penyebab, termasuk:


a. Hereditas
b. Lingkungan (Infeksi, makanan, toksin, stres)
c. Perubahan gaya hidup pada orang yan secara genetik rentan
d. Kehamilan

2.2.3 Patofisiologi

11
Pada DM tipe-1 terjadi penurunan insulin pasca makan menyebabkan
penggunaan glukosa oleh otot dan lemak berkurang mengakibatkan hiperglikemi
postprandial. Bila insulin makin menurun, berusaha memproduksi lebih banyak
glukosa melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis. Akan tetapi karena glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke sel maka hepar akan berusaha lebih keras lagi
sebagai akibatnya timbullah hiperglikemia puasa.(Batubara, tridjaja AAP,
Pulungan, 2010)
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu
atau lebih faktor berikut ini: kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang
tidak tepat didalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer atau
resistensi insulin. Faktor genetik merupakan hal yang signifikan, dan awitan
diabetes dipercepat oleh obesitas serta gaya yang kurang baik. (Kowalak J, Welsh
W & Brenna, 2013)
Diabetes jangka panjang memberi dampak yang parah pada sistem
kardiovaskular. Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan pembuluh
darah kecil. Penyebab penebalan tersebut berkaitan dengan tingginya kadar
glukosa dalam darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkam iskemia dan
penurunan penyaluran oksigen dan zat gizi kejaringan. Hipoksia kronis secara
langsung merusak dan menghancurkan sel. Pada sistem makrovaskular di lapisan
endotel arteri akibat hiperglikmia permeabilitas sel endotel meningkat sehingga
molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel endotel akan
mencetuskan reaksi inflamasi sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit,
makrofag dan jaringan fibrosa. Penebalan dinding arteri menyebabkan hipertensi
yang semakin merusak lapisan endotel arteri (Budiman dan P Sihombing, 2015)
Diabetes Gestasional dapat terjadi jika hormon-hormon plasenta melawan
balik kerja insulin sehingga timbul resistensi insulin. Diabetes Gestasional
merupakan faktor resiko yang signifikan bagi terjadinya diabetes melitus tipe 2 di
kemudian hari. (Kowalak J, Welsh W & Brenna, 2013)

2.2.4 Faktor Risiko

Faktor risiko diabetes melitus antara lain:

12
1) Merokok
2) Hipertensi
3) Riwayat penyakit jantung koroner
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Obesitas
6) Pola hidup
7) Status ekonomi
8) pendidikan

2.2.5 Diagnosis

Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan klasik atau non-klasik. Keluhan


klasik berupa:
1) Poliuria
2) Polifagia
3) Polidipsia
4) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Keluhan lain atau non-klasik:


1) Badan terasa lemah
2) Kesemutan
3) Gatal
4) Mata kabur
5) Nyeri pada ekstremitas yang tidak jelas sebabnya
6) Luka yang sulit sembuh
7) Disfungsi ereksi pada pria
8) Pruritus vulva pada perempuan

Pada anamnesis juga dapat ditanyakan:


1) Pemeriksaan laboratium terdahulu
2) Status gizi
3) Pola diet
4) Riwayat perubahan berat badan

13
5) Tumbuh kembang
6) Infeksi sebelumnya
7) Riwayat pengobatan

2.2.6 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes melitus Menurut Tanto C dan Hustrin (2016) meliputi:
1) penyakit mikrovaskuler, termasuk retinopati, nefropati, dan neuropati
2) dislipidemia
3) penyakit makrovaskuler, termasuk penyakit arteri koroner, arteri perifer, dan
arteri serebri
4) ketoasidosis diabetik
5) ulserasi kulit
6) gagal ginjal kronis

2.1 KERANGKA TEORI

Defenisi Faktor resiko

Diabetes Melitus tipe-


Etiologi Diagnosa
2 (Hiperglikemia)

Patofisiologi Komplikasi

Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah


arteriolar

Definisi Faktor resiko

Hipertensi
klasifikasi Diagnosa

Patofisiologi 14 komplikasi
2.4 KERANGKA KONSEP

Kerangka penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggambarkan hubungan


hiperglikemia dengan hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe-2 di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) tahun 2016. Secara skematis kerangka
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut

Hiperglikemia Hipertensi

15
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Desain penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Observasional


Analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, dimana
pengambilan data dilakukan hanya sekali saja dengan menggunakan data sekunder
yang berasal dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

3.2 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
Waktu pengambilan dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan
Oktober-November 2017.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe-2 di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang melakukan pengobatan Rawat inap
pada bulan Januari-Desember 2016 yang berjumlah 240 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel merupakan hasil pemilihan subyek dari populasi untuk memperoleh
karakteristik populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah Consecutive
sampling. Consecutive sampling adalah pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri
atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi.

Estimasi besar sampel

( )
[ ]

16
Keterangan :

Zα = Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 0,01 = 2,57

Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 0,01 = 2,32

r =Korelasi minimal yang dianggap bermakna =

0,619

()
] [

Kriteria Data rekam medis yang mencakupi hal berikut:

1) Pasien hiperglikemia yang mengalami hipertensi


2) pasien normoglikemia yang mengalami hipertensi
3) Pasien hiperglikemia yang tidak mengalami hipertensi
4) pasien normoglikemia yang tidak mengalami hipertensi

3.4 Metode pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari pencatatan rekam medik pasien diabetes melitus tipe-2 di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2016. Rekam medik dikumpulkan dan
dilakukan pencatatan/tabulasi dengan jenis variabel yang akan diteliti.

3.5 Metode analisis data


Pengolahan dan analisa data dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pengumpulan
data, pengolahan data, penyajian data, analisis/interpretasi data dan pengambilan
kesimpulan. Data yang diperoleh dideskripsikan menggunakan program
Statistical Product and Service Solutions (SPSS). langkah-langkah melakukan
analisis data adalah sebagai berikut.
a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Dalam


analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel
(Noetoatmodjo, 2010).
17
b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis hasil dari variabel independent yang


diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependent. analisis yang
digunaknan adalah tabulasi silang. untuk menguji hipotesa dilakukan analisis
statistik dengan menggunakan rumus Chi-Squere pada taraf kepercayaan 95%
(0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara
statistik.

Data masing-masing subvariabel dimasukkan kedalam tabel, kemudian tabel


dianalisis untuk membandingkan antara nilai p value <0,05 artinya ada
hubungan antara variabel independent dengan dependent dan jika p value >0,05
artinya tidak ada hubungan antara variabel independent dengan variabel
dependent.

Bila tabel 2x2 dan dijumpai nilai Expected <5, maka di uji dengan Fisher
Exact Test. Bila Tabel 2x2 dan tidak ada nilai Expected <5, maka di uji dengan
Countinuity correction. bila tabel 3x2, 3x3, dsb, maka diuji dengan pearson chi
squere.

3.6 Definisi operasional


Sesuai dengan masalah, tujuan dan model penelitian, maka yang
menjadi vaiabel dalam penelitian berserta definisi operasionalnya masing-
masing dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut
Tabel 3.6.Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala
Hipertensi Data hasil pengukuran Observasi Ya Kategorik
tekanan darah saat Rekam Tidak
kunjungan pertama ke- Medis
Rumas sakit yang
terdapat pada rekam
medis
Hiperglikemia Data hasil pemeriksaan Observasi Ya Kategorik
kadar gula darah puasa Rekam Tidak
pertama saat kunjungan Medis
pertama ke-Rumah

18
sakit yang terdapat
pada rekam medis

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data dilakukan di bagian Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit


Umum Pusat Haji Adam Malik dengan melihat data pasien yang terdiagnosa
diabetes melitus tipe-2. Instalasi Rekam Medis adalah unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
rekam medis. Instalasi medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
yang melakukan penerimaan dan pengelolaan rekam medis, memantau
pelaksanaan rekam medis, menyimpan atau pengeluaran kembali berkas-berkas
rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau
no.17 Km.12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Madya Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes
No.502MenkesSKIX1991, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga
sebagai rumah sakit rujukan wilayah.
Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal
dari rekam medis penderita diabetes melitus tipe-2 yang di rawat inap berdasarkan
pemeriksaan kadar gula darah puasa. Data yang diambil merupakan data rekam
medis bulan Januari sampai Desember tahun 2016. Total rekam medis penderita
diabetes melitus tipe-2 rawat inap pada tahun 2016 adalah 240 data, dari 240 data
tersebut terdapat data-data yang hanya pemeriksaan gula darah 2 jam
Postpandrial atau nilai Hb-A1c saja yang terdapat di data, sehingga peneliti
sedikit kesulitan dalam mengumpulkan data rekam medis pasien berdasarkan
pemeriksaan kadar gula darah puasa. Tetapi peneliti berhasil mengumpulkan
seluruh sampel sesuai yang dibutuhkan penelitian berdasarkan pemeriksaan kadar
gula darah puasa. untuk data hipertensi dibagi menjadi dua kategori, yaitu

19
hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik Waktu pengambilan dan pengumpulan
data penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2017.

Tabel 4.1 Ditribusi hipertensi pada pasien dm tipe-2 rawat inap berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase


Laki-Laki 20 83,3%
Perempuan 4 16,7%
Total 24 100%

Dari total 24 data pasien yang mengalami hipertensi sistolik maupun diastolik,
didapatkan bahwa terdapat 18 (81,8%) data pasien berjenis kelamin laki-laki, dan
4 (18,2%) data pasien berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.2 Ditribusi frekuensi hipertensi pasien dm tipe-2 rawat inap berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase


20-39 2 8,3%
40-59 8 33,3%
≥60 14 58,3%
Total 24 100%

Dari total 24 data pasien yang mengalami hipertensi sistolik maupun diastolik,
didapatkan bahwa terbanyak berada dikelompok usia ≥ 60 tahun yaitu sebanyak
14 (58,3%) data pasien. sementara terbanyak kedua adalah berada dikelompok
usia 40-59 tahun yaitu sebanyak 8 (33,3%) data pasien. sementara yang tersikit
berada dikelompok usia 20-39 tahun yaitu sebanyak 2 (8,3%) data pasien.

Tabel 4.3 Ditribusi frekuensi pasien diabetes melitus tipe-2 berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase


20-39 4 8,1%
40-59 24 49%

20
≥60 21 42,9%
Total 49 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 49 pasien diabetes melitus tipe-2
lebih banayak diderita kelompok usia 40-59 tahun (49%). Hal ini hampir sama
dengan hasil yang didapatkan (IDF,2013) menyatakan bahwa penderita terbanyak
berada diantara usia 40-59 tahun.

Tabel 4.4 Ditribusi frekuensi pasien diabetes melitus tipe-2 berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase


Laki-Laki 35 71,4%
Perempuan 14 28,6%
Total 49 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 49 pasien diabetes melitus tipe-2
terdapat 35 pasien (71,4%) berjenis kelamin laki-laki, dan 14 pasien (28,6%)
berjenis kelamin perempuan, yang berarti dari penelitian ini didapatkan bahwa
jumlah penderita diabetes melitus tipe-2 lebih banyak dialami oleh pasien berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini sama dengan hasil yang ditemukan oleh (IDF,2013), IDF
menyatakan bahwa penderita berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan penderita berjenis kelamin perempuan. IDF melakukan penelitian
diabetes ditahun 2013 menemukan bahwa penderita berjenis kelamin laki-laki 14
juta kali lebih banyak dari pada penderita berjenis kelamin perempuan.
Data penelitian ini menggunakan tabel 2x2 dan terdapat nilai Expected <5,
maka dilakukan uji alternatif yaitu menggunakan uji Fisher Exact Test.

Tabel 4.5 hubungan hiperglikemia dengan hipertensi sistolik

Tekanan Kadar Gula Darah Total P value


Darah Hiperglikemia Normoglikemia

21
Hipertensi 19 (86,4%) 3 (13,6%) 22 (44,9%)
0,562
Normotensi 24 (89%) 3 (13,6%) 27 (55,1%)
Total 43 (87,8%) 6 (12,2%) 49 (100%)

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa 22 orang (44,9%) mengalami hipertensi


sistolik. Dari 22 (44,9%) orang tersebut terdapat 19 orang (86,4%) yang
mengalami hiperglikemia dan 3 orang (13,6%) normoglikemia. Sementara
terdapat 27 (55,1%) orang yang tidak mengalami hipertensi sistolik. Dari 27
(55,1%) orang tersebut terdapat 24 (89%) orang mengalami hiperglikemia dan 3
orang (13,6%) normoglikemia. Dari hasil uji hubungan antara hiperglikemia
dengan hipertensi sistolik pada pasien dibetes melitus tipe-2, yang diuji dengan uji
Fisher Exact Test. didapatkan nilai p yaitu 0,562 (>0.05) hal ini berarti Ho
diterima dan Ha ditolak, dimana Ho adalah tidak terdapat hubungan antara
hiperglikemia dengan hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe-2. Sedangkan
Ha ada hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi pada pasien diabetes
melitus tipe-2. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat
hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi sistolik pada pasien diabetes
melitus tipe-2.

Tabel 4.6 hubungan hiperglikemia dengan hipertensi diastolic

Tekanan Kadar Gula Darah Total P value


Darah Hiperglikemia Normoglikemia
Hipertensi 12 (85,7%) 2 (12,3%) 14 (28,6%)
0,559
Normotensi 31 (88,6%) 4 (11,4%) 35 ( 71,4%)
Total 43 (87,8%) 6 (12,2%) 49 (100%)

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat 14 (28,6%) orang yang


mengalami hipertensi diastolik. Dari 14 (28,6%) orang tersebut terdapat 12 orang
(87,7%) hiperglikemia dan 2 orang (12,3) normoglikemia. Sementara terdapat 35
orang (71,4%) tidak mengalami hipertensi diastolik. Dari 35 orang ( 71,4%)
tersebut terdapat 31 orang (88,6%) mengalami hiperglikemia dan 4 orang (11,4%)

22
normoglikemia. Setelah diuji dengan uji Fisher Exact Tes, didapatkan nilai p yaitu
0,559 (>0,05) hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. oleh karena itu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia dengan
hipertensi diastolik pada pasien diabetes melitus tipe-2.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian (Iin Mutmainah, 2013)
penelitian Iin Mutmainah, didapatkan nilai p<0,05. hal ini berarti H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan kadar gula darah dengan hipertensi
pada pasien diabetes melitus tipe-2. Pada correlation coefficient (kekuatan
korelasi), didapatkan nilai 0,015. Ini menunjukkan nilai korelasi rank spearman
adalah korelasi positif dengan kekuatan lemah.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Rosnita,2016) yang menyatakan tidak terdapat hubungan
hiperglikemia dengan hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe-2. Hal ini
mungkin dikarenakan belum terjadinya komplikasi mikrovakuler dan
makrovaskuler, karena hubungannya untuk menyebabkan hipertensi sangatlah
kompleks. Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan pembuluh darah
kecil. Penebalan tersebut berkaitan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah.
Pada komplikasi makrovaskular di lapisan endotel hiperglikmia bisa
menyebabkan permeabilitas sel endotel meningkat sehingga bisa mencetuskan
hipertensi. Atau, hal ini mungkin disebabkan beberapa pasien diabetes melitus
tipe-2 menggunakan obat antihipertensi. Hal ini menjadi kendala karena beberapa
rekam medis milik pasien tidak tertera apakah si pasien memiliki riwayat
pengguna obat antihipertensi atau tidak.

23
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari data yang diperoleh, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi sistolik
pada pasien diabetes melitus tipe-2.
2. tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia dengan hipertensi diastolik
pada pasien diabetes melitus tipe-2.
3. Berdasarkan distribusi jenis kelamin pasien diabetes melitus tipe-2 yang
mengalami hipertensi lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan.
4. Berdasarkan distribusi usia pasien diabetes melitus tipe-2 yang
mengalami hipertensi lebih banyak diderita oleh kelompok usia ≥ 60
tahun.
5. Berdasarkan ditribusi usia, pasien diabetes melitus tipe-2 paling banyak
diderita oleh kelompok usia 40-59 tahun.
6. Berdasarkan distribusi jenis kelamin, pasien diabetes melitus tipe-2 paling
banyak diderita oleh pasien berjenis kelamin laki-laki daripada pasien
berjenis kelamin perempuan.

5.2 SARAN

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti, maka dapat
diungkapkan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak,. Adapun
saran tersebut, yaitu:
1. Penderita diabetes melitus tipe-2 berjenis kelamin laki-laki disarankan
untuk lebih peduli dan menjaga tekanan darahnya dengan menghindari
faktor-faktor resiko yang sering dialami oleh penderita laki-laki seperti
merokok, meminum alkohol, dll.

24
2. Disarankan untuk penderita diabetes melitus tipe-2 dengan usia ≥ 40 tahun
lebih mewaspadai terjadinya hipertensi dengan cara lebih rutin kontrol
tekanan darahnya.
3. Disarankan untuk seluruh masyarakat mulai rutin melakukan cek kadar
gula darah sejak berusia 20 tahun.
4. Disarankan untuk seluruh penderita diabetes melitus tipe-2 tetap rutin
kontrol tekanan darahnya, walaupun dari hasil penelitian ini tidak terdapat
hubungan, namun berdasarkan teori, peningkatan kadar gula darah dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
5. Disarankan kepada peneliti selanjutnya menggunakan data primer dalam
melakukan penelitian selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anwer, Z., Sharma, K., Garg, V. K., Kumar, N. & Kumari, A. 2011, ’Hypertension
management in diabetic patients', Meerut Institute of Engineering and
Technology, Meerut India.

Budiman & Rosmariana Sihombing, P. 2015, 'Hubungan Dislipidemia,


Hipertensi Dan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Infark Miokard Akut',
UNAND, Cimahi.

Conen D, Ridker PM, Mora S, Buring JE & Glynn RJ. 2007, Blood pressure and
risk of developing type 2 diabetes mellitus: the Women’s Health Study. Eur
Heart J.

Hypertension in Diabetes Study (HDS) I., Prevalence of hypertension in newly


presenting type 2 diabetic patients and the association with risk factors ,
Jenderal Achmad Yani, Cimahi.

Iin Mutmaimanah. 2013, Hubungan Kadar Gula Darah dengan Hipertensi Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Rumah Sakit Umum Daerah karawang.
UMS, Surakarta.

International Diabetes Federation. 2015, Idf Diabetes Atlas, Idf Diabetes Atlas,
6th, Chaussee de la Hulpe, Brussels Belgium

Kemenkes RI. 2014, 'Pusdatin Hipertensi', Infodatin, Jakarta selatan.

Kementrian Kesehatan RI. 2014, 'Waspada Diabetes; Eat well, Life well',
infodatin,

Jakarta selatan.

Kowalak, J. p, Welsh, W. and Brenna, M. 2013, Buku Ajar Patofisiologi : Sistem


Endokrin, EGC, Jakarta.

Kowalak, J. p, Welsh, W. and Brenna, M. 2013b, Buku Ajar Patofisiologi : Sistem

26
Kardiovaskuler, EGC, Jakarta.

Priantono, D. and Sulistianingsih, P. D. 2016, 'Diabetes Melitus', in Kapita


selekta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pusat.

Price, S. A. and Wilson, L. M. 2006, 'Gagal ginjal kronik', in patofisiologi,933.,

EGC, Jakarta.

Rosnita Sebayang. 2016. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Hipertensi pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di RS Myria Palembang.

Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni, A. S. S., Barack, R., Lukito, A. A.,


Hersunarti, N., Lukito, A. A. & Pratikto, R. S. 2015, 'Pedoman tatalaksana
hipertensi pada penyakit kardiovaskular', Pengurus Pusat Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), Jakarta.

Sutanto 2010, 'Hipertensi', in Cekal penyakit modern, ANDI, Yogyakarta.

Tanto, C. and Hustrini, M. N. 2016, 'Hipertensi', in Kapita selekta, Universitas


Ke . Universitas Indonesia Fakultas kedokteran, Jakarta.

Understanding and Managing High Blood Pressure. 2014, American Heart


Association (AHA), American.

Yan, Q., Sun, D., Li, X., Chen, G., Zheng, Q., Li, L., Gu, C. and Feng, B. 2016,
'Association of blood glucose level and hypertension in Elderly Chinese
Subjects: a community based study', BMC Endocrine Disorders, Shanghai
China.

27
DATA RIWAYAT HIDUP

Nama : Amirul Fitrah


NIM : 140100105
Tempat / tanggal lahir : Kuala Batee,Aceh / 04 Januari 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Nama Ayah : Syahyuril
Nama Ibu : Diana Dewi
Alamat : Jalan Garu II Komp.Grand Harjosari no 9i,
Medan
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 2 Subulussalam Aceh
2. SMP Swasta Al – Azhar Medan
3. SMA Swasta Al – Azhar Medan
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Riwayat Organisasi :
1. Anggota Departement Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU
2. Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat TBM FK USU PEMA FK USU
3. Anggota FOSKAMI PEMA FK USU
4. Ketua TBM FK USU PEMA FK USU

Riwayat kepanitiaan
1. Kordinator Acara Panitia Hari Gizi Nasional PEMA FK USU 2014
2. Kordianator Peralatan dan Tempat Pengabdian Masyarakat PEMA FK
USU 2014
3. Anggota Panitia PORSENI PEMA FK USU 2014
4. Wakil Kordinator Badminton PORSENI PEMA FK USU 2015
5. Anggota Panitia BAKSOS NASIONAL PTBMMKI 2017

28
LAMPIRAN A SURAT IZIN PENELITIAN KAMPUS

29
LAMPIRAN B SURAT IZIN PENELITIAN

30
LAMPIRAN C SURAT IZIN PENELITIAN RUMAH SAKIT

31
LAMPIRAN D TABEL DATA

No. Jenis Kelamin Usia kgd puasa TD sistol TD diastole


1 laki-laki 58 176 90 70
2 laki-laki 45 342 100 70
3 laki-laki 63 302 190 100
4 perempuan 51 200 110 60
5 perempuan 38 90 110 80
6 laki-laki 59 117 130 90
7 laki-laki 55 97 120 80
8 perempuan 44 460 160 70
9 laki-laki 37 266 120 80
10 laki-laki 57 205 120 80
11 laki-laki 60 184 200 90
12 perempuan 61 99 160 100
13 laki-laki 63 311 160 90
14 laki-laki 55 388 170 90
15 laki-laki 70 126 140 80
16 laki-laki 80 97 160 80
17 laki-laki 63 224 170 70
18 laki-laki 50 294 130 80
19 perempuan 71 80 230 130
20 perempuan 53 311 90 60
21 perempuan 61 304 170 70
22 laki-laki 27 247 180 70
23 laki-laki 65 385 110 70
24 laki-laki 61 304 170 70
25 laki-laki 61 110 150 60
26 laki-laki 64 406 130 80
27 laki-laki 63 114 160 70
28 laki-laki 72 194 130 90
29 laki-laki 56 227 140 90
30 laki-laki 51 258 120 70
31 perempuan 63 236 120 70
32 laki-laki 50 261 150 90
33 perempuan 65 192 130 80
34 laki-laki 59 202 140 90
35 perempuan 50 152 130 80

32
36 laki-laki 64 351 130 70
37 laki-laki 48 302 160 90
38 laki-laki 48 278 120 80
39 laki-laki 50 163 120 60
40 perempuan 55 176 130 80
41 perempuan 67 119 130 60
42 laki-laki 65 198 140 90
43 laki-laki 59 200 140 80
44 laki-laki 50 178 100 70
45 laki-laki 49 183 130 90
46 perempuan 63 210 110 70
47 laki-laki 58 285 90 60
48 laki-laki 27 247 180 70
49 perempuan 51 90 100 80

33
PERNYATAAN

Hubungan Hiperglikemia dengan Hipertensi pda Pasien Diabetes


Melitus Tipe-2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Tahun 2016

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai


syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari
hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian
ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar
akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 11 Desember 2017


Penulis,

Amirul Fitrah
NIM. 140100105

34

Anda mungkin juga menyukai