PENDAHULUAN
A. Penyebab Korupsi
Bologna dan Lindquist dalam Fraud Auditing and Forensic Accounting
(New York: John Wiley & Sons, 1995) menyatakan : "Some people are honest
all the time, some people (fewer than the honest ones) are dishonest all the
time, most people are honest all the time, and some people are honest most of
the time". Artinya : "Sejumlah orang jujur untuk setiap saat, sejumlah orang
tidak jujur setiap saat, sebagian besar orang jujur setiap saat, dan sejumlah
orang jujur hampir setiap saat".
Berdasarkan pendapat diatas dapat dibuat suatu generalisasi tentang
perilaku manusia secara umum, yaitu :
1. Sejumlah orang jujur untuk setiap saat (Some people are honest all the
time)
2. Sejumlah orang tidak jujur untuk setiap saat (some people are dishonest all
the time)
3. Sebagian besar orang jujur untuk setiap saat (most people are honest all the
time)
4. dan sejumlah orang jujur hampir setiap saat (and some people are honest
most of the time).
Meskipun terdapat banyak cara untuk melakukan kecurangan, secara
umum terdapat tiga unsur penting yang menyebabkan seseorang melakukan
kecurangan, yaitu :
1. adanya tekanan (perceived pressure)
2. adanya kesempatan (perceived opportunity),
3. berbagai cara untuk merasionalisasi agar kecurangan dapat diterima (some
way to rationalize the fraud as acceptable). Ketiga unsur tersebut
membentuk apa yang disebut dengan segitiga kecurangan
Setiap pelaku kecurangan menghadapi berbagai macam tekanan
(pressure). Tekanan yang paling kuat adalah berkaitan dengan kebutuhan
finansial, meskipun ia juga menghadapi tekanan selain finansial (seperti
frustasi ditempat kerja, kebutuhan untuk melaporkan hasil yang lebih baik
daripada kinerja yang sebenarnya, atau tantangan untuk menyiasati sistem)
juga merupakan faktor pendorong untuk melakukan kecurangan.
Pelaku kecurangan memerlukan suatu cara untuk membenarkan
(merasionalisasi) atas tindakan yang mereka lakukan agar dapat diterima.
Pelaku merasionalisasikan tindakannya dua alasan, yaitu ia tidak yakin bahwa
apa yang telah ia lakukan adalah melanggar hukum (ilegal), meskipun ia
mengakui bahwa tindakan tersebut tidak etis, dan ia yakin bahwa ia akan
mendapatkan uang pengganti dari sumber lain dan sehingga dapat membayar
kembali atas uang yang telah ia gelapkan.
Dalam benak pikirannya, ia hanya meminjam dan meskipun cara yang
mereka lakukan adalah tidak etis, ia akan membayar kembali utang tersebut.
Setelah semua itu, hampir semua orang akan ikut-ikutan melakukan hal serupa.
Dalam hal terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, sebagai
contoh, tekanan (pressure) mungkin kebutuhan untuk membuat bahwa laba
perusahaan kelihatan lebih baik untuk mendapatkan pinjaman yang lebih besar,
kesempatan (opportunity) mungkin karena adanya kelemahan komite audit,
dan sebagainya.