1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit (Djojodibroto, 2007). Menurut Corwin
(2008) pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDDI, 2003).
o Staphylococcus aureus 9%
o Enterobacter 5,26%
3. Patofisiologi
Mikroorganisme masuk ke saluran nafas atas menyebabkan reaksi imun dan
mekanisme pertahanan terganggu kemudian membentuk kolonisasi mikroorganisme
sehingga terjadi inflamasi. Selain itu toksin yang dikeluarkan bakteri dapat secara
langsung merusak sel-sel sistem pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan
alveolar II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respon imun dan inflamasi yang paling
mencolok yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus
(Corwin, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuan penyebab, usia,
status imunologis dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis beratt yaitu sesak dan
sianosis. Gejala dan tanda pneumonia dibedakan gejala non spesifik, pulmonal,
pleural dan ekstrapulmonal.
A. Gejala spesifik
a. Demam
b. Menggigil
c. Sfalgia
d. Gelisah
e. Gangguan Gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare atau sakit perut
B. Gejala pulmonal
a. Nafas cuping hidung
b. Takipnea, dispnea dan apnea
c. Menggunakan otot interkostal dan abdominal
d. Batuk
e. Wheezing
C. Gejala pleura
D. Gejala ekstrapulmonal
a. Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia karena
Staphylococus aureus
b. Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada kasus infeksi
karena Streptococus pneumoniae atau H. Influenza
5. Komplikasi
Efusi pleura
Empiema
Pneumotoraks
Piopneumotoraks
Pneumatosel
Abses Paru
Sepsis
Gagal nafas
Ileus paralitik fungsional
6. Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di
rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya
S. pneumoniae yang resisten penisilin. Menurut ATS (2001), yang termasuk dalam
faktor modifikasis adalah:
• Pecandu alkohol
c. Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Gizi kurang
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
7. Pemeriksaan Penunjang
A. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
pemeriksaan diagnosis etiologi dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak
diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003).
8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
o Aktivitas/istirahat
o Sirkulasi
o Makanan/cairan
o Neurosensori
o Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
o Pernafasan
o Keamanan
o Penyuluhan/pembelajaran
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
- Dispnea, sianosis
Intervensi:
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
- Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi
nafas
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
- Dispnea, sianosis
- Takikardia
- Gelisah/perubahan mental
- Hipoksia
KH :
Intervensi :
- Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif.
- Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master
venturi.
Intervensi :
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
- Kolaborasi
- Dispnea
- Takikardia
- Sianosis
Tujuan : menunjukkan peningkatan terhadap toleransi aktivitas.
KH :
- TD = 120/80 mmHg
- N = 60 – 100 x/mnt
- RR = 12 – 24 x/mnt
- Dyspnea (-)
- Kelemahan fisik (-)
Intervensi
- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
- Nyeri dada
- Sakit kepala
- Gelisah
Intervensi:
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia,
juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
- Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
- Kolaborasi
Intervensi
- Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang) makanan yang menarik oleh pasien.
Intervensi:
- Kolaborasi
D. Implementasi
E. Evaluasi
Asih, Retno. dkk. 2006. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita
Selekta Ilmu Kesehatan Anak Kuliah Pneumonia.
Corwin, J. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. 2008. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). 2007. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
PPDI. 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan