s
1102012028
Frekuensi
<1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
Lama serangan <1minggu >1minggu
periode bebas
serangan
Intensitas
Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
serangan
Diantara Gejala siang dan
Tanpa gejala Sering ada gejala
serangan malam
Tidur dan
Tidak tergganggu Sering tergganggu Sangat tergganggu
aktifitas
Pemeriksaan
Normal ( tidak Mungkin tergganggu
fisik diluar Tidak pernah normal
ditemukan kelainan) (ditemukan kelainan)
serangan
Obat
pengendali(anti Tidak perlu Perlu Perlu
inflamasi)
Uji faal PEFatauFEV1<60-
PEFatauFEV1>80% PEVatauFEV<60%
paru(diluar 80%
serangan)
Variabilitas faal
Variabilitas 20-30%.
paru(bila ada Variabilitas>15% Variabilitas>30%
Variabilitas >50%
serangan)
PEF=Peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak), FEV1=Forced expiratory volume in
second (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Asma Bronkial
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani
dengan semestinya, mengi (wheezing) dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal
untuk menegakkan diagnosis.
Secara umum untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya kelainan.
Perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda asma yang paling
sering ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi
diluar serangan. Begitu juga pada asma yang sangat berat berat mengi dapat tidak terdengar
(silent chest), biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemukan hal-hal sebagai
berikut, sesuai derajat serangan :
1. Inspeksi
a. pasien terlihat gelisah,
b. sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi epigastrium,
retraksi suprasternal),
c. sianosis
2. Palpasi
a. biasanya tidak ditemukan kelainan
b. pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus
3. Perkusi
a. biasanya tidak ditemukan kelainan
4. Auskultasi
a. ekspirasi memanjang,
b. mengi,
c. suara lendir
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:
a. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
c. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
d. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus.
e. Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.
f. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit selain asma.
Diagnosis Banding
Dewasa
a. Penyakit paru obstruktif kronik f. Obstruksi mekanis
(PPOK) g. Emboli paru
b. Bronkitis kronik
c. Gagal jantung kongestif
d. Batuk kronik akibat lain-lain
e. Disfungsi larings
Anak
a. Rinosinusitis
b. Refluks gastroesofageal
c. Infeksi respiratorik bawah viral berulang
d. Displasia bronkopulmoner
e. Tuberkulosis
f. Malformasi kongenital yang menyebabkan penyempitan saluran respiratorik intratorakal
g. Aspirasi benda asing
h. Sindrom diskinesia silier primer
i. Defisiensi imun
j. Penyakit jantung bawaan
1. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko
asma (orangtua asma), dengan cara :
a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak
b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak
mengganggu asupan janin
c. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
d. Diet hipoalergenik ibu menyusui
2. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah
tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam
ruangan terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang
telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang
dikenal dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan
bahwa pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi
dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan
kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin pada
penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).
Penilaian Derajat Serangan Asma Pada Anak
ALGORITMA
PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH
Terapi awal
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat
(setiap 20 menit, 3 kali dalam 1 jam), atau Bronkodilator oral
Penilaian Awal
-
Riwayat dan pemeriksaan fisik
(auskultasi, otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE atau
Serangan Asma Ringan Serangan Asma Sedang/Berat Serangan Asma Mengancam Jiwa
Pengobatan Awal
Respons baik dan stabil dalam Resiko tinggi distress Resiko tinggi distress
60 menit Pem.fisis : gejala ringan – sedang Pem.fisis : berat, gelisah dan
Pem.fisi normal APE > 50% terapi < 70% kesadaran menurun
APE >70% prediksi/nilai Saturasi O2 tidak perbaikan APE < 30%
terbaik PaCO2 < 45 mmHg
Pengobatan dilanjutkan Inhalasi agonis beta-2 + anti— Inhalasi agonis beta-2 + anti
dengan inhalasi agonis beta-2 kolinergik kolinergik
Membutuhkan kortikosteroid Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid IV
oral Aminofilin drip Pertimbangkan agonis beta-2 injeksi
Edukasi pasien Terapi Oksigen pertimbangkan kanul SC/IM/IV
- Memakai obat yang nasal atau masker venturi Aminofilin drip
benar Pantau APE, Sat O2, Nadi, kadar Mungkin perlu intubasi dan ventilasi
- Ikuti rencana pengobatan teofilin mekanik
Pulang
Dirawat di ICU
Bila APE > 60% prediksi / terbaik. Tetap Bila tidak perbaikan dalam 6-12 jam
berikan pengobatan oral atau inhalasi
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma Pedoman & Penatalaksanaan Di Indonesia, , 2004.
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak
Klinik / IGD
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
nebulisasi ketiga + antikolinergik
jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+antikoinergik)
Serangan berat
Serangan ringan Serangan sedang
(nebulisasi 1-3x, respons baik, (nebulisasi 1-3x, (nebulisasi 3x,
gejala hilang) respons parsial) respons buruk)
observasi 2 jam
jika efek bertahan, boleh berikan oksigen (3) sejak awal berikan O2
pulang nilai kembali derajat saat / di luar nebulisasi
jika gejala timbul lagi, serangan, jika sesuai dgn pasang jalur parenteral
perlakukan sebagai serangan sedang, nilai ulang klinisnya, jika
serangan sedang observasi di Ruang sesuai dengan serangan
Rawat Sehari/observasi berat, rawat di Ruang
Rawat Inap
foto Rontgen toraks
*) Ketotifen dapat digunakan pada pasien balita dan/atau asma tipe rinitis
STRATEGI PRIMARY HEALTH CARE
DALAM PENGENDALIAN ASMA
MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PASIEN
KONSELING
PUSKESMAS ASMA KELOMPOK
ADVOKASI keputusan
LSM /pemilik dana
Media Massa
Dokter
PKM
Dinkes Individu
Kab/Kota KOORD Puskesmas Tenaga PKM Perawat Keluarga
Masyarakat
Bidan
Sanitarian,
PKM
BINA SUASANA dll
Individu Suasana Kondusif
TOMA
Kelmp.Masy
LSM
Media Massa
PELANGI ASMA
Kuning
Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut / eksaserbasi
Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa
berat, baik saat aktivitas maupun istirahat) dan atau APE 60-80 % dengan prediksi /
nilai terbaik.
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi
Merah
Berbahaya
Gejala asma terus- menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari.
APE < 60% nilai dugaan / terbaik.
Pasien membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan yang disepakati
dokter-pasien secara tertulis. Bila tetap tidak ada respons, segera hubungi dokter atau
ke rumah sakit terdekat.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma Pedoman & Penatalaksanaan di Indonesia, 2004
Rahajoe N, dkk. Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi, PP IDAI, 2004
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=199741315235
UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. UKK Pulmonologi 2004
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html