Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu hal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang telah menikah,
namun tidaksemua kehamilan dapat berjalan dengan lancar,terdapat beberapa penyulit yang
terjadi selamakehamilan sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini
menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah
kesehatan pada masyarakat..Hipertensi dalam kehamilan dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yag sedikitnya
muncul 2 kali, minimal berjarak 4 jam dalam waktu 1 minggu selama kehamilan (Green,
Carol J.2012). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul
selama kehamilan dandapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian
hipertensipada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakansatu di antara 3 penyebab mortalitas
dan morbiditasibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan.(Yudasmara, 2010).
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi pada kehamilan antara lain:
kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah,gangguan ginjal, gangguan
hematologis, gangguan kardiovaskular, gangguan hati, gangguan pernafasan,sindrom HELLP
(hemolysis, elevated liver enzymes,low platelet count), serta gangguan pada janinseperti
pertumbuhan terhambat, prematuritas hingga kematian dalam rahim.
Yang paling ditakutkan dari hipertensi pada kehamilan adalah preeklamsia dan eklamsia
atau keracunan pada kehamilan yang sangat membahayakan ibu maupun janinnya.Namun
jika bentuk-bentuk hipertensi diketahui sejak dini dan ditangani secara tepat maka penyebab
morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dapat dikurangi.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi hipertensi pada kehamilam
2. Mengetahui etiologi hipertensi pada kehamilan
3. Mengetahui faktor predisposisi pada klien dengan hipertensi pada kehamilan
4. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada kehamilan
5. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan klien dengan hipertensi pada kehamilan
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pda kehamilan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum
kehailan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada
kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Tiap gangguan hipertensi
pada kehamilan memiliki perbedaan karakteristik, kriteria diagnostic, resiko mordibilitas dan
moralitas perinatal.

Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan dibedakan


menjadi 4 klasifikasi.(Kennedy & Betsy 2014 )

1. Hipertensi Gestasional
2. Preeklampsia/Eklampsia
3. Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis
4. Hipertensi Kronis

1. Hipertensi Gestasional
a. Pengertian

Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang pertama kali terdiagnosis saat


kehamilan, dimana awitan hipertensi umumnya terjadi setelah usia kehamilan 20
minggu, muncul sebagai penanda kondisi vaso spasme khususnya kehamilan, tetapi
tidak mengalami proteinuria atau edema. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140mmHg atau tekanan diastole lebih dari
atau sama dengan 90 mmHg.

Disebut sebagai hipertensi gestasional pada kehamilan jika hipertensi pertama


kali terdiagnosis saat kehamilan, bersifat sementara , tidak berkembang menjadi
preeklampsia , dan ibu hamil memiliki tekanan darah normal saat 12 minggu
pascapartum. Atau didiagnosis sebagai hipertensi kronis jika peningkatan tekanan
darah menetap lebih dari 12 minggu pascapatrum

b. Kriteria diagnostik
 Awitan baru hipertensi umumnya setelah usia kehamilan 20 minggu
 Tekanan darah sistol lebih dari atau sama denga 140mmHg atau
 Tekana darah distole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
c. Patofisiologi
Vasokontriksi arteriol, vasospasme sistemik dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi gestasional. Sirkulasi arteri
terganggu karena adanya segment yang menyempit dan melebaryang berselang
seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya

2
penurunan suplai darah dan penyempitan pembuluh darah di tempat terjadinya
pelebaran

2. Preeklamsia
a. Pengertian
Preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai
dengan gangguan pada ginjal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria (kennedy&
beky B 2014).
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastic yang melibatkan banyak
system dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria dan atau
edema (Bobak dkk,2012)
Jadi dapat disimpulkan bahwa preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi
gestasional yang merupakan suatu penyakit vasospastik yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan atau edema generalisata yang muncul sejak minggu ke 20
kehamilan sampai minggu ke 6 setelah melahirkan

b. Etiologi
Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam
etiologi preeklamsia/eklamspsia.Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh respon
intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu janin
dan khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis
preeklamsia/eclampsia.Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda memiliki
insiden spreeklamsia yang lebihtinggi.Selainitu, wanita multipara beresiko mengalami
preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang
mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah
bukti ini tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan.
Mungkin dapat pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan
dominasi inkomplet.

c. Faktor predisposisi
 Ibu berusia muda yang hamil pertama kali.
 Ibu berusia muda dan mengalami kehamilan kedua tetapi dengan suami yang
berbeda.
 Wanita yang pasangannya pernah memiliki anak dengan wanita lain yang
mengalami preeklampsia saat khamilan anak tersebut.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal
(hipertensi pembuluh darah ginjal, sindrom nefrotik, penyakit ginjal polikistik
pada orang dewasa).
 Ibu yang mengalami kehamilan kembar.
 Ibu hamil yang menderita diabetes.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia.

3
 Ibu hamil dan kulit hitam dan berusia lebih dari 35 tahun.
 Aantibodi antifosfolipid ).

d. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan.
Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan plasma darah,
vasodilatasi, penujrunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan
penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia volume plasma menurun,
sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini
membuat fungsi organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin.
Uteroplasenta vasospasme siklik dapat menurunkan perfusi organ dan dapat
menghancurkan sel-sel darah merah sehingga kapasitas oksigen mengalami
penurunan. (Bobak,dkk 2012)
Episode vasospasme menyebabkan cedera pada lapisan endotelium pembuluh
darah dan selanjutnya disertai pengendapan trombosit dan pelekatan fibrin ke dinding
sel yang rusak.Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan kebocoran
protein dan cairan kapiler sehingga cairan intravaskuler berpindah ke ruang
ektravaskuler. (kennedly& Belsi, 2014).

e. Kriteria Diagnostik
Preeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat ,
terutama didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem
organ lainnya terlibat
1. Preeklampsia Ringan
 Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi kurang dari
160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval 4 jam
 Proteinuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen
urine 24 jam.
 Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester kedua
atau lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
 Edema ringan diseluruh tubuh.
2. Preeklampsia Berat
 Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam)
 Pengeluaran urine menurun hingga kurangdari 50 ml dalam 24 jam.
 Sakit kepala berat.
 Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur).
 Trombositopenia.
 Nyeri epigastri.
 Mual atau muntah.
 Peningkatan enzim hati ALT atau AST.
 Iritabilitas, gelisah atau takut.

4
 Edema paru disertai gawat napas.

f. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan
memburuknya preeklampsia menjadi eklampsia. Komplikasi pada janin berhubungan
dengan insufiseensi uteroplasenta akut dan kronis misalnya lahir mati atau gawat
janin intra partum serta persalinan dini ( komplikasi prematur )
Saat preeklampsia berat terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu, insidens
komplikasi yang serius oada ibu tergolong tinggi dan kondisi ahir janin dapat buruk,
yang sering kali diakibatkan restriksi pertumbuhan atau asfiksia saat lahir.
Waspadai tanda – tanda berikut : abrupsio plasenta, sindrom HELLP, eklampsia,
koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal ginjal akut

g. Penatalaksanaan Medis

1. Preeklampsia Ringan ( Perawatan di rumah)


 Evaluasi dua kali seminggu, pada saat di rumah sakit atau klinik panatu
tekanan darah, fungsi ginjal dan hati serta trombosit
 Anjurkan untuk beristirahat dalam posisi miring selama 2 hingga 3
jamtanpa gangguan minimal dua kali sehari
 Pastikan ibu dan keluarga mengetahui dan mampu melaporkan tanda
kondisi yang memburuk.

2. Preeklampsia Ringan (Perawatan di rumah sakit )

 Jika memungkinkan , lakukan hospitalisasi untuk mengevaluasi kondisi


janin dan ibu
 Jika cukup bulan atau mendekati cukup bulan lakukan induksi persalinan
 Penatalaksanaan kurang dari usia gestasi 37 minggu masih diperdebatkan ,
dan beberapa mendukung hospitalisasi serta lainnya tirah baring di rumah.
Untuk panatalaksan di rumah, evaluasi dua kali seminggu di rumah sakit
atau klinik dan hospitalisasi bila kondisi berubah
 Tirah baring , terutama miring kiri untuk meningkatkan aliran balik vena dan
memperbaiki perfisi ginjal dan plasenta.
 Diet seeimbang dengan kandungan protein sedang hingga tinggi (80 sampai
100g/hari) untuk mengganti kehilangan protein di dalam urine.
 Pantau tekanan darah, fungsi ginjal dan hatiserta trombosit.
 Pemberian aspirin 85 mg/ hari untuk mencegah preeklampsia berat masih
diperdebatkan, dan manfaat dari penanganan tersebut masih diteliti.

5
3. Preeklampsia Berat

 Hidralazin, labetol, atau nipedifin untuk mempertahankan tekanan darah


antara 140/90 dan 150/100, sehingga menjaga aliran darah uterus dan
plasenta
 MgSO4IV untuk mencegah konvulsi..
 Ciptakan lingkungan yang tenang dengan menghindari stimulasi.
 Sediakan kalsium glukonat jika terjadi toksikasi magnesium.
 Penggantian cairan dan elektrolit bila diindikasikan pemeriksaan
laboratorium.
Selain itu, pada usia gestasi 34 minggu atau lebih :
 Induksi persalinan jika kondisi serviks baik, bila tidak lakikan pelahiran
secar
 Betametason atau deksametason jika janin memiliki profil paru imatur .
Sering diberikan bila usia gestasi janin 34 hingga 36 minggu dengan harapan
mengurangi resiko enterokolitis nekrotikansdan sindrome gawat napas
Pada saat usia gestasi 28 hingga 32 minggu :
 Berikan kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paru
 Penatalaksanaan yang diharapkan mencakup evaluasi dengan sering dan
pelahiran ketika usia gestasi 34 minggu atau sebelumnya jika terjadi gawat
janin atau gawat ibu.

h. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pengumpulan urine 24 jam untuk memeriksa protein dan atau


bersihankreatinin untuk mendeteksi kerusakanatau pemulihan glomelurus.
2. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan trombosit untuk mendeteksi
hemokonsentrasi dan memperkirakan derajat cedera.
3. Pemeriksaan fungsi hati untuk mendeteksi apakah terjadi gangguan hatiBUN,
asam urat dan kreatinin serum untuk mendeteksi adanya gangguan ginjal dan
mengevaluasi keefektifan penanganan.
4. Elektrolit untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Pemeriksaan bekuan untuk indikasi trombositopenia atau DIC.
6. Velosimetri Doppler dimulai pada usia 30 hingga 32 minggu untuk skrining
gangguan janin.
7. Ultrasonografi atau sonografi serial untuk mengetahui ukuran dan posisi janin.
8. Amniosentesis untuk mengkaji maturitas paru janin.
9. Nonstress test (NST) dan profil biofisik (BPP) untuk mmenentukan
kesejahteraan janin.
10. Kadar MgSO4 untuk mempertahankan rentang terapeutik dan mencegah
intiksikasi

6
3. Sindrom HELLP

a. Pengertian
Sindrom HELLP merupakan suatu penyakit multisistem adalah suatu
bentuk preeklampsia berat. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan
abnormalitas laboratorium utamanya (Hemolisis, Elevated Liver enzymes
dan Low Platelets)
b. Etiologi
Penyebab pasti sindrom ini masih belum diketahui . Beberapa orang
meyakini bahwa penumpukan tronbosit pada tempat endotelium yang rusak
yang disebabkan oleh vasospasme berat .
c. Patofisiologi
Sindrom HELLP melibatkan sekelompok manifestasi klinis yang
disebabkan vasospasme arteriol , yang menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik mikroangiopati, kerusakan endotelium mikrovaskuler dan aktivasi
trombosit intravaskuler
Wanita dengan sindrom HELLP sering mengalami gejala nonspesifik
atau tanda yang samar. Umumnya ibu hamil mengeluh hanya merasa tidak
enak badan, merasa seperti flu, mual, nyeri epigastrik atau nyeri kuadran
kanan atas. Ibu hamil mungkin tidak mengalami hipertensi. Selain itu
proteinuria dapat tidak ada atau hasil dipstick urine hanya 1+. Ibu hamil ini
sangat sakit tetapi sering salah didiagnosasebagai flu, gastroenteritis,
apendisitis, hepatitis virus, penyakit kandung empedu atau pielonefritis

d. Ktiteria diagnostik
Diagnosis berdsarkan pada adanya
 Hemolisis
 Apus periper abnormal
 Laktat dehidrogenesis > 600 U/L
 Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl
 Peningkatan enzim hati
 Ast serum > 70 unit/l
 Laktat dehidrogenase >600 U/l
 Trombosit rendah < 150.000

e. komplikasi
 Hemoragi spontan dan hemoragi pascapartum
 Perkembangan superimposed DIC
 Abrupsio plasenta
 Gagal ginjal
 Edema paru
 Ruptur uteri

7
4. Eklampsia
a. Pengertian
Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma pada ibu
hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau preeklampsia, tanpa riwayat
patologis neulogi sebelumnya (kenned & besty B 2014).
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan neurologis.(Bobak dkk, 2012).
Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih berat
yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma
.
b. Etiologi
Eklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai penurunan
fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
c. Patofisiologi
Eklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih berat ,
yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang dapat terjadi ketika
terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak sinkron padaneuron dalam sistem
saraf pusat

d. Kriteria Diagnostik
Diagnosa berdasarkan pada adanya
 Kriteria diagnosa pada eklampsia
 Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
 Kedutan awal pada otot wajah.
 Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan dan
menggerakan gigi dan kemudian relax.
 Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi dengan napas yang
dalam, berat dan berbunyi.
 Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2 sampai 3 menit
hingga beberapa jam.
 Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain

e. Komplikasi
Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka kematian ibu 10 kali
lipat dan kematian janin 40 kali lipat.Penyebab kematian ibu karena eklampsia
adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema paru, syok), perdarahan otak dan
gagal ginjal. Janin biasanya meninggal karena hipokxia, asodosis atau solusio
plasenta

f. Penatalaksanaan Medis
1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
 Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah yang dibalut
untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan jalan napas yang paten

8
 Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen tidak akan
menggigit
 Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma tulang atau
jaringan linak
 Berikan oksigen
2. Kendalikan kejang
 Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV diikuti oleh
infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
 Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian diazepam 5 –
10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
3. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110 dan dengan
target diastolik 90 -100

5. Preeklampsia yang Menyertai Hipertensi Kronis

a. Pengertian

Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis di definisikan sebagai kejadian


preeklampsia pada ibu hamil yang mengalami hipertensi kronis, dan dapat
berkembang menjadi eklampsia.

b. Kriteria diagnostik

Diagnosis ini paling mungkin terjadi jika terdapat temuan berikut :

 Awitan proteinuria (300 mg atau lebih atau dipstik urine 1+atau lebih dalam
24 jam).
 Pada ibu yang kehamilannya kurang dari 20 minggu disertaihipertensi tetapi
tidak mengalami proteinuria.
 Hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
 Peningkatan proteinuria yang tiba- tiba.Peningkatan tekanan darah yang
tiba- tiba pada ibu yang memiliki hipertensi yang terkontrol baik
sebelumnya.
 Trombositopenia : trombosit kurang dari 100.000 sel/mm).
 Peningkatan ALT atau AST ke kadar abnormal.

c. Komplikasi

Prognosis baik pada ibu maupun janin jauh lebih buruk dibanding pada
hipertensi kronis atau preeklamsia saja. Resiko abrupsio plasenta meningkat
pada ibu hamil dengan penyakit ini, janin beresiko lebih tinggi mengalami
restriksi pertumbuhan dibanding pada kondisi preeeklampsia atau hipertensi
kronis saja.

9
6. Hipertensi Kronis
a. Pengertian

Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang telah ada dan dapat
diobservasi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20
minggu

b. Etiologi
Kira – kira 80% hipertensi kronik adalah idiopatik dan 20 % karena penyakit
ginjal

c. Kriteria diagnostik
 Tekanan Darah sistolik lebih dari 140 mmHg
 Tekanan Darah diastolik lebih dari 90mmHg
 Hipertensi sudah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan
 Didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu
 Menetap lebih dari 12 minggu pascapartum

d. Penatalaksanaan Medis
Pasien obstetrik dengan penyakit ginjal atau kardiovaskuler hipertensi kronis
harus ditangani serupa dengan pasen preeklampsia. Banyak pasen tersebut akan
mengalami superimposed preeklampsia, dan tidak mungkin menentukan
masalah dasar sebenarnyasampai paling sedikit 3 – 4 bulan setelah melahirkan,
ketika pemeriksaan dan penelitian yang tepat dapat dilakukan.
Jika tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg, mulailah pemberian obat anti
hipertensi untuk mencegah stroke atau gagal jantung pada ibu.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam
melakukan proses terapeutik yaitu proses nkeperawatan .proses keperawatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistemik dalam
mengatasi masalah keperawatan yang ada.

1. Pengkajian
Pengumpulan data
Data – data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen berikut:
a. Identitas Ibu
Faktor-faktor seperti paritas, usia, dan lokasi geografis perlu dikaji. Wanita yang
baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru lebih mudah terkena
preeklampsia, wanita berusia < dari 18 tahun dan > 35 tahun memiliki insiden
preeklampsia yang sangat tinggi.
10
b. Keluhan Utama
Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria, peka terhadap cahaya dan nyeri uluhati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala, diplopia, nyeri abdomen atas,
oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal, rematoid artitis, lupus atau
skleroderma serta perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul.Apakah
tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan keluham tersebut.

d. Riwayat Penyakit Terdahulu


Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit seperti hipertensi kronis,
obesitas, ansietas, angina pektoris, dispnea, hematuria, nokturia dan
sebagainya.Ibu beresiko 2 kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang
menderita penyakit ini.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang dapat menjadoi penyebab jantung hipetensi dalam kehamilannya.Dari hasil
penmelitian diketahui adanya hubungan genetik yang menjadi pencetus penyakit
hipertensi pada kehamilan.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana prilaku ibu terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Riwayat Maternal
Insidens preeklampsia tinggi pada wanita yang memiliki janin kembar.
h. Pemeriksaan Fisik Data Fokus
 Pemeriksaan tekanan darah yang akurat dan konsisten penting untuk
menentukan nilai dasar dan memantau perubahan kecii sepanjang masa hamil.
Bandingkan tekanan darah dasar dengan rentang tekanan darah yang dicatat
sepanjang kehamilan ibu. Idealnya tekanan darah dasar dicatat sebelum ibu
mengalami kehamilan.
 Pemeriksaan adanya edema diseluruh area tubuh (termasuk tangan dan kaki)
dan khususnya area wajah, abdomen, dan sakrum. Edema dinilai dari
distribusi, derajat dan pittius. Jika di periorbital atau wajah tidak jelas, ibu
ditanya apakah edemanya berlebih ketika baru bangun tidur. Edema dapat
digambarkan sebagai dependen yaitu edema pada bagian bawah atau bagian
tubuh yang dependen sedangkan edema pitting meninggalkan lekukan kecil
setelah bagian yang bengkak ditekan dengan jari.
 Periksa reflek tendon profunda (reflek lutut) reflek ini terdiri dari reflek bisep
dan patela serta klonus pada pergelangan kaki yang berfungsi sebagai dasar
untuk menentukan tanda awal toksisitas magnesium suifal. Reflek platela

11
dilakukan dengan tungkai bawah ibu tergantung bebas atau dengan ibu
berbaring miring dengan lutut sedikit fleksi, ketukan dengan martil diarahkan
ke tendon patela, respon normal ialah ekstensi atau menendang. Untuk
mengkaji reflek klonus dipergelangan kaki tungkai harus ditopang dengan
lutut yang difleksi dengan posisi ini dipertahankan selama beberapa saat,
kemudian kaki dilepaskan. Respon normal bila tidak ada gerakan osilasi
ritmis.
i. Pemeriksaan Sistem Tubuh
 B1 (breating)
Pernapasan meliputi sesak napas sehabis aktivitas, batu dengan atau tanpa
sputum, riwayat meroko, penggunaan obat bantu pernapasan, adanya bunyi
napas tambahan, dan sianosis.

 B2 (blood)
Gangguan fungsi kardiovaskuler padadasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi.Selain itu terdapat perubahan hemodinamik dan
operubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.Pembekuan darah terganggu
sehingga waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar
antritrombin III, sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
koroner, episode palpitasi, peningkatan tekanan darah, tahikardi, terdengar
murmur, kadang bunyi jantung S2 pada dasar, S3 dan S4, denyut nadi jelas di
karotis, jugularis, radialis, stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis dan pada suhu dingin.
 B3 (brain)
Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh akibat
hipertensi.Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau
MRI. Otak akan mengalami edema vasogenuik dan hipoperfusi. Pemeriksaan
EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang
dapat bertahan dalam jangkan waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas,
depresi, eforia, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernapasan menghela,
dan peningkatan pola bicara.Neorosensori meliputi keluhan kepala pusing,
berdenyut, salit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan
tekanan pada pembuluh darah serebral.
 B4 (bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan obat diuretik
juga perlu dikaji.Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat melekul
tinggi.Sebagaian besar penelitian bipsi ginjal menunjukan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis
hemoragik peroporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.

12
 B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol.
 B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada dan nyeri efigastik (ulu hati).
j. Pemeriksaan Untuk Menentukan Status Janin
Perfusi uretroplasenta menurun pada ibu yang menderita preeklampsia,
sehingga hal ini membahayakan janin.Denyut jantung janin harus diperiksa untuk
menentukan nilai dasar, variabilitas, perubahan periodik dan tidak periodik.
Pemantauan biofisik atau biokimiawi untuk mengetahui keadaan janin bisa di
programkan, hitung pergerakan janin, pemeriksaan tidak stres (nonstres tes NST)
k. Pemeriksaan Diagnostik
 Sel darah putih (SDP)
 Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht)
 Gas Darah Arteri (GDA)
 Laju endap darah (LED)
 Elektrokardiografi (EKG)
 Echokardiografi (EEG)
 Pencitraan jantung radionukkleotida
 Amniosintesis
 Seri ultrasonografi
 Tes presor supine
 Kreatinin serum
 Tes urine lengkap
 Strees kontraksi
 Tes cairan amniotik ultrasonografi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umu untuk ibu dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan atau organ: menurun berhubungan dengan vasospasme
siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari
sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskular sistemik.
5. Risiko terjadinya cedera ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP) akibat edema otak,vasospasme, penurunan perfusi ginjal, terafi mgnesium
sulfat dan artihipertensi.
6. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan insufiensi uteroplasenta, kelahiran
prematur, solusio plasenta.

13
3. Rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu.
 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan perubahan
perfusi jaringan dapat teratasi.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tidak ada penurunan frekuensi jantung janin.
b. Tekanan darah normal.
c. Ibu hamil bebas edema patologis.
 Rencana asuhan keperawatan
 Perhatikan faktor-faktor risiko individu dan status kesehatan ibu
sebelum hamil.
 Kaji tekanan darah dan nadi. Perhatikan adanya sianosis membran
mukosan dan dasar kuku, intoleransi aktivitas dan tanda-tanda
dekompensasi seperti penambahan berat badan berlebih, batuk tidak
jelas, krekels, hemoptisis, peningkatan nadi dan frekuensi pernapasan.
 Berikan informasi tentang penggunaan posisi tagak yang diubah
selama tidur dan istirahat.
 Pertahankan tirah baring total dengan posisi miring.
 Pantau asupan oral dan infus MGSO4, pantau keluran urine dan patau
adanya edema yang terlihat.
 Kaji aliran darah uterus atau janin dengan menggunakan Non-Stress
Test (NST) ataupun Contraction Stress Test (CST), periksa kadar
estriol dan hitung denyut jantung janin (DJJ).

 Rasional
 Adanya masalah-masalah jantung dapat dipengaruhi oleh peningkatan
kebutihan sirkulasi selama kehamilan yang dapat mengakibatkan
kerusakan oksigenisasi jaringan.
 Keadaan tersebut menandakan kegagalan jantung awal dan hipoksia.
 Memudahkan ibu hamil bernafas dengan menentukan tekanan karena
pembesaran uterus pada diagfragma dan membantu meningkatkan
diameter vertikal untuk ekspansi paru, membantu mencegah statis vena
pada ektremitas bawah.
 Tirah baring menyebabkan aliran darah oteroplasenta yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
 Magnesium sulfat (MGSO4) adalah obat anti kejang yang bekerja pada
sanbungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan perfusi ginjal serta mobilisasi
cairanektraseluler (edema dan diuresis).
 Hipoksia uterus atau plasenta akan menurunkan aktivitas janin dan
DJJ. Hipoksia dapat meningkatkan penurunan kadar estriol.

14
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari
sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
 Tujuan : tidak terjadi kelebihan volume cairan (Ektrasel)
 Kriteria hasil yang diharapkan
a. Elektrolit serum dalam batas normal.
b. BUN serum, kreatinin, dan asam urat dalam rentang yang aman.
c. TD stabil.
d. Suhu dalam batas normal.
e. Pengeluaran urine lebih dari 30 ml/jam.
f. Bunyi paru bersih saat di auskultasi.
g. Tidak ada edema anasarka.
 Rencana asuhan keperawatan
 Timbang berat badan pada setiap kunjungan pranatal, dengan
menggunakan timbangan yang sama.
 Kaji pola penambahan berat badan.
 Kaji adanya edema anasarka atau pitting.
 Tanya pada ibu apakah wajahnya tampak lebih bulat atau bengkak
dan apakah cincin ibu lebih sempitbdari biasanya.
 Kaji warna dan jumlah urine tiap jam serta pada interval 24-jam, jika
ibu dirawat di rumah sakit.
 Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya mempertahankan pencatatan
asupan dn haluaran.
 Jelaskan tentang konsumsi natrium dalam diet.
 Anjurkan untuk mempertahankan asupan oral yang adekuat.
 Anjurkan untuk memasukkan protein yang adekuat kedalam diet.
 Berkolaborasi untuk pemberian cairan intravena sesuai program.
 Rasional
 Penimbangan berat badan adalah indikator yang bbaik dalam
penambahan atau kehilangan cairan.
 Penambahan berat badan normal selama trimester kedua dan tiga
adalah sedikit kurang dari 0,5 kg tiap minggu. Penambahan berat
badan sebesar 2 kg/minggu. Secara tiba-tiba biasanya berhubungan
dengan pre-eklampsia.
 Edema anasarka merupakan kondisi abnormal. Adanya edema pitting
pada area pretibial, wajah, tangan, dan sakrum ada;lah indikator
retensi cairan.
 Ibu mungkin orang pertama yang mengenali tanda retensi cairan,
namun anggota keluarga seringkali melihat dan memberikan
komentar bahkan sebelum ibu mengetahuinya.
 Urine akan bertambah pekat bila cairan pindah dari ruangan
intravaskuler ke ektrasel. Ketika berada di dalam jaringan, cairan
tidak dihantarkanke di filtrasi oleh, atau dikeluarkan dari ginjal. Pada
saat filtrasi glomerulus berkurang dan ginjal mengalami kerusakan,

15
haluaran urine akan menurun dan urine menjadi pekat serta ada warna
darah. Debris sel mungkin terlihat.
 Membantu ibu mengendalikan situasi dengan berpartisipasi aktif
dalam perawatan diri. Dengan mempertahankan pencatatan secara
akurat dapat membantu perawat menentukan status cairan dan
kebutuhan intervensi.
 Asupan natrium berlebih dapat meningkatkan retensi cairan. Natrium
tidak dibatasi, namun tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
 Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sitem
itravaskular kekurangan cairan.
 Kehilangan protein melalui urine harus diganti untuk membantu
perbaikan jaringan dan mempertahankan energi.
 Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sistem
itravaskular kekurangan cairan.penggantian volume cairan
berdasarkan pada haluaran urine dan kehilangan cairan yang tidak
disadari.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
 Tujuan : kesehatan ibu dan janin baik.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Melaporkan penggunaan teknik relaksasi dan stategi koping lain.
b. Mengungkapkan ketakutan dan kecemasan dengan bebas.
 Rencana asuhan keperawatan
 Kaji pengalaman PRH sebelumnya.
 Kaji pengetahuan PRH.
 Kaji pengetahuan dan penggunaan relaksasi, pernapasan, dan
teknik/strategi koping lain.
 Kaji faktor yang menyebabkan ansietas pada ibu.
 Kaji sistem dukungan ibu.
 Ajarkan relaksasi, pernapasan, dan strategi koping lain.
 Berikan obat sesuai program.
 Rasional
 Untuk mengetahui apakah ibu memiliki pengalaman positif atau
negatif terkait PRH sebelumnya yang mempengaruhi reaksi ibu
terhadap kondisi saat ini.
 Ibu mungkin mendapatkan perawatan di rumah sebelum masuk ke
rumah sakit, mendengar informasi dari individu lain, mencari tahu
melalui internet, atau mendapatkan penyuluhan mengenai PRH pada
saat diruangan dokter. Perawat memerlukan data dasar untuk
menyesuaikan rencana penyuluhan dan menghilangkan
kesalahpahaman guna mengurangi ketakutan dan ansietas.
 Menyediakan data dasar untuk merencnakan asuhan atau
menggunakan apa yang telah diketahui ibu. Strategi yang pernah

16
berhasil sebelumnya kemungkinan besar akan berhasil untuk
menghadapi situasi yang menyebabkan stres pada ibu saat ini.
 Untuk menentukan faktor yang perlu dihindari atau diubah guna
mencegah peningkatan ansietas selama stres berlangsung.
 Untuk mengetahui apakah ibu memiliki sistem dukungan yang adekuat
atau perlu dirujuk ke bantuan di masyarakat.
 Membantu mencegah ansietas, memberikan sesuatu pada ibuuntuk ia
perhatikan, dan mengalihkan perhatian ibu dari rasa takut, yang
membantu meningkatkan perfusi jaringan.
 Dokter dapat meresepkan obat-obatan yang membantu ibu untuk relaks
dan beristirahat.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskuler sistemik.
 Tujuan : diharapkan resiko penurunan curah jantung tidak terjadi.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tekanan darah normal.
b. Ibu hamil bebas dari gelaja-gejala palpitasi, dispnea dan angina
pektoris.
c. Bunyi napas dan bunyi jantung normal.
 Rencana asuhan keperawatan.
 Pantau klasifikasi hipertensi fungsional ibu hamil.
 Pantau tanda-tanda vital ibu hamil.
 Auskultasi bunyi napas ibu hamil.
 Evakuasi DJJ, jumlah gerakan janin setiap hari, dan hasil NST
indikasi.
 Berikan informasi tentang perlunya istirahat yang adekuat (8-10jam
pada malam hari dan ½ jam setiap habis makan).
 Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi. Anjurkan
pembatasan kafein dengan tepat.
 Kaji adanya bukti venostasis dengan adanya edema. Intruksikan ibu
hamil meninggikan kaki bila duduk secara periodik.
 Kaji dan pantau jumlah dan kosentrasi keluaran dan berat jenis urine.
 Anjurkan ibu hamil menggunakan posisi miring kiri.
 Berkolabolasi pemberian obat-obatan seperti digitalis glikosida
(digoksin atau dogotoksin) atau propanolol sesuai indikasi.
 Berkolaborasi dan kaji fungsi plasenta dengan pemeriksaan kadar
estriol serum urine (CST dan NST).
 Tinjau keadaan EKG.
 Anjurkan penggunaan stoking antitrombolitik.
 Pantau tekanan hemodinamik dengan pengukuran tekanan vena
central atau central venous pressure (CPV).
 Rasional

17
 Bermanfaat untuk mengidentifikasi keadaan atau kondisi ibu hamil
dan kebutuhan-kebutuhan ibu hamil.
 Mengetahui adanya dekompensasi jantung karena intoleransi terhadap
beban sirkulasi, infeksi atau ansietas.dekompensasi jantung dapat
terlihat dari perubahan tanda-tanda vital ibu hamil seperti peningkatan
suhu, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah.
 Ibu hamil dengan gangguan jantung pada klasifikasi III dan IV, dapat
mengalami gagal jantung kongestif (GJK) dan kemungkinan
gangguan pernapasan.
 Mengetahui adanya hipoksia janin akibat kompensasi jantung ibu
yang bisa terlihat dari tahikardia ataupun bradikardia, serta reduksi
aktivitas jantung.
 Meminimalkan stres jantung dan menghemat energi, khususnya untuk
ibu hamil dengan gangguan jantung kelas IV yang memerlukan tirah
baring selama kehamilan.
 Ibu hamil dengan prolapskutup mitral dapat terjadi aritmia, terlihat
dari adanya nyeri dada dan palpitasi.pembatasan kafein dapat
menurunkan frekuensi terjadinya gangguan jantung.
 Pemberian posisi kaki dapat m,engurangi terjadinya venostasis.
 Masalah kardiovaskuler dapat memengaruhi fungsi ginjal,
mengakibatkan oliguria/anuria, atau peningkatan berat jenis urine.
 Hipotensi supine pada titik kehilangan kesadaran dapat dicegah bila
ibu hamil menghindari posisi terlentang dan mengadopsi posisi
istirahat rekumben lateral.
 Diglitalis glikosida dapat memaksimalkan kontraksi ventrikel, tetapi
peningkatan volume plasma dapat menurunkan kadar obat dalam
sirkulasi sehingga dibutuhkan peningkatan dosis atau frekuensi
pemberian. Digitalis mempunyai efek langsung pada miometrium,
sering menyebabkan persalinan awal serta waktu persalinan lebih
pendek. Propanolol dapat digunakan untuk mengontrol distrimia
berkenaan dengan prolaps katup mitral (dalam penelitian, obat-obatan
ini belum jelas diketahui keamanan penggunaannya pada ibu hamil).
 Penurunan fungsi jantung dapat mempengaruhi fungsi plasenta.
 Dapat menunjukan keadaan patologis bila terjadi dekompensasi
jantung seperti ditritmia.
 Meningkatkan aliran balik vena dan membatasi statis vena.
 CVP untuk mengukur aliran balik vena atau volume sirkulasi.
5. Risiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP).
 Tujuan : diharapkan tidak terjadicedera pada ibu.
 Kriteria hasil yang diharapkan :Ibu hamil tidak mengalami kejang.
 Rencana asuhan keperawatan
 Dapatkan data-data dasar (misalnya klonus)

18
 Memantau pemberian terapi intravena MgSO4 dan kadar serum
MgSO4.
 Kaji adanya kemungkinan keracunan MgSO4.
 Pertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman.

 Rasional
 Data-data dasar digunakan untuik memantau hasil terapi.
 Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat antikejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelakan vasospasme.
 Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat.
 Rangsangan kuat, misalnya cahaya tgerang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang.
6. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress.
 Tujuan :Diharapkan tidak terjadi cedera pada janin.
 Kriteia hasil yang diharapkan :Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah
120-160 x/menit.
 Rencana asuhan keperawatan.
 Monotot DJJ sesuai indikasi.
 Kaji pertumbuhan janin.
 Jelaskan adanya tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, dan aktivitas janin menurun)
 Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
 Rasional
 Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur, dan
solusio plasenta.
 Penurunan fungsi plasenta bisa mengakibatkan karena hipertensi.
 Ibu dapat mengetahui tanda dan gejalasolusio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin.
 Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan jani dan fungsi jantung
serta aktivitas janin.
 USG dan NST untuk mengetahui keadaan/ kesejahtraan janin.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

A.Pengkajian

Tanggal masuk : 12 Agustus 2018 jam masuk : pukul 08.00 wib

Ruang/kelas : Anisa I PONED Puskesmas Siwuluh

No. RM : 010298

Tgl pengkajian : 12 Agustus 2018 jam 10.00 WIB

Diagnosa medis : G2P1A0 gravida 35-36 minggu dengan PEB

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama pasien : Ny I
Umur : 35 Tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat/tlp : Desa Luwungragi 05/01 Kec. Bulakamba
Status perkawinan : Kawin

b. Identitas suami/penanggung jawab


Nama suami : Tn Y
Umur : 38 Tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat/tlp : Desa Luwungragi 05/01 Kec. Bulakamba

20
c. Keluhan utama :
klien merasa hamil 8 bulan dengan mengeluh nyeri kepala
d. Riwayat kehamilan sekarang
Klien GAP1A0 merasa hamil 8 bulan dgn datang kerumah sakit (12 Agustus
2018 jam 08.00) dengan keluhan kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu klien
mengeluh nyeri kepala ,terutama bagian dahi yang bertambah berat jika perubahan
posisi secara tiba-tiba dari posisi duduk ke posisi berdiri dan kadang pusingnya
sampai merasa mual,klien juga mengatakan mudah lelah dan jika berdiri terlalu
lama pada sore hari kedua kaki bengkak, penglihatan kadang kurang jelas, buang
air kecil sedikit . Ibu belum merasakan mulas-mulas atau tidak ada pengeluaran
lendir dan darah dari jalan lahir, gerakan janin masih dirasakan
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmh
HPHT : 12– 12– 2017 TP : 12 – 9 – 2018
Riwayat ANC 6 kali ke bidan
Imunisasi TT2 kali
e. Riwayat kesehatan dahulu dan riwayat obstetric/ kehamilan
Klien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit karena sakit. Klien
pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari selama 7 hari
tanpa ada keluhan, gati pembalut 4-5 kali/hari
Klien tidak pernah punya penyakit seksual menular dan suami yang sekarang.
suami yang pertama/dari perkawinanperkawinan yang pertama dan kebiasaan
hubungan seksual klien dan suaminya dalam batas normal.
Kehamilan yang pertama lahir normal dibidan dengan BB 2800gr lahir Segera
menangis berjenis kelamin perempuan tahhun 2006 dan sekarang dalam keadaan
sehat. Usia anak sekarang 9 tahun.
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmhg
f. Riwayat kontrasepsi
Ibu memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan
g. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
yang sama seperti klien dan tidak ada yang mempunyai riwayat kehamilan kembar

21
dan juga dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti penyakit
kanker, penyakit jantung, diabetes ataupun penyakit bawaan/kongenital, ibu dan
sodara laki laki klien menderita hipertensi

Genogram

g
g
g
g

Keterangan : 2
: laki-laki

: perempuan
: perempuan penderita

: laki-laki penderita
: klien / pasien

: kehamilan sekarang
: hubungan keluarga

: tinggal serumah

: hubungan perkawinan

22
h. Pengkajian psikososial
Jika klien mengalami masalah kesehatan maka klien langsung mendatangi
petugas kesehatan terdekat seperti puskesmas, bidan atau dokter, klien dan suami
serta keluarga yang lain merasa senang dengan kehamilan klien sekarang dan
hubungan seksual pada masa kehamilan frekuensinya dikurangi dengan kesadaran
suami kata klien, klien secara rutin memeriksakan kehamilannya secara rutin ke
bidan terdekat dimulai sejak klien terlambat bulan dan dinyatakan hamil klien
rutin memeriksakan kehamilannya tiap 1 bulansekali dan keluhan pada masa awal
kehamilan atau 3 bulan pertama klien merasakan adanya mual munta dipagi hari
tapi klien masih tetap bias makan walau sedikit-sedikit.
Klien dan keluarga merencanakan proses bersalin pada bidan terdekat.
Klien tampak cemas/sedikit gelisah dengan keadaan yang dialaminya setelah
tahubahwa tekanan darahnya tinggi dan harus menjalani perawat
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1 Pola nutrisi-metabolik Sebelum hamil Sesudah hamil
Intake makanan dan cairan 3porsi/hari, 6-8 3-4 porsi /hr, 6-10
gls/hari gls/hr
Waktu/frekuensi makan/minum 3x 3-5x porsi kecil
Pantangan makanan/alergi Tidak ada Tidak ada
Masalah : tidak ada masalah
2 Pola istirahat tidur Sebelum hamil Sesudah hamil
Kebiasaan tidur 5-7 jam/hr 4-7 jam/hr
Alat bantu tidur Tidak ada Tidak ada
Masalah tidur Tidak ada masalah Kurang nyaman
karena kehamilan
Masalah : kurang nyaman dengan posisi tidur
3 Pola eliminasi Sebelum hamil Sesudah hamil/saat dikaji
Frekuensi BAK/BAB 1-2x/hr, ± 600- 1x/2hr, ±400-500
800ml/hr (3-4x hr) ml/hr(4-6x/hr)
Kesulitan BAK/BAB Tidak ada Perut yang membuncit
Cara mengatasi kesulitan Tidak ada Tidak ada
Masalah : BAK sedikit/oliguria

23
Aktivitas klien sehari-hari tidak mengalami perubahan masih tetap mengurus
anak dan suami (mengurus rumah tangga seperti biasa) dan dilakukan secara
mandirihanya kebiasaan pola makan dan tidur yang sedikit berubah seperti
layaknya orang hamil pada trimester 1 dan 2 dan sejak kehamilan memasuki usia
8 bulan klien mulai merasakan kurang nyaman dengan tidur menjadi lebih sering
buang air kecil, kaki pada sore/malam terlihat sedikit bengkak, dan pola makan
juga berubah menjadi cepat kenyang dan cepat lapar juga tapi tidak ada keluhan
mual atau bahkan muntah, tapi terkadang merasa cepat lelah.

j. Riwayat alergi obat dan makanan


Klien tidak punya alergi terhadap obat dan makanan.

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
BB : 72 kg / TB 156
Kesadarn compos mentis
b. Pemerisaan kepala dan leher
Pemeriksaan kulit Kepala : rambut hitam bersih tidak kusam, distribusi merata,
tidak rontok, dikulit kepala tidak ada lesi, diraba tidak nyeri hanya sedikit pusing
yang dirasakan klien,
c. Pemeriksaan wajah : sklera tampak bersih tidak ada kelainan, kongjungtiva tidak
amemis, tidak ada edema palpebral, penglihatan kadang kurang jelas/kabur,
terdapat tanda chloasma gravidarum pada bagian pipi sedikit, hidung bersih tidak
ada edema, daun telinga bersih tidak ada kelainan, proses pendengaran normal,
tidak ada lesi, mulut bersih, terdapat caries pada gigi graham kanan, gusi normal,
tidak ada pembengkakan pada gusi
d. Pemeriksaan leher : leher tampak tidak ada kelainan bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, replek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada peningkatan jvp.

24
e. Pemeriksaan dada dan payudara
Dada tampak simetris,gerakan dada simetris, payudara simetris, tidak ada lesi
ataupun ruam-ruam, areola tampak kehitaman, putting menonjol, produksi
ASI/colostrum (+) ada, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung normal S1 S2, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
f. Pemeriksaan abdomen
Abdomen tampak buncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat striae
gravidarum, linea nigra, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada luka/lesi, turgor
baik, texture halus, nyeri tekan abdomen + (NTE ).
Leopold I : TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu, TBBA 2900 gr, teraba
bagian lunak yang tidak terlampau bulat dan sukar untuk digerakan,
Lepold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri ( puki), dan teraba
bagian kecil pada bagian kanan klien,
Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul,
Leopo;d IV : bagian kepala janin sudah masuk PAP separuhnya atau sejajar,
DJJ terdengar (/5’) 11,12,12,=136 x/menit.
g. Pemeriksaan genetalia dan anus
Alat genetalia bersih, tidak ada lesi, labia tampak edema, tidak ada varises, tidak
ada pendarahan atau pengeluaran lendir, tampak sedikit edema, tidak ada
keputihan, pada anus tampak tidak ada hemoroid.
h. Pemeriksaan ekstrimitas
Ekstrimitas atas normal, tidak ada edema, ekstrimitas bawah/kaki bengkak dengan
derajat 1, tidak ada varises, reflek patella +/+, homans sign tidak nyeri.

i. Hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnosis


hasil pemeriksaan lab;
Hb : 13,5 gr%
Leukosit : 7500/mm3
Trombosite : 145000/mm3
Hematokrit : 40%
Gd puasa 90 mg/dl
HbsAg (-)
USG : tampak gambaran janin sudah masuk PAP dengan presentasi kepala

25
Protein urine +1
Diagnose medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu dengan preeklamsi ringan
obat-obatan : amoxilin 1x 500 mg
MGSO4 40 %
infus dextrose 5%
ranitidine 2x1 tab
dopamet 3x500 mg

3. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : klien mengeluh nyeri Peningkatan sensitifitas Gangguan perfusi
kepala terutama daerah terhadap angiotensin II jaringan
dahi , pandangan kurang
jelas/kabur, mudah Vasokontriksi sistemik
lelah,dan bengkak daerah
kaki Gangguan perfusi
Do : klien tampak jaringan
mengerutkan dahi saat
pengkajian dilakukan
Edema derajat 2
TTV :
TD 150/100mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR :20 x/menit
DJJ 136 x/menit

Ds : klien mengatakan Peningkatan Kelebihan volume cairan


bahwa kaki bengkak permeabilitas kapiler
terutama pada sore dan ginjal
malam hari

26
Do : Menurunkan kadar
- kaki edema dengan albumin serum
derajat 2 Menurunkan tekanan
-Genetalia sedikit edema osmotic koloid
-BB sebelum hamil 56 kg
-BB setelah hamil 70 kg - Kelebihan volume caira
-Protein urine +1 di ektrasel
Urine output : 400ml/hari

Ansietas sehubungan Rasa takut tentang Anxietas


dengan adanya ancaman keadaannya dan janinnya
terhadap kesehatan ibu dan
janin ditandai dengan Merangsang saraf
Ds : klien mengatakan simpatis
cemas dengan keadaanya
setelah dan mendengar Merangsang kelenjar
penjelasan dari dokter adrenalin
bahwa klien harus dirawat
Meningkatkan kadar
Do : klien tampak adrenalin dalam darah
cemas/sedikit gelisah
TD : 150/100 mmhg Terjadinya kecemasan
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit

Ds : klien mengatakan saat Penurunan plasma dalam Resiko tinggi cedera pada
ini gerakan janin masih sirkulasi janin
dirasakan
Do : Peningkatan hematokrit
dalam darah
TD : 150/100 mmhg

27
N : 90 x/menit Penurunan perfusi
S : 36,8 0C uretroplasenta
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit Resiko tinggi fetal distres
Protein 1 +
Resiko tinggi cedera pada
janin

4. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme sistemik
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari sistem
intravaskuler kejaringan ekstrasel
3. Anxietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap kesehatan ibu dan janin
4. Resiko tinggi terjadinya cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress

28
5. ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : ny I
Tanggal : 12-8-2018
Diagnosa medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu + PER
No/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi Imple Evalu
menta asi
si
1. Ketidakefektifan perfusi Tupan : 1. Kaji ulang 1. Sakit kepala
12-8- jaringan berhubungan Setelah adanya khususnya
2018 dengan vasospasme dilakukan pusing/nyeri pada frontal
Jam sistemik ditandai tindakan kepala klien, adalah tanda
08.00 dengan: vasospasme preeklamsi
Ds : klien mengeluh sistemik 2. Kaji adanya
nyeri kepala terutama berkurang. kehilangan 2. Merupakan
daerah dahi , pandangan Tupen : penglihatan tanda edema
kurang jelas/kabur, setelah (biasanya serebral atau
mudah lelah, dilakukan sementara) hemoragic
tindakan serebralyang
Do : klien tampak selama 6 akan segera
3. Kaji tanda-
mengerutkan dahi saat jam terjadi, yaitu
tanda vital
pengkajian dilakukan -pusing komplikasi
tiap 1-2 jam
berkurang eklamsia
TTV : -pandangan paling serius
4. Dorong dan
- TD : 150/100mmhg jelas 3. Menyediakan
atau bantu ibu
-N : 90 x/menit sumber untuk
yang
-S : 36,8 0C -TTV dalam perbandingan
menjalani
-RR :20 x/menit batas selanjutnya
tirah baring
Hasil lab : normal TD : 4. Perubahan
untuk
Protein urine 1+ 110/70- posisi
mengubah
130/90 meningkatkan
posisi tiap 2
mmhg aliran darah
jam
N : 60- dan perfusi
5. Berikan obat-
90x/mnt jaringan

29
S : 36-370C obatan sesuai
RR : 16- program dan
20x/mnt pantau efek 5. Obat
terurapetik antihipertensi
dan efek memerlukan
sampingnya pemantauan
TTV (TD)
sebelum dan
sesudah
pemberian,
pemberian
MGSO4
memerlukan
pengkajian
yang sering
terhadap
frekuensi
pernapasan,
haluaran urine
sekurang-
kurangnya 30
ml/jam,
adanya reflek
tendon dalam,
dan nilai
laboratorium
untuk kadar
magnesium
terurapetik
atau toksik

2. Kelebihan volume Tupan : 1. timbang Penimban


12-8- cairan berhubungan setelah BB tiap gan BB

30
2018 dengan perpindahan dilakukan hari pada adalah
jam cairan dari sistem tindakan waktu, indicator
08.00 intravaskuler kejaringan dalam 24 timbangan yang baik
ekstrasel ditandai jam edema dan dalam
dengan : berkurang pakaian penambah
Ds : klien mengatakan Tupen : yang sama an atau
bahwa kaki bengkak Setelah pula. kehilanga
terutama pada sore dan 6jam n cairan,
malam hari -edema menimban
Do : berkurang g pada
- kaki edema dengan -protein waktu,
derajat 2 urine (-) timbangan
-Genetalia sedikit dan
edema pakaian
-BB sebelum hamil 56 yang sama
kg 2. Kaji dapat
-BB setelah hamil 70 adanya memberik
kg edema an
-Protein urine +1 anasarka pengkajia
-Urine output : atau n yang
400ml/hari pitting akurat

2. Edema
anasarka
merupakan
kondisi abnormal,
adanya edema
3. Kaji pitting pada area
warna dan pretibial,wajah
jumlah tangan dan
urine tiap sacrum adalah
buang air indicator retensi
kecil cairan

31
3. Pada saat
4. Jelaskan filtrasi
pada ibu glomerulu
mengenai sberkuran
pentingny g dan
a ginjal
memperta mengalam
hankan i
pencatatan kerusakan
asupan haluaran
dan urine akan
haluaran menurun
dan urine
5. Ajarkan menjadi
ibu pekat serta
bagaimana ada sedikit
mengump warna
ulkan darah
spesimen
urine 4. Dengan
memperta
hankan
pencatatan
secara
akurat
6. Anjurkan
dapat
ibu untuk
membantu
memepert
perawat
ahankan
menentuk
asupan
an status
oral yang

32
adekuat cairan dan
7. Bantu ibu kebutuhan
untuk intervensi
mendapat 5. Kakuratan
kan posisi pengumpu
yang lan dapat
nyaman dipastikan
dan lebih baik
anjurkan bila ibu
ibu untuk memaham
meninggik i
an kaki bagaimana
dan pengumpu
tungkai lan
serta spesimen
berbaring dan
miring pentingny
a
mematuhi
prosedur
6. Meskipun
terdapat
kelebihan
cairan
didalam
jaringan,
sistem
intravasku
ler
kekuranga
n cairan
7. Untuk
menguran

33
gi edema
perifer dan
dependen
serta
mengopti
malkan
aliran
balik
darah
kejantung
3. Ansietas sehubungan Tupan : 1. kaji 1. perawat
12-8- dengan adanya ancaman Setelah pengetahu memerlukan
2018 terhadap kesehatan ibu diberikan an ibu data dasar
jam dan janin ditandai penjelasan tentang untuk
08.00 dengan tentang PRH menyesuaika
Ds : klien mengatakan kondisi dan n rencana
cemas dengan bagaimana penyuluhan
keadaanya setelah dan kemungkina dan
mendengar penjelasan n yang akan menghilangk
dari dokter bahwa klien klien alami an
harus dirawat . cemas klien kesalahpaha
hilang 2. kaji man guna
Do : klien tampak Tupen : pengetahu mengurangi
cemas/sedikit gelisah Dalam an dan ketakutan dan
TD : 150/100 mmhg waktu 1 jam penggunaa ansietas klien
N : 90 x/menit -cemas n 2. strategi yang
S : 36,8 0C berkurang teknik/stra pernah
RR : 20 x/menit -klien tegi berhasil
DJJ : 136x/menit tampak koping sebelumnya
tenang kemungkinan
besar akan
berhasil
3. kaji factor untuk

34
yang menghadapi
menyebab situasi yang
kan menyebabkan
ansietas stress pada
pada ibu klien saat ini
3. untuk
menentukan
4. kaji factor yang
system perlu
dukungan dihindari atau
ibu diubah guna
mencegah
peningkatan
5. dengarkan ansietas
dengan selama stress
aktif berlangsung
kecemasa 4. untuk
n ibu mengetahui
mengenai apakah ibu
diri memiliki
sendiri, system
kondisi dukungan
dan yang adekuat
kekuatann atau perlu
ya dirujuk
5. untuk
memvalidasi
perasaan ibu
6. berikan dan
obat menunjukan
sesuai perasaan
program peduli dan
perhatiandan

35
untuk
merencanaka
n intervensi
yang tepat
untuk
mengurangi
atau
menghilangk
an
ketakutannya
6. dokter dapat
meresepkan
obat-obatan
yang
membantu
ibu untuk
relaks dan
beristirahat
4. Resiko tinggi terjadinya 1. monitor 1. Peningkat
12-8- cedera janin DJJ sesuai an DJJ
2018 berhubungan dengan indikasi/ sebagai
jam fetal distress ditandai 1-2 jam indikasi
08.00 dengan terjadinya
Ds : klien mengatakan hipoksia,
saat ini gerakan janin 2. Kaji premature
masih dirasakan respon dan
Do : Janin pada solusio
BB : 72 kg saat ibu placenta
TB : 156 cm diberikan 2. Reaksi
TD : 150/100 mmhg tindakan tehadap
N : 90 x/menit pemberian MGSO4
S : 36,8 0C MGSO4 dapat
RR : 20 x/menit 3. Jelaskan menurunk

36
DJJ : 136x/menit adanya an
tanda- pernapasa
tanda n janin
solusio dan fungsi
placenta jantung
(nyeri serta
perut, aktivitas
perdaraha janin
n, Rahim 3. Ibu dapat
tegang, mengetah
aktivitas ui tanda
janin dan gejala
menurun) solusio
4. Kolaboras placenta
i dengan dan tahu
tim medis akibat
dalam hipoksia
pemeriksa pada janin
an USG
dan NST

4. USG dan
NST
untuk
mengetah
ui keadaan
atau
kesejahter
aan janin

37
BAB IV

KESIMPULAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi


sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi
pada kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah
maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.

Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan


dibedakan menjadi 4 klasifikasi.,yaitu hipertensi gestasional, preeklampsia/eklampsia,
hipertensi yang menyertai preeklampsia dan hipertensi kronis, yang paling ditakutkan dari
hipertensi pada kehamilan adalah preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan
yang sangat membahayakan ibu maupun janinnya .

Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan memburuknya


preeklampsia menjadi eklampsia.Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka
kematian ibu 10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat.

Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan
proses terapeutik yaitu proses keperawatan .proses keperawatan dipakai untuk membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan

38
DAFTAR PUSTAKA

Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC

Green , Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir
.Jakarta : EGC

Kennedy & Betsy . (2014) . Modul Manajemen Intrapartum . Jakarta :EGC

Ralph C & Martin L . (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi . Jakarta : EGC

Sinclair Constance. (2010). Buku Saku Kebidanan . Jakarta : EGC

Serri Hutabean . (2013). Perawatan Antenatal . Jakarta : Salemba Medika

S. Elizabeth R & Jason W. (2012). Patologi pada KehamilanManajemen &


AsuhanKebidanan .

Jakarta: EGC

39

Anda mungkin juga menyukai