Rangkuman Uji Mekanik
Rangkuman Uji Mekanik
Hardness Test
Terdapat 4 metode dalam penentuan kekerasan =
H1
H2
3. Uji Tekan
Uji tekan dibagi menjadi 4 bagian =
a. Brinell (Bola baja)
b. Vickers (Piramida Intan)
c. Knoop (Jajargenjang)
d. Rockwell (Kerucut Intan)
2. Rockwell Biasa
Rockwell biasa emnggunakan beban minor 10 kg, sedangkan beban
majornya adalah 60, 100, dan 150 kg.
Fatigue
- Fatigue adalah salah satu bentuk kegagalan (failure) pada struktur yang diakibatkan oleh
tegangan dinamis yang berfluktuatif.
- Karena berfluktuatif memungkinkan kegagalan (failure) terjadi pada tegangan yang lebih
kecil dibandingkan tensile atau yield strength pada beban static.
Tegangan pada fatigue dapat berupa axial (tension-compression), flexural (bending), atau
torsional (puntir). Pada grafik di atas digunakan tegangan axial terhadap waktu dalam bentuk
sinusoidal grafik 8.17a dengan amplitude yang simetri di nol atau nilai σmax = σmin . Bentuk
lainnya adalah yang tidak simetri terhadap nol grafik 8.17b. Terakhir adalah axial stress dengan
nilai acak grafik 8.17c.
Terdapat dua jenis grafik dari hasil pengujian fatigue. Grafik 8.19a merupakan hasil dari uji
bahan ferrous dan titanium alloy. Grafik akan horizontal pada N tertentu. Artinya bila tegangan
berada dibawah grafik tersebut, fatigue tidak akan terjadi untuk semua jumlah siklus. Garis itu
disebut dengan fatigue limit atau endurance limit. Nilai fatigue limit sekitar 35%-60% dari
tegangan tarik.
Untuk bahan nonferrous alloys (alumunium, tembaga, magnesium) tidak memiliki fatigue limit.
Grafik hasil pengujian fatigue adalah grafik 8.19b. Nilai dari fatigue sendiri akan bergantung
pada stress dan siklus tertentu. Terdapat dua istilah fatigue pada bahan ini.
1. Fatigue Strength : nilai tegangan ketika struktur akan gagal pada nilai siklus tertentu.
2. Fatigue Life (Nf) : nilai siklus yang menyebabkan struktur akan gagal pada nilai tegangan
tertentu.
Tujuan:
Metoda pengujian:
1. Penempatan spesimen:
2. Proses pengujian:
- Penempatan spesimen (spesimen sudah dikondisikan pada temperatur tertentu)
- Pendulum/hammer (lihat gambar) di angkat sampai ketinggian tertentu (h), disini akan
didapatkan EP1 hammer
- Pendulum dilepas
- Setelah hammer memukul spesimen, hitung ketinggian akhir dari hammer (h’), disini
akan didapatkan EP2 hammer
- Energi yang di serap spesimen adalah EP1hammer-EP2hammer (energi yg diserap ini
namanya energi impak)
- Amati bentuk permukaan patahan spesimen. Jika permukaan patahannya berwarna cerah
dan seperti granula maka spesimen patah getas (brittle) jika warnanya gelap dan berserat
maka spesimen patah ulet (ductile)
Didapatkan bahwa suatu material dapat bersifat getas dan ulet pada temperatur yg
berbeda. Temperatur peralihan sifat getas dan ulet ini dapat di ketahui dari percobaan,
namun dapat juga dilihat dari kurva di atas. Lihat kurva impact energy (kiri) cari pada T
berapa yg energi impaknya 20J, nahh... didapatlah temperatur transisi sebesar T .
Material yang getas energi impaknya kecil, material ulet energi impaknya tinggi.
Material ulet nyerap lebih banyak energi dari si hammer
penggunaan suatu material di kehidupan beracuan pada nilai temperatur transisinya,
sebisa mungkin digunakan pada keadaan lingkungan dengan temperatur yg cukup jauh
dari temperatur transisinya.
Bahan campuran (unsur paduan) pada suatu material mempengaruhi energi impaknya
pada setiap temperatur. Sebagai contoh, makin tinggi kadar C di suatu baja, maka energi
impak makin kecil (makin getas). Lihat gambar di bawah
Sebagai contoh, baja dengan kadar C 0.43 punya T transisi sekitar -200C (lihat gambar),
dan setelah T>1000C energi impaknya cenderang konstan di nilai 100J. bandingkan baja
dengan kadar C yg lain, coba hitung sendiri…
Baja karbon tinggi tidak cocok untuk bangunan konstruksi karena getas di semua T
Faktor yg mempengaruhi energi impak : Struktur kristal, unsur paduan, temperatur
Tujuan pengujian mulur adalah untuk memberikan pengertian lebih baik tentang mekanisme mulur
untuk berbagai macam material. Uji mulur terdiri dari sebuah spesimen yang diberi beban konstan pada
temperatur tertentu terhadap waktu.
Material metal mengalami beberapa tahapan-tahapan saat sedang mengalami mulur. Kalau dicek
dibuku, fren bisa liat sebuah kurva mulur pada umumnya untuk sebuah bahan metal. Ada tiga tahap
pemululuran yaitu:
1. Primary creep (transient creep): artinya pada tahap ini, material mengalami sebuah pemuluran
mendadak dan sesaat, kemudian disusul dengan berkurangnya laju mulur seiring waktu. Kata transient
sendiri artinya disini adalah "tidak permanen" atau “seiring waktu semakin berkurang.” Ini menujukan
bahwa sifat material mulai semakin keras jika berdeformasi (resistansi terhadap kemuluran atau strain
hardening bertambah).
2.Secondary creep (steady-state creep): tahap ini adalah dimana laju mulurnya konstan (garis
kemiringan di kurvanya sama terus setiap saat). Tahap ini durasinya paling lama. Laju konstan mulur
material ini terjadi karena material mengalami proses strain hardening dan recovery pada waktu
bersamaan.
3. Tertiary creep: tahap ini adalah dimana tiba-tiba mulurnya menjadi cepat dan akhirnya materialnya
gagal total. Kegagalan ini adalah sebagai akibat dari perubahan microstruktural dan metallurgical seperti
terjainya retak internal, lubang-lubang (cavities) dll.
Salah satu parameter yang paling penting dari uji mulur adalah kemiringan kurva pada tahap secondary
creep. Biasanya daerah ini disebut laju mulur minimum. Parameter ini biasanya digunakan untuk
mendesain sesuatu yang digunakan dalam waktu panjang seperti nuclear power plant yang akan
berjalan berpuluhan tahun.
Rupture lifetime (tr)adalah waktu total yang dibutuhkan dalam pengujian sampai material mengalami
kegagalan dalam pengujian. Pengujian untuk mendapatkan nilai rupture lifetime dapat diistilahkan
sebagai creep rupture test.
Temperatur dan besar beban mempengaruhi katarteristik mulur sebuah material. Di temperatur
dibawah 0.4Tm, reganggan sebuah material tidak diperngaruhi oleh waktu. Jika ada kenaikan tegangan
dari beban dan temperatur, maka akan terjadi tiga hal pada material
1. reganggan sesaat (instantaneous strain) menjadi lebih besar saat beban diberikan
Hubungan antara laju renggang (bisa dibilang strain rate/ strain dot) dengan stress dan temperature
secara kuantitatif.
Dot epsilon adalah laju regang; K2, n dan Qc adalah konstanta dari material.
Semakin besar titik lelehnya, modulus elastisitasnya semakin besar dan ukuran grainnya akan semakin
besar sehingga material akan lebih tahan terhadap mulur. Stainless steel adalah salah contoh material
yang kuat terhadap mulur. Salah satu cara untuk meningkatkan resistansi terhadap mulur adalah dengan
cara solid-solution alloying dan directional solidification.
Kalo ada yang salah atau input, kontak fren-fren di atas ya fren…
Yellboys, yeah!!!