Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata virus berasal dari bahaasa latin yang berarti racun asal hewan. Misalnya
bisa ular dan air ludah dan “anjing gila”. Dinamakan demikian karena waktu itu
belum diketahui adanya mikroorganisme dalam cairan yang menularkan penyakit dari
satu individu ke individu lain. Dengan diketahuinya perbedaan antara racun dengan
bahan infektif maka virus diartikan sebagai cairan hidup penular penyakit.

Walaupun penyakit yang disebabkan oleh virus telah jauh lama diketahui
(misalnya penyakit cacar pada manusia telah diketahui sejak abad X sebelum masehi
oleh orang Cina). Usaha yang berkaitan dengan pengenalan sifat – sifat virus baru
dimulai akhir abad XVIII antara lain oleh Edward Janner seorang dokter
berkebangsaan Inggris, berhasil membuat infeksi buatan virus cacar sapi (Vaccinia)
dari seorang wanita pemerah susu kepada seorang anak, sebagai usaha pengebalan
terhadap penyakit cacar orang.

Virus adalah “parasit” yang hanya bisa hidup dan berkembangbiak dalam sel
hidup yang peka atau cocok untuk virus. Virus tidak mampu tumbuh atau membelah
diri seperti halnya mikroorganisme lain dan proses reproduksinya hanya
menggunakan asam inti melalui suatu proses biosintesa kompleks.

Obat antivirus adalah obat yang menghambat atau merusak replikasi virus.
Obat – obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi virus dan
tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat – obat tersebut adalah
analogpurin atau pirimidin yang menghambat sintesis virus DNA.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, sejarah, dan patofisiologi Anti Viral?
2. Bagaimana cara kerja obat menurut penggolongannya?
3. Bagaimana Farmakokinetik obat?
4. Bagaimana Farmakodinamik obat?
5. Bagaimana bentuk sediaan dan dosis obat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi,sejarah, dan patofisiologi anti viral
2. Untuk mengetahui cara kerja obat antiviral menurut penggolongannya
3. Mengetahui farmakokinetik dari obat antiviral
4. Mengetahui farmakodinamik dari obat antiviral
5. Mengetahui bentuk sediaan dan dosis obat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi , Sejarah, dan Patofisiologi Anti Viral (IKI VEY)

Obat antiviral adalah obat yang digunakan untuk mengobati virus seperti
CMV, untuk menghambat perkembangbiakan virus.

2.2 Cara Kerja Obat Menurut Penggolongannya

Empat golongan antivirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar
pembahasan yaitu mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi
penggolongan obat antivirus adalah :

1. Antinonretovirus
a. Antivirus untuk herpes
b. Antivirus untuk influenza
c. Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
a. Nukleuside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
b. Non Neokleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
c. Protease Inhibitor (PI)
d. Viral Entry Inhibitor

3
2.2.1 GOLONGAN OBAT ANTI NONRETROVIRUS

1. ANTIVIRUS UNTUK HERPES

Virus hervers dihubungkan dengan spectrum luas penyakit-


penyakit, yaitu bisul dingin, essence valitis, dan infeksi genital, yang
terakhir merupakan bahaya untuk bayi baru lahir selama persalinan.
Obat-obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut
infeksi virus dan tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali
foskarnet, obat-obat tersebut adalah analokpurin atau pirimidin yang
menghambat sintesis virus DNA.

A. Asiklovir

Asiklovir merupakan obat antivirus yang paling banyak


digunakan karena efektif terhadap virus hervers.
Mekanisme kerja :
Asiklovir, suatu analog guanosin yang tidak mempunyai
gugs glukosa, mengalami monofosforilasi dalam sel oleh
enzim yang di kode hervers virus, timidin kinase. Karena
itu, sel-sel yang di infeksi virus sangat rentan. Analok
monofofat diubah ke bentuk di-dan trifosfat oleh sel pejamu.
Trifosfat asiklovir berpacu dengan deoksiguanosin trifosfat
(dGTP) sebagai suatu subsrat untuk DNA polymerase dan
masuk ke dalam DNA virus yang menyebabkan terminasi
rantai DNA yang premature. Ikatan yan irrevelsibel dari
template primer yang mengandung aseklopir ke DNA
polymerase melumpuhkan enzim. Zat ini kurang efektif
terhadap enzim penjamu.

4
B. Gansiklovir

Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya


penambahan gugus hidroksimetil padaposisi 3’ rantai
samping asikliknya.metabolisme dan mekanisme
kerjanya sama dengan asiklovir. Yang sedikit berbeda
adalah pada gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus
hidroksil, sehingga masih memunginkan adanya
perpanjangan primer dengan template jadi gansiklovir
bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti
asklovir.
Mekanisme kerja :
Gansiklovir diubah menjadi ansiklovir monofosfat oleh
enzim fospotranverase yang dihasilkan oleh sel yang
terinveksi sitomegalovirus.gansiklovirmonofospat
merupakan sitrat fospotranverase yang lebih baik
dibandingkan dengan asiklovir. Aktu paruh eliminasi
gangsiklovir ktrifospat sedikitnya 12 jam, sedangkan
asiklovir hanya 1-2 jam.perbedaan inilah yang
menjelaskan mengapa gansiklovi lebih superior
dibandingkan dengan asiklovir untuk terapi penyakit
yang disebabkan oleh sitomegalovirus.

5
2. ANTIVIRUS UNTUK INFLUENZA
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan
termasuk influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV)
A. Amantadin dan Rimantadin

Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja


yang sama. Efikasi keduanya terbatas hanya pada
influenza A saja.
Mekanisme kerja :
Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang
bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion
transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2
merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses
uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan
protein serta proses transport DNA virus ke nucleus.
Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH
kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.

B. Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )

Merupakan obat amtivirus dengan mekanisme kerja


yang sam terhadap virus influenza A dan B. Keduanya
merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu analog asam
N-asetilneuraminat ( reseptor permukaan sel virus
influenza ), dan disain struktur keduanya didasarkan
pada struktur neuraminidase virion.
Mekanisme kerja :
Asam N-asetilneuraminat merupakan komponen
mukoprotein pada sekresi respirasi, virus berikatan

6
pada mucus, namun yang menyebabkan penetrasi
virus ke permukaan sel adalah aktivitas enzim
neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase
mencegah terjadinya infeksi. Neuraminidase juga
untuk penglepasan virus yang optimaldari sel yang
terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan
intensitas infeksi. Hambatan neuraminidase
menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza
dan menurunkan tingkat keparahan, jika penyakitnya
berkembang.

3. ANTIVIRUS UNTUK HBV DAN HCV

A. Lamivudin

Mekanisme kerja : Merupakan L-enantiomer analog


deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme di
hepatositmenjadi bentuk triposfat yang aktif.
Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis
DNA, secara kompetitif menghambat polymerase
virus. Lamivudin tidak hanya aktif terhadao HBV
wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel
core promoter dan dapat mengatasi hiperresponsivitas
sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi kronik.

7
B. Adefovir
Mekanisme kerja dan resistensi :
Adefovir merupakan analog nukleotida asiklik.
Adefovir telah memiliki satu gugus fosfat dan hanya
membutuhkan satu langkah fosforilasi saja sebelum
obat menjadi aktif. Adefovir merupakan penghambat
replikasi HBV sangat kuat yang bekerja tidak hanya
sebagai DNA chain terminator, namun juga
meningkatkan aktivitas sel NK dan menginduksi
produksi interferon endogen.

2.2.2 GOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRUS

1. NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NRTI )

Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada
tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut
sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk
dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel
hospes di sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat obat ini adalah
asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan steatosis.

A. Zidovudin
1. Mekanisme kerja : target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV.
Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus,
setelah gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT

8
5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat
reaksi reverse transcriptase.

B. Didanosin

1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.

C. Zalsitabin

1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.

D. Stavudin

1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukkan rantai DNA virus.

3. NON- NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR (NNRTI)

Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers transcriptase dengan
cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi
perubahan konformasi pada situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh
sitokrom P450 sehingga cendrung untuk berinteraksi dengan obat lain.

A. Nevirapin

9
1. Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1
RT.

B. Delavirdin

1. Mekanisme kerja : Sama dengan devirapin.

C.Efavirenz

1. Mekanisme kerja : Sama dengan neviravin

4.PROTEASE INHIBITOR ( PI )

Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV –
protease.HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan penglepasan
poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida
prekusor virus oleh enzim protease sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka
sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak virulen.

A. Sakuinavir

1. Mekanisme kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV protease
peptidomimetic inhibitor.

10
B. Ritonavir

1. Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.

5.VIRAL ENTRY INHIBITOR

Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL ENTRY
INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain
enfuvitid ; bisiklam saat ini sedang berada dalam study klinis. Obat ini bekerrja
dengan cara menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.

Enfurtid

1.Mekanisme kerja : Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara


menghanbat fusi virus ke membrane sel.

2.3 FARMAKOKINETIK OBAT


Asiklovir
Farmakokinetik
Pemberian obat bisa secara intravena, oral atau topical. Efektivitas
pemberian topical
diragukan.obat tersebar keseluruh tubuh,termaksuk cairan
serebrospinal.asiklovir sebagian

11
dimetabolisme menjadi produk yang tidak aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi
melalui filtrasi
glomerular dan sekresi tubular.
Obat diabsorbsi dengan lambat, tergantung dari dosisnya, dan luas
didistribusikan ketubuh dan
jaringan organ. Lima puluh persen melalui cairan serebrospinal. Sepuluh
sampai tiga puluh
persen obat berikatan dengan protein. Waktu paruhnya adalah 2-3 jampada
fungsi ginjal normal.
Asiklovir disekresikan tanpa mengalami perubahan ke dalam urin.
Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume
distribusi taraf mantap
kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap
setelah dosis oral ialah
0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada
pasien dengan fungsi
ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa
dan 4 jam pada
neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di
saliva, cairan lesi dan
secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di
ASI kadarnya
lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus
ginjal dan sebagian
kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan
dapat ditemukan
kembali di urine sebagai metabolit inaktif

FARMAKOLOGI AMANTADINE
• Derivat adamantane ( trisiklik amina simetris); struktural terkait dengan rimantadine.

• Memiliki aktivitas antivirus terhadap beberapa strain influenza A, termasuk beberapa strain
H1N1, H2N2, dan H3N2.

• Memiliki aktivitas sedikit atau tidak ada terhadap influenza B.

• Insiden Seluruh Dunia virus influenza A resisten terhadap adamantanes (amantadine,


rimantadine) telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

12
• Awal di musim 2005-2006 influenza, sebagian besar influenza A (H3N2) strain beredar di AS
resisten terhadap amantadine dan rimantadine. Resistensi terhadap amantadine dan
rimantadine antara antara isolate Influenza A (H3N2) musiman tetap tinggi selama influenza
musim berikutnya.

• Meskipun amantadine dan rimantadine aktif terhadap sebagian besar virus influenza A
(H1N1musiman) yang beredar di AS selama 2008-2009 dan 2009-2010 influenza musim,
pandemi influenza A (H1N1) resisten untuk amantadine dan rimantadine.

• Beberapa strain avian influenza A (H5N1) telah rentan terhadap amantadine, jenis lainnya,
termasuk influenza A (H5N1) diisolasi dari pasien di Asia selama tahun 2004 dan 2005, telah
resisten.

• Menghambat replikasi virus dengan mengganggu influenza A M2 protein virus, membran


protein. terpisahkan,

• Strain Virus influenza A dengan mengurangi kerentanan terhadap amantadine telah


diproduksi secara in vitro dan telah muncul selama terapi dengan obat tersebut,

• virus influenza A Amantadine tahan juga tahan terhadap rimantadine, tetapi mungkin
rentan terhadap oseltamivir atau zanamivir.

• Mekanisme kerja dalam pengobatan sindrom parkinsonian dan reaksi ekstrapiramidal


akibat obat tidak diketahui. Mungkin meningkatkan konsentrasi ekstraseluler dopamin di
neuron dopaminergik, langsung merangsang reseptor dopamin, atau meningkatkan
sensitivitas di receptors.

2.4 FARMAKODINAMIK OBAT

13
2.5 BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS OBAT ( VEY CARI GAMBAR)

A. Bentuk Sediaan Aciclovir (Acyclovir) dan Kekuatan


1. Capsule (Kapsul) : 200 mg

2. Tablet: 400 mg, 800 mg

3. Cream (Krim), topical:

Krim 5% (2 g, 5 g)

4. Injeksi, Serbuk Rekonstitusi , Sebagai sodium (Na): 500 mg, 1000 mg

5. Injeksi, Larutan, sebagai sodium [bebeas pengawet]: 50 mg/mL (10 mL, 20 mL)

6. Ointment (Salep), topical:

Salep (Ointment) 5% (15 g)

7. Suspensi, oral: 200 mg/5 mL (480 mL)

http://obat-drug.blogspot.co.id/2015/01/bentuk-sediaan-aciclovir-acyclovir-dan.html

Sediaan:
- Tablet 200 mg
- Tablet 400 mg
- Salep Mata (Salep Acyxlovir 3%)
- Salep Kulit (Salep Acyclovir 5%)
Dosis:

14
1. Herpes simpleks bukan genital
- Anak 1 bulan – 2 tahun : 100 mg, 5 kali sehari selama 5 hari. (dapat lebih
lama jika tidak ada perbaikan, dosis dapat dinaikan pada pasien dengan
imunokompromise atau gangguan penyerapan)
- Anak diatas 2 tahun dan dewasa : 200 mg, 5 kali sehari selama 5 hari.
2. Herpes simpleks genital
- 200 mg, 5 kali sehari atau 400 mg, 3 kali sehari selama 5 hari.
- Pasien imunokompromise atau pengidap HIV : 400 mg, 5 kali sehari selama 7
– 10 hari pada infeksi pertama. 400mg, 3 kali sehari selama 5-10 hari pada
infeksi kambuhan.
3. Herpes simpleks, pencegahan kekambuhan
200 mg, 4 kali sehari atau 400 mg, dua kali sehari. Dapat diturunkan sampai
200mg, 2-3 kali sehari. Dosis dapat dinaikan sampai 400mg, 3 kali sehari jika
penyakit muncul pada saat terapi. Setiap 6-12 bulan, terapi dihentikan untuk
melakukan penilaian kembali.
4. Herpes simpleks, pencegahan pada pasien imunokompromise.
- 200-400 mg, 4 kali sehari.
- Anak < 2 tahun 100-200 mg, 4 kali sehari
5. Varicella dan Herpes zoster
- Anak 1 bulan sampai 12 tahun : 20mg/kg (max.800mg) 4 kali sehari selama 5
hari.
- Dewasa : 800 mg, 5 kali sehari selama 7 hari.
- Salep acyclovir 5% dioleskan pada daerah cacar 5 kali sehari sampe kering
http://publichealthnote.blogspot.co.id/2012/02/acyclovir-tablet-salep-kulit-salep-
mata.html

GANSICLOVIR

Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan berikut:

1. Kapsul
2. Powder untuk Solus

Dosis

Untuk bentuk sediaan kapsul


1. Untuk pengobatan retinitis CMV setelah setelah menerima suntikan gansiklovir untuk
setidaknya 14-21 hari

15
a. Dewasa dan remaja
1000 mg 3 kali sehari atau 500 mg 6 kali sehari

b. Anak
Gunakan dengan dosis sesuai instruksi dokter

2. Untuk pencegahan penyakit CMV pada pasien transplantasi dan pasien dengan infeksi
HIV

a. Dewasa dan remaja


1000 mg 3 kali sehari.

b. Anak
Gunakan dengan dosis sesuai instruksi dokter

AMANTADIN

Amantadine tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral

DOSIS
Tersedia dipasaran dalam bentuk hidroklorida amantadine; dosis dinyatakan dalam
hydrochloride amantadine

Dosis yang biasa mungkin perlu dikurangi pada pasien dengan gagal jantung kongestif,
edema perifer, hipotensi ortostatik, atau gangguan fungsi ginjal/

Pasien Pediatric
Pengobatan Infeksi Virus Influenza A Musiman
Oral:

Anak-anak 1-9 tahun: 4,4 - 8,8 mg / kg (maksimum 150 mg) setiap hari yang
direkomendasikan oleh produsen. AAP merekomendasikan 5 mg / kg (sampai 150 mg)
setiap hari dalam 2 dosis terbagi.

Anak-anak 9-12 tahun: 100 mg dua kali sehari direkomendasikan oleh produsen.

16
Anak-anak ≥10 tahun: AAP merekomendasikan 5 mg / kg sehari dalam 2 dosis terbagi pada
mereka dengan berat <40 kg atau 200 mg setiap hari dalam 2 dosis terbagi pada mereka
dengan berat ≥40 kg.

Anak-anak dan remaja ≥12 tahun: 200 mg sekali sehari atau 100 mg dua kali sehari
direkomendasikan oleh produsen.

Memulai pengobatan amantadine sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu 24-48 jam
setelah timbulnya gejala, dan terus hingga 5 hari atau 24-48 jam setelah gejala hilang.

Pencegahan Infeksi Virus Influenza A Musiman


Oral:

Anak-anak 1-9 tahun: 4,4 - 8,8 mg / kg (maksimum 150 mg) setiap hari yang
direkomendasikan oleh produsen. AAP merekomendasikan 5 mg / kg (sampai 150 mg)
setiap hari dalam 2 dosis terbagi.

Anak-anak 9-12 tahun: 100 mg dua kali sehari direkomendasikan oleh produsen.

Anak-anak ≥10 tahun: AAP merekomendasikan 5 mg / kg sehari dalam 2 dosis terbagi pada
mereka dengan berat <40 kg atau 200 mg setiap hari dalam 2 dosis terbagi pada mereka
dengan berat ≥40 kg.

Anak-anak dan remaja ≥12 tahun: 200 mg sekali sehari atau 100 mg dua kali sehari
direkomendasikan oleh produsen.

Atau, AAP menyatakan anak dengan berat badan> 20 kg dapat menerima 100 mg sehari.

17
Dewasa
Pengobatan Infeksi Virus Influenza A Musiman
Oral:

200 mg sekali sehari atau 100 mg dua kali sehari.

Dosis dapat diturunkan sampai 100 mg sehari pada mereka yang mengalami CNS atau
toksisitas lainnya dengan 200 mg sehari; efikasi relatif pada dosis rendah tidak menguraikan.

Memulai pengobatan amantadine sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu 24-48 jam
setelah timbulnya gejala, dan terus hingga 5 hari atau 24-48 jam setelah gejala hilang.

OSELTAMIN

Bentuk Sediaan : Kapsul 75 mg ; Sirup Kering 60 mg/5ml

Bagaimana dosis oseltamivir untuk orang dewasa?

Dosis untuk Influenza pada orang dewasa 75 mg oral dua kali sehari selama 5
hari Indikasi yang disetujui: Pengobatan akut, infeksi influenza tanpa komplikasi
pada pasien bergejala tidak lebih dari 48 jam Dosis untuk Influenza Profilaksis pada
orang dewasa Kontak dengan orang yang terinfeksi: 75 mg per oral sekali sehari
selama setidaknya 10 hari Selama wabah influenza: 75 mg oral sekali sehari

Bagaimana dosis oseltamivir untuk anak-anak?Dalam


dosis apakah oseltamivir tersedia?

Dosis untuk Influenza pada anak-anak Usia 2 minggu – <1 tahun: 3 mg / kg secara
oral dua kali sehari 1 – 12 tahun:<15 kg: 30 mg oral dua kali sehari 15,1 – 23 kg: 45
mg oral dua kali sehari 23.1 – 40 kg: 60 mg oral dua kali sehari>40,1 kg: 75 mg oral
dua kali sehari >13 tahun: 75 mg oral dua kali sehari Durasi terapi: 5 hari Indikasi
yang disetujui: Pengobatan infeksi influenza akut, tidak rumit pada pasien (2 minggu
atau lebih) gejala tidak lebih dari 48 jam Dosis untuk Influenza Profilaksis pada anak-
anak 1 – 12 tahun: <15 kg: 30 mg oral satu kali sehari 15,1 – 23 kg: 45 mg oral satu
kali sehari 23.1 – 40 kg: 60 mg oral satu kali sehari >40,1 kg: 75 mg oral satu kali
sehari >13 tahun: 75 mg oral satu kali sehari Durasi terapi: -Setelah kontak langsung
dengan individu yang terinfeksi: 10 hari -Selama wabah influenza: dapat dilanjutkan
hingga 6 minggu

18
Dalam dosis apakah oseltamivir tersedia?

Kapsul 30mg; 45mg; 75mg

19

Anda mungkin juga menyukai