PENDAHULUAN
Kata virus berasal dari bahaasa latin yang berarti racun asal hewan. Misalnya
bisa ular dan air ludah dan “anjing gila”. Dinamakan demikian karena waktu itu
belum diketahui adanya mikroorganisme dalam cairan yang menularkan penyakit dari
satu individu ke individu lain. Dengan diketahuinya perbedaan antara racun dengan
bahan infektif maka virus diartikan sebagai cairan hidup penular penyakit.
Walaupun penyakit yang disebabkan oleh virus telah jauh lama diketahui
(misalnya penyakit cacar pada manusia telah diketahui sejak abad X sebelum masehi
oleh orang Cina). Usaha yang berkaitan dengan pengenalan sifat – sifat virus baru
dimulai akhir abad XVIII antara lain oleh Edward Janner seorang dokter
berkebangsaan Inggris, berhasil membuat infeksi buatan virus cacar sapi (Vaccinia)
dari seorang wanita pemerah susu kepada seorang anak, sebagai usaha pengebalan
terhadap penyakit cacar orang.
Virus adalah “parasit” yang hanya bisa hidup dan berkembangbiak dalam sel
hidup yang peka atau cocok untuk virus. Virus tidak mampu tumbuh atau membelah
diri seperti halnya mikroorganisme lain dan proses reproduksinya hanya
menggunakan asam inti melalui suatu proses biosintesa kompleks.
Obat antivirus adalah obat yang menghambat atau merusak replikasi virus.
Obat – obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi virus dan
tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat – obat tersebut adalah
analogpurin atau pirimidin yang menghambat sintesis virus DNA.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, sejarah, dan patofisiologi Anti Viral?
2. Bagaimana cara kerja obat menurut penggolongannya?
3. Bagaimana Farmakokinetik obat?
4. Bagaimana Farmakodinamik obat?
5. Bagaimana bentuk sediaan dan dosis obat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi,sejarah, dan patofisiologi anti viral
2. Untuk mengetahui cara kerja obat antiviral menurut penggolongannya
3. Mengetahui farmakokinetik dari obat antiviral
4. Mengetahui farmakodinamik dari obat antiviral
5. Mengetahui bentuk sediaan dan dosis obat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Obat antiviral adalah obat yang digunakan untuk mengobati virus seperti
CMV, untuk menghambat perkembangbiakan virus.
Empat golongan antivirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar
pembahasan yaitu mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi
penggolongan obat antivirus adalah :
1. Antinonretovirus
a. Antivirus untuk herpes
b. Antivirus untuk influenza
c. Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
a. Nukleuside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
b. Non Neokleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
c. Protease Inhibitor (PI)
d. Viral Entry Inhibitor
3
2.2.1 GOLONGAN OBAT ANTI NONRETROVIRUS
A. Asiklovir
4
B. Gansiklovir
5
2. ANTIVIRUS UNTUK INFLUENZA
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan
termasuk influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV)
A. Amantadin dan Rimantadin
6
pada mucus, namun yang menyebabkan penetrasi
virus ke permukaan sel adalah aktivitas enzim
neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase
mencegah terjadinya infeksi. Neuraminidase juga
untuk penglepasan virus yang optimaldari sel yang
terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan
intensitas infeksi. Hambatan neuraminidase
menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza
dan menurunkan tingkat keparahan, jika penyakitnya
berkembang.
A. Lamivudin
7
B. Adefovir
Mekanisme kerja dan resistensi :
Adefovir merupakan analog nukleotida asiklik.
Adefovir telah memiliki satu gugus fosfat dan hanya
membutuhkan satu langkah fosforilasi saja sebelum
obat menjadi aktif. Adefovir merupakan penghambat
replikasi HBV sangat kuat yang bekerja tidak hanya
sebagai DNA chain terminator, namun juga
meningkatkan aktivitas sel NK dan menginduksi
produksi interferon endogen.
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada
tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut
sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk
dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel
hospes di sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat obat ini adalah
asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan steatosis.
A. Zidovudin
1. Mekanisme kerja : target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV.
Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus,
setelah gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT
8
5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat
reaksi reverse transcriptase.
B. Didanosin
1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
C. Zalsitabin
1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
D. Stavudin
1. Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukkan rantai DNA virus.
Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers transcriptase dengan
cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi
perubahan konformasi pada situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh
sitokrom P450 sehingga cendrung untuk berinteraksi dengan obat lain.
A. Nevirapin
9
1. Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1
RT.
B. Delavirdin
C.Efavirenz
4.PROTEASE INHIBITOR ( PI )
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV –
protease.HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan penglepasan
poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida
prekusor virus oleh enzim protease sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka
sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak virulen.
A. Sakuinavir
1. Mekanisme kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV protease
peptidomimetic inhibitor.
10
B. Ritonavir
Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL ENTRY
INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain
enfuvitid ; bisiklam saat ini sedang berada dalam study klinis. Obat ini bekerrja
dengan cara menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.
Enfurtid
11
dimetabolisme menjadi produk yang tidak aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi
melalui filtrasi
glomerular dan sekresi tubular.
Obat diabsorbsi dengan lambat, tergantung dari dosisnya, dan luas
didistribusikan ketubuh dan
jaringan organ. Lima puluh persen melalui cairan serebrospinal. Sepuluh
sampai tiga puluh
persen obat berikatan dengan protein. Waktu paruhnya adalah 2-3 jampada
fungsi ginjal normal.
Asiklovir disekresikan tanpa mengalami perubahan ke dalam urin.
Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume
distribusi taraf mantap
kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap
setelah dosis oral ialah
0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada
pasien dengan fungsi
ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa
dan 4 jam pada
neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di
saliva, cairan lesi dan
secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di
ASI kadarnya
lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus
ginjal dan sebagian
kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan
dapat ditemukan
kembali di urine sebagai metabolit inaktif
FARMAKOLOGI AMANTADINE
• Derivat adamantane ( trisiklik amina simetris); struktural terkait dengan rimantadine.
• Memiliki aktivitas antivirus terhadap beberapa strain influenza A, termasuk beberapa strain
H1N1, H2N2, dan H3N2.
12
• Awal di musim 2005-2006 influenza, sebagian besar influenza A (H3N2) strain beredar di AS
resisten terhadap amantadine dan rimantadine. Resistensi terhadap amantadine dan
rimantadine antara antara isolate Influenza A (H3N2) musiman tetap tinggi selama influenza
musim berikutnya.
• Meskipun amantadine dan rimantadine aktif terhadap sebagian besar virus influenza A
(H1N1musiman) yang beredar di AS selama 2008-2009 dan 2009-2010 influenza musim,
pandemi influenza A (H1N1) resisten untuk amantadine dan rimantadine.
• Beberapa strain avian influenza A (H5N1) telah rentan terhadap amantadine, jenis lainnya,
termasuk influenza A (H5N1) diisolasi dari pasien di Asia selama tahun 2004 dan 2005, telah
resisten.
• virus influenza A Amantadine tahan juga tahan terhadap rimantadine, tetapi mungkin
rentan terhadap oseltamivir atau zanamivir.
13
2.5 BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS OBAT ( VEY CARI GAMBAR)
Krim 5% (2 g, 5 g)
5. Injeksi, Larutan, sebagai sodium [bebeas pengawet]: 50 mg/mL (10 mL, 20 mL)
http://obat-drug.blogspot.co.id/2015/01/bentuk-sediaan-aciclovir-acyclovir-dan.html
Sediaan:
- Tablet 200 mg
- Tablet 400 mg
- Salep Mata (Salep Acyxlovir 3%)
- Salep Kulit (Salep Acyclovir 5%)
Dosis:
14
1. Herpes simpleks bukan genital
- Anak 1 bulan – 2 tahun : 100 mg, 5 kali sehari selama 5 hari. (dapat lebih
lama jika tidak ada perbaikan, dosis dapat dinaikan pada pasien dengan
imunokompromise atau gangguan penyerapan)
- Anak diatas 2 tahun dan dewasa : 200 mg, 5 kali sehari selama 5 hari.
2. Herpes simpleks genital
- 200 mg, 5 kali sehari atau 400 mg, 3 kali sehari selama 5 hari.
- Pasien imunokompromise atau pengidap HIV : 400 mg, 5 kali sehari selama 7
– 10 hari pada infeksi pertama. 400mg, 3 kali sehari selama 5-10 hari pada
infeksi kambuhan.
3. Herpes simpleks, pencegahan kekambuhan
200 mg, 4 kali sehari atau 400 mg, dua kali sehari. Dapat diturunkan sampai
200mg, 2-3 kali sehari. Dosis dapat dinaikan sampai 400mg, 3 kali sehari jika
penyakit muncul pada saat terapi. Setiap 6-12 bulan, terapi dihentikan untuk
melakukan penilaian kembali.
4. Herpes simpleks, pencegahan pada pasien imunokompromise.
- 200-400 mg, 4 kali sehari.
- Anak < 2 tahun 100-200 mg, 4 kali sehari
5. Varicella dan Herpes zoster
- Anak 1 bulan sampai 12 tahun : 20mg/kg (max.800mg) 4 kali sehari selama 5
hari.
- Dewasa : 800 mg, 5 kali sehari selama 7 hari.
- Salep acyclovir 5% dioleskan pada daerah cacar 5 kali sehari sampe kering
http://publichealthnote.blogspot.co.id/2012/02/acyclovir-tablet-salep-kulit-salep-
mata.html
GANSICLOVIR
1. Kapsul
2. Powder untuk Solus
Dosis
15
a. Dewasa dan remaja
1000 mg 3 kali sehari atau 500 mg 6 kali sehari
b. Anak
Gunakan dengan dosis sesuai instruksi dokter
2. Untuk pencegahan penyakit CMV pada pasien transplantasi dan pasien dengan infeksi
HIV
b. Anak
Gunakan dengan dosis sesuai instruksi dokter
AMANTADIN
Amantadine tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral
DOSIS
Tersedia dipasaran dalam bentuk hidroklorida amantadine; dosis dinyatakan dalam
hydrochloride amantadine
Dosis yang biasa mungkin perlu dikurangi pada pasien dengan gagal jantung kongestif,
edema perifer, hipotensi ortostatik, atau gangguan fungsi ginjal/
Pasien Pediatric
Pengobatan Infeksi Virus Influenza A Musiman
Oral:
Anak-anak 1-9 tahun: 4,4 - 8,8 mg / kg (maksimum 150 mg) setiap hari yang
direkomendasikan oleh produsen. AAP merekomendasikan 5 mg / kg (sampai 150 mg)
setiap hari dalam 2 dosis terbagi.
Anak-anak 9-12 tahun: 100 mg dua kali sehari direkomendasikan oleh produsen.
16
Anak-anak ≥10 tahun: AAP merekomendasikan 5 mg / kg sehari dalam 2 dosis terbagi pada
mereka dengan berat <40 kg atau 200 mg setiap hari dalam 2 dosis terbagi pada mereka
dengan berat ≥40 kg.
Anak-anak dan remaja ≥12 tahun: 200 mg sekali sehari atau 100 mg dua kali sehari
direkomendasikan oleh produsen.
Memulai pengobatan amantadine sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu 24-48 jam
setelah timbulnya gejala, dan terus hingga 5 hari atau 24-48 jam setelah gejala hilang.
Anak-anak 1-9 tahun: 4,4 - 8,8 mg / kg (maksimum 150 mg) setiap hari yang
direkomendasikan oleh produsen. AAP merekomendasikan 5 mg / kg (sampai 150 mg)
setiap hari dalam 2 dosis terbagi.
Anak-anak 9-12 tahun: 100 mg dua kali sehari direkomendasikan oleh produsen.
Anak-anak ≥10 tahun: AAP merekomendasikan 5 mg / kg sehari dalam 2 dosis terbagi pada
mereka dengan berat <40 kg atau 200 mg setiap hari dalam 2 dosis terbagi pada mereka
dengan berat ≥40 kg.
Anak-anak dan remaja ≥12 tahun: 200 mg sekali sehari atau 100 mg dua kali sehari
direkomendasikan oleh produsen.
Atau, AAP menyatakan anak dengan berat badan> 20 kg dapat menerima 100 mg sehari.
17
Dewasa
Pengobatan Infeksi Virus Influenza A Musiman
Oral:
Dosis dapat diturunkan sampai 100 mg sehari pada mereka yang mengalami CNS atau
toksisitas lainnya dengan 200 mg sehari; efikasi relatif pada dosis rendah tidak menguraikan.
Memulai pengobatan amantadine sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu 24-48 jam
setelah timbulnya gejala, dan terus hingga 5 hari atau 24-48 jam setelah gejala hilang.
OSELTAMIN
Dosis untuk Influenza pada orang dewasa 75 mg oral dua kali sehari selama 5
hari Indikasi yang disetujui: Pengobatan akut, infeksi influenza tanpa komplikasi
pada pasien bergejala tidak lebih dari 48 jam Dosis untuk Influenza Profilaksis pada
orang dewasa Kontak dengan orang yang terinfeksi: 75 mg per oral sekali sehari
selama setidaknya 10 hari Selama wabah influenza: 75 mg oral sekali sehari
Dosis untuk Influenza pada anak-anak Usia 2 minggu – <1 tahun: 3 mg / kg secara
oral dua kali sehari 1 – 12 tahun:<15 kg: 30 mg oral dua kali sehari 15,1 – 23 kg: 45
mg oral dua kali sehari 23.1 – 40 kg: 60 mg oral dua kali sehari>40,1 kg: 75 mg oral
dua kali sehari >13 tahun: 75 mg oral dua kali sehari Durasi terapi: 5 hari Indikasi
yang disetujui: Pengobatan infeksi influenza akut, tidak rumit pada pasien (2 minggu
atau lebih) gejala tidak lebih dari 48 jam Dosis untuk Influenza Profilaksis pada anak-
anak 1 – 12 tahun: <15 kg: 30 mg oral satu kali sehari 15,1 – 23 kg: 45 mg oral satu
kali sehari 23.1 – 40 kg: 60 mg oral satu kali sehari >40,1 kg: 75 mg oral satu kali
sehari >13 tahun: 75 mg oral satu kali sehari Durasi terapi: -Setelah kontak langsung
dengan individu yang terinfeksi: 10 hari -Selama wabah influenza: dapat dilanjutkan
hingga 6 minggu
18
Dalam dosis apakah oseltamivir tersedia?
19