Anda di halaman 1dari 10

PROJECT BASED LEARNING

GASTROENTRITIS
Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Fundamental of
Phatophysiology Dygestive System

Disusun Oleh :
YULVIANA DWI OKTAVIA
145070200131007
Kelas 2 B
Kelompok 4B

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
1. DEFINISI
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa
saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al.,
2010).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat
atau tanpa lender dan darah ( Murwani. 2009)

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi gastroenteritis menurut DEPKES RI (1999), diare
diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronis.
a. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikkan kembali secara klinis
menjadi:
- Diare noninflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare
menjadi cair denganvolume besar tanpa lender dan darah. Keluhan
abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali.
Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapatkan cairan yang
seseuai sebagai pengganti. Tidak ditemukan leukosit pada
pemeriksaaan feses rutin.
- Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran
sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas
sampai dengan nyeri kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, tanda
dan gejala dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lender dan
darahpada pemeriksaan feses rutin dan secara mikroskopis
terdapat sel leukosit polimorpho nuklear (PMN)

b. Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Mekanisme terjadinya diare


akut dak kronis meliputi:
- Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya disebabkan
oleh gangguan transportelektrolit akibat peningkatan produksi dan
sekresi air dan elektrolit namun kemampuanabsorbs mukosa usus
ke dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri
seperti toksin kolera, pengaruh garam empedu, asam lemak rantai
pendek, laksatif nonosmotic dan hormone intestinal (gastrin
vasoaktif intestinal polypeptide (VIP)
- Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus sehingga osmolaritaslumen meningkat dan air tertarik dari
dalam plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Misalnya
malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat
garammagnesium. Diare eks datifInflamasi akan mengakbatkan
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi
dan eksudat dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat
noninfeksi sepertigluten sensitive enteropathy, inflammatory bowel
disease ataupun akibat radiasi. Kelompok lain akibat gangguan
motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan dan minuman
diusus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma
usus iritabel atau diabetes mellitus dapat muncul diare ini

Menurut lama terkena


- Gastroentritis akut
Adalah diare yang kurang dari 14 hari yang sebagian besar
disebapkan oleh Infeksi.
- Gastroenteritis kronik
Adalah diare yang lebih dari 14 hari atau lebih.
Menurut patofisiologi :
- Diare sekresi
Diare dengan volume banyak disebapkan oleh peningkatan
produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usur kedalam
lomen usus.
- Diare osmotic
Bila air terdorong ke usus oleh tekanan osmotikdari pertikel
yang tidak dapat diabsorbsi,sehingga reabsorbsi terlambat.
- Diare campuran
Disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik dari usus
(biasanya karena penyakit usus inflamasi) dan kombinasi peningkatan
sekresi atau peningkatan absobsi dalam usur.

3. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO


Menurut Simadibrata (2006) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
- Infeksi yang disebabkan oleh bakteri :
Shigella sp, E.coli pathogen, salmonella sp, vibrio cholera, yersinia
entero colytika, campylobacter jejuni, v.parahaemolitikus, staphylococcus
aureus, kleb siella, pseudomonas, aeromonas, dll. Virus:
rotavirus,adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus,
echovirus.
Makanan beracun atau mengandung logam, makanan basi, makan
makanan yang tidak biasa misalnya makanan siap saji, makanan mentah,
makanan laut. Obat-obatan tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak
feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan antasida).
- Faktor Malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), mosiosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
- Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
(Mansjoer, 2000)

4. EPIDEMIOLOGI
Anak-anak di negara berkembang lebih beresiko baik dari segi
morbiditas maupun mortalitasnya.Penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap
tahun dan menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau
merupakan 12 % dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia
di bawah 5 tahun (Chow et al., 2010).
Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus gastroenteritis akut
terjadi setiap tahun, dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000
mengalami kematian. (Al-Thani et al., 2013).
Di Indonesia pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh penyebab
infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka
kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92%. (Kemenkes RI, 2012).

5. MANIFESTASI KLINIS
- Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
- Muntah (umumnya tidak lama)
- Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
- Kram abdomen, tenesmus
- Membrane mukosa kering
- Fontanel cekung (bayi)
- Berat badan menurun
- Malaise
(Cecyly, Betz, 2002)
Ditandai dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses , pasien
terlihat sangat lemas, kesadaran menurun, kram perut, demam, muntah,
gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik
yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi setiap
defekasi. Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat,
tekanan darah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan
didapatkan tanda dan gejala dehidrasi, meliputi: : Turgor kulit menurun <3
detik pada anak-anak, mata cekung, membran mukosa kering dan dosertai
penurunan berat badan akut, dan keluar keringat dingin
(Muttaqin, 2011)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Penunjang
- Darah : Ht meningkat, leukosit menurun
- Feses : Bakteri atau parasit
- Elektrolit : Natrium dan Kalium menurun d. Urinalisa Urin
pekat, BJ meningkat
- Analisa Gas Darah : Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan
cairan)
Menurut Davey (2005) pemeriksaan gastroenterititis yang dapat dilakukan
yaitu:
a. Tes darah lengkap, anemia atau trombositosis mengarahkan dugaan
adanya penyakit kronis. Albumim yang rendah bisa menjadi patokan untuk
tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
b. Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C.difficile
ditemukan pada 5% orang sehat. Oleh karenanya diagnosis di tegakan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukanya toksin, bukan berdasar
ditemukanya organisme saja.
c. Foto polos abdomen, pada foto polos abdomen bisa terlhat kalsifikasi
pankreas, walaupun diduga terjadi insufiensi pankreas, sebaiknya
diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) atau CT pancreas.

8. PENATALAKSANAAN
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare
meliputi: pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
- Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang
di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na
HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
- Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu
tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya
cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian
125 ml / kg BB / oral.
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian
125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat
4. 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB
/ menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya
105 ml / kg BB oralit per oral.
b. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dsb).
- Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
- Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare sehingga tidak diberikan lagi.
- Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan
bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /
bronkopeneumonia.

Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan


WGO Guideline (2012), yaitu :
- Melakukan penilaian awal
- Tangani dehidrasi
- Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi
menggunakan cairan rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat
sendiri atau larutan oralit.
- Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan
oralit, dan pasien dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan
intravena yang sesuai
- Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral
- Atasi gejala-gejala lain
- Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis
- Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik
DAFTAR PUSTAKA

Chow, C. M., Leung, A. K. C., Hon, K. L., 2010. Acute Gastroenteritis : From
Guideline to Real Life. Clinical and Experimental Gastroenterology,3:97-112
Al-Thani, A., Boris, M., Al-Lawati, N. Dan Al-Dhahry. S., 2013. Characterising the
aetiology of severe acute gastroenteritis among patients visiting a hospital in
Qatar using real-time polymerase chain reaction. BMC infectious Disease, 13
: 329
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2014. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare
Tingkat Propinsi.
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Situasi diare di Indonesia. Jendela Data dan
Informasi Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
WHO, 2004. Guidelines for Drinking-Water Quality. Volume 1: Recommendations.
3𝑟𝑟𝑟𝑟 ed. Geneva : World Health Organization.

WGO, 2012. Acute Diarrhea in Adults and Children : A Global Perspective. World
Gastroenterology Organization.
Kementrian Kesehatan : Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2009-2014
Simadibrata. 2006. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing
Murwani, Arita. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai