METODE PENELITIAN
bulan dimulai pada bulan Februari 2017 dan berakhir pada bulan Juli 2017
3.2.1 Alat
spatel, pipet tetes, erlenmeyer, labu ukur, beaker glass, kaca arloji, vial,
aluminium foil, timbangan analitik, plat tetes, cawan penguap, spidol , blender,
botol, kapas, oven, plat KLT, seperangkat alat kromatografi lapis tipis (KLT) dan
pipet volume.
3.2.2 Bahan
25
3.3.2 Identifikasi sampel
hingga dapat dipatahkan dengan jari. Setelah kering daun dirajang, kemudian
cara maserasi dimana sampel dimasukan dalam botol berwarna gelap terlindung
dari cahaya matahari kemudian masukan satu bagian serbuk kering simplisia
maserat jernih. Kumpulkan semua maserat lalu uapkan dengan rotary evaporator
heksan dan air dengan perbandingan (1:1) sebanyak 200ml dalam corong pisah,
dikocok secukupnya. Setelah itu dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan yaitu
lapisan n-heksan dan lapisan air. Perlakuan ini dilakukan beberapa kali
heksan. Lapisan air kemudian difraksinasi dengan etil asetat dilakukan beberapa
kali pengulangan seperti perlakuan diatas sehingga diperoleh fraksi etil asetat dan
26
fraksi air. Selanjutnya masing-masing fraksi diuapkan dengan rotary evaporator
(Monika, 2015).
dan rasa
3.3.4.2 Rendemen
Timbang daun piladang yang telah dihaluskan dan timbang ekstrak yang
kloroform, dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan air dan kloroform.
Ambil lapisan air 1–2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan serbuk
b. Uji Fenolik
Ambil lapisan air 1–2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan pereaksi
c. Uji Saponin
Ambil lapisan air, kocok kuat–kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa
27
d. Uji Terpenoid dan Steroid (Metode Simes)
Ambil sedikit lapisan kloroform difiltrasi dengan norit, diambil 2-3 tetes
filtrat dan dibiarkan mengering pada plat tetes, setelah kering ditambahkan asam
terbentuknya warna biru atau hijau menandakan adanya steroid, sedangkan bila
mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga
gumpalan putih.
3.3.6 Pengujian Profil Kimia dan Aktivitas Antioksidan Fraksi Air Daun
Piladang
HCL dan 25ml etanol 70%. Larutan dimasukan dalam labu alas bulat dan
didinginkan partisi cair-cair berulang dengan etil asetat (1:1). Fraksi etil asetat
Fraksi etil asetat kemudian di Rotary evaporator hingga kental. Lakukan hal yang
28
3.3.6.2 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Fraksi Air Daun Piladang
lapis tipis. Hasil analisis dengan KLT ini digunakan untuk mengamati bercak
ekstrak daun piladang. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254.
Diaktifkan terlebih dahulu pada suhu 105̊ C selama 10 menit. Ekstrak ditotolkan
Fase gerak yang digunakan heksan : etil asetat (6:4) dan (7:3) digunakan
untuk melihat profil bercak fraksi heksan, fraksi etil asetat, fraksi air, fraksi air
terhidolisis HCl 1 jam, fraksi air terhidrolisis H3PO4 1 jam dan fraksi air
terhidrolisis asam asetat 1 jam. Bercak yang muncul kemudian dilihat pada sinar
tampak, UV254 dan UV365. Pereaksi semprot FeCl3 dan DPPH digunakan untuk
1. Pembuatan Reagen
29
2. Pengukuran Kadar Fenolat Total dengan metode Folin-Ciocalteu
Larutan induk asam galat di pipet sebanyak 2 ml ke dalam labu ukur 10 ml,
lalu encerkan dengan metanol: aquadest (1:1) sampai tanda batas sehingga
pada suhu kamar selama 15 menit dan diukur panjang gelombang serapan
Larutan induk asam galat di pipet (0,4 0,8; 1,2; 1,6; 2,0) ml diencerkan
dengan metanol : aquadest (1: 1) dalam labu ukur 10 ml sampai tanda batas
sehingga di peroleh konsentrasinya 20, 40, 60, 80, 100 µg/ml asam galat. Dari
1M kocok homogen, biarkan pada suhu kamar selama 15 menit dan ukur serapan
30
konsentrasi fenolat yang terukur (µg/ml)
Ksf = x 100 %
konsentrasi fraksi dalam larutan (µg/ml)
Dipipet 0,5 ml larutan Fraksi air terhidrolisis asam HCl, H3PO4 dan asam
homogen, biarkan pada suhu kamar selama 15 menit dan ukur serapan panjang
rumus:
e. Analisis Data
𝐶 𝑥 𝑉 𝑥 𝐹𝑝
Fenolat total (ppm) =
𝐵𝑠
Keterangan:
Fp = Faktor Pengenceran
31
3.3.6.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Fraksi Air Daun Piladang
1000ppm. Dari laruan tersebut, dipipet 3,5 ml, diencerkan dengan metanol sampai
100 ml dalam labu ukur sehingga diperoleh larutan dengan kosentrasi 35 ppm.
metanol, dibiarkan 30 menit di tempat yang gelap. Serapan larutan diukur dengan
iii. Buat pembanding asam galat dengan konsentrasi 5mg/50ml atau 100 ppm.
Larutan ini digunakan sebagai larutan induk dan nanti dibuat seri kadar
yang sesuai.
iv. Sejumlah larutan DPPH yang telah dibuat dengan konsentrasi 35ppm
wadah gelap dilapisan aluminium foil dan disimpan pada suhu -4º C.
vi. Fraksi air diukur dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelompang
maksimum DPPH.
32
vii. Absorban sampel diperoleh dari pengurangan nilai absorban sampel dengan
takar.
iii. Buat pembanding asam galat dengan konsentrasi 5mg/50ml atau 100 ppm.
Larutan ini digunakan sebagai larutan induk dan nanti dibuat seri kadar
yang sesuai.
iv. Sejumlah larutan DPPH yang telah dibuat dengan konsentrasi 35ppm
33
absorban kontrol−absorban sampel
%inhibisi = x 100 %
absorban kontrol
34