Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KIMIA ELEKTRO

PERKEMBANGAN MODERN DARI SEL BAKAR (FUEL CELL)

Disusun oleh:
Elma Alfianti Indri Lestari (17030234007)
Julian Sagus Bramasta (17030234020)
Rimbi Rodiana S. (17030234047)
Tia Ayu Novitasari (17030234053)

KIMIA 2017

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Modern Dari Sel Bakar (Fuel Cell)” dengan lancar tanpa suatu kesulitan.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah kimia elektro.
Makalah ini disusun oleh penulis dengan harapan dapat membantu menambah
pengetahuan pembaca tentang energi listrik, khususnya tentang bagaimana
perkembangan teknologi sel bakar (Fuel Cell). Dalam menyusun makalah ini,
sudah barang tentu banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang
telah membantu penyususnan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 30 Januari 2019


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang Masalah 4
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
2.1 Pengertian Sel Bakar (Fuel Cell) 7
2.2 Sejarah Sel Bakar (Fuel Cell) 7
2.3 Prinsip Sel Bakar (Fuel Cell) 8
2.4 Proses Pengolahan Gas Hidrogen untuk Sel Bakar (Fuel Cell) 10
BAB III PEMBAHASAN 12
3.1 Jenis- Jenis Sel Bakar (Fuel Cell) 12
3.2 Perkembangan Modern Sel Bakar (Fuel cell) 16
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Sel Bakar (Fuel Cell) 18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 22
4.1 Kesimpulan 22
4.2 Saran 22
Daftar Pustaka 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki abad yang baru ini, manusia dihadapkan pada masalah


yang sangat penting ditinjau dari makin pesatnya perkembangan teknologi
di semua bidang, termasuk di antaranya kebutuhan akan energi. Mengingat
adanya kebutuhan akan energi yang makin meningkat ini, mengakibatkan
adanya aspek-aspek yang harus diperhatikan, apabila aspek-aspek ini tidak
diperhitungkan, maka akan terjadi kerugian yang cukup besar, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Salah satu aspek yang berpengaruh yaitu mengenai sumber energi
yang meliputi ketersediaan bahan bakar, pengaruh terhadap polusi
lingkungan, kemampuan bertahan untuk jangka waktu yang cukup
panjang, kesiapan dari infrastruktur yang mampu menyediakan kebutuhan-
kebutuhan akan sumber daya, maupun perawatan dari suatu sistem
teknologi yang tergolong baru.
Energi yang dihasilkan tentunya sangat ditentukan oleh
kemampuan mesin, termasuk di antaranya motor bakar. Agar dapat
menghasilkan energi yang lebih besar, maka motor harus lebih besar pula.
Akibat langsung dari tuntutan ini adalah konsumsi bahan bakar menjadi
makin besar.
Berdasarkan informasi dari International Energy Annual,
cadangan crude oil yang diperkirakan jumlahnya adalah 1016,8 billion
barrel, sedang kebutuhan dunia akan minyak ini berdasarkan perhitungan
pemakai- an minyak pada tahun 1999 adalah 74.905 ribu barrel per hari,
jadi dalam tahun 1999 kebutuhan ini adalah 27,34 billion barrel , dengan
demikian maka cadangan minyak bumi ini hanya dapat bertahan selama
kurang lebih 37 tahun saja. Keterbatasan cadangan bahan bakar minyak
dunia ini membuat para ahli mencari bahan bakar pengganti yang lain,
selama ini telah banyak penelitian dilakukan yaitu mencari energi
alternatif, seperti halnya energi solar, energi angin dll.

4
Selain keterbatasan akan cadangan energi, masih ada kendala lain
yang perlu diperhitungkan bahan bakar minyak dan solar merupakan
bahan bakar yang sudah dikenal dan dipakai secara berkesinambungan
sejak lebih dari satu abad yang lalu, sampai pada suatu saat di mana
ternyata ditemukan bahwa bahan bakar ini mengandung zat-zat beracun
yang membahayakan kehidupan umat manusia, baik secara individu
maupun secara global, seperti yang dikenal sebagai karbon monoxida,
karbon dioxida, asam-asam nitrat, hidro karbon, dll. Pengaruh efek rumah
kaca yang dapat menaikkan suhu, gas karbon yang mengakibatkan smog di
kota-kota besar yang sangat tidak sehat bagi manusia dan lingkungan, gas
karbon monoxida (CO) yang sangat membahayakan jiwa manusia yang
menghirupnya, karena gas ini sangat mematikan, benzene(C6H6) dan
lengas dari solar dapat mengakibatkan penyakit kanker, gas nitrogen oxyda
(NO2) yang merupa- kan polusi udara, ini semua disebabkan karena hasil
pembuangan motor bakar yang menggunakan bahan bakar minyak, selain
mengancam manusia secara langsung, akibatnya juga dirasakan oleh
lingkungan sekitarnya termasuk tumbuh-tumbuhan dan gedung-gedung.
Dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dunia, maka timbul
kekuatiran kalau-kalau hasil-hasil teknologi ini akan mengakibatkan
kerusakan dunia secara menyeluruh, kalau tidak dilakukan pengendalian
terhadap hasil-hasil produk tersebut. Kesadaran akan hal ini membuat para
pencinta lingkungan dan tehnisi dengan diawasi oleh lembaga-lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab melakukan usaha-usaha di bidang
teknologi, yaitu dengan membuat perancangan peralatan yang tidak
merugikan lingkungan.
Kebutuhan akan bahan bakar minyak yang terus meningkat
memberikan gagasan untuk lebih meng- efisiensikan pemakaiannya,
merancang mesin yang lebih irit,, memanfaatkan kembali panas yang
dibuang menjadi energi yang bermanfaat, mengatur pemakaian daya
secara elektronik dll.
Dalam memasuki abad 21, fuel cell merupakan suatu teknologi
masa depan dalam pengolahan bahan bakar tertentu menjadi suatu energi

5
yang diperlukan untuk menggerakkan bermacam-macam peralatan.
Sebelum suatu teknologi yang baru dapat dipakai secara menyeluruh oleh
semua lapisan, baik industri maupun masyarakat secara umum, perlulah
diadakan penelitian dan percobaan yang mampu menelitinya dari semua
aspek yang ada dan menghasilkan perkembangan-perkembangan yang
optimal sehingga dapatlah dicapai hasil yang diharapkan oleh para
pemakai. Fuel cell yang pada saat ini masih merupakan produk harapan
untuk masa depan, sebenarnya sudah dikenal cukup lama, tetapi
pengembangannya baru dilakukan belum terlalu lama bahkan
penggunaannya untuk kebutuhan baru dilakukan secara intensif pada akhir
abad 20. Untuk mengaplikasikannya sebagai mesin pengganti, suatu
teknologi yang perkembangannya masih baru, tentunya harus
dibandingkan secara matang dengan produk produk yang sudah dikenal,
seperti motor bakar, maupun jenis penghasil energi yang lain seperti
baterai dan solar cell.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sel bakar (Fuel Cell)?
1.2.2 Bagaimana sejarah sel bakar (Fuel Cell)?
1.2.3 Bagaimana perkembangan sel bakar (Fuel Cell)?
1.2.4 Bagaimana prinsip dari sel bakar (Fuel Cell)?
1.2.7 Apa sajakah jenis- jenis sel bakar (Fuel Cell)?
1.2.8 Bagaimana kekurangan dan kelebihan sel bakar (Fuel Cell)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian sel bakar (Fuel Cell).
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami sejarah sel bakar (Fuel Cell).
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan sel
bakar (Fuel Cell).
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana prinsip dari sel bakar
(Fuel Cell).
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami jenis- jenis sel bakar (Fuel Cell).
1.3.6 Untuk memahami apa saja kekurangan dan kelebihan sel bakar
(Fuel Cell).

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sel Bakar (Fuel Cell)


Fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan
mengubah hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan
menghasilkan energi listrik dan panas dalam prosesnya. Fuel
cell merupakan suatu bentuk teknologi sederhana seperti baterai yang
dapat diisi bahan bakar untuk mendapatkan energinya kembali, dalam hal
ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen dan hidrogen.
Layaknya sebuah baterai, segala jenis fuel cell memiliki elektroda
positif dan negatif atau disebut juga katoda dan anoda. Reaksi kimia yang
menghasilkan listrik terjadi pada elektroda. Selain elektroda, satu unit fuel
cell terdapat elektrolit yang akan membawa muatan-muatan listrik dari
satu elektroda ke elektroda lain, serta katalis yang akan mempercepat
reaksi di elektroda. Umumnya yang membedakan jenis-jenis fuel
cell adalah material elektrolit yang digunakan. Arus listrik serta panas
yang dihasilkan setiap jenis fuel cell merupakan produk samping reaksi
kimia yang terjadi di katoda dan anoda.
Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia
pembentukan air, alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan
menghasilkan efek samping yang berbahaya bagi lingkungan seperti alat
konversi energi konvensional (misalnya proses pembakaran pada mesin
mobil). Sedangkan dari segi efisiensi energi, penerapan fuel cell pada
baterai portable seperti pada handphone atau laptop akan sepuluh kali
tahan lebih lama dibandingkan dengan baterai litium. Dan untuk mengisi
kembali energi akan lebih cepat karena energi yang digunakan bukan
listrik, tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.
2.2 Sejarah Sel Bakar (Fuel Cell)
Fuel cell telah didemonstrasikan oleh Sir William Robert Grove,
seorang ahli hokum merangkap sebagai ahli fisika amatir, pada tahun
1839, dengan melakukan pembalikan elektrolisa air, elektrode yang

7
digunakan adalah platina. Pada tahun 1889, Charles Langer dan Ludwig
Mond pertama kali menggunakan istilah fuel cell, pada saat mencoba
membuat mesin generator dengan menggunakan udara dan gas arang. Pada
tahun 1932 Francis Bacon berhasil mengembangkan fuel cell. Untuk
menerapkan fuel cell dalam penggunaan praktis baru dapat dilakukan 27
tahun kemudian, yaitu sebagai penghasil tenaga listrik untuk alat las
dengan kapasitas 5 kW. Mulai tahun 1950 pihak NASA di Amerika
Serikat telah melakukan pemanfaatan untuk program angkasa luar mereka
yaitu untuk pesawat roket Appolo dan Gemini. Selama lebih dari 30 tahun,
US Department of Technology telah melakukan banyak penelitian dan
pengembangan dan pada tahun 1987 mereka mulai menerapkannya pada
kendaraan.
2.3 Prinsip Sel Bakar (Fuel Cell)
Fuel cell bekerja berdasar prinsip pembakaran listrik kimiawi, cell
ini akan memproduksi energi listrik arus searah. Fuel cell ini terdiri dari
elektrolit yang memisahkan katoda dari anoda, elektrolit hanya dapat
menghantar ion saja, sedangkan elektron tidak dapat melewati elektrolit,
jadi elektrolit ini bukan penghantar listrik dan juga menghindarkan
terjadinya reaksi kimia. Pada anoda akan dialirkan secara
berkesinambungan bahan bakar dan pada kattode dialirkan oksigen,
pengaliran ini dilakukan secara terpisah. Karena pengaruh katalisator pada
elektroda, maka molekul-molekul dari gas yang dialirkan akan berubah
menjadi ion. Reaksi pada anoda menghasilkan elektron yang bebas,
sedang pada katoda elektron yang bebas akan diikat. Elektron-elektron
bebas yang terjadi harus dialirkan keluar melalui penghantar menuju ke
anoda, agar proses listrik-kimiawi dapat berlangsung.Panas yang timbul
dari hasil reaksi kimia harus terus menerus dibuang, agar energi listrik
dapat terbentuk secara kontinyu.

8
Gambar 1. Skema Fuel Cell

Gambar 2. Skema PEM Fuel Cell


Reaksi kimia pada fuel cell.
2H2 + O2 → 2H2 O
Pada anoda hidrogen di oksidasi menjadi proton:
2H2 → 4H+ + 4 e-
Setiap molekul H2 terpecah menjadi dua atom H+ (proton), sedang
setiap atom hidrogen melepaskan elektronnya. Proton ini akan ber-gerak
menuju katoda melewati membran. Elektron yang terbentuk akan
menghasilkan arus listrik kalau dihubungkan dengan peng-hantar listrik
menuju katoda. Pada katoda oksigen dirubah :
O2 + 4H+ + 4 e-→ 2H2O
Molekul oksigen akan bergabung dengan empat elektron, menjadi
ion oksigen yang bermuatan negatif untuk selanjutnya ber-gabung lagi
dengan proton yang mengalir dari anoda. Setiap ion oksigen akan
melepaskan kedua muatan negatifnya dan bergabung dengan dua proton,
sehingga terjadi oxidasi menjadi air.

9
2.4 Proses Pengolahan Gas Hidrogen untuk Sel Bakar (Fuel Cell)

Dari bahan bakar awal ini dapat diperoleh hidrogen yang diperlukan oleh
fuel cell, dengan cara melakukan reaksi dengan uap air. Perubahan
terjadinya gas hidrogen ini disebut gasification pada material awal seperti
batu bara atau minyak berat, sedang pada methanol atau bahan gas adalah
reforming. Pada saat pembersihan gas, bagian-bagian yang terdapat pada
bahan bakar awal seperti
debu, komponen belerang dan chlor yang masih ada dibersihkan, sedang
pada conditioning terjadi pengubahan gas yang tidak dikehendaki seperti
gas CO. Setelah melalui proses ini bahan bakar disebut feed gas yang siap
untuk dikonsumsi oleh fuel cell. Reaksi yang terjadi antara bahan bakar
seperti methan(gas bumi), methanol dan naphtha yang diberi uap air pada
proses reforming, sehingga terdapat feed gas atau hidrogen adalah sbb:
– Reforming gas bumi(methan) CH4 + H2O ⇒ CO + 3H2
– Reforming methanol(methyl alcohol) CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2
– Reforming Naphtha CnHm + nH2O ⇒ nCO + (n +m/2) H2
– Reaksi sampingan dan reaksi lanjutan
CO + H2O ⇒ CO2 + H2 CO + 3 H2 ⇒ CH4 + H2O

10
Proses yang terjadi pada reforming:

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jenis- Jenis Sel Bakar (Fuel Cell)


Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai
elektrolit yang mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell
yaitu:
a. Alkaline (AFC)
b. Proton exchange membrane, juga disebut
c. proton elektrolyt membrane (PEM)
d. Phosphoric Acid (PAFC)
e. Molten carbonate (MCFC)
f. Solid oxide (SOFC)
g. Direct methanol fuel cells (DMFC)
h. Regenerative fuel cells

Tabel.1 Jenis Fuel Cell dan Karakteristik


Temperatur
Jenis Elektrolit Karakteristik Penggunaan
Kalilauge operasi [ 0C]

Efisiensi
energi tinggi, Pesawat ruang
Alkaline(AFC) (KOH) 60 - 120 memiliki angkasa,
kepekaan kendaraan
terhadap CO2

Kerapatan Kendaraan
energi tinggi, (sedan, bis,
Polymer
Polymer Ex-change memiliki ke- minivan),
elektrolyt 60 - 100
Mem-brane (PEM) pekaan thd stasiun
(H+)
CO pembangkit
(<100ppm) panas

Efisiensi
Stasiun
energi terba-
Phosphoric Acid Phosphor pembangkit
160 - 200 tas, peka thd
Fuel cell (PAFC) Acid (H+) panas,
CO (<1,5%
kendaraan
Vol)

Stasiun
Molten Pembangkit
Molten Carbonate carbonate Problem
500 - 650 energi panas,
(MCFC) korosi
(CO32-) pembangkit
energi listrik

12
Pembankit
Efisiensi energi pnas,
Lapisan sistem tinggi,
Solid Oxyde penggabung
keramik 800 - 1000 temperatur
(SOFC) Stasiun
(O2-) operasi perlu
pembangkit dg.
diturunkan
turbin gas

Efisiensi
Elektrolit sistem tinggi,
Direct Methanol
Polymer 60 - 120 peka thd. Kendaraan
Fuel cell (DMFC)
(H*) Hasil oksidasi
di anoda

Dari tabel dapat dilihat jenis dari pada elektrolit untuk masing-
masing fuel cell dan operasi temperatur, karakteristik dan peng-gunaannya.
Fuel cell mempunyai efisiensi yang cukup tinggi, dari 40% sampai 70%,
tergantung dari jenis fuel cell, yang paling tinggi adalah alkaline (AFC),
solid oxyde (SOFC), direct methanol fuel cell(DMFC) dan regenerative
fuel cell. Fuel cell mempunyai kepekaan terhadap zat-zat tertentu seperti
CO2, CO, korosi dan produk oksidasi. Penggunaan dari pada fuel cell ini
terutama untuk menghasilkan energi yang dipakai pada program angkasa
luar, power station penghasil listrik atau energi panas dan untuk
kendaraan.
Alkaline fuel cells (AFC) menggunakan alkaline potassium,
hydroxyde sebagai elek-trolit, dapat menghasilkan efisiensi sampai 70%.
Banyak digunakan oleh NASA untuk misi ulang-alik angkasa luar.
Biayanya sangat mahal, sehingga tidak dipakai untuk komersial. Proton
exchange membrane(PEM) memiliki membran yang terbuat dari plastik
tipis yang pada kedua sisinya dilapisi dengan platina. Jenis ini sangat
sesuai untuk kendaraan, karena mampu beroperasi pada temperatur yang
rendah. Harganya relatif murah, sehingga dapat digunakan untuk alat
listrik, kamera video dan telepon selular.
Fuel cell PEM memiliki kepadatan energiyang tinggi (high energy
density). Gambar 3a dan 3b adalah proton exchange membrane fuelcells
dari beberapa produsen. Phosphoric acid fuel cells (PAFC) sudahbanyak
digunakan untuk penghasil listrik di rumah sakit, hotel, perkantoran,
sekolah dan stasiun penghasil listrik.

13
Gambar 3. PEM Fuel Cell Stack
Molten carbonate (MCFC) beroperasi padatemperatur yang tinggi
sehingga hanya dapat digunakan untuk keperluan industri. Jenis ini dapat
dipakai untuk menghasilkan energi yang besar, energi sebesar 10 kW dan
2 MW telah diuji coba di Jepang dan Itali.
Solid oxide (SOFC) ini menggunakanmaterial dari keramik keras,
memunng-kinkan untuk operasi temperatur tinggi, banyak dicoba untuk
keperluan stasiun pembangkit tenaga listrik. Cell ini berbentuk tabung.
Gambar 4 sebuah solid oxyde fuel cell.
Jepang telah mencoba dengan tenaga yang dihasilkan sebesar 25
kW dan di Eropa sudah dicoba sebesar 100 kW, percobaan sebesar 220
kW sedang dilakukan.
Direct methanol fuel cell (DMFC) miripdengan proton exchange
elektrolyt (PEM), yaitu sama-sama menggunakan plastik polymer sebagai
membran. Pada DMFC hidrogen diambil secara langsung oleh katalisator
anoda dari methanol cair, sehingga tidak diperlukan sebuah reformer
bahan bakar.
Regenerative fuel cell merupakan jenis yangterbaru. Dengan
menggunakan elektrolisa tenaga solar cell, maka bahan-bahan yang
diperlukan oleh fuel cell diambil dari air dengan cara mengubahnya
menjadi hidrogen dan oksigen, yang selanjutnya dapat menghasilkan
tenaga listrik, panas dan air. Air ini didaur ulang dengan proses yang sama.

14
Dari tabel 1 dapat diketahui temperatur operasi dari bermacam-
macam jenis fuel cell tersebut. Apabila fuel cell ini digunakan untuk
kendaraan, maka temperatur operasi yang terlalu tinggi akan kurang
memadai. PEM dan DMFC beroperasi pada temperatur rendah, sedang
penggunaan AFC untuk keperluan ini tidak menguntungkan, karena
harganya mahal.
Kebutuhan bahan bakar fuel cell juga bergantung pada jenis
elektrolit tersebut, beberapa membutuhkan gas hidrogen murni. Sehingga
dibutuhkan suatu alat yang disebut reformer untuk memurnikan bahan
bakar hidrogen. Sedangkan pada elektrolit yang tidak membutuhkan gas
hidrogen murni, dapat bekerja efisien pada temperatur tinggi. Dan pada
beberapa elektrolit cair, membutuhkan tekanan tertentu untuk mendorong
gas hidrogen.
Bahan bakar yang biasanya menggunakan gas hidrogen bertekanan
tinggi atau hidrogen cair bagi fuel cell, mulai mengalami perubahan seiring
berkembangnya teknologi reformer. Sehingga tak perlu membawa tabung
gas hidrogen atau hidrogen cair yang mudah meledak serta mahal. Salah
satu jenis bahan bakar yang digunakan adalah metanol yang diubah
reformer menjadi gas hidrogen.
Teknologi reformer terbaru adalah menggunakan natrium
borohidrida cair untuk menghasilkan gas hidrogen murni. Seperti yang
dikembangkan perusahaan Millenium Cell. Reaksi kimia teknologi ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
NaBH4 (aqueous solution) + 2H2O katalis 4H2 + NaBO2 (aqueous
solution) + panas
Teknologi perusahaan ini menunjukkan beberapa potensi kelebihan
antara lain, natrium borohidrida (sodium borohydride/SBH) adalah
material tidak mudah terbakar pada suhu dan tekanan ruang, dan tidak
perlu murni dan dapat dilarutkan dengan air, sehingga mudah dibawa,
dapat mengontrol produksi hidrogen, waktu beroperasi lebih lama. Katalis
itu juga tidak menunjukkan kerusakan selama lebih dari 600 jam operasi
reformer sehingga lebih tahan lama, gas hidrogen bebas dari produksi

15
sulfur atau karbon, serta natrium borat yang dihasilkan dapat digunakan
kembali untuk membentuk natrium borohidrida pada energi tertentu.
Saat ini, penerapan fuel cell sebagai sumber energi sudah banyak
digunakan di seluruh belahan dunia, antara lain pada mesin mobil, bus,
baterai portable untuk handphone, laptop, PDA, pembangkit energi listrik,
atau generator-generator pada gedung-gedung, rumah sakit, bandara, dan
rumah tangga. Sementara di Indonesia, pengembangan fuel cell baru
memasuki tahap pengembangan pembangkit listrik skala kecil atau sekira
2 kW dan akan dikomersialisasikan tahun 2005.
Konsorsium fuel cell di Indonesia saat ini telah menghimpun
berbagai lembaga dan institusi penelitian konversi energi, dan mulai
melibatkan kalangan industri seperti Pertamina dan Medco group. Peran
industri dan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh bagi pengembangan
teknologi fuel cell dalam rangka pasokan energi bagi masyarakat
Indonesia. Sangat dibutuhkan strategi pemasaran serta investasi bagi riset
dan pengembangan alat konversi energi ini.
Kesempatan Indonesia untuk menerapkan fuel cell dalam rangka
meningkatkan sektor industri tanpa merusak sektor pertanian dan
perkebunan. Bayangkan berjuta-juta mobil lalu-lalang tanpa menghasilkan
asap beracun, melainkan uap air yang mampu melestarikan dan
menghijaukan dunia.
Efisiensi dari Bermacam-Macam Jenis Fuel Cell
Type Fuel Efisiensi Bahan bakar awal
Cell
PEM 40% reformed methanol, gas alam, hidrogen
PAFC 40% reformed gas alam, hidrogen
MCFC sampai 65% Gas alam, gas arang, bio gas, hidrogen
SOFC sampai 70% Gas alam, gas arang, bio gas, hydrogen

3.2 Perkembangan Modern Sel Bakar (Fuel cell)


Sejarah pengembangan fuel cell dimulai tahun 1800 dan aplikasi
pemakaian untuk mobil telah dimulai sejak tahun 1987. Berikut ini adalah
produk-produk yang menggunakan fuel cell sebagai sumber energi listriknya.

16
1) Pada tahun 1800, ahli fisika berkebangsaan Inggris William Nicholson
dan Anthony Carlisle telah menjelaskan proses elektrolisa dengan
menggunakan listrik untuk menguraikan air menjadi gas hidrogen dan
oksigen. Sir William Robert Grove, seorang ahli hukum merangkap
sebagai ahli fisika amatir, pada tahun 1839, telah melakukan pembalikan
elektrolisa air, elektroda yang digunakan adalah platina. Fuel cell yang
dibuatnya terdiri atas elektrolit asam, keping platina, tabung gas oksigen
dan hidrogen. Reaksinya menggunakan prinsip reaksi balik terbentuknya
air. Hidrogen dan oksigen akan bereaksi dalam larutan asam yang
menghasilkan air dan listrik. Sel ini kemudian disebut sebagai Grove`s
Battery atau batere Grove atau sel Grove (lihat Gambar 4b).

Pada gambar 4a sebuah batere dihubungkan dengan elektroda


platina. Arus listrik menyebabkan proses elektrolisa yang mengubah air
menjadi gas hidrogen dan oksigen. Pada gambar 4b batere dilepas diganti
dengan ampermeter. Elektron mengalir dari elektroda yang terhubung
dengan hidrogen ke elektroda oksigen.
2) Pada tahun 1889, Charles Langer dan Ludwig Mond pertama kali
menggunakan istilah fuel cell, pada saat mencoba membuat mesin
generator dengan menggunakan udara dan gas arang.
3) Pada tahun 1932 Francis Bacon berhasil mengembangkan fuel cell.
Untuk menerapkan fuel cell dalam penggunaan praktis baru dapat
dilakukan 27 tahun kemudian, yaitu sebagai penghasil tenaga listrik

17
untuk alat las dengan kapasitas 5 kW. Fuel celltersebut akhirnya disebut
sebagai Bacon Cell.
4) Sebuah produsen alat elektronik terkenal di Amerika, pada tahun 1960-
an memproduksi tenaga listrik berbasis fuel cell untuk NASA sebagai
tenaga pesawat ruang angkasanya yaitu Gemini dan Apollo. Sistem fuel
cell yang dipakai dalam alat ini berdasarkan pada sel Bacon. Sampai
sekarang, tenaga yang dipakai dalam pesawat ruang angkasa tetap
memakai fuel cell karena dengan fuel cell energi yang dipakai tidak
terlalu rumit seperti batere atau tenaga nuklir yang cukup riskan.
5) Selama lebih dari 30 tahun, US Department of Technology telah
melakukan banyak penelitian dan pengembangan dan pada tahun 1987
mereka mulai menerapkannya pada kendaraan. Bus yang memakai
teknologi fuel cell pertama kali diluncurkan pada tahun 1993 dan untuk
mobil biasa di Eropa dan Amerika kini telah banyak dipakai. Sejumlah
produsen mobil mewah dan produsen mobil kelas menengah juga mulai
mengembangkan mobil yang memakai fuel cell ini, sejak tahun 1997.
6) Pada tahun 2002, Honda FCX ditetapkan sebagai mobil fuel cellyang
pertama kali meluncur di jalan-jalan di Amerika, Canada dan Jepang.
Mobil ini telah memenangkan seleksi ketat di Amerika dan merupakan
mobil fuel cell pertama di dunia yang mendapatkan ijin on-road setelah
bersaing dengan Daimler Chrysler, Ford Motor, Mazda, Toyota, Nissan,
General Motor, dan Renault. Dengan tangki bahan bakar hidrogen 156,6
liter bertekanan 350 atm, dan berkecepatan maksimum 150 km/jam,
Honda FCX dapat melaju 335 km. Tipe fuel cell yang dipakai
adalah Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) milik Ballard
Co dengan suhu 60-80oC dan bertenaga 85 kW.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Sel Bakar (Fuel Cell)


Fuel cell mempunyai kelebihan yang membuatnya cocok untuk
aplikasi otomotif yaitu :
a. Memiliki potensi untuk efisiensi operasi yang tinggi.

18
Fuel cell mengubah secara langsung energi kimia menjadi listrik,
sehingga hanya sedikit kehilangan energi, untuk limbah panas, dan
memiliki efisiensi yang tinggi.
b. Sederhana.
Sebuah sel fuel cell sangat sederhana, dengan sedikit bagian yang
bergerak. Hal ini dapat menyebabkan kehandalannya tinggi dan
sistem tahan lama.
c. Operasinya tenang
Operasi fuel cell sangat tenang, karena tidak ada bagian yang
bergerak.
d. Emisi rendah.
Hasil reaksi kimia dari proses pembakaran adalah air. Hal ini adalah
keuntungan utama ketika digunakan di kendaraan, karena ada
persyaratan untuk mengurangi emisi kendaraan. Namun, perlu dicatat
bahwa pada saat ini, emisi CO2 hampir selalu terlibat dalam produksi
hidrogen yang diperlukan sebagai bahan bakar.
e. Kinerja kendaraan bagus.
Kinerja kendaraan fuel cell adalah sama dengan motor bakar
konvensional. Berbeda dengan kendaraan listrik tenaga batere,
dengan jangkauan terbatas dan pengisian waktu relatif lama,
kendaraan fuel cell diharapkan mampu memberikan jarak tempuh
yang jauh, lebih dari 250 mil antara pengisian bahan bakar, dan harus
dapat mengisi bahan bakar dalam hitungan menit .
f. Keuntungan lain dari kendaraan fuel cell adalah bahwa ada banyak
sumber hidrogen. Hidrogen dapat diproduksi dari minyak, gas alam,
dan batubara. Hidrogen juga dapat dibuat dari biomassa seperti
limbah dari ternak, air limbah lumpur, dan timbunan sampah. Unsur
alam seperti air, cahaya matahari, dan angin juga dapat digunakan
untuk menghasilkan hidrogen.
g. Fuel cell tidak perlu diisi ulang, dan mereka memberikan listrik
secara langsung terus menerus ketika pasokan bahan bakar tidak
terputus.

19
h. Pemeliharaan rendah karena mereka tidak memiliki bagian yang
bergerak.

Selain mempunyai kelebihan, fuel cell juga mempunyai kekurangan yaitu :


a. Biaya mahal.
Fuel cell saat ini mahal karena kebutuhan bahan-bahan dengan sifat-
sifat tertentu. Permasalahannya adalah mencari pengganti komponen
tersebut dengan biaya rendah. Ini termasuk kebutuhan bahan platina
dan Nafion.
b. Sensitif pada kontaminasi zat-asing.
Jika bahan bakar lain selain hidrogen dimasukkan ke dalam fuel cell,
performanya secara bertahap menurun.
c. Pembekuan.
Jika fuel cell digunakan di daerah di mana suhu turun ke titik beku,
mungkin memiliki masalah dengan kendaraan fuel cell, karena
kendaraan ini memiliki air yang berisiko bisa membeku.
d. Teknologi baru
Teknologi untuk memproduksi, menyimpan, dan menyalurkan daya
hidrogen dengan biaya yang efisien belum tersedia.
e. Ketiadaan Infrastruktur
Agar kendaraan fuel cell menjadi alternatif bagi konsumen, harus ada
pem bangkitan hidrogen dan infrastruktur pengiriman.
Infrastruktutermasuk pipa, mobil transportasi bahan bakar, stasiun
pengisian bahan bakar dan pusat pembangkit hidrogen. Pengembangan
model kendaraan yang dipasarkan mudah-mudahan akan mendorong
pengembangan infrastruktur untuk mendukungnya.
f. Produksi Hidrogen
Salah satu kelemahan terbesar mobil fuel cell adalah cara
menghasilkan hidrogen. Saat ini, hidrogen diproduksi dengan
menggunakan batu bara, tenaga nuklir, minyak, atau gas alam. Metode
ini menghasilkan sejumlah besar polusi seperti karbon dioksida. Itu
berarti bahwa produksi fuel cell untuk mobil akan menyebabkan polusi

20
setidaknya dalam jumlah yang sama. Meskipun ada cara lain untuk
menghasilkan hidrogen, ini menyebabkan kerugian berikutnya.

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Fuel cell merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena tidak
menimbulkan pencemaran udara, sedangkan bahan bakar hidrogen cukup
aman dalam penggunaannya. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi bahan
bakar hidrogen dan fuel cell merupakan harapan yang besar untuk penyediaan
energi listrik di waktu yang akan datang. Dimana kebutuhan akan energi
listrik yang pastinya akan terus bertambah seiring bertambahnya populasi
manusia serta kemajuan dibidang teknologi.
4.2 Saran
Sudah seharusnya teknologi- teknologi yang dapat menghasilkan
sumber energi terbarukan bagi manusia dapat terus dikembangkan. Hal ini
untuk membantu mengurangi krisis akan energi bagi manusia, perlunya
penelitian- penelitian serta dukungan dari semua pihak agar teknologi seperti
ini dapat dimanfaatkan dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dwiliani, Apriyani. 2010. Biolistrik dari Limbah Cair dengan Metode Fuel Cell
Satu Bejana. Bogor: Program Studio Teknologi Hasil Perairan dan Ilmu
Kelautan Institut Perairan.
Martaningtyas, D. (2005). Energi Hijau Berlimbah Uap Air. Retrieved 02 01,
2019, from Energi Lipi:
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1111012997
Suhada, Hendrata. 2001. Fuel Cell Sebagai Penghasil Energi Abad 21. JURNAL
TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2.

23

Anda mungkin juga menyukai