Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan


sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan
cervical spine control,Breathing dan Circulation dengan control pendarahan). Triase
berlaku untuk pemilahan penderita baik di lapangan maupun di rumah
sakit.(Sukma,dkk.2017).
Triase berdasarkan tempat penggunaan terbagi menjadi dua yaitu triase Pre-
hospital dan diIGD banyak macam metode triase digunakan dibanyak Negara.
Khususnya diindonesia yang menggunakan triage gabungan.Namun, pada artikel ini
penulis inggin membahas triage yang terpat digunakan diindonesia baik pre-hospita
dan IGD. Untuk triage Per-Hospital penulis memilih triage META dan untuk IGD
SATS.
Triage Pre-Hospital META , singkatan dalam bahasa Spanyol yaitu (Modelo
Extrahospitalario de Triage Avanzado) model operasi lapangan dalam insiden
korban massal. Triage META adalah model triase pra-rumah sakit canggih dan
merupakan alat untuk digunakan oleh dokter dan perawat yang dilatih sebagai
penyedia dukungan kehidupan trauma yang canggih, tetapi juga oleh paramedis
dengan pendidikan lanjutan, pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen
pasien dengan trauma akut yang parah. Ini dapat diimplementasikan ke dalam
prosedur MCI dan salah satu kontribusi utama adalah deteksi dini pasien bedah
yang parah yang mendapatkan manfaat dari transportasi cepat ke fasilitas bedah. Ini
berarti bahwa dua aliran pasien diperlukan untuk menghindari keterlambatan
transportasi pada pasien ini. (Pedro, Dkk.2016).

Perlu dicatat bahwa META adalah metode tipe triase lanjutan yang hanya
digunakan oleh penyedia pra-rumah sakit tingkat lanjut dengan pelatihan dan
pendidikan yang memadai, dalam protokol dan teknik pendukung kehidupan trauma
lanjutan. (Pedro, Dkk.2016). Menurut Journal “The reliability of the Australasian
Triage Scale: a meta-analysis”Ini juga menghasilkan bukti kuat untuk intervensi.
Oleh karena itu, ini adalah metode yang tepat untuk mendapatkan wawasan yang
mendalam ke dalam keandalan skala triase terutama dalam hal statistik. Apabila
insiden kecelakaan tidak massal maka Triage META ini tidak bisa digunakan karena
sistem ini hanya digunakan untuk korbal massal yang menyeluruh.
Proses Triage META dilapangan adalah (I)Trige stabil yang
mengklarivikasikan pasien menurut tingkat keparahannya untuk memproriotiskan
untuk penangan darurat awal (II)Mengedintifikasi pasien yang membutuhkan
perawatan bedah segera, ini dilakukan sama dengan tahapan I dengan
memproriotaskan tinggi untuk di evakuasi (III) Implementasi protocol advanced
Trauma Life Support (ATLS) Berdasarkan klasifikasi yang telah di proritaskan. (IV)
Evaluasi Triagae membangun proritas evakuasi dalam transportasi yang tepat untuk
mempercepat penanganan. (Pedro, Dkk.2016)Triase META akan dilaksanakan
selama respon medis pra-rumah sakit ke MCI dan memiliki empat tahap: 1) Triase
stabil, 2) Identifikasi kebutuhan perawatan bedah yang mendesak, 3) Teknik
pendukung kehidupan trauma lanjutan dan 4) Evasiasi triase.

Tatalaksana ini (diterapkan pada saat bersamaan dengan tahap pertama)


yaitu untuk mengidentifikasi pasien yang tidak perlu mendapatkan perawatan pra-
rumah sakit serta pasien yang tidak memerlukan penanganan di Rumah sakit yang
kompleks dan membutuhkan transportasi cepat ke fasilitas bedah. Untuk tujuan ini
kami menggunakan Panduan untuk triase lapangan pasien cedera yang
dikembangkan pada tahun 2011 oleh Panel Ahli Lapangan Nasional Triage.
Rekomendasi ini diadaptasi oleh panel ahli untuk diterapkan di EMS dengan sumber
daya lanjutan. Rekomendasi akhir pada tahap ini adalah: (a) Semua cedera tembus
ke kepala, leher, batang tubuh dan ekstremitas proksimal ke siku atau lutut, (b) Buka
fraktur pelvis, (c) Fraktur panggul tertutup dengan ketidakstabilan mekanis atau
hemodinamik dan (d) Trauma tumpul badan dengan hemodinamik ketidakstabilan.

Dukungan Advanced Trauma Life. Semua pasien, setelah diklasifikasikan


akan diobati mengikuti protokol dukungan kehidupan trauma lanjutan . Pasien merah
dari tahap pertama akan dirawat terlebih dahulu, kemudian kuning dan akhirnya
hijau.Evase evakuasi. Begitu kita telah menangani dan setelah itu keluar dari
keadaan darurat rumah sakit di lapangan, kita harus memutuskan, dalam situasi
sumber daya yang langka, pasien mana yang perlu dievakuasi terlebih dahulu. Yang
pertama adalah mereka dengan kebutuhan perawatan bedah mendesak yang belum
terdeteksi sebelum evakuasi. Kemudian, kami telah mendefinisikan kategori baru
sebagai "kriteria prioritas yang tinggi" bagi mereka yang mengalami cedera parah
dengan ketidakstabilan hemodinamik atau pernapasan dan salah satunya: tekanan
darah sistolik di bawah 110 mmHg , motor Glasgow koma skor di bawah enam ,
intubasi atau ledakan di ruang terbatas . Pasien dengan jalan nafas, atau sirkulasi
kompromi tidak terpecahkan dengan kriteria prioritas tinggi akan dievakuasi terlebih
dahulu, kemudian mereka dengan kompromi ABC tidak terpecahkan tetapi tanpa
kriteria prioritas tinggi. Kemudian pasien merah dengan kompromi ABC dipecahkan.
Semua pasien ini akan memiliki tag merah .

Model triase baru ini akan berguna khususnya untuk staf EMS oleh dokter
atau perawat yang ahli, tetapi juga untuk EMS (Emergency Medical Service) yang
berbasis paramedis dengan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan tingkat
lanjut dalam manajemen pasien dengan trauma akut yang parah. Sebagian besar
metode triase terkenal tidak memenuhi prinsip-prinsip dukungan kehidupan trauma
lanjutan. Dalam metode triase di atas, fakta bahwa desain META telah
memperhitungkan persepsi dokter dan perawat pada aspek yang berbeda dari
parameter termasuk menunjukkan bahwa metode ini lebih baik diterima oleh
penyedia perawatan pra-rumah sakit maju.

Di sisi lain, fakta bahwa organisasi triase META dilakukan dalam berbagai
tahap membuatnya mudah untuk dimasukkan ke dalam prosedur yang biasa di MCI.
Tahap pertama pada META membantu kami untuk mendeteksi cedera yang
mengancam jiwa, memberi kami ide awal untuk organisasi dan membantu kami
memprioritaskan pasien. (Gonzalez, Dkk.2016).

Kami hanya menerapkan teknik dasar menyelamatkan nyawa untuk menjaga


pasien tetap hidup menunggu tahap berikutnya, dan pada saat yang sama kami
menerapkan tahap kedua untuk mengidentifikasi cedera yang mengancam hidup
pasien dan yang mendapatkan manfaat dari transportasi cepat ke fasilitas bedah.
(Gonzalez, Dkk.2016).

Salah satu kekuatan META triase adalah yang telah dikembangkan dengan
mempertimbangkan persepsi staf layanan darurat tentang faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam metode triase dan ini adalah aspek penting yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan dalam pekerjaan sehari-hari. latar
belakang yang beragam dari panel ahli telah memungkinkan diskusi yang luas
tentang berbagai aspek dan persepsi manajemen perawatan trauma di perawatan
kesehatan pra-rumah sakit MCI. Penelitian triase memiliki banyak keterbatasan dan
sangat sulit untuk memenuhi rekomendasi bukti terbaik Metode triase kami telah
dikembangkan di negara dengan sistem kesehatan khusus, yang merupakan jenis
sistem kesehatan masyarakat Eropa dengan cakupan universal. Akan perlu untuk
mempertimbangkan bagaimana penerapannya dipengaruhi di negara-negara
dengan karakteristik yang sangat berbeda dari konteks kita. (Gonzalez, Dkk.2016).

Dalam MCI dengan sumber daya perawatan yang kewalahan, pada pasien
berbagai tahap respons medis sering lambat. Ini berarti bahwa transportasi pasien
mungkin tertunda dan untuk beberapa pasien ini bisa mengancam kehidupan. Pada
Triase META ini harus melalui berbagai pos terlebih dahulu untuk untuk sampai ke
rumah sakit, sehingga angka kejadian kematian pada pasien kecelakaan tinggi
akibat Transportasi tertunda. Triase ini hanya digunakan pada negara yang maju
dan pada negara berkembang bisa digunakan tetapi harus mempunyai SDM yang
cukup dan mempunyai sertifikasi platihan.

Adapun Metode Triase IGD yang dipilih yaitu metode Triase SATS. South
African Triage Scale (SATS) merupakan suatu alat triase sederhana yang digunakan
diafrika selatan dan sistem penilaian yang menggunakan fisiologi yang mencakup
skor peringatan dini dan dibagi menjadi lima kelompok warna yaitu merah ( darurat )
pasien harus segera ditolong seperti pasien dengan gangguan pernapasan, trauma
kepala dengan ukuran pupil mata yang tidak sama, dan perdarahan hebat., orange (
sangat mendesak ) pasien harus ditolong dalam waktu 10 menit seperti pasien
dengan patah tulang di beberapa tempat, patah tulang paha atau panggul, luka
bakar luas, dan trauma kepala. Kuning ( mendesak ) pasien dapat ditolong dalam
waktu 60 menit seperti pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar minimal, atau
luka ringan., hijau ( pasien dapat ditolong dalam waktu 240 menit ) pasien hanya
dengan cedera minimal di mana tidak diperlukan penanganan dokter, dan biru (
meninggal )pasien yang setelah diperiksa tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan. Misalnya, mereka yang masih hidup namun mengalami cedera yang
amat parah sehingga meskipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal.. (
Gyedu at all.2016 ).
Banyak metode triase yang digunakan dirumah sakit (IGD) khususnya seperti
South African Scale ( SATS ) yang mana dikembangkan untuk keperluan mendadak
dan pengukuran parameter menggunakan fisiologi dan diskrimonator klinis yang
mudah diadopsi untuk rumah sakit yang memiliki sumber daya rendah. Pada jurnal
penelitian oleh Adam dkk. 2016 juga mengatakan SATS sudah dikembangkan pada
tahun 2004 sebagai alat triase sederhana didaerah Afrika selatan dan metode SATS
ini juga sudah didukung oleh kementrian kesehatan Ghana. Serta didukung oleh
penelitian Jacque dkk. 2017 mengatakan skala SATS digunakan untuk pasien triase
di IGD dan digunakan oleh Medecins Sans Frontieres (MSF) dilingkungan yang
memiliki sumber daya rendah.
SATS juga menggunakan sistem penilaian gabungan berbasis fisiologi
mencakup Triage Early Warning Score (TEWS), dan daftar discriminator yang
dirancang untuk memilah dari 5 warna menjadi satu yang prioritas untuk
mendapatkan perawatan medis. Variabel fisiologis yang digunakan untuk
menghitung TEWS antara lain adalah : mobilitas, suhu, tekanan darah sistolik,
denyut jantung, laju pernapasan, dan status neurologis.TEWS juga tergantung dari
adanya trauma. Pasien dengan TEWS> 6 didistribusikan ke dalam kelompok merah,
TEWS 5 hingga 6 ke dalam kelompok orange, TEWS 3 hingga 4 ke dalam kelompok
kuning, dan TEWS 0 hingga 2 ke dalam kelompok hijau. Kelompok kelima ( biru )
memungkinkan untuk menangani pasien yang tampak mati saat masuk. Parameter
diskriminan dapat memindahkan pasien ke kelompok prioritas yang lebih tinggi.
Konvulsi, luka bakar diwajah, dan hipoglikemia <55 g/ dL adalah kriteria untuk
memasukan pasien dalam kelompok merah diantaranya : transfer energy tinggi,
perdarahan tak terkontrol, dyspnea akut, hemoptysis, nyeri toraks, fraktur terbuka,
dislokasi, iskemia, koma pasca epilepsi, defisit neurologis fokal, perubahan
kesadaran, luka bakar diatas 20%, luka bakar dari listrik atau bahan kimia, luka
bakar meligkar, intoksikasi, dan overdosis. Overdosis adalah kreteria yang
dimasukan dalam kelompok oranye, dan perdarahan terkontrol, fraktur tertutup, luka
bakar kurang dari 20%, dislokasi jari atau jari kaki, dan nyeri perut adalah kriteria
untuk dimasukan dalam kelompok kuning. ( Massaut dkk, 2017).
Adapun kategori dalam triage SATS ini dijelaskan dalam table berikut:
Ada beberapa alasan kenapa SATS bisa digunakan di IGD Indonesia
pertama SATS dapat digunakan dalam keadaan sumber daya yang rendah seperti
pedesaan, yang kedua SATS dapat digunakan pada orang dewasa,anak-anak, dan
bayi. SATS juga menggunakan penilaian fisiologis mencakup TEWS Triage Early
Warning Score seperti suhu, tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan
status neurologis. ( Massaut dkk, 2017; Rominski dkk,2014)
Kekurangannya yaitu SATS memiliki aspek penting dalam keperawatan
dimana tingkat dokumentasi keperawatan yang disesuaikan dengan skor triase
sering hilang sehingga terjadinya perbedaan pendokumentasian oleh perawat dan
tidak menjukan kurangnya penilaian.SATS juga memiliki kelemahan. SATS
menggunakan 5 kode warna yang terlalu banyak dan penggunaan arti warna yang
lumayan sulit seperti biru meninggal.
DAFTAR PUSTAKA

Gyedu Adama dkk.2016.Triage Capabilities of Medical Trainees in Ghana Using


the South African Triage Scale :An Opportunity to Improve Emergency
Care.Pan African Medical Journal.

Gonzalez Pedro Acros dkk.2016.The Development and Features Of The


Spanish Prehospital Advance Triage Method (META) For Mass Casualty
Insidents.BioMed Central.24:63

Massaut Jacques dkk.2017.The Modified South African Triage Scale System


For Mortalyty Prediction in Resource-Constrained Emergency Surgical
Center:A Retrospective Cohort Study.BioMed Central.

Rominski Sarah dkk.2014.The Implementation Of the South African Triage


Score (SATS) in an Urban Teching Hospital, Ghana.Afr J Emerg
Med.4(2):71-75

Anda mungkin juga menyukai