Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan
dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air,
dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.
Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat di Indonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum
dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni
masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.
Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia di
bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab 31
persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25% kematian anak usia
antara satusampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak darirumah tangga yang
menggunakan sumur terbuka untukair minum tercatat 34% lebih tinggi dibandingkan
dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan air ledeng.
Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik
secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan untuk
menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling umum
digunakan adalah sumur gali (Hlida, 2004).Air sumur gali dapat menjadi penularan
penyakit(water borne disease).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui gambaran kualitas air
baik kualitas fisik, kimia dan bakteriologis terhadap konstruksi sumur gali di wilayah
kerja Puskesmas Nanggalo.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas parameter kualitas fisik,kimia dan bakteriologis air sumur
gali yang dijadikan sampel pemeriksaan.

1
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui cara inspeksi sumur gali di Kecamatan Nanggalo
b Untuk mengetahui cara pengambilan sampel air bersih secara fisik,kimia dan
bakteriologis
c Untuk mengetahui cara pemeriksaan kualitas air secara fisik ( Warna, Bau, Rasa,
Kekeruhan, Suhu dan Zat Padat Tersuspensi ) pada air sumur gali
d Untuk mengetahui cara pemeriksaan kualitas air secara Kimia (Fe, Cl, Bahan
Organik, kesadahan, Pb dan nitrat) pada air sumur gali
e Untuk mengetahui cara pemeriksaan bakteriologis pada air sumur gali

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Bersih
Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dari
aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat
kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan
yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan
radioaktifitas.
B. Siklus Air
Air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat
pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Siklus ini
penting, karena ialah yang mensuplai daerah daratan dengan air. Air menguap akibat
panasnya matahari. Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam
lapisan tanah bagian atas (wevaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi),
hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air memasuki atmosfir didalam atmosfir
uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan
berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai
hujan. Air hujan ini ada yang mengalir lansung masuk kedalam air permukaan (runoff),
ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang dangkal
maupun yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke
permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama
dengan air tanah dangkal, dan air yang berada didalam 27 tubuh akan menguap kembali
untuk menjadi awan. Maka siklus hisdrologis ini kembali terulang (Juli Soemirat Slamet,
2002:79)

3
C. Sumber Air Bersih
1. Air Tanah, yang terdiri dari :
a. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan kualitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.
b. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpurakan tetahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah
akanjernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam – garam yang
terlarut)karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia
tertentu untukmasing – masing lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi
sebagai saringan.
c. Air tanah dalam
Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal.
Dalamhal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga
dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu
lapis air.
Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar dan
dalamkeadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat
keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran
air tanah dalam ini.

4
2. Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya
airpermukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya
oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan
sebgainya.
Air permukaan ada 2 macam, yaitu :
a) Air Sungai
b) Air Rawa/danau
3. Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCldalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum.
4. Air atmosfir
Dalam keadaan murni, sangat bersih, Karena dengan adanya
pengotoranudara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain
sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum
hendaknya padawaktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan
mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
D. Persyaratan Kualitas Air Bersih
1. Syarat Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/per/IX/1990,
menyatakanbahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan
sehari – hariadalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air
minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan
secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada
umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air.
Adapun sifat-sifat air secara fisik dapatdipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya sebagai berikut :
a. Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan
airtersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam

5
pengolahannyaterutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang
diinginkan adalah ± 30C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa
segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan
mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur pada air
mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar,
pertumbuhan mikroorganisme, dan virus.
b. Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya
disebabkanoleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu
organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol.
Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.
Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Timbulnya rasa
yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang terlarut,
dan rasa yang menyimpang tersebut umunya sangat dekat dengan baunya karena
pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau yang
tidak normal juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal (Moersidik,
1999). Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI No.
416/Menkes/per/IX/1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak
berasa.
c. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu
banyakpartikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi
tanah liat, lumpur, bahan bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil
yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus
dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan
tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan,
dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2002).
Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air bersih ditetapkan oleh

6
Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan
maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995 dalam Putra)
d. Jumlah Zat Padat Terlarut atau Total Dissolved Solid/TDS
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid - TDS) adalah bahan – bahan
terlarut (diameter < 10-6) dan koloid (diameter < 10-6 –10-3 mm) yang berupa
senyawa – senyawa kimia dan bahan – bahan lain. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan/kerak pada system perpipaan (Mulia, 2005).
2. Syarat Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg),Aluminium (Al),
Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan (Mn),
Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
416/Menkes/per/IX/1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun
dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak
baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air
sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–
9. Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak
netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Soemirat, 2000
dalam Putra).
3. Syarat Bakteriologis
Syarat bakteriologi air ditetapkan sebagai berikut :
a. Tidak boleh mengandung mikroba pathogen.
b. Tidak boleh mengandung mikrobaa pathogen terlalu banyak. ( Suriaman dan
Juwita, 2008)
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa,
air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan
tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yangditransmisikan melalui

7
faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri,protozoa, dan metazoa. Oleh karena
itu air yang digunakan untuk keperluansehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
Bakteri golongan Coli (Coliformbakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri
ini merupakan indikatordari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000 dalam
Putra).Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990, bakteri Coliformyang
memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50
E. Sumur Gali
1. Pengertian Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari
permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui
rembesan.Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran
manusiakakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik
karenalantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan
konstruksidan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber
kontaminasi,misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan
timba.Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila
tidakterdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Depkes
RI,1985).
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila
cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan
ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut
yang didasarkan ataskesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini,
diantaranya lokasi sumur tidakkurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai
sumur sekurang-kurang berdiameter 1meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap
air, saluran pembuangan air limbah (SPAL)minimal 10 meter dan permanen, tinggi
bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan
memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).

8
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat
konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur,
lantaisumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000).

Gambar 2.3. Sumur Gali

2. Syarat –syarat Sumur Gali


Kualitas fisik sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan bagi penyediaan air
bersih adalah sebagai berikut :
a. Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan
adalahjarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,
seepagepit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung
pada keadaan serta kemiringan tanah.
1) Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
2) Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaranseperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya
(Marsono,2009).
b. Dinding Sumur Gali
1) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur galiharus
terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar
tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik
habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya padakedalaman 1,5 meter

9
dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu batatanpa semen, sebagai bidang
perembesan dan penguat dinding sumur(Entjang, 2000).
2) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen.
Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali
bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegahpengotoran air sumur
dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumursehat, idealnya pipa beton
dibuat sampai kedalaman 3 meter daripermukaan tanah. Dalam keadaan seperti
ini diharapkan permukaan airsudah mencapai di atas dasar dari pipa beton
(Machfoedz, 2004 dalamPutra).
3) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yangmengandung
air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,2000).
c. Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :
1) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cmuntuk
mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspekkeselamatan
(Entjang, 2000).
2) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebihtinggi dari
permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerahbanjir (Machfoedz,
2004).
3) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur danharus
dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding inimerupakan satu
kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).
d. Lantai Sumur Gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
1) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya daridinding
sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di ataspermukaan tanah,
bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
2) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat
miringdengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-
kira1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).
3) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004).

10
e. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang
(2000),dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya
10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya
pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil
dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan
untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu
tertutup.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1) Kemampuan hidup bakteri pathogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam
tanah 3meter/hari.
2) Kemampuan bakteri pathogen menembus tanah secara vertical sedalam 3
meter.
3) Kemampuan bakteri pathogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1
meter.
4) Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun
sedang tidak digunakan.
5) Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
F. Teknik Pengambilan sampel
1. Persyaratan alat pengambilan sampel
Alat pengambilan sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat, contoh ( untuk keperluan
pemeriksaan logam alat pengambil sampel tidak terbuat dari logam.
b. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya
c. Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa bahan
yang tersuspensi didalamnya
d. Kapasitas alat 1-5 L tergantung dari maksud pemeriksaan
e. Mudah dan aman dibawa

11
2. Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan fisik,kimia dan bakteriologis
a. Pengambilan sampel air secara fisik
 Untuk pengambilan sampel dari sumur dapat digunakan botol yang
bagian bawahnya diberi pemberat dan diikat dengan tali, botol
sampel tidak perlu disterilkan.
 Pada pengambilan pertama air dibuang sebagai pembilas botol
sampel.
 Pengambilan kedua digunakan untuk membilas tempat penyimpanan
sampel air
 Pengambilan ketiga diisikan kedalam botol sampel dengan cara
membalikkan botol sampel, sehingga botol sampel akan terisi penuh
( usahakan tidak kontak dengan udara) kemudian botol sampel
ditutup.
 Setelah botol sampel penuh, tutup rapat botol sampel.
 Botol sampel diberi label (lokasi, jam, dan tanggal pengambilan
sampel, kode sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan
diperiksa).
b. Pengambilan sampel air secara kimia
 Untuk pengambilan sampel di sumur gali, wadah atau botol diikat
dengan tali dan botol sampel tidak perlu di sterilkan.
 Pada pengmbilan pertama, air sumur digunakan untuk mencuci
botol sampel terlebih dahulu.
 Bilas botol sampel dengan menggunakan air sumur tersebut lalu
buang.
 Ambil air sampel dengan cara mengalirkan air melewati dinding
botol atau pengambilan air sampel dengan memiringkan botol 450.
 Pastikan botol terisi penuh dengan tidak ada rongga udara dalam
botol.
 Tutup botol sampel.
 Beri label pada botol ( lokasi, jam dan tanggal pengambilan sampel,
kode sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan diperiksa)

12
c. Pengambilan sampel secara bakteriologis
 Botol sampel terlebih dahulu disterilkan
 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan botol sampel
yang dibei pemberat dari tali
 Kertas pembungkus dibuka, botol dipegang pada bagian awah,
sehingga tangan tidak bersentuhan dengan botol sampel
 Tali dibuka, botol sampel diturunkan perlahan-lahan sehingga mulut
botol terendam dalam air lebih kurang 30 cm
 Setelah terisi penuh, botol sampel diangkat dan airnya dibuang
sebanyak 1/3 dari volume botol sampel sehingga tersisa 2/3 volume
botol sampel
 Botol sampel diberi label ( lokasi, jam dan tanggal pengambilan
sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan diperiksa
G. Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Gali
1. Parameter Fisik Air Sumur Gali
a. Pemeriksaan Bau dan Rasa
Rasa dan bau yang tidak enak dapat disebabkan oleh plankton, bakteri,
tumbuh- tumbuhan yang membusuk, air limbah industri dan rumah tangga
yang tidak diolah sempurna. Usaha untuk menghilangkan atau mengurangi
rasa dan bau dapat dilakukan aerasi dengan menggunakan karbon aktif.
b. Pemeriksaan Suhu
Suhu merupakan suatu faktor prkembangan(pertumbuhan) algae tertentu,
maka pembacaan suhu yang tepat adalah penting untuk beberapa proses
pengolahan dan analisa laboratorium. Pemeriksaan suhu dilakukan pada
tempat pengambilan contoh air.
c. Kekeruhan
Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar
untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix
turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin
turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau
benda koloid di dalam air.

13
d. Warna
Warna didalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion logam terutama
besi dan mangan, humus, tanaman air, dan buangan industi.
e. Zat Padat Terlarut
Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-
komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan
proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang
air buangan. Dalam metoda analisa zat padat pengertian zat padat total
adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana. Zat
padat tersebut dapat diketahui dengan mengeringkan volume air dalam
suatu wadah. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi yang dapat bersifat organik dan anorganik
2. Parameter Kimia Air Bersih
a. Besi ( Fe )
Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa
FeCl2, Fe(HCO3), dan FeSO4. Pada perairan yang diperuntukkan bagi
keperluan domestik, pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan warna
kemerahan pada porselin, bak mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi
meningkat dengan menurunnya pH.
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe yang lebih besar dari 1
mg/l, tetapi dalam air tanah, kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang
tidak mengandung oksigen, seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang
cukup padat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi
aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai 8
(kelarutan hanya di bawah beberapa µg/l), bahkan dapat menjadi
ferihidroksida Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat
padat dan bisa mengendap. Dalam air sungai, besi berada sebagai Fe2+,
Fe3+ terlarut, dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloidal.
Besi merupakan sumber makanan utama bagi bakteri besi (crentothrix,
leptothrix, dan gallionella) yang dapat menimbulkan bau, bentuknya kotor,
dan memiliki rasa yang aneh.

14
Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada
tumbuhan, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar
besi yang berlebihan dapat menimbulkan warna merah, menimbulkan karat
pada peralatan logam, serta dapat memudarkan bahan celupan (dyes) dan
tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim dan transfer
elektron pada proses fotosintesis. Besi banyak digunakan dalam kegiatan
pertambangan, industri kimia, bahan celupan, tekstil, penyulingan, minyak,
dan sebagainya (Eckenfelder, 1989 dalam Effendi, 2003). Pada air minum,
Fe dapat menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding
pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.
b. Klorida (Cl)
Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk
larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl–). Ion
klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan pada
perairan alami dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion halogen
lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Selain dalam
bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan
mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan
klorida ke perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah larut.
Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar
klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral.
Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium
yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250
mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan
batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist,
1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan
domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki
kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978).

15
Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah
mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari air laut.
c. Bahan Organik
Nilai kalium permanganat (KMnO4 value) didefinisikan sebagai jumlah
mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat
di dalam satu liter contoh air dengan didihkan selama 10 menit. Dengan
proses oksidasi tersebut di atas mungkin hanya sebagian atau seluruh zat
organik tersebut. Proses oksidasi untuk penetapan nilai kalium permanganat
dapat dilakukan dalam kondisi asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi
dalam kondisi asam adalah lebih kuat, dengan demikian ion-ion klorida
yang terdapat pada contoh air akan ikut teroksidasi. Oleh karena itu oksidasi
kalium permanganat dalam kondisi basa dianjurkan untuk pemeriksaan
contoh air yang mengandung kadar klorida lebih dari 300 mg/L. Zat - zat
organik lain yang dapat mengganggu penetapan nilai kalium permanganat
adalah ion – ion reduktor seperti ferro, sulfida dan nitrit. Menurut
PERMENKES no 416 standar baku mutu zat organic adalah 10 mg/l.
d. Kesadahan
Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk
mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi
berkurang atau hilang sama sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air sabun dapat
berbusa. Air sabun akan membentuk emulsi atau sistem koloid dengan zat
pengotor yang melekat dalam benda yang hendak dibersihkan.
Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium
(Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air
mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan
magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-
kation polivalen lainnya juga dapat mengendapkan sabun, tetapi karena
kation polivalen umumnya berada dalam bentuk kompleks yang lebih stabil
dengan zat organik yang ada, maka peran kesadahannya dapat diabaikan.
Oleh karena itu penetapan kesadahan hanya diarahkan pada penentuan

16
kadar Ca2+ dan Mg2+ . Kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah
2+ 2+
miliekivalen (mek) ion Ca dan Mg tiap liter sampel air (Anonim,
2008).

Kesadahan (mg/l CaCO3) Klasifikasi Perairan

< 50 Lunak (soft)

50 – 150 Menengah (moderately hard)

150 – 300 Sadah (hard)

> 300 Sangat sadah (very hard)

Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan


untukkepentingan industri dan domestik. Tebbut (1992) dalam Effendi
(2003) mengemukakan bahwa nilai kesadahan tidak memiliki pengaruh
langsung terhadap kesehatan manusia. Nilai kesadahan juga digunakan
sebagai dasar bagi pemilihan metode yang diterapkan dalam proses
pelunakan air.
e. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat
(NO3) adalah ion kimia yang terbentuk dari satu atom nitrogen dan tiga
atom oksigen dan biasanya tidak berbahaya bagi tubuh manusia kecuali
ketika kehilangan sebuah atom oksigen, dan berubah menjadi Nitrit (NO2).
Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan
nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung
pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri
Nitrosomonas,sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh
bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri

17
kemotrofik, yaitu bakteri yang yang mendapatkan energi dari proses
kimiawi.
Nitrat dalam air minum sangat berbahaya untuk bayi dan anak kecil.
Proses pencernaan yang belum sempurna pada bayi memfasilitasi
perubahan Nitrat menjadi Nitrit jauh lebih mudah daripada orang dewasa.
Menelan Nitrat melebihi 10 miligram/liter, dapat menyebabkan penyakit
yang disebut Methemoglobinemia pada bayi. Penyakit ini terjadi ketika
Nitrit bereaksi dengan hemoglobin untuk membentuk Methemoglobin dan
mengubah bentuk protein darah sehingga tidak dapat membawa oksigen ke
seluruh tubuh, yang menyebabkan Nitrat, bila terkandung dalam air minum
di tingkat ekstrim (100-200 mg / l), juga bisa menyebabkan Kanker
f. Pb
Timbal atau Timbel adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Timbal (Pb) adalah logam yang
mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap
manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal
diantaranya:
1) Menghambat aktifitas enzim yang terlibat dalam pembentukan
hemoglobin (Hb)
2) Meningkatnya kadar asam δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan
kadar protoporphin dalam sel darah merah.
3) Memperpendek umur sel darah merah
4) Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta
meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah.
3. Parameter Bakteriologis Air Sumur Gali
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu dan produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok
dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora,

18
aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC. Adanya bakteri
koliform di dalam makanan/ minuman menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat entero patogenik dan atau toksigenik yang berbahaya
bagi kesehatan. Koliform dijadikan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan
kondisi yang tidak baik terhadap air karena:
 Selalu ada dalam tinja (flora normal usus vertebrata), jika koliform terdapat
dalam air menunjukkan ada pencemaran air oleh tinja yang identik dengan
adanya bakteri patogen.
 Bisa hidup di luar tubuh manusia.
 Jumlahnya cukup banyak.
 Mudah dibiakkan.
 Mudah dikenali.
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan
atau tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air
minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia
dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml. Untuk mengetahui
jumlah koliform di dalam contoh digunakan metode Most Probable Number (
MPN ). Pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan
penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi
berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk
menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas).
Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung
untuk10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5.
Kehadiran bakteri coli besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti
dengan kualitas air minum, secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh
kehadiran bakteri tersebut.
Uji Kualitatif Koliform :Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari
3 tahap yaitu; (1) Uji penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test)

19
dan (3)Uji pelengkap (completed test) Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif
koliform menggunakan metode MPN.
a. Uji penduga (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri
koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat
dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat
dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif
jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung
Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat
dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk
asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan
dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam
tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif.
Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN
penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.
b. Uji penguat (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang
positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x 24 jam,
suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar (EMBA)
secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri
Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik
atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform
lainnya.
c. Uji pelengkap (completed test)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk
menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji
ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar
miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik.

20
Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif
terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif
mengandung bakteri Escherichia coli.

Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri


Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk
membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan colifekal (berasal dari
tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri
diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada
suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia (SNI)
mensyaratkan tidak adanya coliform dalam100 ml air minum. Akan tetapi
United States Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar
persyaratan uji coliformnya mengingat coliform belum tentu menunjukkan
adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. USEPA
mensyaratkan presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari
40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung
coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu
sampel yang boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA
mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia
dan bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat
perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang
(primary contact water) misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x103,
tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml.

21
BAB III
ISI

A. Waktu dan tempat


1. Inspeksi Sanitasi Sumur Gali
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2018
Waktu : 08.00-10.00 WIB
Tempat : RT. 05 RW. 01 Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo
Praktikum : Inspeksi Sanitasi Sumur gali
2. Pengambilan Sampel Air Sumur Gali
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Oktober 2018
Waktu : 14.00-16.00 WIB
Tempat : RT 05/RW 01 Kelurahan Surau Gadang
Praktikum : Inspeksi Sanitasi Sumur gali
3. Pemeriksaan Parameter Fisik Air Sumur Gali
Hari/tanggal : Kamis/11 Oktober 2018
Waktu : 08.00 s/d12.30 WIB
Tempat : Laboratorium PVBP Poltekkes KemenKes Padang
4. Pemeriksaan Parameter Kimia Air Sumur Gali
a. Pemeriksaan Fe dan Cl
Hari/tangga : Kamis/18 Oktober 2018
Waktu : 08.00 s/d 13.30 WIB
Tempat : Lab. PVBP Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang
b. Pemeriksaan Bahan Organik,Kesadahan dan Nitrat
Hari, tanggal : Kamis, 25 Oktober 2018
Waktu : 08.00 s/d 13.30 WIB
Tempat : Lab. PVBP Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang
5. Pemeriksaan Parameter Bakteriologis Air
Hari/ tanggal : Selasa/ 30 Oktober 2018
Waktu : 13.30 s/d 16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang

22
B. Alat dan Bahan
1. Pemeriksaan Parameter Fisik
a. Warna
 Alat
No. Alat Jumlah

1. Spektrofotometer 1 unit

2. Cuvet/Tube 4 buah

3. Pipet ukur 10 ml 1 buah

4. Keret hisap 1 buah

6. Gelas kimia 250 ml 1 buah

7. Labu ukur 50 ml 6 buah

8. Botol Pijit 1 buah

 Bahan
BAHAN
Larutan induk warna (K2PtClO6) 500 ppm
Larutan Standar
Sampel air sumur gali
Aquadest
b. Bau dan Rasa
 Alat
No. Alat Jumlah
1. Cawan penguap 1 buah
 Bahan
Bahan

Sampel air sumur gali

23
c. Suhu
 Alat
No. Alat Jumlah

1. Termometer digital 1 unit

2. Gelas kimia 50 ml 2 buah

 Bahan

Bahan

Aquadest

Sampel Air Sumur Gali

d. Zat Padat Tersuspensi


 Alat
No. Alat Jumlah
1. Petridish 1 buah
2. Cawan penguap 1 buah
3. Oven 1 buah
4. Desikator 1 unit
6. Timbangan analitik 1 unit
7. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
 Bahan

Bahan
Sampel air bersih
Kertas Saring

24
e. Kekeruhan
 Alat
Alat Jumlah

Turbiditimeter 1 buah

Cuvet 1 buah

 Bahan
Bahan
Sampel Air Sumur Gali

2. Pemeriksaan Parameter Kimia


a. Pemeriksaan Kadar Besi ( Fe )
 Alat

Alat Jumlah
Spektofotometer 1
Labu Ukur 100 ml 9
Pipet gondok 25 ml 1
Pipet Ukur 1
Gelas kimia 50 ml 8
Karet Hisap 2
Kompor Listrik 1
Gelas Ukur 50 ml 1
Botol Pijit 1
Cuvet 9

 Bahan
No Bahan
1. Sampel Air Sumur Gali
2. HCl Pekat 4N
3. Buffer Amonium Asetat pH 4

25
4. Larutan Hidroksilamin 20%
5. Larutan Fenantrolin 0,1%
6. Aquades

b. Pemeriksaan Klorida ( Cl )
 Alat
Alat Jumlah
Buret 25 ml 1
Erlenmeyer 250 ml 1
Standar dan klemp 1
Gelas Kimia 100 ml 1
Pipet gondok 25 ml 1
Botol Pijit 1
Karet Hisap 1
 Bahan
No Bahan
1 Sampel Air Bersih
2 AgNO3 1 N
3 K2Cr2O4 5%

c. Pemeriksaan Bahan Organik


 Alat
No Nama Alat Jumlah
1. Buret 1 buah
2. Erlenmeyer 250 ml 2 buah
3. Kompor listrik 1 buah
4. Pipet ukur 10 ml 1 buah
5. Gelas kimia 250 ml 1 buah
6. Corong 1 buah
7. Pipet Gondok 25 ml 1 buah

26
8. Botol pijit 1 buah
9. Karet hisap 2 buah
10 Klem dan statif 1 buah
 Bahan
No Nama Bahan
1. Sampel Air Sumur Gali
2. Asam sulfat 4 N
3. KMnO4 0,1 N
4. Asam oksalat 0,1 N

d. Pemeriksaan Pb
 Alat
No Alat Jumlah
1 Gelas Kimia 100 ml 2
2 Pipet ukur 10 ml 2
3 Karet hisap 2
4 Kompor listrik 1
5 Kaca arloji 2
6 Botol pijit 1
7 Labu ukur 50 ml 2
8 AAS/SSA 1

 Bahan
No Bahan
1 Sampel air sumur gali
2 HNO3 pekat 50%
3 Aquadest

27
e. Pemeriksaan Kesadahan
 Kesadahan Total
- Alat
No Nama Alat Jumlah
1 Pipet gondok 25 ml 1
2 Erlenmeyer 250 ml 2
3 Spatula 1
4 Buret 25 ml 1
5 Statis 1

- Bahan

No Bahan
1 Sampel air sumur gali
2 Buffet solution pH 10
3 Indokator EBT
4 NaCN
5 Larutan EDTA 0,01 N

 Kesadahan kalsium
- Alat
No Nama Alat Jumlah
1 Pipet gondok 25 ml 1
2 Erlenmeyer 250 ml 2
3 -
Spatula 1
4 -
Buret 25 ml 1
5 -
Statis 1
-
- Bahan
No Bahan
1 Sampel air sumur gali
2 Larutan NaOH 1 N

28
3 Indicator murexid
5 Larutan EDTA 0,01 N

f. Pemeriksaan Nitrat
 Alat
No Nama Alat Jumlah

1 Buret 25 ml 1 buah
2 Gelas Kimia 100 ml 1 buah
3 Labu Ukur 50 ml 7 buah
4 Kompor listrik 1 buah
6 Pipet Ukur 1 buah
7 Erlenmeyer 100 ml 7 buah
8 Spektrofotometer 1 buah
9 Cuvet 7 buah
10 Pipet Gondok 1 buah

 Bahan
No Nama Bahan
1 Larutan NaCl 30%
2 Larutan H2SO4 pekat
3 Lar. Brusin + asam-sulfanilat
4 Sampel Air Sumur Gali
5 Aquades

3. Pemeriksaan Parameter Bakteriologis


 Alat
No Alat Jumlah
1 Testube 46
2 Tabung Durham 45

29
3 Rak Testube 3
4 Erlenmeyer 250 ml 2
5 Timbangan 1
6 Gelas kimia 500 ml 2
7 Gelas ukur 250 ml 1
8 Batang pengaduk 1
9 Spatula 1
10 Pipet ukur 10 ml 2
11 Bunsen 2
12 Autoclave 1
13 Karet Penghisap 2
14 Incubator 1
15 Petridish 15
16 Kompor Listrik 1
17 Botol Pijit 1
18 Ose 6

 Bahan
No Bahan
1 Laktosa Broth
2 BGLB
3 Endo Agar
4 Buffer Fosfat 0,1 N
5 Kertas Koran
6 Kapas

30
C. Prosedur Kerja
1. Inspeksi Sumur Gali
Cara Inspeksi sumur gali adalah dengan menggunakan Formulir Inspeksi
Sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mengisi tabel
diagnosa khusus yang diberi tanda centang pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan
kondisi sumur gali di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan anggalo yang ada dalam
formulir tersebut .
2. Teknik Pengambilan Sampel
a. Langkah kerja Pengambilan Sampel Fisik dan Kimia Air Sumur Gali
1) Untuk pengambilan sampel dari sumur dapat digunakan botol yang bagian
bawahnya diberi pemberat dan diikat dengan tali, botol sampel tidak perlu
disterilkan.
2) Pada pengambilan pertama air dibuang sebagai pembilas botol sampel.
3) Pengambilan kedua digunakan untuk membilas tempat penyimpanan sampel air
4) Pengambilan ketiga diisikan kedalam botol sampel dengan cara membalikkan
botol sampel, sehingga botol sampel akan terisi penuh ( usahakan tidak kontak
dengan udara) kemudian botol sampel ditutup.
5) Setelah botol sampel penuh, tutup rapat botol sampel.
6) Botol sampel diberi label (lokasi, jam, dan tanggal pengambilan sampel, kode
sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan diperiksa).
b. Langkah Kerja Pengambilan Sampel Bakteriologis Air Sumur Gali
1) Botol sampel terlebih dahulu disterilkan
2) Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan botol sampel yang dibei
pemberat dari tali
3) Kertas pembungkus dibuka, botol dipegang pada bagian bawah, sehingga tangan
tidak bersentuhan dengan botol sampel
4) Tali dibuka, botol sampel diturunkan perlahan-lahan sehingga mulut botol
terendam dalam air lebih kurang 30 cm
5) Setelah terisi penuh, botol sampel diangkat dan airnya dibuang sehingga tersisa
2/3 volume botol sampel

31
6) Botol sampel diberi label ( lokasi, jam dan tanggal pengambilan sampel, diambil
oleh, jenis parameter yang akan diperiksa
3. Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Gali
a. Parameter Fisik
1) Suhu
a) Ambil sampel air yang telah di ambil dari dalam sumur.
b) Tuangkan 50 ml sampel air sumur gali ke dalam gelas kimia.
c) Lakukan pengukuran suhu dengan Thermometer, dengan cara
mencelupkan thermometer ke dalam air.
d) Tunggu beberapa saat, lalu catat hasil pengukuran.
2) Bau
a) Ambil sampel air yang telah di ambil dari dalam sumur.
b) Masukkan 25 ml sampel kedalam cawan penguap.
c) Gunakan indra penciuman untuk menentukan bau.
3) Rasa
a) Masukkan beberapa ml sampel kedalam cawan penguap.
b) Lalu celupkan ujung jari kedalam sampel kemudian letakkan ujung jari
keujung lidah dan letakkan diatas lidah 5-15 detik.
c) Rasakan sampel air tersebut.
4) Kekeruhan
a) Sambungkan alat turbiditimeter ke sumber arus listrik dan kalibrasinya.
b) Putar tombol off kearah 20
c) Ambil tabung kalibrasi nol yang sudah disediakan dan masukkan
kedalam tabung deteksi dan tutup.
d) Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan
angka nol.
e) Setelah itu, keluarkan tabung kalibrasi nol dan masukkan tabung
kalibrasi 10
f) Atur sampai angka dimonitor menunjukkan angka 10
g) Lalu keluarkan tabung kalibrasi 10

32
h) Masukkan sampel air kedalam tabung sampai tanda garis dan lap
dengan tissue.
i) Kemudian masukkan sampel kedalam lubang deteksi.
j) Catat angka yang tertera pada monitor.
5) Warna
Pemeriksaan kualitas warna air bersih menggunakan prinsip
spektrofometri. Prosedur kerjanya sebagai berikut :
a) Siapkan larutan blangko (aquadest)
b) Siapkan larutan induk warna 500 TCU
Dengan 5 variasi pengenceran
 5 TCU
Volume larutan induk yang digunakan:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 ml . 5
V1 = 250/500 = 0,5 ml
 10 TCU
Volume larutan induk yang digunakan:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 ml . 10
V1 = 500/500 = 1 ml
 20 TCU
Volume larutan induk yang digunakan:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 ml . 20
V1 = 1000/500 = 2 ml
 40 TCU
Volume larutan induk yang digunakan:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 ml . 40
V1 = 2000/500 = 4 ml

33
 70 TCU
Volume larutan induk yang digunakan:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 ml . 70
V1 = 3500/500 = 7 ml
c) Masukkan larutan induk warna ke dalam labu ukur dengan cara
memipetkan dengan pipet ukur sesuai volume yang telah dihitung, beri
label.
d) Encerkan masing-masing larutan dalam labu ukur dengan
menambahkan aquadest sampai tanda batas, homogenkan
e) Periksa masing-masing larutan dengan spektrofotometer.
f) Masukkan masing-masing larutan (larutan blanko, larutan induk,
larutan sampel) dalam tabung cuvet dengan panjang gelombang 355 nm
g) Periksa dengan spektrofometer. Catat nilai absorban yang tertera.
h) Tentukan konsentrasi larutan sample (TCU) melalui grafik larutan
standar antara konsentrasi dan absorban(%A) .
6) Zat Padat Tersuspensi
- Tahap Prekondisi
a) Bilas kertas saring dengan air sumur gali sebanyak 20 ml dan
operasikan alat penyaring
b) Ulangi pembilasan hingga bersih dari partikel
c) Ambil kertas saring dan letakkan diatas oven pada suhu 103-1050
selama 60 menit
d) Dinginkan di desikator selama 15 menit
e) Lakukan penimbangan kertas saring sampai konstan
f) Catat hasil penimbangan
- Penyaringan sampel dan penimbangan residu tersuspensi
a) Siapkan kertas saring yang telah diketahui beratnya
b) Letakkan kertas saring diatas tempat khusus pada alat penyaring
c) Sampel di kocok sampai merata dan masukkan kedalam alat penyaring,
masukkan 100 ml sampel

34
d) Keringkan dalam oven pada suhu 103-1050 C selama 1 jam
e) Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
f) Timbang hingga konstan
g) Masukkan pada rumus :
Mg/l zat tersuspensi = (a-b) x 1000 / C
Keterangan :
a = berat kertas saring yang ada sampel
b = berat kertas kosong
c = volume sampel
b. Parameter Kimia
1) Pemeriksaan Kadar Besi ( Fe ) pada Air Sumur Gali
a) Pembuatan Larutan Standar
- Menyiapkan larutan variasi dengan cara mengencerkan larutan induk Fe
10 ppm menjadi 0 ppm, 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm ,
0,8 ppm dan 1,0 ppm
 0 ppm
Volume larutan induk yang digunakan :
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 0 x 100
V1 =0
 0,1 ppm
Volume larutan induk yang digunakan :
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 0,1 x 100
V1 = 1 ml
 Volume 0,2 ml larutan Fe 10 ppm
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 0,2 x 100
V1 = 2 ml
 Volume 0,3 ml larutan Fe 10 ppm
V1 x PPm1 = V2 x PPm2

35
V1 x 10 = 0,3 x 100
V1 = 3 ml
 Volume 0,4 ml larutan Fe 10 ppm
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 0,4 x 100
V1 = 4 ml
 Volume 0,6 ml larutan Fe 10 ppm
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 0,6 x 100
V1 = 6 ml
 Volume 0,8 ml larutan Fe 10 ppm
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 0,8 x 100
V1 = 8 ml
 Volume 1,0 ml larutan Fe 10 ppm
V1 x PPm1 = V2 x PPm2
V1 x 10 = 1,0 x 100
V1 = 10 ml
- Siapkan sampel sebanyak 50 ml dengan gelas ukur
- Masukkan semua larutan yang telah dihitung beserta sampel ke dalam
masing-masing gelas kimia 100 ml
- Tambahkan pada tiap larutan dan sampel HCl pekat sebanyak 2 ml, dan 1 ml
hidroksilamin dan beri label pada masing-masing gelas kimia.
- Panaskan dengan kompor hingga volume akhirnya setengah dari volume awal
larutan
- Dinginkan beberapa menit lalu pindahkan ke labu ukur 100 ml
- Tambahkan 50 ml buffer amonium asetat dan 1 ml fenantrolin dengan
menggunakan pipet ukur
- Tambahkan aquadest hingga larutan bervolume 100 ml (pas garis batas labu
ukur) dan diberi label .
- Homogenkan labu ukur tersebut sebanyak 12 kali

36
b) Uji Analisis dengan Spektrofometer
1) Hidupkan dan panaskan spektometer selama 30 menit.
2) Setelah panas, tekan tombol set untuk memasukkan panjang gelombang
510 nm dan tekan enter.
3) Cuci kuvet dengan aquades dan setelah itu cuci dengan masing-masing
larutan yang akan di uji.
4) Masukkan larutan ke dalam masing-masing kuvet sebanyak 10 ml.
5) Lap masing-masing kuvet dengan tisu sebelum memasukkan nya ke dalam
mesin spektofotometer.
6) Setelah di lap, masukkan larutan ke dalam mesin spektofotometer dan
tekan zero.
7) Catat nilai absorban yang tertera
2) Pemeriksaan Klorida ( Cl )
a) Persiapkan dan bersihkan alat yang di gunakan pada proses analisis.
b) Rangkai peralatan yang di gunakan pada proses titrasi dengan cara
menjepitkan buret pada klem yang telah di pasangkan terlebih dahulu pada
statif.
c) Bilas buret dengan larutan AgNO3.
d) Masukan larutan AgNO3 kedalam buret hingga skala 0 ml.
e) Takar sampel air sumur gali sebanyak 100 ml dengan menggunakan pipet
gondok .
f) Masukan sampel yang telah di takar kedalam erlenmeyer 250 ml dan
tambahkan 1 ml larutan K2Cr2O4 5%.
g) Lanjutkan dengan proses titrasi dengan larutan AgNO3 hingga timbulnya
endapan berwarna merah bata.
h) Hentikan titrasi dan catat volume pemakaian larutan AgNO3.
i) Bersihkan peralatan dan area kerja.
j) Tentukan kadar klorida pada air sumur gali.

Rumus klorida :
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑙 𝑥1000
Kadar Klorida (mg/L) = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

37
3) Pemeriksaan Bahan Organik
a) Siapkan semua alat dan bahan yang digunakan.
b) Cuci alat menggunakan air kran dan lap hingga kering.
c) Ambil 2 buah erlenmeyer masing-masing diisi dengan 100 ml air sumur
gali menggunakan pipet gondok .
d) Tambahkan masing-masing erlenmeyer dengan asam sulfat 4 N sebanyak
5 ml.
e) Titrasi dengan 0,01 N KMnO4 sampai terbentuk berwarna merah muda,
diamkan 5 menit.
f) Panaskan masing-masing erlenmeyer hingga mendidih.
g) Tambahakan 10 ml KMnO4 0,1 N, panaskan lagi lebih kurang 10 menit
hingga mendidih.
h) Masing-masing erlenmeyer ditambahkan 10 ml asam oksalat 0,1 N
dicampur hingga berwarna putih.
i) Titrasi dengan 0,1 KMnO4 hingga warna merah muda.
j) Catat pemakaian 0,1 N KMnO4 (10 + t) ml.
Rumus bahan organic :
𝑧𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
= 1000 {(10 + t) x f KMnO4 – 10} x 0,01 x BE KMnO4
100

4) Pemeriksaan Pb
a) Sediakan sampel yang telah diambil sesuai dengan metoda pengambilan
sampel
b) Sampel terlebih dahulu di kocok, ukur 50ml secara duplo dan masukkan
ke dalam gelas kimia 100 ml
c) Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan panaskan perlahan- lahan sampai sisa
volume 15-20 ml
d) Tambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat kemudian tutup gelas kimia dengan
kaca arloji dan panaskan lagi

38
e) Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logam larut,
yang terlihat dari warna endapan dalam sampel menjadi agak putih atau
sampel menjadi jernih
f) Tambahkan lagi 2 ml HNO3 pekat dan panaskan kira – kira 10 menit
g) Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas kimia
h) Pindahkan larutan sampel tersebut ke dalam labu ukur 50 ml dan
tambahkan akuades sampai sampai tepat pada garis. Dan sampel siap
untuk diperiksa
i) Baca absorbans larutan standar dan sampel dengan menggunakan SSA
pada panjang gelombang maksimal sekitar 283,3 nm
5) Pemeriksaan Kesadahan Total dan Kesadahan Kalsium pada Air Sumur
Gali
 Kesadahan total
a) Masukkan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml dengan bantuan pipet
gondok sebanyak 50 ml,
b) Tambahkan 1 ml larutal buffer solution ph 10,
c) Tambahkan larutan EBT (sepucuk sendok/spatula) hingga warnanya
berubah menjadi merah tua,
d) Tambahkan nacn sepucuk sendok/spatula)
e) Kemudian titrasi dengan EDTA sampai warnanya berubah dari merah tua
menajadi biru tua
f) Catat pemakain larutan EDTA. Dan masukkan kerumus.

𝑋 0,1 °𝐷⁄50 = °𝐷
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑂
Rumus : 1000 𝑥 𝑚𝑙 𝑥 𝑓. 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 𝐵𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3

 Kesadahan Kalsium
a) Masukkan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml dengan bantuan pipet
gondok sebanyak 50 ml,
b) Tambahkan 2 ml larutal naoh kedalam Erlenmeyer yang telah diisi sampel
c) Tambahkan (sepucuk sendok/spatula) indicator murexid sehingga
berwarna merah,
d) Kemudian titrasi dengan EDTA sampai warnanya berubah dari merah
menajadi ungu,

39
e) Catan pemakaian larutan EDTA. Dan masukkan kerumus.
𝑚𝑔
𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 𝐹.𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 400
Rumus : 𝐶𝑎+2 = 𝑙
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

6) Pemeriksaan Kadar Nitrat pada Air Sumur Gali


a) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
b) Buat larutan standar dengan konsentrasi 0.25, 0.5, 1.0, 1.5, 2.0 yang berisi
larutan induk nitrat 10 mg/l. kemudian encerkan pada labu ukur 50 ml.
Perhitungan volume yang diambil dari larutan induk :
0 ppm V= 0 ppm x 100 ml
10 ppm
= 0 ml
0,25 ppm V= 0,25 ppm x 100 ml
10 ppm
= 2,5 ml
0,5 ppm V= 0,5 ppm x 100 ml
10 ppm
= 5 ml
1,0 ppm V= 1,0 ppm x 100 ml
10 ppm
= 10 ml
1,5 ppm V= 1,5 ppm x 100 ml
10 ppm
= 15 ml
2,0 ppm V= 2,0 ppm x 100 ml
10 ppm
= 20 ml
c) Siapkan larutan blanko yang terdiri dari aquadest dan larutan sampel yang
terdiri dari 10 ml sampel air bersih.
d) Tambahkan masing-masing larutan blanko,standar dan sampel 2 ml NaCl
30% dan 10 ml H2SO4 pekat.
e) Dinginkan larutan tersebut.
f) Setelah itu, tambahkan brusin-asam sulfanilat 0,5 ml dan homogenkan

40
larutan.
g) Tambahkan batu didih dan panaskan di atas kompor pada suhu 950 C
h) Kemudian dinginkan dan analisis dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 410 nm untuk menentukan nilai absorbannya.
i) Buat kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi nitrat yang terkandung
dalam sampel air.
c. Parameter Bakteriologis
1) Perhitungan Media
- Lactosa Broth (LB)
 SSL
25 testube x 10 ml = 250 ml
 DSL
5 testube x 5 ml = 25 ml x 2 = 50 ml
SSL + DSL = 250ml + 50ml
= 300 ml ~ 350 ml

350
x 13 gr = 4,55 gr
1000

- BGLB
15 testube x 10ml = 150ml ~ 200 ml
200
x 40 gr = 8 gr
1000

- Endo Agar
15 petridis x 15ml = 225ml ~ 250ml

250
x 41,5 gr = 10,375 gr
1000

2) Persiapan media
- LB
a) Timbang lactosa broth 4,55 gr lalu masukkan kedalam gelas kimia
b) Kemudian larutkan dengan 175 ml aquadest (untuk membuat DSL
terlebih dahulu). Volume yang didapatkan dari hasil 350 ml bagi 2

41
c) Larutkan sampai homogen, lalu panaskan dengan kompor listrik hingga
lactosa broth larut
d) Masukkan ke dalam masing-masing testube , yaitu 5 buah tabung
testube (DSL). Memindahkannya dengan cara menggunakan pipet ukur,
lalu ambil larutan sebanyak 5 ml untuk setiap tabung reaksi
e) Masukkan tabung durham ke dalam masing-masing tabung reaksi
dengan cara terbalik
f) Masukkan tabung durham ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
media dengan posisi terbalik.
g) Homogenkan dengan cara membolak-balikkan sampai tidak ada rongga
udara didalam tabung durham
h) Lalu tutup tabung reaksi dengan kapas dan susun didalam rak tabung
reaksi
i) Sisa DSL kemudian dijadikan untuk membuat SSL dengan penambahan
aquades sebanyak 175 ml
j) Kemudian masukkan ke dalam 25 buah testube. Pemindahan dengan
cara menggunakan pipet ukur, lalu ambil larutan sebanyak 10 ml untuk
setiap testube.
k) Masukkan tabung durham ke dalam masing-masing testube dengan
posisi terbalik dan homogenkan dengan cara membolak-balikkan
testube sampai tidak ada rongga dalam tabung durham
l) Tutup testube dengan kapas.
- BGLB
a) Timbang BGLB seberat 8 gr dan masukkan kedalam gelas kimia
b) Lalu larutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml
c) Aduk dengan batang pengaduk sampai larutan homogen
d) Panaskan dengan menggunakan kompor listrik hingga media larut
e) Setelah media larut, Pipetkan media masing-masing sebanyak 10 ml
pada 15 testube yang sudah di siapkan untuk BGLB dengan
menggunakan pipet ukur

42
f) Masukkan tabung durham ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
media dengan posisi terbalik.
g) Homogenkan dengan cara membolak-balikkan tabung reaksi secara
perlahan sampai tidak ada rongga udara pada tabung durham.
h) Tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan susun dalam rak tabung
reaksi
- Endo Agar
a) Timbang 10,375 gr endo agar lalu masukkan kedalam gelas kimia
b) Larutkan dengan 250 ml aquadest dan aduk hinggan larut
c) Kemudian pindahkan kedalam erlenmeyer
d) Kemudian panaskan media sampai mendidih dengan kompor listrik
e) Setelah mendidih, matikan kompor dan biarkan hingga media dingin
f) Kemudian, pindahkan media ke dalam 15 petridish dengan ketebalan ±
3mm
g) Tutup dan dinginkan media
3) Sterilisasi
a) Bungkus bahan SSL,DSL, BGLB, dan endo agar serta buffer fosfat 9
ml yang sudah pada wadahnya dengan koran
b) Kemudian bungkus pipet ukur dengan koran
c) Setelah semua terbungkus koran, masukkan alat dan bahan yang akan di
sterilkan ke autoclave
d) Lalu sterilisasi selama 15 menit dengan suhu 1210C
4) Penanaman Sampel/ Presumptive Test
a) Hidupkan lampu bunsen, dan siapkan 3 buah rak testube
b) Siapkan DSL 5 testube, SSL 1 ml 5 testube, dan SSL 0,1 ml 5 testube,
sampel dan buffer 1 testube
c) Ambil 10 ml sampel, kemudian masukkan ke masing-masing testube
DSL 10 ml sampel lalu beri label DSL 10ml
d) Selanjutnya ambil 1 ml sampel, lalu masukkan masing-masing ke
testube SSL 1 ml sampel lalu beri label SSL 1ml

43
e) Lalu ambil 1 ml sampel, kemudian masukkan ke buffer, lalu
homogenkan
f) Setelah sampel 1 ml pada buffer dihomogen masukkan sampel yang ada
pada buffer ke testube SSL masing-masing 1 ml, lalu beri label SSL 0,1
ml
g) Kemudian masukkan ke masing-masing testube tabung durham dengan
posisi terbalik , lalu bolak balik sampai tidak ada gelembung udara pada
tabung durham
h) Kemudian tutup masing-masing testube dengan kapas
i) Lalu eramkan selama 1-2 x 24 jam pada ingkubator pada suhu 37ºC.
5) Comfirmated Test / Perkiraan
a) Amati sampel yang sudah di inkubasi selama 2 x 24 jam yang positif
dengan ciri-ciri ada gelembung pada tabung durham
b) Lalu ambil testube yang positif dan hidupkan lampu bunsen, lalu pijarkan
ose pada lampu bunsen
c) Kemudian dinginkan ose di pinggir testube yang positif lalu aduk sampai
ke bagian bawah
d) Kemudian masukkan ke testube BGLB, lalu flambir mulut testube BGLB
dengan bunsen lalu tutup dengan kapas
e) Lakukan prosedur pemindahan sampel dari testube yang positif ke BGLB
sebanyak 3 kali pengulangan
f) Lakukan sampai semua sampel yang di testube positif di pindahkan ke
BGLB
g) Lalu beri label pada BGLB sesuai dengan label testube positif yang di
ambil
h) Kemudian eramkan BGLB selama 1- 2 x 24 jam pada inkubator dengan
suhu 37 ºC
6) Complete test 1
a) Cek BGLB yang positif
b) Kemudian tanam 1 testube BGLB yang positif ke 1 petridish endo agar

44
c) Panaskan ose, kemudian dinginkan pada tepi BGLB kemudian ambil
BGLB yang positif pada bagian bawah
d) Kemudian usapkan pada endo agar dengan posisi vertikal, horizontal,
dan heksagonl, lakukan sampai tiga kali
e) Kemudian lakukan prosedur yang sama untuk BGLB yang positif
lainnya.
f) Kemudian eramkan endo agar selama 1-2 x 24 jam dengan suhu 37ºC
dengan posisi terbalik.
7) Complete test 2
a) Pisahkan petridish positif yang memiliki ciri-ciri berlendir, bernanah dan
metalik
b) Ambil bakteri positif dengan menggunakan ose yang telah di panaskan
c) Kemudian pindahkan pada testube SSL (LB) yang baru
d) Lakukan pengabilan sebanyak 3 kali
e) Kemudian inkubasi selama 1×24 jam.
8) Perbandingan dengan tabel MPN
a) Pisahkan testube positif dengan yang negatif
b) Hitung jumlah positif testube 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml
c) Kemudian bandingkan pada tabel MPN indeks 5 seri

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Inspeksi Sumur Gali
Skor Resiko Pencemar : 8-10 : Amat Tinggi (AT)
45
6-7 : Tinggi (T)
3-5 : Sedang (S)
0-2 : Rendah (R)
Menurut hasil inspeksi sumur gali yang telah dilakukan di kelurahan surau
gadang, kec. Nanggalo telah didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pada Rumah Pertama dimana nama pemilik sarananya adalah Ibuk Asni memiliki
skor resiko pencemaran dengan skor 3. Dengan demikian sumur gali Ibuk Asni
memiliki tingkat pencemaran Sedang (S) karena berada pada rentang 3-5.
b. Pada rumah kedua dengan nama pemiliknya Ibuk Rosma memiliki skor resiko
pencemar dengan skor 5. Dengan demikian sumur gali Ibuk Erni memiliki tingkat
pencemaran Sedang (S) karena berada pada rentang 3-5.
c. Pada rumah kedua atas nama Ibuk Erni memiliki skor resiko pencemar dengan
skor 6 . dengan demikian sumur gali Ibuk Erni memiliki tingkat pencemar
Tinggi(T) karena berada pada rentang 6-7.
2. Parameter Fisik Air Sumur Gali
a. Suhu
Pada saat pemeriksaan suhu pada sampel air yang telah di ambil, di
dapatkan hasilnya yaitu 27oC.
b. Bau
Pada saat pemeriksaan bau yang dilakukan pada sampel air yang telah di
ambil, di dapatkan hasil bahwa sampel tersebut tidak berbau.
c. Rasa
Pada saat pemeriksaan rasa yang dilakukan pada sampel air yang telah di
ambil, di dapatkan hasil bahwa sampel tersebut tidak berasa.

d. Kekeruhan
Pada pemeriksaan kekeruhan pada sampel pada sampel air yang telah di
ambil, di dapatkan hasilnya yaitu 1,12 NTU.
e. Warna

46
Pada pemeriksaan warna pada sampel air, di dapatkan hasil yaitu: (dari
grafik)
Konsentrasi Volume Larutan
No Absorban (A)
Larutan Standar Standar

1. 0 TCU 0 ml 0,000

2. 5 TCU 0,5 ml 0,03

3. 10 TCU 1 ml 0,045

4. 20 TCU 2 ml 0,094

5. 40 TCU 4 ml 0,171

6. 70 TCU 7 ml 0,30

7. Sampel 50 m 0,18

Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil pemeriksaan warna pada air
tersebut sebesar 41,75 TCU ( dalam kurva kalibrasi)
f. Zat Padat Terlarut
Pada pemeriksaan Zat Padat Terlarut didapatkan hasil yaitu:
Perhitungan :

a = berat kertas saring yang ada sampel : 0,205


b = berat kertas kosong : 0,204
c = volume sampel : 100 ml

(𝑎−𝑏)𝑥 1000
Mg/l zat tersuspensi = 𝐶

(0,205−0,204)𝑥 1000
= 100

= 0,01 Mg/l

Jadi, total padatan tersuspensi yang diperoleh adalah 0.01 Mg/L.

3. Parameter Kimia Air Sumur Gali


a. Pemeriksaan Kadar Besi ( Fe )
47
Konsentrasi Larutan Volume Larutan
No. Absorban (A)
Standar Standar
1 Blangko 50 ml 0
2 0,1 1 ml 0,015
3 0,2 2 ml 0,036
4 0,3 3 ml 0,086
5 0,4 4 ml 0,090
6 0,6 6 ml 0,108
7 0,8 8 ml 0,173
8 1,0 10 ml 0,210
9 Sampel 50 ml 0,058

b. Pemeriksaan Klorida ( Cl )
Data :
Konsentrasi AgNO3 = 0,1 N
Voleme AgNO3 (pentitrasi) = 0,4 ml

Ar Cl = 35,45

Volume sampel = 100 ml

Perhitungan
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑙 𝑥1000
Kadar Klorida (mg/L) = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,9 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 35,45 𝑥1000
= 100 𝑚𝑙

= 31,905 mg/L
Jadi, kadar klorida yang terdapat pada sampel air bersih yaitu 31,905
mg/L.

c. Pemeriksaan Bahan Organik


Dari titrasi yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
No Titrasi Volume

48
1. Titrasi 1 1 ml
2. Titrasi 2 7 ml

 F KMnO4
V1 x N1 = V2 x N2
1 ml x N1 = 7 ml x 0,1 N
(KMnO4) N1 = 0,7 N
 BE KMnO4

𝑚𝑟 158
BE KMnO4 = 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑢𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = = 31,6
5

 Perhitungan Bahan Organik


KMnO4 yang terpakai sebanyak 0,8 ml
1000
Zat Organik : {(10 + t) x f KMnO4 – 10} x 0,01 x BE KMnO4
100

1000
: {(10 + 8) x 0,7 – 10} x 0,01 x 31,6
100

: 10 {18 x 0,7 – 10} x 0,316

: 10 {12,6-10}x0,316

: 10{2,6} x 0,316

: 8,216 mg/l

d. Analisis Pb
1) ABS larutan blanko =0
2) ABS larutan sampel =
 -0,0002
 0,0002
- Perhitungan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑥−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛
= 2
0,0002−(−0,0002)
= 2

49
0,0004
= = 0,0002 mg/l
2

e. Analisis Kesadahan
 Kesadahan Total

𝑋 0,1 °𝐷⁄50 = °𝐷
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝑂
Rumus : 1000 𝑥 𝑚𝑙 𝑥 𝑓. 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 𝐵𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3

𝑋 0,1 °𝐷⁄50 = °𝐷
56
:1000 𝑥 0,7 𝑚𝑙 𝑥 0,0106 𝑋 100

:7,42 𝑋 0,56 𝑋 0,1 °𝐷⁄50 = °𝐷


0,415
: °𝐷
50

:0,0083 °𝐷
 Kesadahan Kalsium
𝑚𝑔
𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 𝐹.𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑋 400
+2 𝑙
Rumus : 𝐶𝑎 = 𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑚𝑔
3,5 𝑋 0,0106 𝑋 400
𝑙
: 50
𝑚𝑔
14,84
𝑙
: 50

:0,2968 mg/L
f. Analisis Nitrat
Dari pengukuran Spektrofotometer didapatkan hasil Absorbannya sebagai
berikut :

Konsentrasi (ppm) Volume Larutan Absorban


standard (ml) (A)
Blangko 50 0
0,25 2,5 0,145
0,5 5 0,260
1,0 10 0,386
1,5 15 0,406
2,0 20 0,619
Sampel 10 ml 0,530

50
B. Pembahasan
1. Inspeksi Sumur Gali
Dari hasil pemeriksaan inpeksi pada sumur gali yang telah dilakukan di RT. 05,
RW. 01 Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo, sumur yang memenuhi
persyaratan inspeksi sumur gali secara diagnosa khusus dari no 1-10. Sumur pertama
memiliki tingkat resiko pencemaran yaitu 3 dan itu masih termasuk resiko
pencemaran sedang. Pada sumur yang kedua juga terdapat 5 resiko pencemaran dan
itu juga termasuk resiko pencemaran sedang. Sedangkan pada sumur ketiga terdapat
6 resiko pencemaran, dimana itu termasuk kedalam resiko pencemaran yang tinggi.
Jadi sumur yang memiliki resiko pencemaran sedang terdapat 2 sumur dan 1 sumur
yang memilii resiki pencemaran yang tinggi.
Untuk melakukan pemeriksaan fisik,kimia, dan bakteriologis air kami
mengambil air sumur yang pertama dimana pemilik sarananya adalah Ibuk Asni
karena untuk pemeriksaan bakteriologis memerlukan sumur yang memiliki resiko
pencemaran yang sedang.
2. Teknik Pengambilan Sampel Air Sumur Gali
Praktikum pengambilan sampel air sumur gali dilakukan di wilayah RT 05/
RW 01 Kelurahan Surau gadang pada pukul 14.00-16.00. Pengambilan sampel yang
dilakukan adalah pengambilan sampel secara fisik,kimia dan bakteriologis.
Perbedaan pengambilan sampel antara fisik,kimia dan bakteriologisnya adalah bahwa
bakteriologis harus disterilisasikan terlebih dahulu sedangkan fisik dan kimia tidak
perlu disterilisasikan tetapi botol sampel harus bersih dan harus dihindari dengan
kontak udara. Kondisi pengambilan sampel tidak boleh dalam keadaan hujan karena
dapat melarutkan bahan kimia dan dapat menghilangkan cincin di dalam tanah dan
usahakan pengambilan sampel dilakukan sebelum aktivitas kerja seperti
mandi,mencuci dan lain-lain.

3. Parameter Fisik Air Sumur Gali


Perbandingan hasil pemeriksaan fisik air dengan Persyaratan PERMENKES
Nomor 416 Tahun 1990 seperti tabel di bawah ini.
No Parameter Hasil Standar Baku Mutu Keterangan

51
(Kadar Maksimum)
1. Suhu suhu udara ±30C
270C Memenuhi syarat

2. Rasa Tidak berasa


Tidak berasa Memenuhi syarat

3. Bau Tidak berbau


Tidak berbau Memenuhi syarat

4. Kekeruhan 25 NTU
1,12 NTU Memenuhi syarat

5. Warna 50 TCU
41,75 TCU Memenuhi syarat

6. Zat Padat 1500 mg/l


0,01 mg/l Memenuhi syarat
Terlarut
1.

a. Suhu
Kenaikan temperatur air yang menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic yang
mungkin saja terjadi. Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
besar suhu pada air. Dimana sampel air yang diuji adalah air sumur. Perlakuan
pertama yaitu memasukkan sampe air kedalam gelas kimia kemudian
termometer air dicelupkan dan ditunggu sampai 2-3 menit, setelah itu
kita sudah bisa membaca berapa suhu air yang ada pada termometer dan
kemudian diperoleh hasil untuk sampel air sumur adalah 27oC. Berdasarkan hasil
yang diperoleh bahwa suhu pada air sumur telah memenuhi syarat sesuai dengan
baku mutu yaitu ±30C dari suhu udara yang tercantum dalam permenkes 416
tahun 1960
b. Rasa dan Bau
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada air sumur yang didapatkan bahwa air
tersebut tidak berasa dan tidak berbau sehingga air sumur tersebut telah
memenuhi syarat sesuai dengan permenkes 416 tahun 1960.

52
c. Kekeruhan
Kekeruhan Air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik
dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri. Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui tingkat kekeruhan air. Dimana sampel air yang diuji adalah air
sumur . Perlakuan pertama yaitu memasukkan air kedalam tabung
sampel yang telah tersedia pada alat ukur yaitu turbidimeter. Kemudian
tabung sampel dimasukkan kedalam tabung deteksi dan diperoleh hasil yaitu 1,12
NTU. Berdasarkan standar kualitas air bersih yang tercantum dalam permenkes
416 tahun 1960,standar maksimum yang diperbolehkan untuk tingkat kekeruhan
air adalah 5 NTU. Jadi hasil yang didapatkan dalam hasil pemeriksaan tingkat
kekeruhan memenuhi syarat standar maksimum kualitas air bersih,karena didalam
air tersebut tidak mengandung bahan-bahan organic dan anorganik seperti lumpur
dan lain-lain
d. Warna
Dalam pemeriksaan fisik air yaitu warna langkah pertama yang harus
dilakukan yaitu menyiapkan larutan blanko dan larutan induk warna dengan
konsentrasi yang bervariasi,5 TCU,10 TCU,20 TCU,40 TCU, dan 70 TCU
kemudian hitung volume yang akan diencerkan ,masukkan larutan induk warna ke
dalam labu ukur sesuai dengan volume yang telah dicari dan masukkan aquadest
sampai tanda batas yang ada pada labu ukur kemudian homogenkan. Pindahkan
kedalam cuvet dan ukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
355 nm lakukan juga terhadap larutan blanko kemudian catat hasil yang tertera
pada pada spektrofotometer. Setelah itu buat grafik larutan standard antara
konsentrasi dan absorban sehingga akan didapatkan konsentrasi dari larutan
sampel .
Berdasarkan hasil dari grafik(kurva kalibrasi) didapatkan konsentrasi larutan
sampel adalah 41,75. Oleh sebab itu konsentrasi larutan sampel memenuhi syarat
standard maksimum sesuai dengan yang tercantum dalam permenkes 416 tahun
1960 yaitu 50 TCU
e. Zat Padat Terlarut

53
Total suspensed solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
daripadatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS
menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat
langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organic
tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya.
Pada percobaan ini, kami mengukur tingkat TTS yaitui dengan
menimbang kertas saring sebelum dan sesudah dipakai untuk menyaring air dan
sampel yang diambil adalah sampel air sumur. Sebelum air disaring, berat dari
kertas saring tersebut yaitu 0,205 g dan setelah air disaring berat kertas
menjadi 0,204 g. Jadi untuk perhitungan TSS didapatkan hasil 0,001 mg/l maka
hasil tersebut telah memenuhi syarat kualitas air bersih dimana batas
maksimumnya adalah 1500 mg/l
Jadi berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diatas bahwa semua parameter
fisik telah memenuhi syarat sesuai dengan permenkes 416 tahun 1960 .Jika
dibandingkan dengan hasil inspeksi sanitasi sumur gali, diperoleh pula hasil
kualitas fisik airnya dengan kategori tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa dan
tidak berwarna dan bersuhu normal dengan tingkat resiko kualitas fisik air BAIK.
Hasil tersebut sesuai dengan pemeriksaan parameter fisik air yang dilakukan
diatas sehingga air tersebut dapat dikonsumsi dan layak digunakan untuk
keperluan sehari-hari.
4. Parameter Kimia Air Sumur Gali
a. Analisis Fe pada Air Sumur Gali
Berdasarkan PERMENKES NO.416 Tahun 1990 syarat baku mutu air bersih
yang boleh dikonsumsi mengandung paling banyak 1 mg/L atau 1 ppm Fe,
sedangkan persyaratan PERMENKES No.416 Tahun 1990 menyatakan bahwa air
dapat dikatakan layak minum apabila kadar Fe nya paling banyak 0,3 ppm.
Berdasarkan praktikum, absorban sampel yang didapatkan saat pembacaan
spektrofotometer 0,58. Setelah dimasukkan ke dalam kurva kalibrasi, kadar Fe
yang terkandung dalam sampel air sumur gali sebanyak 0,32 mg/L. Maka dapat

54
dinyatakan bahwa sampel air sumur gali memenuhi syarat baku mutu untuk
digunakan dalam kehidupan sehari hari dan tidak berpengaruh pada kesehatan,
kecuali kadar Fe nya tinggi.
Penyebab tingginya kadar besi dalam air adalah rendahnya pH air. Air yang
mempunyai pH <7 dapat melarutkan logam termasuk besi. Selain itu adanya gas-
gas etrlarut dalam air yang dimaksud gas-gas tersebut adalah O2, CO2 dan H2S.
Adanya Fe dalam air menimbulkan gangguan seperti rasa dan bau logam amis
pada air, menimbulkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian putih,
meninggalkan noda-noda pada bak kamar mandi dan dapat mengakibatkan
penyempitan atau penyumbatan pada pipa.

b. Analisis Klorida pada Air Sumur Gali


Analisis kadar klorida (Cl-) dalam air bersih dilakukan dengan metode
Argentometri cara Mohr. Argentometri cara Mohr adalah metode titrasi
menggunakan larutan standar AgNO3 sebagai peniter atau larutan standar, dan
larutan K2CrO4 sebagai indikator visual. Titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah bata.
Peniteran sampel dengan AgNO3 akan menghasilkan endapan putih AgCl.
Kelebihan penambahan AgNO3 menghasilkan endapan merah bata Ag2CrO4.
AgCl terbentuk terlebih dahulu, dikarenakan hasil kali kelarutan endapannya lebih
besar dibandingkan Ag2CrO4.
Reaksi : Ag+ + Cl- → AgCl↓(Putih)
AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4↓(Merah Bata) + 2KNO3
Dari analisis yang telah di lakukan, sampel air bersih yang di gunakan
yaitu sampel air sumur gali. Dan kadar klorida yang terdapat pada sampel tersebut
yaitu sebanyak 31,905 mg/L. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air
bersih standar maksimum untuk parameter klorida (Cl-) dalam air bersih yaitu 600
mg/L. Dengan demikian, sampel air bersih yang telah dianalisa memenuhi syarat
sesuai batu mutu kandungan Cl- yang telah di tetapkan. Sumber klorida dalam air
berasal dari mineral yang ada dalam tanah baik itu tanah penutup atau mineral

55
dalm batuan di tanah. Selain itu sumber klorida lainnya dapat beraal dari air
limbah domestic atau air urin manusia dan juga dapat berasal dari air laut yang
terbawa oleh air hujan. Apabila air yang mengandung kadar klorida yang banyak,
maka akan menyebabkan kerusakan jaringan pada tubuh , menyebabkan penyakit
maag, nyeri di ulu hati dan merusak mata. Air yang mengandung klorida
memiliki sifat kekeruhan.

c. Analisis Bahan Organik


Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di
perairan. Menurut PERMENKES no 416 standar baku mutu zat organik adalah
10 mg/l. Pada praktikum ini KMnO4 0,1 N yang terpakai sebanyak 18 ml.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui zar organik yang terlarut dalam air kran
sebanyak 8,216 mg/L. Maka dapat dinyatakan bahwa bahan organik memenuhi
syarat batu mutu untuk kehidupan sehari-hari. Sumber bahan organik adalah
jaringan tanaman berupa akar, batang,ranting,daun dan buah. Bahan organic
dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon
merupakan penyusun utama dari bahan organic. Akibat adanya zat organic
dalam air adalah menyebabkan kanker, leukemia, erosi dan dapat merusak
ekosistem. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran air
terhadap bahan organic adalah buatlah sumur-sumur resapan air hujan sebanyak-
banyaknya. Fungsinya untuk mempercepat air meresap ke dalam tanah.
d. Analisis Pb
Berdasarkan hasil pemeriksaan air bersih menggunakan metode
spektrofotometer didapat Abs Pb sebesar 0,0002 mg/L. Dilihat dari hasil yang
didapat sampel tersebut dibawah nilai ambang batas berdasarkan permenkes No.
416 tahun 1990 sebesar 0,05 mg/L, maka sampel air tersebut layak untuk di
konsumsi.
e. Analisis Kesadahan
Pada praktikum kesadahan ini, sampel diambil dari sumur di daerah kerja
puskesmas nanggalo,Jl. Jamal jamil. Praktikan melakukan beberapa percobaan
yakni untuk menentukan kesadahan total dan kesadahan kalsium. Langkah

56
pertama yang dilakukan yaitu penentuan kesadahan total. Sampel yang digunakan
sama dengan sampel pada penentuan kalsium (Ca). Sampel ditambahkan dengan
larutan buffer pH 10 karena indikator yang akan digunakan yaitu indikator EBT,
Setelah penambahan indikator Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh larutan
berwarna merah muda, selanjutnya dititrasi dengan EDTA.
Jika EDTA dijadikan sebagai titran, maka larutan akan berubah dari
warna merah tua menjadi warna biru. Pada titik akhir titrasi diperoleh volume
titran sebesar 0,7 ml dengan hasil pencariannya terdapat 0,0083 mg/L .
Berdasarkan standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum
kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO (Bakti Husada, 1995
dalam Resthy, 2011), dapat dikatakan bahwa air sumur yang diteliti layak
konsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan.
Langkah kedua adalah penentuan kalsium (Ca), pertama-tama sampel
dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan NaOH sebanyak
3 mL. Fungsi penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel.
Selanjutnya ditambahkan dengan murexid. Murexid berfungsi sebagai indikator,
setelah penambahan indikator Murexid dihasilkan larutan warna merah. Menurut
teori pada pH lebih tinggi 12, Mg akan mengendap sehingga EDTA hanya dapat
diikat oleh Ca2+ dengan indikator mureksid. Larutan kemudian dititrasi dengan
EDTA sampai warna larutan berubah menjadi ungu. Volume titran yang
digunakan yaitu sebesar 3,5 mL.
Jadi berdasarkan baku mutu syarat kimia air bersih dengan parameter
kesadahan pada PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990, didapatkan bahwa
air tersebut memenuhi syarat kesadahan untuk air bersih karena tidak melampaui
batas yang telah ditentu kan yaitu sebesar 500 mg/L.
f. Analisis Nitrat
Dari praktikum analisis nitrat, absorban sampel yang didapatkan saat
pembacaan spektrofotometer 0,530 Setelah dimasukkan ke dalam kurva kalibrasi,
kadar Nitrat yang terkandung dalam sampel air sumur gali sebanyak 1,7
mg/L,artinya kandungan nitrat sampel tersebut termasuk rendah apabila
dibandingkan dengan baku mutu PERMENKES nomor

57
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih, bahwa kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk 10 mg/L. Selain itu, dapat dikatakan bahwa
air tersebut tidak terkontaminasi dengan kotoran dalam air, karena kotoran banyak
mengandung amoniak, pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan
industri. Apabila nitrat itu tinggi maka akan menyebabkan kualitas air menurun,
menurunkan oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, bau busuk, rasa tidak
enak.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Inspeksi sanitasi dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko pencemaran sumber air
bersih. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

58
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah
2. Praktikum pengambilan sampel air sumur gali dilakukan di wilayah RT 05/ RW 01
Kelurahan Surau gadang pada pukul 14.00-16.00. Pengambilan sampel yang
dilakukan adalah pengambilan sampel secara fisik,kimia dan bakteriologis. Perbedaan
pengambilan sampel antara fisik,kimia dan bakteriologisnya adalah bahwa
bakteriologis harus disterilisasikan terlebih dahulu sedangkan fisik dan kimia tidak
perlu disterilisasikan tetapi botol sampel harus bersih dan harus dihindari dengan
kontak udara. Kondisi pengambilan sampel tidak boleh dalam keadaan hujan karena
dapat melarutkan bahan kimia dan dapat menghilangkan cincin di dalam tanah dan
usahakan pengambilan sampel dilakukan sebelum aktivitas kerja seperti
mandi,mencuci dan lain-lain.
3. Berdasarkan praktikum pemeriksaan parameter fisik air sumur gali bahwa semua
parameter telah memenuhi standar baku mutu sesuai dengan PERMENKES 416
Tahun 1960 yaitu tidak berasa,tidak berbau,tidak berwarna,memiliki kekeruhan
sebesar 1,12 NTU dimana standar baku mutunya adalah 50 NTU ,memiliki suhu 270C
dari suhu ruangan dan zat padat terlarut yaitu 0,01 mg/L.
4. Berdasarkan praktikum pemeriksaan parameter kimia air sumur gali bahwa semua
parameter telah memenuhi syarat sesuai dengan PERMENKES 416 Tahun 1960 yaitu
Kadar Fe yang terkandung dalam sampel air sumur gali sebanyak 0,32 mg/L,Kadar Cl
31,905 mg/L,bahan organic 8,216 mg/L,kesadahan total dan kesadahan kalsium
0,0830D dan 2,968 mg/L,Kadar Pb 0,0002 mg/L dan Kadar nitrat dalam sampel air
sumur gali adalah 0,17 mg/L

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa harus bisa memahami cara analisis inspeksi air sumur gali,teknik
pengambilan sampel dan parameter fisik,kimia dan bakteriologis

59
b. Mahasiswa dapat mengetahui standar baku mutu air bersih berdasarkan
PERMENKES RI NO 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat pengawasan
kualitas air bersih.
2. Bagi Kampus
Agar terlaksananya kegiatan praktikum yang lancar dan efektif sebaiknya pihak
kampus dapat melengkapi kebutuhan perlengkapan alat-alat laboratorium
3. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat berhati-hati dan mengantisipasi akibat-akibat yang
ditimbulkan dari kandungan parameter fisik,kimia dan bakteriologis

60

Anda mungkin juga menyukai