Anda di halaman 1dari 38

Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Kegiatan belajar I
Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini diharapkan saudara mampu memahami

tentang asuhan bayi baru lahir bermasalah.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti kegaiatan belajar I, saudara diharapkan mampu

untuk :

1. Setelah mengikuti pelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat

menjelaskan pengertian tentang gawat janin.

2. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat memahami tentang

hipotermi.

3. Setelah mengikuti pelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat

menerapkan dan memahami cara cara untuk menangani kasus pada

neonatal yang beresiko.

4. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat memahami tentang

hipoglikemi.

5. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang

kondisi sulit bernafas pada neonatus (asphiksia).

6. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat menjelaskan dan

mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 3


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Pokok - pokok materi

Dalam kegiatan belajar I ini yang pertama dibahas adalah tentang

Asuhan Bayi Baru Lahir Bermasalah, meliputi gawat janin, hipotermi,

hipoglikemi dan asphiksia.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 4


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Uraian Materi

Mengidentifikasi kondisi
neonatal yang beresiko

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal
proses fisiologik.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan

atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh

prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam

kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 5


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Tujuan

Tujuan mendasar mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko adalah


untuk menemukan seawal mungkin adanya kelainan, komplikasi dan penyulit
mulai dari kehamilan serta menyiapkan ibu untuk proses persalinan.

1. Gawat Janin

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak
kondusif untuk memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin
ditandai dengan hipoksia janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak
mendapat pasokan oksigen yang cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum
persalinan (antepartum period) atau selama proses persalinan
(intrapartum period).Hak Pasien adalah hak pribadi yang dimiliki
manusia sebagai pasien . Hak pasien / klien, yaitu :

Gawat janin dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik dari kondisi janin

(masalah tali pusat, infeksi pada rahim, melewati tanggal persalinan) maupun

kondisi ibu (menderita diabetes, tekanan darah tinggi atau preeklampsia,

kehamilan pada usia di atas 35 tahun, serta mengalami kehamilan dengan janin

kembar atau lebih).

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 6


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Gawat janin sendiri dapat dideteksi melalui perubahan yang tidak

normal menjelang persalinan, seperti perubahan gerakan janin yang melambat.

Dokter juga dapat melakukan pemantauan detak jantung janin dan perubahan

warna cairan ketuban. Jika hasil pengamatan menunjukkan janin dalam keadaan

gawat, dokter dapat segera melakukan penanganan yang tepat sesuai dengan

kondisi ibu dan janin. Jika tidak tertangani atau tidak segera dilahirkan, janin

dapat mengalami kematian. Kendati demikian, sebagian besar kasus dengan

gejala gawat janin dapat dilahirkan dengan selamat.

Gejala gawat janin dapat ditunjukkan melalui kondisi tidak normal

menjelang persalinan. Gejala tersebut meliputi:

 Gerakan janin yang berkurang dari biasanya. Gerakan bayi dapat

sedikit berkurang menjelang persalinan karena ruang gerak janin dalam

rahim berkurang, namun normalnya pergerakan janin masih tetap dapat

terasa.

 Detak jantung bertambah pelan. Detak jantung janin yang normal

adalah 110 hingga 160 per menit. Jika detak jantung tersebut kurang

dari 110 atau melebihi dari 160 per menit, maka kondisi ini dapat

dianggap tidak normal. Detak jantung janin dapat melambat sementara

ketika rahim berada pada awal kontraksi. Gawat janin dapat dipastikan

apabila detak jantung terus melambat atau menurun setelah kontraksi.

 Warna air ketuban menjadi cokelat atau hijau. Warna cairan amniotik

dalam air ketuban biasanya jernih dengan sedikit bercak merah muda,

kuning, atau merah. Namun jika warna cairan tersebut menjadi hijau

atau cokelat, maka air ketuban tersebut telah tercampur dengan

mekonium (tinja dari janin). Warna mekonium hijau menandakan kotoran

tersebut baru keluar, sedangkan warna cokelat berarti mekonium sudah

lama keluar bersama air ketuban. Perubahan warna air ketuban ini dapat

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 7


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

menimbulkan risiko sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration

syndrome).

Penyebab Gawat Janin

Penyebab utama gawat janin adalah pasokan oksigen yang kurang pada

janin (hipoksia janin). Kondisi ini dapat terjadi terkait dengan kondisi

janin sendiri atau kondisi ibu. Kondisi yang terkait dengan janin

meliputi:

 Berat badan janin yang rendah (intrauterine growth restriction/IUGR),

di mana berat janin kurang dari persentil 10 dari berat badan normal

dalam usia kehamilan yang sama.

 Pasokan oksigen melalui tali pusat berkurang. Salah satu penyebabnya

adalah oligohidramnion, yaitu volume air ketuban sedikit.

 Mengalami sindrom aspirasi mekonium. Sindrom ini dapat

mengakibatkan iritasi pada paru-paru janin, infeksi, serta menghalangi

jalan napas janin.

Sedangkan gawat janin yang terkait dengan kondisi pada ibu, di

antaranya adalah:

 Masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

 Memiliki penyakit anemia, diabetes, tekanan darah tinggi saat kehamilan

atau preeklamsia.

 Kehamilan pada usia di atas 35 tahun.

 Kehamilan dengan janin kembar atau lebih.

Diagnosis Gawat Janin

Pemeriksaan kondisi gawat janin dapat dimulai setelah gerakan bayi dirasakan
menurun. Selanjutnya dapat dilakukan beberapa pemeriksaan lebih rinci guna
menetapkan diagnosis gawat janin, seperti:

 USG Doppler. Alat ini digunakan untuk melihat aliran darah, baik
pembuluh darah arteri atau vena pada janin. Pemindaian dengan USG

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 8


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Doppler baru bisa dilakukan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu


atau lebih.
 Pengamatan detak jantung janin. Pengamatan ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara berkala (intermittent auscultation) atau
secara terus-menerus (continuous electronic fetal
monitor). Pengamatan secara berkala dilakukan setiap 15 menit pada
tahap awal persalinan atau setiap kontraksi rahim usai. Sedangkan
pengamatan terus-menerus dilakukan jika kehamilan membutuhkan
perawatan khusus. Pengamatan ini menggunakan alat electronic fetal
monitoring (EFM) yang dapat menunjukkan pola detak jantung janin dan
respons detak jantung terhadap gerakan janin, hipoksia janin, serta
kontraksi rahim ibu. Terdapat dua sensor pada EFM yang dipasang pada
perut ibu, satu untuk mengamati kontraksi rahim dan satu untuk
mengamati detak jantung janin.

Diagnosis gawat janin ditetapkan jika hasil pengamatan menunjukkan penurunan


detak jantung dan kadar oksigen janin.

Pengobatan Gawat Janin

Setelah janin didiagnosis mengalami gawat janin, dokter perlu melakukan


penanganan secepatnya. Penanganan tersebut meliputi resusitasi dalam rahim
dan pengupayaan kelahiran.

Mengupayakan Kelahiran

Tindakan ini dapat dilakukan jika cara resusitasi dalam rahim tidak dapat

mengatasi kondisi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan paling lama 30 menit

jika diketahui adanya kondisi gawat janin.

Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum pada kepala

bayi. Jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka janin harus dilahirkan

melalui operasi Caesar .

Kondisi bayi akan dimonitor secara seksama selama satu atau dua jam setelah

kelahiran, dan setiap 2 jam selama 12 jam pertama pasca kelahiran.

Pemeriksaan bayi meliputi keadaan umum, gerakan dada, warna kulit, tulang dan

otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 9


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Jika terlihat bayi mengalami sindrom aspirasi mekonium, maka dokter perlu

membersihkan jalan napas bayi agar pernapasannya tidak terganggu.

Pengamatan tetap perlu dilakukan walaupun tidak terjadi aspirasi mekonium,

terutama yang terkait dengan gangguan pernapasan bayi.

Setelah dijelaskan tentang gawat janin dan pengangannannya apakah

saudara dapat membedakan

Menjelaskan kembali pengertian gawat janin dan tatalaksana penanganan

pada gawat janin ???

Bila saudara belum dapat menjelaskan definisi gawat


janin dan penanganannya silahkan saudara pahami

dengan membaca kembali


penjelasan di atas !!!

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 10


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Bila saudara mampu menjelaskan definisi gawat janin dan


penanganannya silahkan saudara lanjutkan pada sub topic
selanjutnya !!!

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 11


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

2. Hipotermi

Definisi

Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36,5oC pada pengukuran suhu

melalui ketiak dan menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang akan

berakhir dengan kegagalan fungsi jantung , paru dan kematian.(Depkes,

2007). Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36,50C -37,5oC pada

suhu ketiak.(Dwi Maryanti, 2011)

Prinsip Dasar

a. Hipotermia sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR

karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna ,

permukaan tubuh bayi relative luas, lemampuan produksi dan

penyimpanan panas terbatas.(Depkes, 2007)

b. Gejala awal Hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan

tangan teraba dingin.bila seluruh tubuh bayi sudah terba dingin, maka

bayi sudah mengalami hiptermia sedang (suhu 320C-360C). disebut

dengan Hipotermia kuat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu

Hipotermia diperlukan termometeer ukuran rendah yang dapat

mengukur sampai 250C.(Sarwono, 2009)

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 12


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Hipotermia menyebabkan terjadinya:

1) Hipoglikemia, asidosis metabolic, karena vasokontriksi

perifer dengan metabolism anaerob.

2) Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia)

3) Gangguan pembekuan sehingga pertumbuhan terganggu.

4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan

perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

5) Shock

6) Apnea

7) Perdarahan intra verticel

8) Meningkatnya intake kalori.(Dwi Maryanti, 2011)

Mekanisme kehilangan panas pada Bayi Baru Lahir

a) RADIASI : Dari objek ke panas bayi

Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas

b) KONDUKSI : Panas tubuh bayi diambil oleh

suatu permukaan yang melekat di tubuh.

Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.

c) KONVEKSI : penguapan dari tubuh ke udara

Contoh: angin disekitar tubuh bayi yang lahir.

d) EVAPORASI : Karena penguapan cairan yang melekat

pada kulit

Contoh :air ketuban pada tubuh bayi yang baru

lahir, tidak cepat dikeringkan.(Sarwono, 2009)

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 13


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Gejala Hipotermia pada Bayi Baru Lahir

1. Bayi tidak mau minum/ menetek

2. Bayi tampak lesu / mengantuk saja

3. Tubuh bayi teraba dingin

4. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh

bayi mengeras(sklerema).(Sarwono, 2009).

Tanda-Tanda Klinis Hipotermia

a. Hipotermia Sedang

Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami

hipotermia sedang (suhu 320C-360C) :

1. Kaki teraba dingin

2. Kemampuan menghisap lemah

3. Tangisan lemah

4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

b. Hipotermia Berat

1. Suhu tubuh < 320C

2. Sama dengan hipotermia sedang

3. Bunyi jantung lambat

4. Mungkin timbul Hipoglikemia dan asisosis metabolisme

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 14


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

c. Stadium lanjut Hipotermia

1. Muka ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

2. Bagian tugubh lainnya pucat

3. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung,

kaki dan tangan (sklerema).(Dwi Maryanti, 2011)

Manajemen

a. Hipotermia Berat

a. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah

dinyalakan sebelumnya, bila munkin gunakan incubator atau ruangan

hangat, bila perlu.

b. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat,

pakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

c. Pengelolaan menurut Dwi Maryanti (2011) yang dikutip dari

Indarso,F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :

b. Bayi Cukup Bulan

1. Letakkan BBL pada radiant warner

2. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui Evaporasi

3. Tutup kepala

4. Bungkus tubuh segera

5. Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi

dapat disusukan.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 15


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

b. Bayi Sakit

1. Seperti prosedur diatas

2. Tetap letakkan pada Radiant warner sampai stabil. Bayi kurang bulan

(premature)

3. Seperti procedure diatas

4. Masukkan ke incubator dengan servo controle

atauradiantwarnerdenganservo controle.

c. Bayi Yang Sangat Kecil

1. Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,50C.

Tutup kepala, Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastic

pada radiant warner.

2. Dengan Servo controle suhu kulit abdomen 36,50C

3. Dengan dinding double

4. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi,

dapat dipakai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila

temperature sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan.

Temperature lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat

bayi.(Dwi Maryanti, 2011)

Menanganani Hipotermia

a. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan

yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam incubator

atau melalui penyinaran lampu. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah

dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup

dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayinya senantiasa hangat.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 16


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

b. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang

disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menujtupi tubuh bayi dan

ibu.lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli

buli panas, bahaya luka bakar.

c. Biasanya bayi hipotermia menderaita hipoglikemia sehingga bayi harus

diberi ASI sedikit sedikit dan sesering munkin. Bila bayi tidak dapat menghisap

beri innfus glukos 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.(Dwi Maryanti, dkk,

2011).

Pencegahan

1. Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada

dalam keadaan hangat. Dikamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk

menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan

selimut diberi penutup kepala

2. Pencegahan dan penanganan Hipotermia

a. Pemberian panas yang mendadak , Berbahaya karena dapat terjadi apnea

sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-10C tiap jam (pada bayi <

100 gram penghangatan maksimal 0,60C).(Dwi Maryanti, dkk, 2011)

b. Alat-alat incubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam

incubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari incubator apabila

tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 300C.

c. Radiant warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil

atau nuntuk tindakan-tindakan.

d. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk

kulit) atau non servo controle(dengan menggunakan probe untuk kulit)

atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara

manual).(Manuaba, 1998)

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 17


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

3. Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi menurut

indarso,F(2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi

dalam mencegah hipotermi adalah :

a. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih

b. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah

lahir dengan handuk yang kering dan bersih

c. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan

keduanya diselimuti (Metode Kanguru)

d. Memberi ASI sedini mungkin segerasetelah melahirkan agar dapat

merangsang rooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan menyusui

bayi. Atau pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI

diberikan dengan sendok atau pipet. Selama memberikan ASI bayi

dalam dekapan ibu agar tetap hangat

e. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu

rujukan

f. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri

g. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.

Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal.(Dwi Maryanti

dkk, 2011)

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 18


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Setelah dijelaskan tentang Hipotermia dan pengangannannya

apakah saudara dapat membedakan

Menjelaskan kembali pengertian Hipotermia dan tatalaksana

penanganan pada Hipotermia ???

Bila saudara belum dapat menjelaskan definisi Hipotermia dan

penanganannya silahkan saudara pahami dengan membaca kembali

penjelasan di atas !!!

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 19


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

3. HIPOGLIKEMI

1. Definisi Hipoglikemia

Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi

dimana glukosa plasma di bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam

24 jam pertama kehidupan dan kurang dari 45 mg/dL (2.5

mmol/L) setelahnya (Cranmer,2013). Estimasi rata-rata kadar

glukosa darah pada fetus adalah 15 mg/dL lebih rendah

daripada konsentrasi glukosa maternal. Konsentrasi glukosa

kemudian akan berangsur-angsur menurun pada periode

postnatal. Konsentrasi di bawah 45 mg/dL didefinisikan sebagai

hipoglikemia. Dalam 3 jam, konsentrasi glukosa pada bayi aterm

normal akan stabil, berada di antara 50-80 mg/dL. Terdapat

dua kelompok neonatus dengan risiko tinggi mengalami

hipoglikemia, yaitu bayi lahir dari ibu diabetik (IDM) dan bayi

IUGR (Hay et al, 2007).

2. Gejala

Lucile Packard Children’s Hospital, 2013, memaparkan bahwa

tanda-tanda hipoglikemia pada neonatus meliputi :

a) Jitteriness (gerakan gelisah)

b) Sianosis

c) apnea (stopping breathing)

d) hipotermi (low body temperature)

e) lethargy (lemas)

f) Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

g) seizures atau kejang

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 20


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

3. Etiologi

Penyebab hipoglikemia pada neonatus, meliputi :

a) Persistent Hyperinsulinemic Hypoglicemia of Infancy.

b) Penyimpanan glikogen yang terbatas (misalnya pada

prematur dan IUGR)

c) Peningkatan penggunaan glukosa (seperti pada kasus

hipotermia, polisitemia, sepsis, defisiensi hormon

pertumbuhan).

d) Penurunan glikogenolisis, gluokoneogenesis, atau

penggunaan substrat alternatif ( misalnya pada gangguan

metabolisme dan insufisiensi adrenal).

e) Penurunan penyimpanan glikogen ( seperti pada stress

akibat asfiksia perinatal, dan starvation).

Pada hipoglikemia ketotik, penyimpanan glikogen mudah

berkurang, dan dikombinasi dengan produksi glukosa melalui

gluconeogenesis yang tidak adekuat, berakibat pada

terjadinya hipoglikemia.Jadi, oksigenasi asam lemak

diperlukan dalam menyediakan substrat untuk

gluconeogenesis dan ketogenesis.Keton, yang merupakan

hasil samping dari metabolisme asam lemak, diekskresikan

melalui urin dan menunjukkan kondisi kelaparan (starved

state) (Cranmer, 2013).

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 21


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

4. Diagnosis

Anamnesis

a. Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi,

gangguan pernapasan

b. Riwayat bayi prematur

c. Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

d. Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

e. Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus

f. Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan

g. Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

Bayi dari ibu diabetes (IDM)

Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

Bayi prematur dan lewat bulan

Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

Bayi puasa

Bayi dengan polisitemia

Bayi dengan eritroblastosis

Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-

simpatomimetik dan beta blocker

5. Penatalaksanaan

Pada neonatus yang beresiko tinggi gula darah harus diukur tiap

2 jam, selama 12 jam selanjutnya 6 jam sampai 48 jam bila

glukosa menunjukkan hasil yang rendah koreksi dan segera

lakukan perbaikan terhadap factor-faktor yang dapat

memperburuk misal suhu lingkungan dan oksigenasi

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 22


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

6. Komplikasi

Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu

minggu setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang

disusun mulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau

tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea

intermiten atau takipnea, tangis yang melemah atau melengking,

kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan

putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia,

gagal jantung dan henti jantung. Sering berbagai gejala timbul

bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan

oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang

setelah pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan

penyebab lain.

7. Stabilisasi

1. Memastikan bayi berada dalam suhu yang hangat

2. Memberikan bantuan oksigenasi bila perlu

8. Prognosa

Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan

dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada

neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-

gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian

pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat.

9. Klasifikasi Hipoglikemia neonatus

Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat

digolongkan:

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 23


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

1. Hipoglikemia transisional

Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang

mendasarinya misal : asfiksia perinatal. Tidak ada korelasi

antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi.

Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20

mg/100 ml.

2. Hipoglikemia sekunder

Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan

yang menyertainya. Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini,

sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih

banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.

3. Hipoglikemia transien

Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan

mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa

disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri,

demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan

ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada

hubungannya dengan hipoglikemia.

Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-

bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7 tahun ternyata

terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada

cacat nerologik yang berat.

4. Hipoglikemia berat (berulang)

Keompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-

masing mempunyai masalah tersendiri yang mempengaruhi

prognosisnya

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 24


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Setelah dijelaskan tentang Hipoglikemia dan pengangannannya

apakah saudara dapat membedakan ?

Menjelaskan kembali pengertian Hipoglikemia dan tatalaksana

penanganan pada Hipoglikemia ???

Bila saudara belum dapat menjelaskan definisi


Hipoglikemia dan penanganannya silahkan saudara
pahami dengan membaca kembali penjelasan di atas !!!

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 25


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

4. ASFIKSIA

A. DEFINISI

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya

akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya

dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan

Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia

janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang

timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-

akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan

secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut

yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

B. ETIOLOGI / PENYEBAB ASFIKSIA

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 26


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi

berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang

dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi

berikut ini:

1. Faktor ibu

 Preeklampsia dan eklampsia

 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

 Partus lama atau partus macet

 Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

 Lilitan tali pusat

 Tali pusat pendek

 Simpul tali pusat

 Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 27


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

 Kelainan bawaan (kongenital)

 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi

untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut

maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang

kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor

risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai

tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap

melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan

dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan

O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.

Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan

menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu

disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha

bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua.

Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan

asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis

respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme

an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh

terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 28


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan

diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot

jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke

paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

(Rustam, 1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

 Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

 Warna kulit kebiruan

 Kejang

 Penurunan kesadaran

C. DIAGNOSIS

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /

hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan

dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat

perhatian yaitu :

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 29


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan

tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his,

dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada

presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus

diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan

dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan

kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa

pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun

sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin

disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999)

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 30


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

D. PENILAIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien dan efektif berlangsung melalui
rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :

 Penafasan

 Denyut jantung

 Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus
segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi
dengan tekanan positif (VTP).

F. PERSIAPAN ALAT RESUSITASI

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat

resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

1. 2 helai kain / handuk.

2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,

handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk

mengatur posisi kepala bayi.

3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

5. Kotak alat resusitasi.

6. Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007).

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 31


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

G. PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal

sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

–Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

–Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

–Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran

pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

–Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

–Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau

mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

–Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

–Kompresi dada

– Pengobatan

Detail Cara Resusitasi

Langkah-Langkah Resusitasi

1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi

dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.

2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas

yang datar.

3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 32


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut

sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.

5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan

mengusap-usap punggung bayi.

6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung

selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai

warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru

beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan

positif.

1. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan

positif.

2. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 %

melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan

mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri

bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.

3. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,

hasil kalikan 10.

1. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.

2. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan

pemberian PPV.

3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung,

lakukan PPV, disertai kompresi jantung.

4. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 33


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

5. Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara

kompresi jantung :

a) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi

tubuh bayi.

b) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan

belakang tubuh bayi.

7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.

8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV

sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.

9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin

1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.

10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.

11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis

diatas tiap 3 – 5 menit.

12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak

rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan

dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

Persiapan resusitasi

Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua
faktor utama yang perlu dilakukan adalah:
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat
terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia
dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 34


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minum
antara lain
– Alat pemanas siap pakai – Oksigen

– Alat pengisap

– Alat sungkup dan balon resusitasi

– Alat intubasi

– Obat-obatan

a) Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :

1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal

harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.

2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang

harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan

efesien

3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama

sebagai suatu tim yang terkoordinasi.

4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan

berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia

dan siap pakai.

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 35


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Kesimpulan

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan

usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan

didalam rahim menjadi diluar rahim.

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik

terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kecacatan

tetapi juga kematian. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan

ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang

tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir.

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses

kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kematian tidak dapat diduga secara pasti

walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun. Oleh karena itu

kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak

sangat dibutuhkan.

Contoh Penyebab Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir adalah

Gawat janin

Hipoglikemi

Hipotermi

Asfiksia

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 36


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Evaluasi

Setelah saudara belajar Modul (kegiatan belajar) ini, untuk mengkaji apakah

pemahaman saudara terhadap materi yang telah saudara pelajari tersebut

cukup baik, maka dibawah ini ada 5 ( lima ) soal yang harus saudara kerjakan.

Petunjuk mengerjakan soal :

a) Sebelum mengerjakan soal baca terlebih dahulu soal dengan seksama.

b) Pilih salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar.

c) Beri tanda silang (x) pada huruf (a,b,c,d) pada jawaban yang menurut

saudara benar.

1. Bayi “B” lahir prematur di BPS dengan usia kehamilan 35 minggu, BB: 2400
gram, P: 46 cm, RR: 20 x/ menit, dan Apgar skor 4-6. Dan pada saat persalinan air
ketuban bercampur dengan mekonium. Pertanyaan: Apa diagnosa pada bayi
tersebut ?

a. Asfiksia

b. Asfiksia neonatorum ringan

c. Asfiksia neonatorum sedang

d. Asfiksia neonatorum berat

e. Gangguan pernafasan

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 37


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

2. Bayi I lahir spontan di BPM, berat badan 2300 gram, panjang badan 48 cm, suhu
35,5oC. Bayi tampak kedinginan dan muka bayi tampak pucat.
Pertanyaan: Asuhan apa yang diberukan pada bayi I tersebut………….
a. Memasukan bayi kedalam incubator
b. Melakukan metode kangguru
c. Memberikan asi eklusif kepada bayi
d. Berikan antibiotic
e. Lakukan rujukan segera

3. Sebutkan penyebab asfiksia dari faktor bayi..........


a. Umur janin 37 minggu
b. Bayi dengan lilitan tali pusat
c. Air ketuban pecah sebelum waktunya
d. Persalinan dengan tindakan
e. Presentasi Bokong

4. Yang bukan termasuk tanda tanda hipotermi sedang yaitu...


a. Aktivasi berkurang letargis
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Pernafasan lambat

5. Apa saja dari etiologi hipotermi, kecuali........


a. Mahirnya tenaga kesehatan yang menolong dengan resiko tinggi
b. Jaringan lemak subkutan tipis
c. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
d. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit
e. BBl tidak mempunyai respon menggigil pada reaksi kedinginan

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 38


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Catatan

Setelah mengerjakan soal diatas, saudara dapat mencocokkan jawaban saudara

dengan jawaban yang telah tersedia, sehingga saudara mengetahui seberapa

kemampuan saudara memahami materi kegiatan belajar ini.

Kunci Jawaban evaluasi Latihan Soal

1. C

2. B

3. D

4. C

5. A

Umpan balik dan tindak lanjut kegiatan belajar

Cocokkan jawaban saudara dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian

akhir kegiatan belajar. Kemudian hitunglah jawaban yang benar. Jika jawaban

yang benar adalah :

90% - 100% : baik sekali

80% - 89% : baik

70% - 79% : cukup

< 70% : kurang

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 39


Mengidentifikasi kondisi neonatal yang beresiko 2018

Kalau saudara mencapai 80% ke atas, maka hasil saudara adalah baik sekali, dan

saudara sudah dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika

kurang maka saudara sebaiknya belajar dan mengulang kembali pelajaran

tersebut. Terutama pada bagian-bagian yang belum saudara kuasai.

TUGAS MANDIRI

Petunjuk Mengerjakan Soal

Untuk menjawab soal, saudara harus memahami modul dan kegiatan belajar
ini.

Soal :

1. Bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir !

2. Sebutkan dan jelaskan etiologi penyebab hipoglikemia pada neonatus ?

3. Sebutkan gejala dari gawat janin !

Fakultas ilmu kesehatan UMT bidan pendidik Page 40

Anda mungkin juga menyukai