Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Irpan Kurniawan
NIM: 105051001857
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Irpan Kurniawan
NIM: 105051001857
Pembimbing
Irpan Kurniawan
Etika Pola Komunikasi Dalam Al-Quran
i
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Irpan Kurniawan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga atas
segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
meskipun masih belum sempurna. Shawalat beriring salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat
untuk semesta alam. Atas jerih payah beliau kita berada di bawah bendera Islam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, terselesaikan atas dukungan dari dosen,
orang tua, rekan dan lainnya. Banyaknya pihak yang turut mendukung
namun di bawah ini akan kami sebutkan mereka yang memiliki andil besar atas
Jakarta.
Hidayatullah Jakarta.
3. Nurul Hidayati S.Ag M.Pd, dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingan dengan baik
diselesaikan.
yang memuaskan
iii
5. Kedua Orang Tua M Taufik Hidayat dan Yonih yang telah merawat dan
mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mendoakan dan mencukupi
moril dan materil kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya
(kasih sayang mereka tidak pernah terputus sepanjang hayat), kakak Iif
Setiawan, serta adikku Indra dan Tiara yang selalu mendorong penulis agar
6. Abah dan Nenek yang senantiasa memberikan bantuan baik moril maupun
diselesaikan.
terselesaikan
9. Pihak-pihak lain yang berjasa baik secara langsung maupun tidak, membantu
kelancaran dalam penulisan skripsi ini. Hanya rasa syukur yang dapat
penyusunan skripsi ini, sekali lagi penulis berterima kasih kepada pihak yang
telah bekerja keras membantu penulis, semoga usaha tersebut dicatat sebagai
Amiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN........................................................................ ii
A. Dimensi Komunikasi......................................................... 10
mufasir ............................................................................. 28
v
BAB IV ETIKA POLA KOMUNIKASI DALAM AL-QUR’AN .... 38
Komunikasi ........................................................................ 38
(ta’aruf) ....................................................................... 38
fardiyah ........................................................................ 40
A. Kesimpulan ....................................................................... 65
B. Saran-saran ........................................................................ 66
vi
BAB I
PENDAHULUAN
mukjizat yang diturunkan Allah padaku adalah wahyu ilahi yang akan
Rahman/55 :4 )1. Kata „al-bayan dan al-qaul” menurut Rahmat merupakan dua
Umat Islam meyakini Alquran itu wahyu dari Allah dan bukan
rekayasa Nabi serta para juru tulisnya, karena Nabi Muhammad SAW sendiri
tidak bisa membaca dan menulis. Alquran itu benar-benar wahyu (Allah) yang
adakan perkataan atas nama Kami, Kami pasti akan menindaknya dengan
1
Alquran dan Terjemahannya. (1998). Semarang: Departemen Agama RI.
2
Rakhmat, J. (1994). “Audienta” Prinsi-prinsi Komunikasi Menurut Al-Quran : Jurnal
Komunikasi. I (1). 35-56.
1
2
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang
tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu
(Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, Dan Al Quran itu bukanlah
perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan
bukan pula perkataan tukang tenung. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran
daripadanya”.3
tetaplah beriman kepada Allah, rasul rasul Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab kitab
Nya, rasul rasul Nya dan hari akhir maka sesungguhnya orang tersebut telah
3
Departeman Agama RI. Alquran dan Terjemahannya., h. 453
4
Ibid., h. 234
5
Ibid., h. 79
3
Tak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan Al-Qur‟an
yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya baik yang tersurat maupun
yang tersirat tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari.
yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah, ayat
tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali setelah diselidiki
secara mendalam (ungkapan) atau pesan simbiotik seperti surat al-Isra/17: 23.
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.6"
6
Ibid., h. 227
4
komunikasi yang akan dikaji pada surat Al-Hujurat/49 : 13 dan tidak akan
makna lafazh yang terkandung dalam surat al – hujurat/49 : 13, dimana dari
tersebut. Dan inilah yang menjadi dasar pemikiran bagi penulis, untuk
masalah yang banyak terjadi dan tetap aktual di dalam masyarakat dan
kehidupan bermasyarakat.
maka terlebih dahulu harus menafsirkan ayat yang akan dijadikan sampel,
sehingga terdapat hasil yang dapat bertautan dengan pola komunikasi itu
ini, penulis mencoba untuk mengangkat ayat dalam Al-Qur‟an surat Al-
7
Ibid., h. 412
6
kasih sayang sesama manusia. Namun dengan komunikasi pula kita dapat
tersebut, kita harus mendefinisikannya lebih dalam lagi, karena dalam redaksi
ayat tersebut akan memunculkan pertanyaan. Sejauh mana manusia itu mampu
dalam hal ini manusia diciptakan tidak untuk saling membeda-bedakan Suku,
Ras, Bangsa, Bahasa dan bahkan Ideologi. Karena jika manusia tidak
tersebut, dengan mengkaji pola komunikasi dalam ayat Al-Qur‟an ini, semoga
hal ini mampu memahami inti pesan yang hendak disampaikan dan
sebagai berikut :
8
Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996) Edisi
Revisi
7
13
Hujurat/49: 13
sebagai berikut :
3. Apa tujuan dan sasaran dakwah dalam etika komunikasi atau prinsip-
prinsip komunikasi ?
ini.
D. Metodologi Penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Jenis Penelitian
yaitu pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di
3. Sumber Bahan
4. Pengolahan Data
5. Analisa Data
beberapa tafsir sebagai sumber primer dalam penelitia ini seperti Tafsir al-
Misbah, Tafsir al-Maraghi, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fakhrur Razi, Tafsir
6. Teknik Penulisan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dimensi Komunikasi
dalam dunia ini. Karena hanya manusialah satu-satunya makhluk yang diberi
manusia. Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan, hampir 75% sejak bangun
9
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi, h.9
11
pemikiran10.
setiap orang.
suatu yang lumrah dan alamiah yang tidak perlu dipermasalahkan. Karena
pokok ini.
ini dapat disimpulkan bahwa perkatan atau ucapan, atau dengan istilah lain,
10
Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996), cet.ke-
10, h. Kata Pengantar
12
aspek isi dan aspek kandungan, dimana yang kedua mengklasifikasikan yang
perspektif mereka.
11
Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Penerbit Mizan, 1992),cet. Ke-4, h. 63
13
terhadap apa yang dibicarakan. Karena dalam proses komunukasi, paling tidak
hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan paham, tetapi
juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang
tetapi juga bertujuan pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap
berkomunikasi.
12
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi, h.9
13
Ibid., h. 10
14
layyinan, dan Qaulan sadidan, dalam hal ini penulis mengasumsikan term-
term tersebut sebagai bagian dari pola-pola komunikasi. Karena ada beberapa
pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh
penyampai.
14
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi, cet ke-1, Yogyakarta: Indonesia, 2006, h. 2-3
15
terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu
kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan
Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik kesimpulan
banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti sulit
dan tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam
istilah itu.
sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada
sudah terkumpul dalam ratusan ribu hadist yang menjadi penguat, penjelas al-
15
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi, cet ke-1, Yogyakarta: Indonesia, 2006, h. 6
16
verbal tersebut bertindak sebagai stimuli17. Namun kesemuanya itu tidak ada
satu pun yang langsung berkaitan dengan pola komunikasi dalam al-Qur‟an.
16
Burgon dan Huffner. Human Communication, London, Sage Publication, 2002. Data
diperoleh dari http://bagusspsi.blog.unair.ac.id/2010/03/02/bab-1/
17
Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996), h.3
17
“Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik)
ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri,
Kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah,
kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan
perdamaian yang sempurna".Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”18. ( an-Nissa/4 : 62-63)
dan nasehat dengan menggunakan pilihan kata, gaya bahasa, yang penuh
makna sehingga membekas dalam diri atau jiwa orang yang kita ajak
bahasanya tepat, sesuai dengan yang dikehendaki, dan isi perkataan adalah
kebenaran19.
18
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 70
19
Ashiddiqi, H. (1977). Tafsir al-Bayan Jilid 1,2. Bandung: Al- Maarif,
18
arti tabligh sebagai salah satu sifat Rasul (Tabligh dan baligh berasal dari
kata dasar yang sama balagha), yakni Nabi Muhammad diserahi tugas
Secara rinci, para pakar sastra, seperti dikutip oleh Quraish Shihab,
antara lain :
20
Al-Maraghi. (1943). Tafsir Al-Maraghi. Bairut: Dar el Fikr., jilid 4 h. 74-79
21
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), jilid 2, h. 468
19
Allah yang Maha Karim, artinya Allah Maha Pemurah, juga bisa
prilakunya. Artinya, seseorang akan dikatakan karim, jika kedua hal itu
Namun jika term karim dirangkai dengan kata qaul atau perkataan,
maka berarti suatu perkataan yang menjadikan pihak lain tetap dalam
kemuliaan, atau perkataan yang membawa manfaat bagi pihak lain tanpa
bermaksud merendahkan23.
tingkatan yang tertinggi yang harus dilakukan oleh seorang anak. Yakni,
kepada pernyataan Ibn Musyayyab yaitu ucapan mulia itu bagaikan ucapan
22
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 227
23
Katsir, I. (1410H). Tafsir Ibnu Katsir. Riyadh: Maktabah Ma‟arif., jilid 3. h.45-46
24
Al-Maraghi. (1943). Tafsir Al-Maraghi. Bairut: Dar el Fikr., jilid 5. h. 39-41
20
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka
Ucapan yang pantas”25.(Al-Isra/17: 28)
lunak dan baik atau ucapan janji yang tidak mengecewakan. Dilihat dari
situasi dan kondisi ketika ayat ini diturunkan (asbab nuzul) sebagaimana
diriwayatkan oleh Saad bin Mansur yang bersumber dari Atha Al-
berpaling dengan air mata berlinang karena sedih dan mengira bahwa
25
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 227
26
Al-Maraghi. (1943). Tafsir Al-Maraghi. Bairut: Dar el Fikr., jilid 16. h. 114
21
maysuran apabila kamu belum bisa memberikan hak kepada orang lain,
maka katakanlah kepada mereka perkataan yang baik agar mereka tidak
kecewa lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. Dan pada itu
lain tidak kecewa. Dapat pula dikatakan bahwa qaulan maysuran itu
kemudahan sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau putus asa.
Secara bahasa arti ma‟ruf adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai
yang baik dan pantas. Baik artinya sesuai dengan norma dan nilai,
sedangkan pantas sesuai dengan latar belakang dan status orang yang
mengucapkannya28.
pertimbangan dari setiap kebaikan yang muncul, maka tidak akan sama
dikenal sebagai perkatan baik. Pokok masalah yang dibahas dalam pola
Namun yang terpenting ada hal diluar dari ketiga unsur ini, yaitu teknik
atau cara.
pada isi, karena yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa cara
isi itu sendiri. Contoh sebuah kasus, ada seorang anak yang baru belajar
28
Amir,M. (1999). Etika Komunikasi Masa dalam pandangan Islam. Jakarta: Logos.
29
Ibn „Asyur, al-Tahrir, jilid 4, h. 252 dan al-Sya‟rawi, Tafsir al-Sya‟rawi, jilid 4, h. 2016
23
mengatakan kepada kedua orang tuanya, “ kakek, apa kakek tidak takut
masuk neraka, sudah setua ini kakek tidak pernah mau melakukan shalat”.
lain, terlebih ia adalah kakeknya sendiri atau orang yang usianya lebih tua.
Qur‟an ini berkaitan dengan adab atau norma, terhadap suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang. Jika perbuatan tersebut dikatakan baik atau
Selanjutnya jika dikatakan sesuatu itu benar atau salah maka yang
di atas, bahwa ruang lingkup pola komunikasi dalam al-Qur‟an ialah agar
atau lembut. Berkata layyinan adalah berkata lemah lembut. Lemah lembut
24
lembut agar Firaun tertarik dan tersentuh hatinya sehingga dapat menerima
agar orang yang diajak berbicara menjadi teringat pada kewajibannya atau
menyentuh hati orang yang diajak bicara. Ucapan yang lemah lembut
dimulai dari dorongan dan suasana hati orang yang berbicara. Apabila ia
berbicara dengan hati yang tulus dan memandang orang yang diajak bicara
sebagai saudara yang ia cintai, maka akan lahir ucapan yang bernada
berdampak pada terserapnya isi ucapan oleh orang yang diajak bicara.
Akibatnya ucapan itu akan memiliki pengaruh yang dalam, bukan hanya
30
Al-Maraghi. (1943). Tafsir Al-Maraghi. Bairut: Dar el Fikr., jilid 16. h. 114
31
Ashiddiqi, H. (1977). Tafsir al-Bayan Jilid 1,2. Bandung: Al- Maarif.
25
“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu
bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya dan (jika ada)
orang-orang yang kamu Telah bersumpah setia dengan mereka, Maka
berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan
segala sesuatu”. ( an-Nissa/4 : 33 )
berkisar tentang para wali dan orang-orang yang diwasiati, yaitu mereka
yang dititipi anak yatim, juga tentang perintah terhadap mereka agar
dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan yang bernada kasih
sayang32.
qaulan sadidan dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan
mengandung arti terang sehingga ucapan itu tidak ada penafsiran lain.
32
Al-Maraghi. (1943). Tafsir Al-Maraghi. Bairut: Dar el Fikr. , jilid 5. h. 24-25
26
Jujur artinya transparan, apa adanya, tidak ada yang disembunyikan. Tepat
artinya kena sasaran, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan sesuai
pula dengan situasi dan kondisi. Baik berarti sesuai dengan nilai-nilai, baik
memihak.
harus bisa menunjukan adab dan norma kita sebagai mahkluk yang
mempunyai peradaban.
Dalam hal ini, penulis akan merujuk kepada term yang diasumsikan
sebagai penjelasan dari pola komuikasi tersebut. Salah satu contohnya adalah,
SAW, meski mereka bersumpah atas nama Allah, kalau apa yang mereka
buruknya akan mengakibatkan turunnya siksa Allah 33, dan berkata kepada
33
Ashiddiqi, H. (1977). Tafsir al-Bayan Jilid 1,2. Bandung: Al- Maarif.
28
saat berbicara35.
efektif.
4. Qaulan Maysuran, Surah al-Isra/17: 28, yaitu berbicara dengan baik dan
5. Qaulan Karima, Surah al-Isra/17: 23, yaitu berbicara kata-kata mulia yang
menyiratkan kata yang isi, pesan, cara serta tujuannya selalu baik, terpuji,
34
Hasnan,I. (1993). “Audientia” Komunikasi Menurut Pendekatan Islam, Jurnal
Komunikasi : 1 (1) h. 15-21
35
Dahlan, M,D. dan Syihabuddin. (2001). Kunci-kunci Menyingkap Isi Al Quran. Bandung:
Pustaka Fithri.
BAB III
Surat yang tidak lebih dari 18 ayat ini termasuk surat Madaniah, surat
al-Hujurat merupakan surah yang agung dan besar, yang mengandung aneka
hakikat akidah dan syariah yang penting, mengandung hakikat wujud dan
kemanusiaan. Hakikat ini merupakan cakrawala yang luas dan jangkauan yang
Juga menimbulkan pikiran yang dalam dan konsep yang penting bagi
jiwa dan nalar. Hakikat itu meliputi berbagai manhaj (cara) penciptaan,
oleh seorang mukmin terhadap Allah SWT, terhadap Nabi dan orang yang
menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang fasik. Pada pembahasan
ini dijelaskan apa yang harus dilakukan seorang mukmin terhadap sesamanya
Karena, ketika manusia tidak peduli dengan lainnya, tidak mau saling
kenal mengenal atau lebih cenderung egois, maka berarti ia telah kehilangan
29
30
sifat dasar kemanusiaannya. Berikut ini adalah bunyi lengkap surat al-Hujurat
ayat 13:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal1. ( al-Hujurat/49: 13)
Turunnya ayat ini, menurut Abu Daud berkenaan dengan Abu Hind
Bayadhah agar menikahkan salah seorang putrid mereka dengan Abu Hind,
tetapi mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahkan putri
Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Usaid Ibn Abi al-Ish
bahwa: “Alhamdulillah ayahku wafat sebelum melihat kejadian ini.” Ada lagi
1
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 412
2
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…..,h. 261
31
Kata ( ) ﺸﻌﻭﺏsyu‟ub adalah bentuk jamak dari kata ( ) ﺸﻌﺏ. Kata ini
diterjemahkan suku yang biasa merujuk kepada satu kakek. Qabilah pun
terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai „imarah, dan yang
ini terdiri dari sekian banyak kelompok yang dinamai bathn. Di bawah bathn
ada sekian fakhd hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang
terkecil3.
„arafa yang berarti mengenal, kata yang digunakan dalam ayat ini
manusia adalah untuk saling mengenal dan tolong menolong, bukan untuk
Akan tetapi warna kulit, ras, bahasa, negara dan lainnya yang
3
Ahmad, Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj, (Semarang: Toha Putra, 1993),h.220.
4
Ibid., h. 262
32
merupakan suatu Sunnatullah dan tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak
saling mengenal.
dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik
adalah manusia yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk5.
akan mulia di hadapan Allah SWT dengan kata lain ketakwaan akan membuat
hadapan Allah SWT akan membuat orang menjadi takwa, artinya kemuliaan
akan membuat seseorang menjadi takwa. Akan tetapi pendapat pertama adalah
dapat dikatakan takwa adalah manifestasi dari samal sedangkan ilmu adalah
adalah lebih dibenci syaithan dibanding seribu abid yang rajin beribadah tapi
”Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang
5
Ibid., h. 262
6
Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi., h. 139
33
alim” maka tidaklah dikatakan takwa kecuali bagi orang yang berilmu.
Dengan demikian ilmu dan ketakwaan merupakan dua hal yang saling
Orang salim tetapi tidak bertaqwa adalah seperti pohon yang tidak
berbuah, oleh karena itu pohon yang berbuah adalah lebih utama disbanding
yang tidak berbuah, pohon yang tidak berbuah tidak memiliki banyak manfaat
kecuali hanya sebatas untuk kayu bakar. Begitu pula orang salim yang tidak
berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa
garis keturunan, merupakan kemuliaan yang harus dimiliki dan karena itu
kemuliaan.
secara terus-menerus. Kemuliaan abadi dan langgeng itu ada di sisi Allah
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa7.
7
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 263
34
Di sisi Allah hanya ada satu pertimbangan untuk menguji seluruh nilai
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu “. orang yang paling mulia yang hakiki ialah yang paling mulia menurut
gugurlah segala nilai. Lalu dinaikkanlah satu timbangan dengan satu penilaian.
bawahnya yaitu, panji ketakwaan di bawah naungan Allah SWT. Inilah panji
yang dikerek Islam untuk menyelamatkan umat manusia dari fanatisme ras,
jahiliah ini serta segala sosok dan bentuknya agar sistem Islam yang
manusiawi dan mengglobal ini tegak di bawah satu panji yaitu panji Allah.
Bukan panji negara, bukan panji nasonalisme, bukan panji keluarga, dan
Semua itu merupakan panji palsu yang tidak dikenal Islam. Dalam
konteks ini, sewaktu haji wada (perpisahan), Nabi SAW berpesan antara lain:
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu,
8
Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur‟an, Jilid X, h. 422.
35
tiada kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang
Arab atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih) tidak
Durrah binti Abu Lahab r.a berkata, seorang laki-laki beranjak menemui Nabi
yang sedang berada di atas mimbar. Orang itu berkata, Ya Rasulallah, manusia
manakah yang paling baik? Rasulallah menjawab, Manusia yang paling baik
adalah yang paling rajin membaca al-Qursan, yang paling bertakwa kepada
Allah, yang paling sering memerintahkan kepada yang masruf dan mencegah
silaturrahim.
Dalam suatu riwayat ayat ini turun ketika Fat-hu Makkah (Penaklukan
Beberapa orang berkata: “Apakah pantas budak hitam ini azan di atas
ini, pasti Dia akan menggantinya.” Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa
dalam Islam tidak ada diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling
bertakwa10.
orang adalah sama, hanya ketakwaan yang membedakan antara satu dengan
9
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 261
10
HQ Shaleh dan AA Dahlan, Asbabun Nuzul, Edisi II, h. 518
36
yang lainnya. Bahkan pada hari kiamat nanti seseorang tidak akan ditanya
tentang nasab maupun kedudukan mereka, karena yang paling mulia adalah
dan merendahkan kepada yang dikehendaki pula. Allah SWT Maha bijaksana,
Maha Mengetahui dan Maha Teliti dalam semua urusan tersebut Sifat Alim
dikenal itu. Penekanannya pada Dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui
pada dzat-Nya Yang Maha Mengetahui tetapi pada sesuatu yang diketahui
itu11.
kesimpulan bahwa:
11
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 263
37
3. Ayat ini menegaskan kesatuan asal usul manusia, yang pada dasarnya
seluruh umat manusia lahir dari induk yang sama, yaitu Adam dan
Hawwa.
tidak ada orang kulit putih, kulit hitam atapun kulit coklat. Yang ada
hanyalah manusia yang sama, yang diciptakan dari tanah oleh Allah.
BAB IV
Komunikasi
dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus dimaknai secara rinci, karena itu
membahas tentang akhlak sesama kaum Muslim khususnya. Ayat ini dapat
dan damai. Sebagai makhluk sosial setiap manusia tentu tidak ingin haknya
(Ta’aruf)
38
39
verbal dan nonverbal yang saling berbalasan. Sedangkan John Stewart dan
untuk saling mengenal satu sama lainnya, sesuai dengan firman Allah
manusia yang berbeda ras dan warna kulit, dan sudah menjadi sunah-Nya
adalah agar semua manusia satu sama lain melakukan ta‟aruf (saling
mengenal).
1
Saefullah, Ujang.Drs. M.si. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Agama dan Budaya
(Simbiosa Rekatama Media, Bandung:2007)h. 56
40
bermasyarakat dan bantuan orang lain. Dengan ta‟aruf pula rasa saling
disebabkan oleh bedanya nasab (keturunan). Ayat ini juga dapat dipahami
dengan ta‟aruf (saling mengenal), akan tetapi harus dibina dan dipupuk
Fardiyah
2
Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi, (Beirut: Darul Fikr, t.t), h. 138
41
bagaimana kita berpikir dan apa yang kita pikirkan, dipengaruhi oleh
komunikasi.3
budaya dengan orang lain memiliki nilai yang luas dan mendalam, yang
3
Saefullah, Ujang.Drs. M.si. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Agama dan Budaya
(Simbiosa Rekatama Media, Bandung:2007)h. 60-61
4
Ibid.,h.60
42
datangnya sebuah rezeki. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi yang berbunyi:
relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu faktor yang akan menunjang
sepuluh, yaitu:
ketiga, tidak boleh lebih. Menurut sebagaian ulama, di antara sebab Islam
manusia terdapat amarah dan akhlak jelek yang tidak dapat dikuasainya
ketika bertengkar atau dalam keadaan marah. Waktu tiga hari diharapkan
dari budaya kita maupun dari budaya pihak lain. Kita tidak hanya perlu
5
Rahmat SyafesI, Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum, Cet. II, h. 210
6
Musthafa Dhaib Bigha, Mukhtashar Shahih Bukhari., h. 663
44
persamaannya.
berbeda budaya.7
Karena hal ini sesuai dengan firman Allah SWT tentang Persamaan
derajat seseorang itu mulia atau tidak. Tolok ukur yang digunakan manusia
Salah satu sendi ajaran Islam yang paling agung adalah pola
manusia sama dalam pandangan Islam. Tidak ada perbedaan antara yang
7
Saefullah, Ujang.Drs. M.si. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Agama dan Budaya
(Simbiosa Rekatama Media, Bandung:2007)h. 60
45
hitam dan yang putih, antara kuning dan merah, kaya dan miskin raja dan
Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa dan
dan hak asasi mereka, dan kedudukan mereka di hadapan hukum adalah
sama. Tidak ada ajaran untuk melebihkan satu dari yang lain di hadapan
8
Ibnu Hajar Asqalani,( Tarjamah Hadist Bulugul Maram, 1994 ), h. 494
46
status sosial pelakunya. Kalau dicermati lebih jauh, bahwa salah satu
belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, dalam hal ini sering kali
menegakkan keadilan, hal ini tercermin dari dari sebuah peristiwa ketika
yang mencuri itu adalah Fatimah maka akulah yang akan memotong
tangannya. Oleh karena itu, jika suatu bangsa mengharapkan negara yang
makmur, aman dan sejahtera maka salah satu cara yang perlu dilakukan
melanggar peraturan.
orang adalah sama, artinya siapa yang melakukan kesalahan maka baginya
berbicara mengenai nilai atau etika yang dianut seseorang atau komunitas
47
tertentu karena setiap pribadi atau komunitas memiliki nilai yang diyakininya.
yang tinggi adalah homo ethicus, artinya bahwa manusia sebagai pembuat
penilai etika.9
menumbuhkan rasa senang. Rasa senang akan muncul apabila keduanya saling
masing.10
berkomunikasi dengan orang dari suku lain, agama, atau ras yang
berbeda. Oleh karena itu, memahami sistem nilai orang lain adalah
suatu keharusan.
prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu ayat di atas tidak lagi
11
Ibid.,h. 61-62
49
atau dari sperma ( benih laki-laki ) dan ovum ( indung telur perempuan
1. Tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya hal
12
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 263
50
efektif. Semua perintah hukumnya wajib selama tidak ada keterangan lain
yang tidak efektif. Keterangan lain yang memperkokoh larangan ini, yaitu
mampu, diamlah.”13
balighan (fasih)”
13
Ibid.,h. 72
51
kecemasan mereka.14
14
Ibid.,h. 73-74
52
bisa disenangi orang lain, ia harus memiliki sikap simpati dan empati.
Dalam hal ini, Kris Cole (2005: 113-114) mengatakan bahwa simpati
Dalam sebagian besar situasi komunikasi, simpati jauh lebih dari yang
Subtansi ayat tersebut, paling tidak mengandung dua hal, yakni: (1)
(2002: 35) dalam buku Lidah Tak Bertulang, mengartikan qaulan kariman
lemah lembut dan baik yang disertai dengan sikap sopan santun, hormat,
Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu), dan ucapkanlah kepada mereka qaulan ma‟rufa (kata-kata
yatim, dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya)
kepada orang lain. “Qaulan ma‟rufa atau perkataan yang baik dan
15
Ibid., h.87-88
54
baik pada saat berkomunikasi berdua antara seseorang dan orang lain
communication.
orang miskin. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang dituntut untuk dapat
16
Ibid., h. 85
55
berkata benar. Ada beberapa makna dari pengertian benar sesuai dengan
orang lain, ucapan yang benar, tentu ucapan yang sesuai dengan Al-
manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu, petunjuk dan kitab
17
Ibid., h. 68-69
56
Oleh sebab itu, datang perintah yang serupa kepada Nabi Muhammad saw
yang tertuang dalam surat An-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan katakanlah
yang berharap dan tamak, agar berjuang sampai puncak usahanya dengan
ialah kata-kata sindiran (bukan dengan kata terus terang). Hal yang sama
Musa dan Harun diperintahkan oleh Allah swt agar memakai kata-kata
mempunyai timbal balik yang selaras dengan inti dari pesan yang ingin
layyinan.
dan hak asasi mereka, dan kedudukan mereka di hadapan hukum adalah
sama. Tidak ada ajaran untuk melebihkan satu dari yang lain di hadapan
Adapun bentuk dari pelaksanaan persamaan hak itu antara lain ialah
sosial pelakunya.
dilaksanakan dengan baik, dalam hal ini sering kali orang dipandang
menegakkan keadilan, hal ini tercermin dari dari sebuah peristiwa ketika
pada masa itu terjadi sebuah pencurian, beliau mengatakan seandainya yang
mencuri itu adalah Fatimah maka akulah yang akan memotong tangannya.
makmur, aman dan sejahtera maka salah satu cara yang perlu dilakukan
melanggar peraturan.
adalah sama, artinya siapa yang melakukan kesalahan maka baginya pantas
a. Gunakan bahasa yang baik dan sopan serta mudah dipahami. Baik
artinya: elok, patut, teratur, apik, rapih, beres, tak ada celanya,
berguna, tidak jahat, tentang kelakuan budi pekerti18. Bahasa yang baik
b. Jujur, artinya: lurus hati, tidak curang. Bahasa yang jujur adalah
orang disekitarnya.
d. Iringi bahasa lisan dengan bahasa tubuh, agar lebih mudah dipahami.
yang tepat sesuai dengan tujuannya, baik berkaitan dengan isinya yang
beranggapan bahwa dirinya merasa lebih baik dari pada yang lain karena
manusia adalah sama, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin,
kulit hitam maupun putih, pintar dan bodoh. Karena semua itu merupakan
kepada Allah SWT. Oleh karenanya, tidak perlu menyombongkan diri ketika
20
Ibid,. h. 539
61
Padahal pada saat itu masih ada orang lain yang secara fisik lebih
baik dari Bilal, hal ini menandakan bahwa “Rasulallah SAW tidak pernah
melihat kondisi warna kulit yang dimiliki Bilal r.a seperti itu.21
1. Qaulan balighan
“Gain”. Para pakar bahasa menyatakan bahwa semua kata yang terdiri
21
Ahmad al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. (Semarang: Toha Putra, 1993), h. 236
62
baik cukup dinamai “baligh” dan sasaran dari qaulan balighan ini ialah
2. Qaulan maisuran
buku Metode Dakwah ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika
sang dai menggunakan qaulan maisuran jika ditinjau dari karakter dan
1. Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang
lebih kuat.
3. Qaulan kariman
berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dari pada kita atau siapa
22
Ilaihi,Wahyu.M.A, Komunkasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),h.174
23
Ibid.,h.182
63
4. Qaulan ma‟rufa
muhrimnya.25
5. Qaulan saddidan
24
Ibid.,h.177-178
25
Ibid.,h.184
64
6. Qaulan layyinan
26
Ibid.,h.187-188
27
Ibid.,h.181
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kehidupan dimulai dari hal yang urgent sampai kepada hal yang sederhana
sekalipun. Jika al-Qur‟an telah melekat dalam kehidupan setiap insan, maka
kehidupan.
65
66
yang harmonis.
2. Mendidik manusia untuk selalu berfikir positif agar hidup menjadi lebih
hati adalah salah satu cara agar kita bisa diterima keberadaanya dihadapan
orang lain.
B. Saran-saran
kognitif saja, lebih dari itu, adalah aspek sikap (afektif). Oleh karenanya, perlu
yang tangguh (pemeluk agama yang taat) dengan berpedoman kepada al-
Qur‟an dan as-Shunah. Hal ini tentu harus didasari oleh kemampuan-
metode atau cara komunikasi yang baik. Sehingga mampu diterima oleh setiap
Hajazi, Mahmud, Tafsir Wadhih, Beirut: Dar al-Jil, jilid III, tt.
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Adhim, Beirut: al-Maktabah al-„Ashriyah, jilid IV,
2000. Jilid I, 2005.
Maraghi, Ahmad, Tafsir al-Maraghi, terj, Semarang: Toha Putra, Cet. III, 1993.
68
69
Razi, Fakhrur, Tafsir Fakhrur Razi, Beirut: Darul Fikr, jilid IV,1985.
Rifasi, Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Jakarta: Gema Insani, Jilid IV, 2000.
Shihab, M Quraish, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, Cet. I, volume 13,
2003.
Susanto, Astrid S., Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta),
cet. V, 1986.
Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Saefullah, Ujang, Drs. M.Si. Kapita Selekta komunikasi Pendekatan Budaya dan
Agama, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007
Syafe‟i, Rahmat, Aqidah, akhlak, Sosial dan Hukum, Bandung: Pustaka Setia, Cet.
II, 2003.