Anda di halaman 1dari 4

Pohon maja

Buah maja merupakan tanaman dari famili Rutaceae yang penyebarannya tumbuh di
dataran rendah hingga ketinggian 500 mdpl. Menurut BPOMRI (2008), kedudukan taksonomi
tanaman maja (Aeglemarmelos) dalam tatanan atau sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah
sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Sapindales
Suku : Rutaceae
Marga : Aegle
Jenis : Aegle marmelos (L.) Correa
Maja merupakan tanaman perdu dengan kulit buah berwarna hijau sebesar
bola voli dan memiliki kulit tempurung yang sangat keras, bahkan dua kali lebih
keras dari tempurung kelapa sehingga tempurung buah maja banyak digunakan
sebagai bahan perkakas rumah tangga, mulai gayung air, takaran beras, serta
tempat penyimpanan aneka biji-bijian (Rismayani, 2013).
Menurut Rismayani (2013), pohon maja dapat tumbuh sampai 20 meter
Dengan tajuk yang tumbuh menjulang ke atas dan kayunya sangat keras. Tajuknya
mirip dengan tanaman kawista dan asam keranji, hanya saja daun maja agak
sedikit lebih lebar, batang berkayu (lignosus), berbentuk silindris, batang tua
kadang melintir satu sama lain, berwarna cokelat kotor, permukaan kasar. Bunga
maja sangat harum, hingga ketika tanaman maja berbunga, aroma wanginya bisa
tercium dari jarak yang cukup jauh. Perbanyakan bisa secara generatif (biji)
maupun vegetatif (cangkok). Tanaman maja mulai berbuah pada umur 5 tahun
dan produksi maksimal dicapai setelah umur 15 tahun. Satu pohon bisa
menghasilkan 200-400 butir buah. Buah maja biasanya masak pada musim
kemarau bersamaan dengan daun-daunnya yang meluruh.
Menurut Rismayani (2013), dari penelitian-penelitian yang telah ada,
diketahui bahwa buah tanaman maja terdiri dari zat lemak dan minyak terbang yang
mengandung linonen. Daging buah maja mengandung substansi semacam
minyak balsem, 2-furocoumarins-psoralen dan marmelosin (C13H12O). Buah, akar
dan daun maja bersifat antibiotik. Buah maja juga mengandung marmelosin,
minyak atsiri, pektin, saponin dan taninSemua bagian dari buah maja ini memiliki khasiat
yang beragam.
Buah maja mengandung saponin dan tanin yang mempunyai manfaat
sebagai bahan pestisida nabati. Senyawa aktif pada tanaman ini memiliki sifat
anti-eksudatif dan inflamatori yang menyebabkan buah maja berasa pahit
sehingga rasanya yang pahit tersebut tidak disukai oleh serangga yang menjadi
hama pada tanaman. Pestisida nabati dari buah maja ini juga memiliki bau yang
menyengat dan mampu mengganggu fungsi pencernaan dari serangga apabila
termakan (Rismayani, 2013).
Maja berkhasiat sebagai obat disentri, diare penyakit jantung hipokondria, melancholia, sakit
usus koreng dan bisul (Agromedia, 2008)
Efek farmakologis akar maja dapat mmenngobati demam. Kulit batang dan akar maja untuk
obat nyeri jantung, stomakikum dan sedatuf. Daun maja untuk mengobati borok, kudis, eksim
dan radng selaput lendir hidung. Buah maja untuk disentri dan diare sedangkan kulit buah
untuk pewangi (Hariana, 2008).

Tapak dara merupakan salah satu jenis tanaman hias (ornamental plant) yang juga dapat
digunakan sebagai tanaman obat (medicinal plant) yang berasal dari Madagaskar dan India.
Pemberian nama tapak doro atau yang dikenal juga dengan sebutan tapak dara (jejak burung
dara) karena buahnya yang panjang lonjong itu tersusun dua-dua, mengingatkan orang dengan
jari-jari kaki (tapak) burung dara. Bunga tapak dara adalah salah satu bunga yang sangat
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bunga mungil ini memang sangat mudah ditanam dan bisa
ditemukan di berbagai tempat dengan iklim yang berbeda-beda. Bunga tapak dara ini ternyata
memiliki banyak khasiat sebagai obat. Tumbuhan semak menahun ini bisa tumbuh mulai dari
dataran rendah hingga ketinggian 1800 m di atas permukaan laut. Tapak dara bisa tumbuh di
berbagai iklim, baik di tempat terbuka maupun tertutup. Tumbuhan ini bisa diperbanyak
dengan biji, stek batang, atau akar.

Tapak dara mengandung berbagai zat kimia aktif. Tanaman ini mengandung 70 macam
alkaloid. Tapak dara mengandung flavonoid, fenilpropanoid, saponin, tanin, antosianin,
korismat, fillolquinon, antraquinon, menaquinon, naftoquinon, katalpalakton, katarantin,
leurosin sulfat, loknerin, tetrahidroalstonin, vindolin, vindolinin, vincristine dan vinblastin.
Zat vindolin yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah dan
dipakai sebagai obat penenang. Dua jenis alkaloid yang ditemukan pada daunnya, yaitu
vinblastin dan vincristine, merupakan anti kanker aktif yang dapat digunakan pada
kemoterapi.
Kandungan Vinblastin dan vincristine pada tapak dara digunakan untuk penderita Hodgkin’s
disease dan untuk anak-anak penderita leukemia. Dengan digunakannya vincristine, anak-
anak penderita leukimia yang selamat meningkat dari 20 menjadi 80 persen. Komponen
tersebut menghentikan mitosis (pembelahan) sel kanker pada metaphase dan menghambat
sintetis purin, DNA dan RNA. Vinblastin terutama untuk penyakit Hodgkin’s dan
chorioepithelioma, juga efektif pada kanker payudara, indung telur (ovarium), testis dan
nephroblastoma. Vinkristin lebih efektif pada leukemia granulostik dan limfositik akut,
terutama pada leukemia limfositik dan mielositik akut pada anak-anak.
Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 meter
atau lebih. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerahtropis.
Brotowali menyebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia dan beberapa Negara
lain di Asia tenggara dan India. (Supriadi, 2001:10).
Batang Brotowali hanya sebesar jari kelingking, berbintil- binti lrapat dan rasanya
pahit. Daun Brotowali merupakan dan tunggal, tersebar, berbentuk jantung dengan ujung
runcing, tepi daun rata, pangkalnya berlekuk, memiliki panjang 7-12 cm dan lebar 7-11
cm. Tangkai daun menebal pada pangkal dan ujung, pertulangandaunmenjari dan
berwarna hijau (Supriadi, 2001:10). Bunga majemuk berbentuk tandan, terletak pada
batang kelopaktiga. Memiliki enam mahkota, berbentuk benang berwarna hijau.Benang
sari berjumlahe nam, tangkai berwarna hijau muda dengan kepala sari kuning.Buah
Brotowali keras seperti batu, berwarna hijau (Supriadi, 2001: 10).

Brotowali mengandung damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit


pikroretin, harsa, alkaloid berberin dan palmatin. Bagian akarnya mengandung alkaloid
berberin dan kolumbin (Setiawan, 2008:11).
Daun dan batang Tinospora mengandung alkaloid, saponin, dan tanin. Sedangkan
batangnya mengandung flavanoid. (Sri dan Jhony, 1991:569). Beberapa jenis senyawa
9
kimia yang dikandung Brotowali antara lain : alkaloida, dammar lunak, pati, glikosida,
zat pahit, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan jatrorhize (Supriadi,
2001:10). Studi pustaka terhadap kandungan kimia jenis- jenis tumbuhan dari keluarga
Menispermaceae menunjukkan adanya beberapa macam alkaloid, yaitu berberina,
palmatina, kolumbamina, yatrorrhiza. Flavanoidadalah salah satu golongan senyawa
metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Senyawa flavanoid
terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik.
Batangnya dimanfaatkan untuk rematik, memar, demam, merangsang, nafsu
makan, sakit kuning, cacingan, dan batuk. Air rebusan daun Brotowali sering
dimanfaatkan untuk mencuci luka pada kulit atau gatal- gatal. Sedangkan rebusan daun
dan batang Brotowali dipergunakan untuk penyakit kencing manis. Seluruh bagian
tanaman ini bisa digunakan untuk mengobati penyakit kolera (Sri dan Jhony, 1991:574).
mnln

Anda mungkin juga menyukai