4350 9644 1 PB PDF
4350 9644 1 PB PDF
MEREK DAGANG
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan ekivalensi antar tablet salbutamol generik terhadap merek
dagang dengan metode disolusi. Informasi mengenai kualitas obat generik diharapkan
mampu meningkatkan penggunaan obat generik di kalangan praktisi kesehatan maupun
masyarakat. Uji disolusi dilakukan secara in vitro yang memiliki hubungan kolerasi dengan uji
bioavailabilitas obat in vivo, dengan sampel berupa tablet salbutamol 4 mg generik (G) dan
merek dagang (A) dan (B). Uji disolusi menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung) dan
penetapan kadar zat terlarut dilakukan dengan spektrofotometri ultra violet pada panjang
gelombang 276 nm. Hasil uji disolusi berupa profil disolusi dan kadar zat terlarut pada waktu
30 menit dibandingkan dengan persyaratan USP XXXII. Pengujian bioavailabilitas relatif
tablet generik terhadap merek A sebesar 101,580 dan tablet generik terhadap merek B
sebesar 105,275. Berdasarkan statistik maka tidak ada perbedaan yang bermakna atau
ekivalen secara farmasetik. Tablet generik ekivalen secara in vitro terhadap tablet merek A
dan B dengan nilai faktor kemiripan sebesar 84,120 dan 74,271.
PENDAHULUAN
Obat merupakan unsur penting adalah obat yang murah, tidak berkualitas,
dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. tidak ampuh, dan sering dianggap sebagai
Umumnya obat yang beredar di pasaran obat kelas dua. Hal tersebut juga didukung
terbagi menjadi dua yaitu obat inovator dengan kurangnya kepercayaan dokter
(paten) dan obat generik. Obat generik dan apoteker terhadap obat generik
terdiri atas yakni obat generik yang dijual karena dinilai kurang efektif dibanding
memakai nama generik dan obat dengan obat eks paten maupun obat dengan
merek dagang yang dijual dengan nama merek dagang lainnya. (Harahap, 2010)
sesuai keinginan produsennya. Pemerintah melalui Rencana
Obat generik diluncurkan pada Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 1991 dengan tujuan memberikan Republik Indonesia memantau
alternatif obat bagi masyarakat dengan pemanfaatan obat generik melalui
kualitas terjamin, harga terjangkau serta indikator persentase penggunaan obat
ketersediaan yang cukup. Namun generik di fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat cenderung enggan dan menargetkan rata-rata penggunaan
menggunakan obat generik karena obat generik sebesar 75% pada tahun
adanya pandangan bahwa obat generik 2012. Hasilnya, terutama di provinsi
40
20 Merek A pada formula yang mencakup jenis dan
0 Merek B konsentrasi bahan tambahan dan eksipien
0 20 40
yang digunakan.
Waktu (menit)
Salah satu eksipien yang dapat
Gambar 1. Profil Disolusi Tablet mempengaruhi laju disolusi secara nyata
Salbutamol adalah bahan pengikat. Perbedaan jenis
zat pengikat yang digunakan oleh ketiga
Profil uji disolusi ini menunjukkan
produk uji menghasilkan profil disolusi
bahwa pelepasan zat berkhasiat obat
yang berbeda pula. Hal tersebut sesuai
pada tablet nama generik pada awal
dengan penelitian Marlowe dan Sangraw
pelarutan (menit ke-5 dan 10) lebih cepat
(1967) yang membuktikan bahwa
sehingga dapat bekerja lebih cepat.
penggunaan zat pengikat PGA dan
Namun demikian profil ketiga tablet
amilum pada tablet Na salisilat
salbutamol telah memenuhi syarat USP
menghasilkan kinetika disolusi lebih baik
XXXII karena pada waktu 30 menit telah
bila dibanding dengan etil selulosa. Hal
larut > 80%.
tersebut juga didukung dengan hasil
Tabel 2. Kadar Rata-rata Salbutamol
Terlarut pada Waktu 30 Menit penelitian yang dilakukan oleh Sugiyono
(2011) di mana peningkatan konsentrasi
Kadar
No Produk DE zat pengikat yang digunakan pada tablet
ppm %
akan menghasilkan peningkatan
1 Generik 7,230 ± 0,197 90,376 61.474
kekerasan dan waktu hancur serta
2 Merek A 7,211 ± 0,901 90,763 60.518
menurunkan kerapuhan tablet yang
3 Merek B 7,320 ± 0,219 91,507 58.394 kemudian mempengaruhi laju disolusi
(Gunawi, dkk., 2015)
Perbedaan ketiga laju disolusi ini Selain bahan pengikat,
disebabkan oleh berbagai faktor seperti penambahan eksipien lain seperti
perbedaan bahan tambahan dalam surfaktan turut menghasilkan perbedaan
formulasi, metode pembuatan, prosedur laju disolusi. Gunawi dkk (2011) dalam
kontrol kualitas dalam proses pembuatan,
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 155
penelitiannya membuktikan bahwa adalah daya kompresi yang dapat
penambahan surfaktan dapat memecahkan kristal yang menambah
meningkatkan laju disolusi tablet. Selain besar luas permukaan zat aktif terdisolusi,
itu perbedaan konsentrasi juga turut jika daya kompresi bertambah maka
berpengaruh dimana semakin tinggi pecahan kristal membentuk ikatan partikel
konsentrasi surfaktan yang digunakan yang kuat, menyebabkan waktu hancur
maka semakin tinggi pula laju disolusi makin lambat dan kecepatan disolusi
tablet. semakin kecil.
Kebanyakan literatur mengenai Efisiensi Disolusi (Dissolution
bahan-bahan tambahan dalam formulasi Effisiency/DE)
seperti Handbook of Excipient Parameter lain yang digunakan
mencantumkan rentang konsentrasi untuk untuk menyatakan uji disolusi adalah DE
penggunaan setiap bahan, sehingga yang menggambarkan seluruh proses
peluang suatu pabrik untuk menggunakan disolusi sampai pada waktu tertentu,
jenis eksipien yang sama dengan sehingga menggambarkan semua titik
konsentrasi yang sama hampir nol. pada kurva disolusi. Pengungkapan data
Selain jenis dan konsentrasi dengan metode DE juga identik dengan
eksipien dan zat tambahan yang pengungkapan data percobaan secara in
digunakan, metode pembuatan tablet juga vivo.
memberikan pengaruh dalam laju disolusi. Perhitungan DE30 tiap-tiap produk
Masih dalam penelitian Marlowe dan dilakukan dengan menghitung AUC (luas
Sangraw, keduanya menyatakan bahwa area di bawah kurva) pada masing-masing
penerapan metode kempa langsung produk selama 30 menit dibandingkan
dengan menggunakan laktosa dengan luas daerah persegi panjang
menunjukkan kecepatan disolusi yang selama 30 menit, yaitu konsentrasi kadar
lebih besar bila dibandingkan dengan zat terlarut seluruhnya pada keadaan
metode granulasi basah meskipun tunak dikali dengan menit pengamatan.
menggunakan bahan yang sama.
Perubahan lama waktu pengadukan pada
AUC (μg.Jam/L)