NIM : 1508157892
Mengenal Masker N95
By Cahya in Umum 04/06/20150 Comments
Anda mungkin pernah mendengar masker kelas atas yang disebut sebagai masker N95 atau
Respirator N95. Dalam sejumlah situasi dan kondisi seperti kabut asap oleh karena kebakaran
hutan, hujan debu/abu vulkanik, dan sebagainya yang cukup sering di Indonesia – di mana
kualitas udara bisa mengganggu kesehatan, maka masker N95 bisa membantu banyak (tapi tidak
semua) orang.
Mari kita bahas sedikit mengenai masker atau respirator N95 ini.
Orang sehat yang berada di luar ruangan selama beberapa jam ketika udara berada dalam rentang
kualitas buruk (PSI > 300)[1][2], akan bisa membantu mengurangi paparan dengan mengenakan
masker N95.
Anda sebaiknya berhenti menggunakan masker N95 jika Anda merasa tidak nyaman. Manula, ibu
hamil, dan mereka yang memiliki penyakit paru atau jantung yang parah yang mengalami
kesulitan bernapas baik saat istirahat maupun beraktivitas harus berkonsultasi dengan dokter
mereka apakah sebaiknya menggunakan masker N95 atau tidak.
Ibu hamil yang sudah masuk pada trimester kedua maupun ketiga kehamilan yang mungkin sudah
berkurang kapasitas parunya atau gangguan bernapas, selayaknya berhenti menggunakan masker
N95 jika merasa tidak nyaman.
Para manula, ibu hamil, atau mereka yang menderita penyakit paru dan jantung sebaiknya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan masker N95. Jika saat
menggunakan merasakan ketidaknyamanan, maka masker bisa dilepas sesaat sebelum
mengenakannya kembali. Namun jika ketidaknyamanan yang ditimbulkan cukup serius, maka
disarankan untuk tidak mengenakan masker N95.
Jika wilayah tempat tinggal Anda termasuk rawan mengalami polusi udara berat, maka tidak ada
salahnya memiliki catatan tempat-tempat penjualan masker N95 terdekat.
Karyawan atau pekerja yang memiliki potensi terpapar polusi udara berat ketika melaksanakan
tugas biasanya akan mendapatkan masker N95 dari perusahaan sesuai dengan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berlaku di masing-masing perusahaan.
Dengan menggunakan kemampuan pada kecepatan aliran udara sekitar 95 liter per menit, maka
EN-149 dipisah ke dalam 3 kelas, yaitu FFP1 (memisahkan 80% partikel), FFP2 (memisahkan
94% partikel), dan FFP3 (memisahkan 99% partikel). Sedemikian hingga bisa dibilang masker
FFP2 dari standar EN-149 merupakan yang mendekati kemampuan masker N95.
Penggunaan masker pada bagi masyarakat umum saat terjadi polusi udara tidak identik dengan
bagi petugas kesehatan selama kondisi pandemi penyakit menular melalui udara.
Masker N95 juga tidak sama dengan masker bedah yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan
di sekitar lingkungan fasilitas layanan kesehatan. Mereka dibuat dengan tujuan yang berbeda.
Masker bedah digunakan untuk melindungi lingkungan dari paparan kuman si pemakai,
sementara masker N95 berfungsi melindungi pengguna dari partikel di udara sekitarnya.
Masker Biasa
Masker biasa atau yang dikenal dengan nama masker bedah (surgical Mask) yang
sudah umum digunakan masyarakat umum , biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan
bagian dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke bagian
belakang kepala atau telinga.
Disebut masker bedah (surgical mask) karena biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan ketika
melakukan tindakan operasi dan efektif sebagai penghalang cairan dari mulut dan hidung sehingga
tidak menkontaminasi sekeliling.
Tetapi perlu diingat, masker ini tidak didesain untuk menyaring partikel dan mikroorganisme yang
berukuran sangat kecil, termasuk virus influenza dan bakteri turbekulosis. Oleh karena itu orang yang
sehat tidak disarankan untuk menggunakan masker jenis ini dan cukup hanya orang yang sakit saja.
Seperti yang pernah disampaikan oleh dr. Dedi Suryatno, kepala Poliklinik DOTS RS. Hasan Sadikin
Bandung, masker bedah efektif digunakan oleh pasien karena dapat menyaring percikan air liur atau
dahak yang dikeluarkankan oleh pasien. Beda halnya bila orang sehat yang memakai masker
tersebut. Mikroorganisme yang berukuran sangat kecil dan melayang-layang diudara dapat terjebak
di di dalam pori-pori masker tersebut. Bila mikroorganisme tersebut berakumulasi , dapat terhirup
dan pada akhirnya masuk ke dalam saluran pernafasan.
Referensi
http://dokter.legawa.com/?p=269
http://www.rsjakarta.co.id/artikel-dokter/masker-kenali-jenis-dan-kegunaan/