Anda di halaman 1dari 12

TUGAS GREEN HOSPITAL

ENERGI & LIMBAH

Oleh:

Shanty
Selvi Annisa
Inggrid Osya
Fidi Meranti
Stefanie
Muhammad Irhamsyah

KELAS 26 C

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2019
KONSEP GREEN HOSPITAL

Secara umum green hospital hampir sama dengan konsep green building yang sudah lebih
dulu ada. Intinya adalah bagaimana membuat bangunan rumah sakit lebih ramah lingkungan
dengan pemilihan desain arsitektur dan bahan yang lebih ramah lingkungan. Bedanya hanya
karena rumah sakit tentu butuh perhatian lebih karena cakupannya lebih luas termasuk kehadiran
bahan kimia dan aktifitas yang berbeda dengan gedung biasa.

Tidak ada syarat global tentang bagaimana green hospital itu seharusnya. Tapi setidaknya ada
kesepakatan bahwa green hospital harusnya adalah sebuah bangunan yang mendukung kesehatan
publik dengan secara berkelanjutan mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan mengurangi
penyebaran penyakit.

Green hospital juga harusnya membangun hubungan antara kesehatan manusia dengan lingkungan
yang terbangun lewat tata kelola, strategi dan pelaksanaan di lapangan. Green hospital juga
menghubungkan antara kebutuhan lokal rumah sakit bersangkutan dengan kebutuhan akan aksi
penyelamatan lingkungan. Kementerian lingkungan hidup Indonesia sendiri sudah sejak tahun
1990 memberikan maklumat agar kalangan industri meningkatkan pendekatan

STRATEGI

Rumah sakit melaksanakan manajemen energi dengan menerapkan program


efisiensi/penghematan energi (listrik, bahan bakar dll) dengan menerapkan perhitungan kinerja
energi, menggunakan jenis energi yang ramah lingkungan serta memilih jenis peralatan yang
hemat energi. Para pengambil kebijakan atau pemimpin rumah sakit harus mampu menyusun
strategi tentang aksi menyusun green hospital seperti apa. Harus punya pengetahuan luas tentang
konsep green hospital, minimal harus mau mendengar semua masukan tentang konsep green
hospital. Selain itu tentu saja pengambil kebijakan tersebut harus mampu (dan mau) membuka diri
untuk edukasi tentang green hospital dan bekerjasama dengan beragam pihak demi tujuan utama:
green hospital.
Hal- hal yang harus disiapkan dalam mencapai tujuan menciptakan green hospital

1.Pemilihan Bahan Kimia.

Rumah sakit dan bahan kimia adalah dua sahabat erat. Masalahnya, bahan kimia itu selain
membantu manusia kembali ke kondisi sehat juga bisa menimbulkan efek samping. Mulai dari
yang ringan seperti asma, alergi sampai yang berat seperti kanker dan parkinson. Bahan kimia juga
bisa membuat polusi dalam ruangan yang membuat pasien yang seharusnya nyaman agar bisa
cepat sembuh menjadi merasa tidak nyaman karena polusi akibat bahan kimia tersebut.

Rumah sakit juga bisa berpartisipasi pada inisiatif WHO-HCWH yang mengusahakan penggantian
beragam alat medis yang punya potensi mengandung merkuri dengan alat medis lain yang lebih
ramah lingkungan.

2. Sisa Buangan Rumah Sakit.

Aktivitas rumah sakit sebagian besarnya berhubungan dengan kuman, virus dan bakteri. Bila sisa
dari aktifitas tersebut dibuang begitu saja, bukan hanya lingkungan yang dirugikan tapi masyarakat
sekitar bisa ikut jadi korban. Meski kesannya menyeramkan, menurut WHO rata-rata hanya 3%
sampah rumah sakit yang benar-benar berbahaya. Cara terbaik adalah dengan meningkatkan
kesadaran staff rumah sakit agar mau bersusah payah memilah sampah dan sisa aktifitas rumah
sakit. Proses pemilahan sampah ini bila dilakukan dengan benar bisa berujung pada proses recycle
atau penggunaan kembali beberapa material yang bisa didaur ulang. Bukan hanya pada proses
buangan, karena semua bisa dimulai dari proses pembelian bahan dan kebutuhan rumah sakit
termasuk lebih memilih bahan yang bisa didaur ulang daripada bahan yang tidak dapat didaur
ulang. Intinya sampah bisa diminimalisir dari awal sebelum benar-benar berubah jadi sampah.

3. Efisiensi Energi.

Hal ini paling umum dalam konsep green building jaman sekarang. Para arsitek berlomba-
lomba mengembangkan desain yang ramah lingkungan, desain yang mengakomodir energi alami
sebagai pengganti energi fosil yang berperan besar dalam meningkatkan pemanasan global. Green
hospital juga harus bisa mengadopsi cara tersebut. Sederhananya adalah dengan membuat
bangunan yang memungkinkan orang di dalamnya tidak perlu menggunakan energi terlalu banyak,
misalnya dengan banyak bukaan sehingga lampu tidak terlalu dibutuhkan di siang hari. Konsep
yang agak rumit adalah dengan menyediakan beragam peralatan yang memungkinkan energi
seperti matahari dan angin diubah menjadi pembangkit listrik.

4. Penanganan Air Bersih dan Limbah

Pada saat ini terdapat banyak teknik yang bisa dilakukan agar ketersediaan air tetap dalam
koridor hemat dan tidak berlebihan. Membangun sistem pengolahan sendiri bisa jadi solusi.
Dengan beragam teknologi yang baru air bekas bisa diubah menjadi air bersih. Pihak rumah sakit
bisa menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk mengusahakan pengolahan air semacam ini.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah dengan mempersiapkan pengolahan limbah agar air
yang benar-benar tidak dapat didaur ulang tidak sampai merusak lingkungan ketika dialirkan ke
pembuangan akhir. Semakin banyak pohon dalam lingkungan rumah sakit bisa membantu
ketersediaan air tanah. Tapi buat saya, hal yang terpenting adalah kesadaran semua pihak untuk
menghemat penggunaan air.

5. Desain Bangunan dan Tapak.

Pengertian bangunan yang ramah lingkungan terdiri dari aspek pemilihan material yang
tidak merugikan lingkungan serta desain arsitektur yang memungkinkan adanya pertukaran udara
secara alami serta cahaya memadai di siang hari. Keduanya berpengaruh sangat besar pada
penggunaan energi karena bisa mengurangi penggunaan pendingin ruangan dan lampu di siang
hari. Perencanaan tapak rumah sakit juga penting. Dalam bayangan saya, rumah sakit yang nyaman
adalah rumah sakit yang banyak ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lain yang ditata rapi. Selain
bagus buat lingkungan, penataan seperti ini tentu memberi dampak positif bagi para pasien.

GREEN HOSPITAL ENERGI

Tujuan
Mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil sebagai sarana untuk meningkatkan
dan melindungi kesehatan masyarakat; mendorong efisiensi energi serta penggunaan energi
terbarukan alternatif dengan tujuan jangka panjang 100% dari energi perlu dipasok oleh sumber-
sumber energi terbarukan di tempat atau masyarakat.

Masalah Global

Sebagian besar bahaya kesehatan lingkungan dan publik yang dihasilkan oleh konsumsi
energi berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak, batu bara, dan gas. Emisi yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil adalah kontributor utama perubahan iklim global
dan masalah kesehatan lokal. Pada 2007, bahan bakar fosil membentuk lebih dari 86% dari
konsumsi energi primer global, melepaskan hampir 30 miliar metrik ton polusi karbon ke atmosfer.
Efisiensi energi yang lebih besar dan transisi ke sumber energi terbarukan yang bersih, seperti
matahari dan angin, dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi
kesehatan masyarakat dari berbagai dampak perubahan iklim, termasuk meningkatnya penyakit
terkait panas, perluasan penyakit yang ditularkan melalui vektor , meningkatnya kekeringan dan
kelangkaan air di beberapa daerah dan badai serta banjir di tempat lain.36 Beranjak dari bahan
bakar fosil juga membawa serta kesehatan dan

Solusi Rumah Sakit

Sektor kesehatan dalam dunia industri dan semakin banyak negara berkembang
mengkonsumsi sejumlah besar energi bahan bakar fosil, meskipun ada juga pada sebagian negara
tidak dalam jumlah besar. Ada kebutuhan sistematis mengukur dan pembandingan pemakaian
energi sektor kesehatan dan terkait rumah kaca (GRK) emisi gas di dunia. Rumah sakit yang kedua
paling intensif energi-menggunakan bangunan di AS, dimana sektor kesehatan menghabiskan
sekitar $6.5 milyar pada energi setiap tahun, dan jumlah itu terus meningkat. Sebagai sektor
kesehatan yg berkembang di banyak negara berkembang, energi konsumsi juga meningkat. Di
Brazil, misalnya, rumah sakit menggunakan 10.6% dari total energi komersial konsumsi negara.
Pada saat yang sama, akses dan konsumsi listrik dalam kebanyakan rumah sakit di daerah seperti
Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika mencerminkan penggunaan energi yang jauh lebih rendah,
sementara ratusan ribu rumah sakit dan klinik kesehatan di seluruh dunia menderita pasokan listrik
yang tidak dapat diandalkan atau tidak ada akses listrik. Prosedur operasi standar untuk sebagian
besar rumah sakit bergaya barat memerlukan penggunaan energi signifikan--untuk pemanas air,
suhu dan kontrol kelembaban udara dalam ruangan, pencahayaan, ventilasi dan berbagai proses
klinis yang terkait terhadap keuangan rumah sakit dan juga terhadap emisi gas rumah kaca.

Rumah sakit yang paling efisien di Eropa Utara mengkonsumsi kira-kira 35% dari energi
yang dibutuhkan rumah sakit Amerika Utara, sambil memberikan layanan kesehatan yang
sebanding. Sebuah studi dilakukan oleh University of Washington dibangun lingkungan
laboratorium menunjukkan bahwa rumah sakit Amerika Utara dapat mencapai 60% pengurangan
konsumsi energi melalui adopsi lebih efisien. Rumah sakit di negara-negara Meksiko, Brazil,
India, Australia, dan Polandia menunjukkan bahwa mereka dapat mengambil langkah-langkah
dasar untuk menghemat biaya, memperkuat ketahanan fasilitas dan meningkatkan efisiensi energi
dari 20 sampai 30 persen. Fasilitas perawatan kesehatan juga dapat secara signifikan memotong
emisi gas rumah kaca dan biaya energi dari waktu ke waktu dengan menggunakan bentuk-bentuk
alternatif energi bersih dan terbarukan, seperti matahari, angin , dan biofuel yang tidak merusak
produksi pangan lokal atau kepemilikan lahan masyarakat. Sumber energi alternatif dapat
digunakan untuk penerangan, pembangkit panas, dan memompa dan memanaskan air. Ini dapat
digunakan untuk di tempat atau diintegrasikan dengan instalasi energi terbarukan di seluruh
masyarakat.
Alternatif energi bersih, terbarukan masuk akal baik lingkungan maupun ekonomi,
terutama ketika mekanisme pembiayaan disusun untuk mendukung perubahan ini. Pada saat yang
sama, mengingat tuntutan energi yang besar, investasi sektor kesehatan dapat memainkan peran
penting dalam menggeser skala ekonomi dan menjadikan energi alternatif lebih layak secara
ekonomi bagi semua orang.
Untuk daerah yang tidak memiliki akses ke listrik, sumber energi alternatif dapat menyulut bahan
bakar fasilitas pelayanan kesehatan utama di daerah yang paling terpencil sekalipun. Di negara
miskin energi, munculnya peralatan medis berenergi rendah dan tanpa energi dapat dimanfaatkan,
bersama dengan penyebaran sumber energi terbarukan untuk meningkatkan akses ke layanan
kesehatan dasar. Akhirnya, sumber energi alternatif memberi fasilitas kesehatan keunggulan di
dalam hal kesiapan bencana, karena sumber energi alternatif kurang rentan terhadap gangguan
daripada sistem bahan bakar fosil tradisional.
Untuk bangunan, implementasi program konservasi energi dan efisiensi yang akan
mengurangi konsumsi energi minimal 10% dalam satu tahun, dan akan terus menghasilkan
penghematan energi berkelanjutan sebesar 2% per tahun, menghasilkan pengurangan 10% pada
setiap lima periode tahun. Untuk bangunan baru, desain untuk mencapai target kinerja energi
bangunan 320 kWh / sq m atau kurang.
Lakukan audit energi secara teratur dan gunakan hasilnya untuk menginformasikan program
kesadaran dan retrofit.
Setelah langkah-langkah efisiensi diterapkan, selidiki pembelian energi bersih,
terbarukan, dan jika tersedia, beli setidaknya lima persen pada peluang berikutnya yang tersedia.
Di pabrik yang ada, beralih ke bahan bakar boiler yang lebih bersih. Selidiki sumber-sumber
penukaran, energi bersih, terbarukan dan masukkan generasinya dalam semua rencana bangunan
baru.
Identifikasi potensi manfaat tambahan dari upaya mitigasi iklim yang mengurangi emisi gas rumah
kaca dan ancaman kesehatan lokal, sambil menghemat biaya pada saat yang bersamaan.
Mengintegrasikan program pendidikan dan kesadaran penghuni untuk mengurangi konsumsi
energi terkait dengan hunian. Di ruang yang dikondisikan secara mekanis, turunkan thermostat
beberapa derajat di musim dingin atau iklim dingin, dan naik di musim panas atau iklim hangat.
Bahkan sedikit perubahan dapat menciptakan penghematan energi yang signifikan.

Contoh Energy Efficiency  Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant /
EER)

Sub Metering  Pemasangan sub meter listrik

OTTV Calculation  Perhitungan selubung bangunan


Glazing  kaca warna, kaca pantul, Kaca Low-e (Low Emissivity)
Insulation  mengurangi panas
Energy Efficiensy  Penggunaan energy yg efisien
Efficient Lighting  penggunaan lampu LED
Cooling Load  perhitungan pembebanan pendinginan ruang dan tidak menggunakan bahan yang
merusak ozon
Daylighting  Bukaan jendela, penggunaan pencahayaan alami
Ventilation  ventilasi
Climate Change Impact  Pengaruh Perubahan Iklim
Renewable Energy  penggunaan sumber energy terbarukan non fosil

GREEN HOSPITAL LIMBAH

Tujuan

Melindungi kesehatan masyarakat dengan mengurangi volume dan tingkat toksisitas


limbah yang diproduksi oleh layanan kesehatan. Sedmentara sambil menerapkan opsi atau pilihan
pengelolaan dan pembuangan limbah yang paling ramah lingkungan.

Masalah Global

WHO yang telah menerbitkan prinsip-prinsip Inti yang menggambarkan pengelolaan


limbah layanan kesehatan yang aman dan berkelanjutan sebagai penentu kesehatan masyarakat
dan menyerukan semua yang terkait dengannya untuk mendukung dan membiayainya secara
memadai. Pemerintah dunia, melalui majelis kesehatan dunia telah menyerukan tindakan yang
lebih besar pada limbah medis. pelapor khusus komisi hak asasi manusia PBB menyerukan
pengembangan kerangka kerja internasional komprehensif yang bertujuan melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan dari efek buruk dari manajemen yang tidak tepat dan pembuangan limbah
medis berbahaya.

Sayangnya, pengelolaan limbah layanan kesehatan masih kurang didanai dan


diimplementasikan. Gabungan sifat beracun dan infeksi dari limbah medis mewakili ancaman
terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat yang diremehkan. tinjauan literatur
baru-baru ini sampai pada kesimpulan bahwa lebih dari setengah populasi dunia memiliki dampak
resiko kesehatan dari limbah layanan kesehatan.

Tidak seperti limbah berbahaya lainnya, saat ini tidak ada konvensi internasional yang
secara langsung mencakup pengelolaan limbah medis, sehingga kategori bervariasi dari satu
negara dengan negara lain. Namun, limbah biasanya dikategorikan berdasarkan risiko yang
ditimbulkannya. Mayoritas limbah medis sekitar 75% hingga 85% mirip dengan limbah kota, dan
memiliki risiko rendah kecuali jika dibakar.

Kategori terbesar berikutnya adalah limbah infeksius sekitar 5 hingga 25% dari total
limbah. Limbah infeksius dapat dibagi lagi menjadi limbah infeksius, tajam 1% dari total limbah,
sangat infeksius, anatomis(1%), dan patologis, limbah kimia dan radioaktif, farmasi, laboratorium
kimia, bahan pembersih, logam berat seperti merkuri dari termometer yang rusak, pestisida
dengan berbagai efek kesehatan dan lingkungan. terdiri sekitar 3% dari total limbah medis.
Pengelolaan yang baik dari limbah layanan kesehatan seharusnya tidak menyebabkan dampak
buruk pada kesehatan manusia ataupun lingkungan. Limbah rumah sakit sering dikeluarkan dari
daftar limbah medis tetapi juga patut dipertimbangkan. Limbah cair dari fasilitas kesehatan
mengandung lebih banyak patogen yang resistan terhadap obat.

Pembakaran limbah medis menghasilkan banyak gas dan senyawa berbahaya, termasuk asam
klorida, dioksin dan furan, dan racun, logam timah, kadmium, dan merkuri. Pembuangan limbah
padat menghasilkan emisi gas rumah kaca, termasuk metana, gas rumah kaca dua puluh satu kali
lebih kuat daripada karbon dioksida.

Solusi Rumah Sakit

Pengelolaan yang baik, limbah layanan kesehatan seharusnya tidak menyebabkan dampak
buruk pada kesehatan manusia atau lingkungan. Pengelolaan limbah medis yang kompleks dan
sebagian besar kesuksesan tergantung pada perubahan kebiasaan staf rumah sakit. Dalam hal ini,
pengurangan dan pemisahan limbah yang tepat sangat penting. Dengan penyortiran yang benar
dan pengurangan limbah, rumah sakit tidak hanya menghindari meningkatnya biaya dan bahaya
lingkungan, seringkali mereka mampu mendaur ulang sebagian besar limbah non medis,
mengurangi jumlah bahan baku, energi dan proses yang dibutuhkan untuk mengganti produk yang
mereka gunakan. Di sisi lain, ketika limbah medis dan non-medis yang berbahaya tercampur,
rumah sakit akhirnya membayar tambahan biaya untuk membuang peningkatan volume limbah
medis, yang jumlahnya bisa sampai beberapa kali biaya pembuangan limbah non-medis.

Fasilitas kesehatan dapat memotong limbah dan emisi gas rumah kaca melalui
pengomposan, daur ulang (termasuk gas anestesi), pembelian yang lebih baik (meminimalkan
kemasan, menggunakan penggunaan ulang / reuseable daripada produk sekali pakai, dan membeli
produk daur ulang), dan meminimalkan transportasi limbah (pengolahan lokal dan pembuangan).

Bagian kecil dari limbah medis itu berpotensi infeksius termasuk proporsi plastik yang
tinggi dan dapat didaur ulang atau ditimbun setelahnya, desinfeksi, daripada dibakar sejak
pembakaran plastik menghasilkan gas rumah kaca yang tinggi, di samping polutan beracun seperti
dioksin dan furan. Beralih ke alternatif untuk insinerasi, dan menyediakan pembiayaan untuk
transisi seperti itu, telah direkomendasikan oleh para pejabat PBB sebagai hal yang penting untuk
melindungi hak terhadap kesehatan dan hak asasi manusia dasar lainnya. Konvensi Stockholm
tentang Persisten Organik Polutan dan WHO juga merekomendasikan menggunakan alternatif
untuk pembakaran untuk mengurangi polusi global dengan dioksin dan furans.

Berbagai teknologi non-bakar tersedia yang dapat mensterilkan dengan aman, menetralkan
atau mengandung limbah untuk pembuangan TPA. Informasi tentang alternative teknologi
pengolahan dan pengelolaan limbah tersedia secara bebas. Autoclaving mungkin merupakan
metoode desinfeksi non-insinerasi yang paling banyak digunakan, Autoclave ekonomis,
diproduksi dalam berbagai pilihan yang paling sesuai situasi, dan dipahami dengan baik oleh
perawatan kesehatan sistem, yang secara rutin menggunakannya untuk sterilisasi produk medis
bedah dan lainnya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan:

 menerapkan prosedur pembelian yang disukai lingkungan dan menghindari bahan-bahan


beracun seperti merkuri, PVC dan produk disposable yang tidak perlu
 .Membentuk komite pengelolaan limbah dan mengalokasikan anggaran khusus untuk
pengelolaan limbah.
 menerapkan program pengurangan limbah yang komprehensif, termasuk menghindari, jika
memungkinkan, obat-obatan suntik dengan perawatan oral sama efektifnya.
 Pisahkan limbah pada sumbernya dan mulai daur ulang untuk limbah tidak berbahaya.
 Menerapkan program pelatuhan pengelolaan limbah yang komprehensif, termasuk
keamanan injeksi dan penanganan benda tajam dan kategori limbah lainnya.
 Pastikan penangan limbah dilatih, divaksinasi dan memiliki peralatan pelindung pribadi.
 Memperkenalkan teknologi perawatan tanpa bakar di untuk memastikan bahwa limbah itu
tidak bisa dihindari diperlakukan dan dibuang secara ekonomis, aman dan ramah
lingkungan
 Advokasi otoritas publik untuk membangun dan mengoperasikan tempat pembuangan
sampah yang aman untuk mengelola yang tidak dapat didaur ulang limbah pasca
perawatan.
 Mendukung dan berpartisipasi dalam pengembangan dan implementasi kebijakan "zero
waste" itu secara signifikan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan di rumah sakit,
kota dan tingkat nasional.

Pengurangan Limbah Rumah sakit menerapkan pengelolaan limbah medis dan non medis sesuai
ketentuan, menerapkan upaya pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, dan komposting dari
limbah yang dihasilkan ; dan menggunakan insinerator untuk memusnahkan limbah medis hanya
sebagai alternatif terakhir saja.

Anda mungkin juga menyukai