1) Definisi
Transient Ischemic Attack (TIA) adalah serangan-serangan defisit
neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang
cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan yang
bervariasi biasanya <24 jam (Price,2015).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Infark cerebri
juga di kenal sebagai stroke iskemik, terjadi ketika pembuluh darah yang
menyuplai darah ke otak terganggu sehingga aliran darah otak
terganggu(Duus,2010). Ada dua tipe yang umum dari stroke iskemik : oklusi
trombotik dan oklusi emboli. Delapan puluh persen stroke iskemik disebabkan
oleh emboli.
2) Etiologi
a) Trombosis
Arterosklerosis
Vaskulitis : arteritis temporalis, polyarteritis nodosa
Robeknya arteri : karotis, vertebralis.
Gangguan darah : polisitemia, hemoglobinopati.
b) Embolisme
Sumber jantung : fibrilasi atrium, infark miokardium, penyakit katup
jantung, kardiomiopati iskemik.
Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri : bifukasio karotis
komunis, arteri vertebralis distal.
Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3) Klasifikasi
Stroke iskemik disebabkan oleh adanya obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi bisa disebabkan oleh
bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh
atau organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau
mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung dan kemudian dibawa
melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Terdapat beragam
penyebab stroke trombotik dan embolik primer, termasuk aterosklerosis,
arteritis, keadaan hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Sumbatan
aliran darah di A. carotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang
berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di
pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Ada banyak
subtipe stroke iskemik, antara lain stroke lakunar, stroke trombotik pembuluh
besar, stroke embolik, dan stroke kriptogenik (Price,2015).
a. Stroke lakunar
Sekitar 15% stroke iskemik disebabkan oleh stroke lakunar.
adanya infark lakunar yang terjadi karena penyakit pembuluh halus
hipertensif dan menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul
dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama. Infark lakunar
merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau hialin-
lipid salah satu dari cabang-cabang arteri penetrans Circulus Arteriosus
Willisi, A. cerebri media, atau A. vertebralis dan A. basilaris
(Price,2015)
b. Stroke trombotik pembuluh besar
Trombosis pembuluh besar dengan aliran lambat adalah subtipe
kedua stroke iskemik. Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur,
saat pasien relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi
menurun. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik yang
menyebabkan penyempitan atau stenosis di A. carotis interna atau, yang
lebih jarang, di pangkal A. cerebri media atau di taut A. vertebralis dan
A. basilaris. Penderita dengan stroke ini tampak gagap, dengan gejala
hilang timbul berganti-ganti secara cepat. Para pasien ini mungkin
sudah mengalami beberapa kali serangan TIA tipe lakunar sebelum
akhirnya mengalami stroke. Yang khas adalah “crescendo TIA”, yaitu
pasien mengalami TIA yang semakin meningkat jumah dan
frekuensinya. Pelannya aliran arteri yang mengalami trombosis parsial
adalah defisit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah
jantung atau tekanan darah sistemik (Price,2015).
c. Stroke embolik
Stroke emboli diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat
(misalnya, stroke A. vertebralis) atau asal embolus. Sumber tersering
terjadinya stroke ini adalah trombus mural jantung (misalnya infark
miokardium, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung, katup jantung
buatan, dan kardiomiopati iskemik). Penyebab tersering yang kedua
adalah tromboemboli yang berasal dari arteri, terutama plak
ateromatosa di A. carotis. Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya
menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum
sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat pasien
beraktivitas. Biasanya stroke akibat embolus ini berupa stroke
kardioembolik (Price,2015).
d. Stroke kriptogenik
Stroke kriptogenik disebabkan oleh adanya oklusi mendadak
pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas. Disebut
kriptogenik karena sumbernya tersembunyi, bahkan setelah dilakukan
pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinik yang ekstensif Price,2015).
4) Patofisiologi
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait,
yaitu:
5) Manifestasi
Pada serangan TIA dan Infark cerebri hampir sama yaitu memiliki beragam
gejala bergantung pada lokasi jaringan otak yang terkena. Gambaran klinis
berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak dengan pengelompokkan gejala dan
tanda yang disebut sindrom neurovaskular.
a. Arteri karotis interna:
Buta mendadak (amaurosis fugaks)
Hemiparesis kontra lateral
Bila lesi dihemisfer dominan, maka akan terjadi afasia
b. Arteri serebri anterior
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan kedua tungkai lebih
menonjol
Defisit sensorik kontralateral
Demensia
c. Arteri serebri media
Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi hemiparesis yang sama, bila tidak
di pangkal, maka lengan lebih menonjol
Hemianopsia kontralateral
Afasia global
Disfasia
d. Arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontralateral
Afasia visual atau aleksia
Hemianopsia dan koreoatetosis
e. Sistem vertebrobasilar
Kelumpuhan disatu sampai keempat ekstremitas
Meningkatnya refleks tendon
Ataksia
Disfagia
Disatria
Sinkop, pusing, koma, stupor, gangguan daya ingat, disorientasi
Gangguan penglihatan (nistagmus, diplopia, ptosis, paralisis gerakan
mata)
Tinnitus gangguan pendengaran
Rasa baal diwajah, mulut dan lidah.
6) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Price,2015).
a) Anamnesis
Gejala awal yang mendadak, waktu awitan, aktivitas penderita saat
Serangan
Perkembambangan gejala atau keluhan pasien
Gejala penyerta seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
gangguan visual, penurunan kesadaran, atau gangguan fungsi kognitif.
Riwayat TIA
Faktor resiko (hipertensi, merokok, diabetes, dan lain-lain)
Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang baru dihentikan.
b) Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat
kejang, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung
kongestif).
Pemeriksaan umum pada torak (jantung dan paru), abdomen, retina dan
ekstremitas
Pemeriksaan neurologis dan skala stroke menggunakan NIHSS (National
Institutes of Health Stroke Scale).
Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis dan
meningen.
pemeriksaan motorik, refleks, dan sensorik.
pemeriksaan fungsi kognitif.
c) Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal hemostasis,
kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah, dan elektrolit)
Foto toraks untuk melihat adanya kardiomegali sebagai penanda adanya
hipertensi
CT Scan/MRI didapatkan adanya gambaran hipodens/hipointens yang
didapatkan pada stroke iskemik
Angiografi serebrum untuk mengidentifikasi dan mengukur stenosis
arteri serebri.
Analisis cairan serebrospinal bila diperlukan untuk mengetahui penyebab
stroke.
7) Tatalaksana
Stroke merupakan kegawatdaruratan. Tujuan tatalaksana adalah memastikan
kestabilan pasien dan mencegah/membatasi kematian neuron. Tatalaksana
stroke dibagi menjadi tata laksana umum dan tatalaksana khusus
(Perdossi,2011).
a. Tatalaksana umum
Tatalaksana di Ruang Gawat Darurat
Stabilisasi jalan napas dan pernapasan, pemberian oksigen dianjurkan
apabila saturasi oksigen < 95%.
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam,
pada pasien dengan defisit neurologis yang nyata.
Stabilisasi Hemodinamik, pemberian cairan kristaloid atau koloid
intravena (hindari pernberian cairan hipotonik seperti glukosa)
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter ), dengan tujuan
untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk
rnemasukkan cairan dan nutrisi usahakan CVC 5 -12 mmHg.
Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK), monitor TIK harus
dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita yang mengalami
penurunan kesadaran karena kenaikan TIK.
-Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan
intrakranial meliputi: Tinggikan posisi kepala 20 – 30
Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena
jugular
Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
Jaga normovolernia
Osmoterapi atas indikasi: Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB,
selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target
≤ 310 mOsrn/L.
Pengendalian Kejang, bila kejang, berikan diazepam bolus lambat
intravena 5-20mg dan diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg
bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
Pengendalian Suhu Tubuh, setiap pederita stroke yang disertai demam
harus diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya.
9) Daftar Pustaka
Tomandl BFet. Al. 2003. Comprehensive Imaging of Ischemic Stroke with Multisection
CT. RadioGraphics
Warren DJ, Musson R, Connoly DJA, Griffi ths PD, Hoggard N.2010. Imaging in
Acute Ischaemic Stroke: Essential For Modern Stroke Care. Postgrad Med J.