Anda di halaman 1dari 18

MODUL

PERAWATAN LUKA

Sumber gambar : aryanto.id

OLEH :

KELOMPOK V

KELAS D1B (PAJ)

TAHUN 2018
BOOKLET

CARA MELAKUKAN PERAWATAN LUKA


UNTUK TEPATNYA PERAWAT DALAM MEBERIKAN PELAYANAN

Booklet ini disusun sebagai panduan untuk melakukan perawatan luka untuk tepatnya
perawat dalam memberikan pelayanan.
Booklet ini diharapkan menjadi acuan untuk menerapkan tata cara perawat dalam
melakukan perawatan luka dengan benar.

Oleh:
NI GUSTI KT SETIAWATI (C2118070)
A.A SRI WIDARI (C2118071)
JOANA D. URLIALY (C2118072)
I MADE SUARTAMA (C2118073)
I PUTU ARTADI (C2118074)
I WAYAN PUTRA WIGUNA (C2118075)

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2018

ii
Daftar Isi

Halaman judul ……………………………………………………………… i


Halaman Pembuka ………………………………………………………… ii
Daftar isi …………………………………………………………………… iii

TINJAUAN TEORI LUKA


A. Pengertian …………………………………………………………. 1
B. Mekanisme Terjadinya Luka……………………………………..... 2
C. Jenis Luka………….. ……………………………………………… 3
D. Stadium Luka ……………………………………………………… 3
E. Proses Penyembuhan Luka………………………………………… 4
F. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka…………………. 6
G. Balutan Luka ……………………………………………………… 7

PROSEDUR KERJA PERAWATAN LUKA ……………………………. 8


A. Tahap Prainteraksi ………………………………………………… 8
B. Tahap Orientasi …………………………………………………… 10
C. Tahap Kerja ……………………………………………………….. 10
D. Tahap Terminasi …………………………………………………… 12
E. Tahap Dokumentasi ………………………………………………... 12
PENUTUP 13
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka 14

iii
LUKA

Sumber gambar : Repository Unej.ac.id

A. PENGERTIAN
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan
yang rusak atau hilang.Ketika luka timbul,
beberapa efek
akan muncul:
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel

Sumber gambar :

Global-help.org

1
B. MEKANISME TERJADINYA LUKA:
1. Luka insisi (Incised wounds): terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi).

Sumber gambar : legalart.medicalilustration.com

2. Luka memar (Contusion Wound): terjadi akibat benturan oleh suatu


tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound): terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound): terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound): terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound): yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)

2
C. JENIS LUKA
Jenis luka menurut tingkat kontaminasi terhadap luka :
1. Clean Wounds (Luka bersih):
yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson –
Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi):
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak
selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi):
termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran
cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi):
yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

D. STADIUM LUKA
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :
1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis,

3
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” Yaitu luka yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.

E. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses
peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak
(swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan
fungsi (impaired function).

Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase, yaitu:


a. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang
terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang
hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area
luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh
darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai
hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga
mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh
darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang
akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan
setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris
(Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi
vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga
menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma
darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara
klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi
asidosis. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat
4
pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau
hari ke-4.

b. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi
sel. Peran fibroblast sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung
jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses reonstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang
normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblast sangat jarang dan
biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi
luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam
daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan
beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan
proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan
baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal
jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya
substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh
darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki
kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam
didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”. Fase
proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah
terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai
growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

c. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ;
menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai
meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen
bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari
5
jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah
perlukaan. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan.
Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau
hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan
sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut
mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal.
Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun
outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis
masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan
sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi,
diserta penyakit sistemik diabetes mellitus).

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


Diantaranya adalah :
a. Faktor Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan
penyembuhan
Jaringan.
b. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat
juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman
luka.
c. Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
d. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika

6
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
e. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),
yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).
f. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat
terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat
factor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
g. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga
akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
h. Pengobatan
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera Antikoagulan: mengakibatkan perdarahan Antibiotik : efektif
diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan
tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

G. BALUTAN LUKA
Pembalutan adalah proses pemasangan bahan/material untuk mendukung
bahan medis (balutan/dressing atau bidai/splint ) atau pendukung penyokong
bagian tubuh.
Tujuan pemasangan balutan/perban pada luka adalah:
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2. Absorbsi drainase.
3. Menekan dan imobilisasi luka.
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
7
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri.
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.

Sumber gambar :Caredise.com

PROSEDUR KERJA PERAWATAN LUKA


Dalam melakukan perawatan luka, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, yaitu :
A. TAHAP PRAINTERAKSI
Hal-hal yang dilakukan dalam tahap prainteraksi
Adalah :
1. Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontra indikasi.
3. Siapkan alat dan bahan :

Sumber gambar : Made Suartama, dkk


8
Sumber gambar : Made Suartama, dkk

Alat dan bahan yang dipersiapkan meliputi :


 Masker, gown/ skort dan goggles (jika berisiko
penyebaran infeksi)
 Sarung tangan steril
 Set dressing : 2 pinset anatomi, 1 buah kom kecil steril,
kassa steril, kapas steril, duk luka, 2 buah lidi kapas
steril)
 Steril saline (NaCl 0,9%)
 Pengalas luka
 Sarung tangan bersih sekali pakai
 Kantong plastik luka sekali pakai
 Alat pengukur luka ; penggaris luka, kertas transparan
luka, kamera jika dibutuhkan untuk pendokumentasian)
 Dressing ; hidrokoloid, hidrogel, foam atau absorpsi
dressing
 Kassa steril tambahan sesuai keadaan luka
 Dressing sekunder, transparan film dan lainnya
 Plester atau hipafiks sesuai kebutuhan

9
B. TAHAP ORIENTASI
Pada ini merupakan tahap dimulainya interaksi dengan pasien, yang
dilakukan dengan :
a. Beri salam dan panggil nama pasien dengan namanya serta
memperkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada pasien atau
keluarga
c. Berikan kesempatan bertanya kepada pasien sebelum kegiatan
dilakukan
d. Menanyakan keluhan utama pasien

C. TAHAP KERJA
Tahap ini dilakukan dengan :
a. Menjaga privacy pasien
b. Membuka pakaian yang menutupi luka dan berikan pengalas luka
c. Buka kantong plastik dan tempatkan dekat area kerja
d. Cuci tangan
e. Pasang gown/ skort, masker, goggles dan sarung tangan sekali
pakai
f. Buka balutan yang lama. Untuk memudahkan pembukaan balutan,
tarik perlahan balutan sesuai pertumbuhan rambut sekitar luka.
Bila perlu berikan Nacl untuk membasahi balutan sehingga
memudahkan pembukaan balutan
g. Buang balutan yang kotor ke kantong plastik. Buka sarung tangan
sekali pakai ke kantong plastik. Hindari pasien untuk melihat
balutan lama karena mengurangi nafsu makan dan membuat
cemas
h. Siapkan set dressing steril
i. Tuangkan Nacl kedalam kom kecil dan masukkan kassa steril
j. Gunakan sarung tangan steril
k. Bersihkan area luka dan eksudat dengan kassa basah secara
perlahan. Gunakan teknik dari luka yang sedikit terkontaminasi ke
luka yang paling terkontaminasi
10
l. Kemudian bersihkan dengan kassa steril kering. Keringkan juga
kulit disekitar luka
m. Inspeksi luka; warna dasar luka (merah, kuning, hitam), bau dan
eksudat. Ukur luas dan dalamnya luka. Perhatikan juga kulit
disekitar luka.
n. Gunakan balutan modern sesuai keadaan luka dan yang
diinstruksikan dengan tepat, seperti :
Balutan hidrokoloid
 Berikan hidrokoloid gel pada luka dengan lidi kapas
atau jari tangan yang menggunakan sarung tangan
bersih
 Berikan balutan sekunder seperti kassa, lembaran
hidrokoloid atau foam
 Bila perlu berikan plester pada pinggiran balutan untuk
menjaga balutan ppada tempatnya
Balutan Foam
 Ketahui karakteristik dan cara pemakaian balutan
foam yang digunakan
 Beberapa produk, balutan dapat dipotong sesuai
dengan luas luka. Namun beberapa ada yang tidak
dapat dipotong.
 Pasang foam setelah luka dibersihkan. Beberapa
memerlukan balutan sekunder sesuai kebutuhan
Balutan Absorpsi/ balutan alginate
 Berikan balutan alginate pada luka yang berlubang,
tetapi diisi ½ - 2/3 dari ruang luka untuk
mengembangan eksudat
 Menyediakan pengembangan eksudat. Beberapa
produk dapat dipotong untuk menyesuaikan keadaan
luka
 Berikan balutan sekunder bila diperlukan
o. Buka sarung tangan dan buang di kantong plastik
p. Berikan pasien posisi yang nyaman
11
q. Rapikan alat-alat dan buang balutan yang kotor
r. Cuci tangan

Sumber gambar : zona-husada.blogspot.com

D. TAHAP TERMINASI
Tahap terminasi adalah suatu tahap yang dilakukan setelah tahap kerja,
yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
b. Beri reinforcement positif pada pasien
c. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan tempat)

E. TAHAP DOKUMENTASI
Pada tahap ini perawat mendokumentasikan tindakan yang dilakukan,
yaitu:
a. Catat warna dasar luka, warna eksudat, jumlah eksudat, bau luka,
luas dan kedalaman luka
b. Catat balutan modern yang dipakai
c. Catat waktu penggantian balutan. Bila perlu tuliskan pada plester
dan tempelkan pada bagian luar balutan sekunder.

EVALUASI PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan Alat dengan lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka dengan benar.

12
PENUTUP

KESIMPULAN
Pada kulit yang terluka sangat diperlukan perawatan luka karena bertujuan untuk
mencegah infeksi dan masuknya mikroorganisme kedalam kulit dan membran mukosa,
mencegah bertambahnya kerusakan jaringan, mempercepat penyembuhan,
membersihkan luka dari benda asing atau debris, drainase untuk memudahkan
pengeluaran eksudat, mencegah perdarahan, dan mencegah exoriasi kulit sekitar drain
dan juga bermanfaat agar membantu pasien dalam penyembuhan luka, membantu pasien
memproleh rasa nyaman dan membantu pasien mendapatkan kembali fungsinya.
Modul pembelajaran Praktikum perawatan luka ini diharapkan dapat membantu
mahasiswa dalam mempersiapkan pasien, alat maupun lingkungan dan tentu saja
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan dalam merawat luka.

SEKIAN

13
Daftar Pustaka

Arisanty,Irma puspawati. 2013. Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka.


Jakarta : ECG
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Brunner
suddarth Medikal Bedah, Vol. 1. Jakarta: ECG.
aryanto.id
Repository Unej.ac.id
Global-help.org

legalart.medicalilustration.com

zona-husada.blogspot.com

Made Suartama, dkk

14

Anda mungkin juga menyukai