Anda di halaman 1dari 3

Opini Anak Tani #2 : Hentikan Kriminalisasi Joko Prianto

“Tak ada rasa takut bagi saya untuk menghadapi upaya kriminalisasi ini karena
inilah risiko dari perjuangan. Yang saya sesalkan adalah sikap kepolisian, dalam
hal ini Polda Jawa Tengah, dalam menanggapi laporan yang diajukan oleh
warga. Sejak kapan kepolisian hanya dimiliki oleh pengusaha? Bukankah slogan
polisi adalah Melindungi dan Mengayomi Masyarakat?” – Joko Prianto

Maret 2017, dulur-dulur Kendeng berbondong hadir di depan Istana


Merdeka, memasung kaki-kaki mereka dengan semen. Aksi ini dilakukan dalam
rangka protes atas ketidakadilan negeri ini. Dulur-dulur Petani Kendeng telah
berulang kali berunjuk rasa di depan Gubernuran Jawa Tengah. Suara dulur-dulur
Petani Kendeng tak pernah didengar oleh pemimpin daerah Jawa Tengah, Ganjar
Pranowo. Hal inilah yang membuat dulur-dulur Petani Kendeng bertekad aksi
semen kaki di depan Istana Merdeka, berharap Bapak Presiden Indonesia
mendengarkan nasib petani negeri ini.
Kini, aksi itu telah berlalu, babak baru perlawanan PT Semen Indonesia
terhadap Petani Kendeng tetap berlanjut. Joko Prianto, atau lebih sering dipanggil
Mas Print, salah satu pentolan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JM-PPK), dilaporkan oleh Yudi Taqdir Burhan, kuasa hukum PT Semen
Indonesia atas dugaan pelanggaran Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen.
Pelanggaran terhadap pasal itu diancam hukuman maksimal enam tahun penjara1.
Dokumen yang dimaksud adalah dokumen penolakan pabrik semen yang
diajukan warga dalam Peninjauan Kembali (PK) oleh PT. Semen Indonesia. Lalu
keluarlah PK Nomor 99 PK/TUN/2016 pada 5 Oktober 2016 dengan
memenangkan warga sehingga memutus izin lingkungan pabrik tersebut. Dalam
dokumen tersebut, Yudi Taqdir Burhan mengganggap ada informasi yang tidak
lazim tercatat, seperti tercantum nama warga Saiful Anwar yang tinggal di

1
Tirto.id, Kriminalisasi Joko Priyanto, Babak Baru Kasus Semen Rembang
Manchester dan bekerja sebagai Presiden RI 2015 dan adapula warga bernama
Zaenal Muchlisin yang bekerja sebagai Power Ranger2.
Kuasa hukum JMPPK, dari LBH Semarang, Etty Oktaviani meyakini
bahwa kliennya tidak melakukan pemalsuan terhadap dokumen penolak pabrik
semen. Dalam pembuatan dokumen penolak pabrik semen, 2501 warga yang
tercantum dalam dokumen menulis nama dan tanda tangan sendiri, sehingga
secara otomatis seluruh warga ikut bertanggungjawab, tegas Etty. Komisioner
Komnas HAM, M Imdadun Rahmat, mengatakan bahwa penetapan tersangka Mas
Print merupakan salah satu bentuk pelemahan pejuang lingkungan3.
Kriminalisasi terhadap Mas Print telah melanggar ketentuan hukum dalam
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) Pasal 66 yang menyatakan bahwa setiap individu
maupun kelompok masyarakat yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat tidak dapat digugat pidana maupun perdata. Hal ini merujuk
pada sepak terjang perjuangan dulur-dulur Petani Kendeng, baik dijalur hukum
hingga akadamisi atau ilmiah keilmuan.
Adapun beberapa dasar yang menjadi pijakan kawan-kawan koalisi Tolak
Kriminalisasi Joko Prianto yang dalam hal ini juga disadur dari surat terbuka dari
Mas Print secara langsung, yaitu sebagai berikut4:
1. JM-PPK telah melaporkan kegiatan ilegal PT. Semen Indonesia pada 08
Februari 2017. Namun, hingga kini tidak ada tindak lanjut serta
kejelasan oleh Ditreskimsus Polda Jawa Tengah. Hal ini merujuk pada PK
MA Nomor 99 PK/TUN2016 yang telah mencabut izin operasi pabrik PT.
Semen Indonesia.
2. Demikian pula laporan masyarakat pada 10 Februari 2017 terkait
tindakan perusakan dan pembakaran aset milik masyarakat penolak
pabrik semen di Kabupaten Rembang, berupa tenda, musholla beserta
isinya. Dan hingga saat ini belum juga ditindaklanjuti oleh Polda Jawa
Tengah dan Polres Rembang.

2
Tirto.id, Kriminalisasi Joko Priyanto, Babak Baru Kasus Semen Rembang
3
Kbr.id Koalisi Kendeng Lestari Demo Polda Jateng Tolak Kriminalisasi Aktivis Penolak Semen
4
Dokumen Seruan Tolak Kriminalisasi Joko Prianto
3. Dalam fakta persidangan, diketahui bahwa terdapat kesaksian palsu di atas
sumpah yang dilakukan oleh saksi yang dihadirkan oleh pihak PT. Semen
Indonesia dan/atau Gubernur Jawa Tengah pada 26 Februari 2015, yang
kemudian dijadikan dasar memutus oleh Mahkamah Agung dalam PK MA
Nomor 99/PK/TUN/2016. Atas adanya kesaksian palsu dalam persidangan
tersebut, di Polda Jawa tengah, setidak-tidaknya 2 (dua) kali baik sebelum
maupun sesudah adanya putusan, yaitu tanggal 17 Maret 2016 dan 23
Februari 2017, dan belum ditindaklanjuti hingga kini.
Dalam hal ini, terindikasi bahwa aparat penegak hukum telah melakukan
tindakan tebang pilih terhadap pengaduan masyarakat.
4. Soal tuduhan pemalsuan dokumen sudah pernah diangkat di Pengadilan
Tata Usaha Semarang dan hakim tidak menindaklanjuti. Bahkan,
putusan Mahkamah Agung dalam PK Nomor 99/PK/TUN/2016 telah
menguatkan putusan, sehingga hal ini bukanlah peristiwa pelanggaran
hukum.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, upaya pelemahan
dan kriminalisasi pejuang lingkungan dalam hal ini dulur-dulur Petani Kendeng
tidak kami benarkan. Oleh karena itu kami bersikap, diantaranya adalah:
1. Menolak dengan tegas tindakan pelemahan dan kriminalisasi terhadap
salah satu pejuang lingkungan, Joko Prianto.
2. Mendesak kepolisian Jawa Tengah untuk berlaku adil terhadap warga
penolak pabrik semen, dan segera memberikan kejelasan atas laporan
yang telah diajukan warga, sesuai dengan slogan yang selama ini
digaungkan pihak kepolisian yaitu “Melindungi dan Mengayomi
Masyarakat”.
3. Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bahu-membahu dalam
memberikan solidaritas dan dukungan terhadap dulur-dulur Petani
Kendeng dalam memperjuangkan hak atas lingkungan hidup.

Bogor, 01 Januari 2018


Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai