A. DEFINISI
B. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko utama untuk kolesistitis, memiliki peningkatan prevalensi di kalangan
orang-orang keturunan Skandinavia, Pima India, dan populasi Hispanik, cholelithiasis
sedangkan kurang umum di antara orang dari sub-Sahara Afrika dan Asia. Beberapa
faktor resiko yang lain sebagai berikut:
1. adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya
2. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
3. Usia lebih dari 40 tahun .
4. Kegemukan (obesitas).
5. Faktor keturunan
6. Aktivitas fisik
7. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
8. Hiperlipidemia
9. Diet tinggi lemak dan rendah serat
10. Pengosongan lambung yang memanjang
11. Nutrisi intravena jangka lama
12. Dismotilitas kandung empedu
13. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
14. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan
kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
C. ETIOLOGI
1. Statis cairan empedu
2. Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
3. Iskemik dinding kandung empedu.
4. Kepekatan cairan empedu.
5. Kolesterol.
6. Lisolesitin.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan
berlemak / yang digoreng.
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
2. Pasien akan menderita panas,
3. teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri
hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan ,
4. rasa nyeri disertai mual dan muntah, dan akan bertambah hebat dalam waktu
beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar.
5. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya
bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh
kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat
tersumbatnya saluran oleh batu.
6. Adanya nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam.
7. Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah
empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak
dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran
berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.
8. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat karena
ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
9. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut
akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata.
E. PATOFISIOLOGI
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu
dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat
katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Perubahan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yag dapat terjadi pada pasien kolesistitis:
Empiema, terjadi akibat proliferasi bakteri pada kandung empedu yang tersumbat.
Pasien dengan empiema mungkin menunjukkan reaksi toksin dan ditandai dengan
lebih tingginya demam dan leukositosis. Adanya empiema kadang harus mengubah
metode pembedahan dari secara laparoskopik menjadi kolesistektomi terbuka.
Ileus batu kandung empedu, jarang terjadi, namun dapat terjadi pada batu berukuran
besar yang keluar dari kandung empedu dan menyumbat di ileum terminal atau di
duodenum dan atau di pilorus.
Kolesistitis emfisematous, terjadi ± pada 1% kasus dan ditandai dengan adanya udara
di dinding kandung empedu akibat invasi organisme penghasil gas seperti
Escherichia coli, Clostridia perfringens, dan Klebsiella sp. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada pasien dengan diabetes, lebih sering pada laki-laki, dan pada
kolesistitis akalkulus (28%). Karena tingginya insidensi terbentuknya gangren dan
perforasi, diperlukan kolesitektomi darurat. Perforasi dapat terjadi pada lebih dari
15% pasien.
Komplikasi lain diantaranya sepsis dan pankreatitis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat
luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu
kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4
cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
A. PENGKAJIAN
1 Pengkajian pasien Pre operasi meliputi :
1. Identitas klien/pasien
2. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan.
Tanda : Gelisah.
3. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urin dan feses.
Tanda : Distensi abdomen, Teraba massa pada kuadran kanan atas, Urine
gelao, pekat, Feses warna tanah liat, steatorea.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah, Tidak toleran terhadap lemak dan makanan
“pembuat gas”; regurgitas berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat
makan, flatus, dyspepsia.
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu
kanan.
Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Nyeri mulai tiba – tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan ;
tanda Murphy positif.
7. Pernapasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan.
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.
8. Keamanan
Tanda : Demam,menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).
Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).
9. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi bata empedu.
Adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus,
diskrasias darah.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rata – rata lama dirawat 3 – 4 hari.
Rencana pemulangan : Memerlukan dukungandalam perubahan diet/ penurunan
berat badan.
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium
Darah lengkap : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum meningkat,
enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali fosfat
dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorbsi vitamin K.
2) USG
Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan atau duktus empedu.
3) Kolangiopankreatografi Retrograd Endoscopik
Memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui
doedonum.
4) Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
Pembedaan gambaran dengan fluroskopi antara penyakit kandung empedu dan
kanker pangkreas (bila ikterik ada)
5) Kolesistogram (untuk kolesistitis kronis)
Menyatakan batu pada sistim empedu. Catatan : kontra indikasi [pada kolesistitis
karena pasien lemah untuk menelan zat lewat mulut)
6) CT scan
Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan membedakan
antara ikterik obstruksi/non obstruksi
7) Scan Hati (dengan zat radio aktif)
Menunjukkan obstruksi perrcabangan bilier.
8) Foto abdomen (multiposisi)
Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikassi dinding atau
pembesaran kandung empedu.
9) Foto Dada :
Menunjukkan pernafasan yang menyebabkan nyeri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Pre Operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia
jaringan/nekrosis.
2. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan, muntah, distensi dan
hipermotilitas gaster.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
obstruksi aliran empedu, mual, muntah
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan informasi yang tidak adekuat.
Tujuan : klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang, Nyeri terkontrol dan
teradaptasi. Klien dapat mengkompensasi nyeri dengan baik.
Kriteria hasil :
a) skala nyeri mengalami penurunan (Skala nyeri 0-4),
b) tanda vital dalam batas normal,
c) klien tampak tenang
d) pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
distraksi.
Intervensi Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala1-10) dan karakteristik nyeri (menetap,
hilang timbul, kolik).
Rasional : Membedakan penyebab nyeri dan memberikan informassi tentang
kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
2. Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.
Rasional : Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menun jukkan
terjadinya komplikasi/ kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
3. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
Rasional : Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra
abdomen namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara
alamiah.
4. Dorong penggunaan teknik relaksasi,contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan
nafas dalam.
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan koping.
5. Kolaborasi :
a. Pertahankan status puasa, pasang NGT dan penghisapan NG sesuai dengan
indikasi.
Rasional : Membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran kolesistokinin
dan erangsang kontraksi kandung empedu.
b. Berikan obat sesuai indikasi : anti biotik, anti kolinergik, sedatif seperti
phenobarbital, narkotik seperti meperidin hidoklorida.
Rasional : Anti biotik mengobati proses infeksi. Antikolinergik
menghilangkanspasme/kontraksi otot halus dan membantu menghilangkan nyeri.
Sedatif meningkatkan istirahat dan relaksasi otot. Narkotikmenurunkan nyeri
hebat.
1. Observasi intake dan output, kaji menbran mukosa, observasi tanda-tanda vital
Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian.
2. Observasi tanda-tanda berlanjutnya mual dan miuntah, kram abdomen, kelemahan,
kejang ringan, tacikardi, hipoaktif, bising usus lemah atau tidak ada, depresi
pernafasan.
Rasional : Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral
dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.
3. Ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman dan tidak berbau.
Rasional : Menurunkan ragsangan pada pusat syaraf.
4. Lakukan Oral hygiene
Rasional : Menurunkan kekeringan membran mukosa dan menurunkan resiko
perdarahan.
5. Kaji perdarahan yang tidak biasanya seperti perdarahan terus menerus pada lokasi
injeksi, epitaksis, perdarahan gusi, ptekie, hematemesis, melena
Rasional : Protombim darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran
empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan.
6. Kolaborasi :
a. Pasang NGT, hubungkan ke penghisapan dan pertahankan patensi sesuai indikasi
Antiemetik.
Rasional : Menurunkan sekresi dan motilitas gaster dan Menurunkan sekresi dan
motilitas gaster
b. Kaji ulang pemeriksaan lab seperti Ht/Hb, elektrolit, FH
Rasional : Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikassi defisit
dan mempengaruhi pilihan intervensi atau penggantian/koreksi
c. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
3. Diagnosa : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan obstruksi aliran empedu, mual, muntah.
Tujuan : Klien memenuhi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat
aktivitas dan kebutuhan metabolik
Kriteria hasil :
a) Klien dapat menjelaskan tentangpentingnyanutrisi bagi klien.
b) Bebasdari tanda mal nutrisi
c) Mempertahankan berat badan stabil
d) Nilai laboratorium normal (Hb,Albumin)
Intervensi Dx 3: Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
1. Berikan perawatan oral teratur
Rasional : Perawatan oraldapat mencegah ketidaknyamanan karena mulut
kering, bibir pecah dan bau tidak sedap yang dapat menurunkan nafsu makan klien
2. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
Rasional :Berat badan merupakan data yang diperlukan perawat untuk mengevaluasi
perkembangan terapi nutrisi klien sehingga perawat dapat menyesuaikan
terhadap kebutuhan intervensi.
3. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak.
Rasional : Menunjukkan ketidak nyamanan berhubungan dengan gangguan
pencernaan, nyeri.
4. Pemeriksaan laboratorium/Hb- Ht-elektrolit-Albumin.
Rasional : Nilai laboratorium merupakan data yang diperlukan perawat untuk
mengevaluasi keberhasilan atau keefektifan intervensi sehingga perawat dapat
menentukan intervensi yang sesuai bagi klien.
5. Jelaskan tentang pengontrolan dan pemberian konsumsi karbohidrat, lemak (makanan
rendah lemak dapat mencegah serangan pada klien dengan kolelitiasis dan kolesistitis),
protein, vitamin, mineral dan cairan yang adekuat.
Rasional : Pendidikan padaklien perlu dilakukan agar klien mengerti dan
paham tentang intervensi yang dilakukan perawat sehingga diharapkan klien
dapat bersikap adaptif.
6. Anjurkan mengurangi makanan berlemak dan menghasilkan gas Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan yang
sesuai bagi klien.
Rasional : Pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan
nyeri Ahli gizi dapat menghitung kalori yang dibutuhkan klien menurut aktivitas
yang dilakukan klien, sehingga diharapakan jumlah asupan kalori yang
dikonsumsi kliendapat memenuhi kebutuhan harian, tidak kekurangan dan tidak
berlebihan.
7. Anjurkan klien istirahat sebelum makan,Tawarkan makan sedikit namun sering.
Rasional : Kondisi tegang dapat menurunkan nafsu makan klien, istirahat dapat
mengurangi ketegangan klien sehingga dapat membantu klien dalam meningkatkan
nafsu makan. Makan terlalu banyak dalam satu waktu dapat menyebabkan distensi
lambung yang berakibat ketidaknyamanan bagi klien sehingga nafsu makan klien
makin menurun.
8. Batasi asupan cairan saat makan
Rasional : Asupan cairan berlebih saat makan menyebabkan distensi lambung yang
mengakibatkan ketidaknyamanan.
9. Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : Makanan yang sudah dingin menyebabkan rasa yang kurang
menyenangkan bagi klien sehingga menurunkan nafsu makan klien.
10 Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
Rasional : Cairan glukosa IV dapat diberikan apabila pasien benar-benar tidak
mendapatkan asupan per-oral, cairan glukosa IV juga dapat menyediakan
kalori bagi klien sehingga klien tidak mengalami kekurangan nutrisi.
4. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.
4. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan
integritas otot, trauma muskuloskletal, munculnya saluran dan selang.
Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan
pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
Intervensi Dx 4: Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan
dan integritas otot, trauma muskuloskletal, munculnya saluran dan
selang.
1. Evaluasi nyeri seccara reguler, catat karakteristik, lokasi dan
intensiitas (0-10).
Rasional : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi.
2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapan
untuk prosedur.
Rasional : perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/atau persiapan inadekuat
misalnya apendikstomi darurat) dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.
3. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan
pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
Rasional : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
4. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
Rasional : pahami penyebab ketidaknyamanan, sediakan jaminan emosional.
5. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi – Fowler ; miring.
Rasional : mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi –
Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot pungguung
artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
6. Observasi efek analgetik.
Rasional : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek sinergistik dengan zat-zat anastesi.
7. Kolaborasi, pemberian analgetik IV sesuai kebutuhan.
Rasional : analgetik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa saki, menimbulkan
penghilang yang lebih efektif dengan obat dosis kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M., & Nancy r R. Ahern.. BUKU SAKU DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA NANDA, INTERVENSI NIC, KRITERIA HASIL NOC, Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC(2013)
http://www.kerjanya.net/faq/4541-kolesistitis.html
http://cholesistitis.blogspot.com/
https://www.academia.edu/9341232/Asuhan_keperawatan_kolesistitis(diaksestanggal04februa
ri2019)
https://www.academia.edu/5914458/Kolesistitis(diaksestanggal04februari2019)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolesistitis(diaksestanggal04februari2019)
https://www.researchgate.net/publication/311809907_CASE_REPORT_Diagnosis_dan_Tata_Lak
sana_Kolesistitis_Akalkulus_Akut(diaksestanggal04februari2019)
LAPORAN PENDAHULUAN CHOLESISTITIS
OLEH :
MUTMAINNA
218NS2049
CI LAHAN CI INSTITUSI
OLEH :
MUTMAINNA
218NS2049
CI LAHAN CI INSTITUSI