Penanggulangan penyakit
5.
Pemasaran
6.
Proser Sortir Awal
Magang
7. Sortir
Investasi
8.
Saat ini di Cinegara kami memiliki Kolam Tanah, Kolam Semen, dan
Kolam Air Deras, sedangkan Kolam Fiber dan Aquarium Glass Eel,
sedang kami persiapkan.
Proses Penyortiran
Sekedar untuk biaya konsumsi, maka setiap peserta akan kami
kenakan biaya sebesar Rp.100.000,- (Seratus Ribu Rupiah). Proses Fillet
No Rekening :0281708863
Fillet
Untuk Info lebih lanjut, dapat menghubungi kami di 021 28 78 48
48
Terima Kasih untuk kawan kawan yang telah hadir pada tanggal 3
Pada hari Senin tanggal 27 Agustus 2007 lalu, Tambak Pandu, untuk pertama
kalinya telah berhasil mengekspor 30 Ton ikan sidat atau Anguilla sp, menuju
negara-negara di Asia Timur, yakni Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang.
Perubahan iklim telah mengubah pola migrasi ikan sidat di perairan laut
Kepulauan Indonesia. Jika biasanya ikan ini hanya bisa dilihat di laut selama
setengah tahun, namun saat ini belut laut ini muncul sepanjang tahun.
Bentuknya seperti ular. Namun secara biologis karena memiliki insang dan
sirip dia masuk kelompok ikan. Orang Indonesia biasa menyebutnya ikan
sidat (belut laut tropis) atau bahasa latinnya anguilla sp. Jarang sekali ikan ini
dikonsumsi oleh orang pribumi. Meski demikian, jangan remehkan ikan ini
dari bentuknya. Sebab kandungan nutrisi ikan ini berada di atas rata-rata
semua jenis ikan. Bahkan, di Eropa, Amerika, dan Jepang ikan ini laris manis
dan menjadi konsumsi dari kalangan menengah ke atas karena harganya
cukup mahal.
Bahkan sebagian orang Jepang percaya bahwa dengan mengonsumsi ikan ini
bisa menambah stamina dan memperpanjang umur. Meskipun terkesan
hanya sebagai mitos, namun secara medis ikan ini memang memiliki
kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga Proses Akhir Pengemasan
menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Indonesia
memiliki potensi sebagai penghasil ikan sidat jenis tropis yang melimpah. UNAGI, Masakan Jepang
"Ikan sidat merupakan menu paling mahal di Jepang disebut sebagai unagi
tahun 2000-an harga ikan ini di pasar 700 yen per ekor (saat itu sekira Rp490
ribu per ekor). Tapi kalau sudah diolah yang siap makan di restoran harganya
5.000 yen per porsi. Itu hanya orang kaya yang beli padahal hanya 1 potong,"
katanya.
Meski demikian, kata dia, ikan sidat kini mulai menunjukkan pola hidup yang
berbeda. Menurut Yulia, ini bisa disebabkan oleh perubahan iklim atau
kondisi air yang tercemar. Selama ini dilaporkan ikan ini akan muncul di
lautan hanya setengah tahun. Namun ternyata berdasarkan penelitian yang
dia lakukan di Muara Sungai Poigar sebelah utara pulau Sulawesi, ikan ini
bisa muncul sepanjang tahun. Selain itu, komposisi spesies ikan sidat yang
masuk ke perairan laut Indonesia pun bisa berbeda. Dalam satu tahun bisa Ikan Sidat Uk 3 Kg
dominan sidat jenis spesies celebesensis, sedang tahun berikutnya bisa
dominan marmorata. Mengenai Saya
Pengamatan yang dilakukan Yulia bersama empat peneliti dari Jepang selama AMRITS JAR
kurun 1997-1999, terungkap bahwa pola migrasi sidat Muara Sungai Poigar HASARUDD IN
Sulawesi tercatat ada tiga karakter spesies sidat yang melimpah. Yakni, jenis GE DUN G UK M PUSAT
anguilla celebesensis, marmorata, dan bicolor pacifica. Selama tiga tahun IK AN H IAS L T 2, JL .
penelitian celebesensis merupakan spesies paling melimpah dengan angka PE RCE T AK AN N EGARA
73,5 persen, 79,5 persen, dan 81,9 persen. Marmorata merupakan spesies II J AK - PUS,
dengan kelimpahan nomor dua dengang persentase 23,8 persen, 18,8 persen, IN DON ES IA
dan 17,7 persen. Sedangan bicolor pasifika hanya 2,7 persen, 1,7 persen, dan Lihat profil lengkapku
0,3 persen.
"Selama awal bulan, belut laut ini tampak lebih melimpah saat laut pasang
ketimbang saat surut. Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa ikan sidat
akan menjadi melimpah saat awal bulan dan saat laut pasang," katanya.
Namun selama empat tahun terakhir penelitian yang dilakukan Yulia bersama
tim peneliti LIPI, ditemukan pola migrasi yang berbeda dari ikan ini.
Menurut dia, ikan sidat telah mengubah tingkah laku migrasi. Dia bersama
tim peneliti baru saja melaporkan tentang perubahan dominasi spesies.
Celebesensis yang sebelumnya tampak melimpah kini telah digantikan oleh
marmorata. Toh meskipun, kata dia, dalam bermigrasi celebesensis memang
lebih dekat ke Indonesia dibandingkan marmorata dan bicolor pasifika.
"Kami menduga perubahan siklus ini karena dia mengikuti siklus perubahan
iklim. Jadi mungkin 10 tahun kemudian bisa jadi celebesensis akan dominan
lagi. Lha kalau dipengaruhi lagi oleh perubahan iklim itu bisa berubah sebab
spesies yang bermigrasi sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim atau
lingkungan. Jadi apabila lingkungan berubah, maka pola migrasinya juga
akan berubah. Misalnya sungainya rusak, tercemar dan lainnya," paparnya.
Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Yulia dan Tim LIPI menemukan lima
jenis spesies baru yang karakternya belum pernah di laporkan ada di dunia.
Sehingga berpeluang menjadi spesies baru di luar angka 18 spesies yang telah
tercatat tersebut. Selain itu, dia menemukan bahwa Indonesia tidak hanya
menjadi tempat tinggal tujuh spesies sidat, namun juga ditemukan dua
spesies lainnya yang termasuk bagian dari 18 spesies tersebut. Artinya
Indonesia berpeluang ditempati sembilan spesies sidat yang pernah dikenal di
dunia.
Tidak hanya itu, spesies moyang dari sidat yakni anguilla borneensis
merupakan spesies yang hanya ada di Indonesia dan statusnya sudah endemis
atau terancam punah. Wilayah Indonesia memang sangat memungkinkan
sebagai tempat favorit sidat, karena karakter ikan sidat yang suka bertelur di
wilayah gugusan pulau. Selain itu banyaknya gunung dan danau merupakan
surga bagi ikan ini. Yulia bersama Tim peneliti sempat menemukan ikan sidat
yang sudah berumur 15 tahun dengan ukuran panjang 1,72 meter dan berat 15
kg. Tingkat pertumbuhannya memang tinggi di daerah tropis.
Mempelajari pola karakter hidup ikan sidat memang unik. Ikan ini bisa hidup
di air tawar maupun asin, dipercaya inilah yang menyebabkan metabolisme
dan daya tahan tubuh ikan ini menjadi tinggi sehingga kandungan nutrisinya
pun tinggi. Ikan sidat dewasa akan bereproduksi di laut. Sementara jutaan
anakan-anakan ikan ini akan bermigrasi mencari muara dan menuju air tawar
Setelah dewasa sidat akan kembali mencari laut untuk bereproduksi begitu
terus siklusnya. Ini terbalik dari ikan salmon yang justru mencari air tawar
untuk melakukan reproduksi, dan anak-anaknya yang akan bermigrasi
mencari laut.
Namun menurut Yulia, memang ada yang berubah dari pola migrasi sidat.
Temuan lain yang dia dapatkan bersama tim peneliti adalah pola migrasi yang
tidak sama antara Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.
Penelitian yang dilakukan secara serentak di tiga wilayah tersebut dengan
melibatkan banyak anggota tim peneliti menemukan bahwa musim kemarau
merupakan puncak kelimpahan sidat di Indonesia bagian tengah yakni pada
bulan April - Oktober. Namun kebalikannya, justru Indonesia bagian barat
dan timur kelimpahannya rendah saat musim kemarau.
Hingga saat ini, memang eksploitasi ikan sidat masih mengandalkan hasil
tangkapan alam. Biasanya ikan sidat ditangkap saat anakan untuk kemudian
diekspor atau pada ukuran yang sudah besar. Meskipun di Indonesia
potensinya memang melimpah dan belum tergali, namun menurut Yulia
hingga saat ini belum ditemukan lokasi di mana ikan sidat ini bertelur dan
bereproduksi. Jika sudah ditemukan lokasi dan karakternya, tentu akan
sangat membantu pengembangan budi dayanya.
Selain itu, dia mengkhawatirkan masih ada spesies lain ikan sidat di negeri ini
yang belum ditemukan. Kekhawatirannya spesies tersebut sudah punah lebih
dulu sebelum dilakukan pencatatan akibat eksploitasi yang tidak
mempertimbangkan keberlanjutan kehidupan ikan ini.
Beranda
Analisa Usaha
ANALISA USAHA - BUDIDAYA IKAN SIDAT
Analisa Keuntungan
Penjualan Ikan Sidat 8,000 kg x Rp 70,000 = Rp 560,000,000
Biaya-biaya
Biaya operasional Rp
Biaya investasi Rp
Biaya penyusutan (pompa & saung jaga) Rp
Total Biaya Rp 167,400,000
Keuntungan Rp 392,600,000