Jurusan Keperawatan
OLEH :
Bambang Supriyadi
NIM : P1337420817003
2018
1
TUGAS INDIVIDU
Mengetahui
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan
rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena varises pada
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena - vena
vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna
timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah
dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi
dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita yang berusia
lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
selaput bagian paling rendah dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh
umur 50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa
3
kondisi boleh memerlukan hanya self-care perawatan sendiri dan lifestyle gaya
hidup (Sjamsuhidayat,2004).
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan Dari hasil penelitian yang
dilakukan secara deskripsi retrospektif, pasien hemoroid di jawa tengah dari bulan
Januari 2004 sampai dengan November 2009 terdapat 1137 pasien. Jumlah pasien
terbanyak pada tahun 2007 sebanyak 310 pasien dengan jumlah tindakan
pada tahun 2005 sebanyak 91 orang. Dari total pasien hemoroid sebanyak 1137
orang dari tahun 2004 - 2009 terdapat 310 pasien pada tahun 2007 dan pasien yang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Operasi
4
c. Untuk mengetahui perbedaan asuhan keperawatan antar kasus Haemoroid
Pre Operasi
Operasi
e. Untuk mengetahui reflective practice: masalah yang perlu solusi atau inovasi
5
BAB II
KELOLAAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. DATA UMUM
1. Nama/ Initial : Tn J
5. Agama : Islam
1. HEALTH PROMOTION
a. Keadaan Umum
nyeri pada daerah anus saat BAB, pasien ering meerasakan hal ini namun
kemudian kambuh lagi dan pada akirnya pasien disarankan untuk dibawa
ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati karena nyeri yang dirasakan sangat
Nyeri ^, sidat nyeri tajam, durasi nyeri terus menerus, dari pemeriksaan
6
TTV didapatkan hasil TD 90/60 mmhg, Hr 80x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu
370 C, BAB darah (-) pasien kemudian ditawarkan untuk rawat inap
diruang Bougenvile.
Pasien mengatakan belum pernah opname diRS dan belum pernah menjalani
kesehatan terdekat dan akirnya sembuh, benjolan bertambah besar dari tahun
(operasi)
- Pola Hidup
Pasien bekerja sebagai tukang becak yang banyak bekerja dan duduk
Pasien bekerja sebagai tukang becak dan mempunyai dua orang anak,
7
f. Pengobatan Sekarang tgl 29 Agustus 2018
2. NUTRITION
a. A(Antropometri)
8
b. B (Biochemical) data laboratrium yang tidak normal (tanggal 2 -9-2018)
BB
infus. Injeksi 15 cc
900 cc
l. Pemeriksaan Abdomen :
1) Inspeksi : perut datar, tidak tampak bekas jahitan dan tidak tampak
adanya masa
9
3) Palpasi : perut teraba lunak, blass kosong, tidak terdapat pembesaran
3. ELEMINATION
a. Sistem Urinari
secara spontan.
urine total : 110 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna jernih
Tidak terjadi distensi kandung kemih dan tidak terjadi retensi urine
a. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
b. Sistem Integument
Kulit; Warna: sawo matang, lembab, akral dingin, kapilarisasi refil <2
10
1. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
b. Aktivitas
3) ADL
ditempat tidur
11
5) Kekuatan otot : 5 5
5 5
aktif.
c. Cardio respons
dan atas
5) Pemeriksaan jantung
12
Sinistra
bunyi S3 dan S4
d. Pulmonary respon
tonsilitis
5) Pemeriksaan paru-paru
28x/menit
d) Auskultasi : Vesikuler
13
2. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
dijalaninya.
b. Sensasi/persepsi
nyeri 100x/menit
14
pasien mampu membedakan bentuk dan
kulitnya.
c. Communication
komunikasi sehari-hari
3. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
yang dialaminya.
3) Keinginan untuk mencederai : tak ada tanda untuk menciderai diri dan
orang lain
pasien
4. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
15
istri baik, demikian juga dengan anak
istrinya
hidup.
5. SEXUALITY
a. Identitas seksual
6. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
menahan nyeri
16
2) Kemampan untuk mengatasi : pasien hanya berdoa kepada
istrinya
berdoa.
becak
lingkungannya.
7. SAFETY/PROTECTION
17
b. Penyakit autoimune : Tidak ada
8. COMFORT
9. GROWTH/DEVELOPMENT
18
P-LCR 19,6
Interprestasi EKG
Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 4 kotak besar HR 300/4 =
7x/menit
Pemeriksaan Thorax
Kesan :
19
DAFTAR MASALAH
20
IMPLEMENTASI
22
diperlukan mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
Tentukan pilihan analgesik bersih
tergantung tipe dan beratnya Memberikan terapi analgetik obat ketorolac 30 mg dan ranitidine
nyeri yang tepat sesuai dengan advice 150 mgmasuk tidak tampak nyeri
Tentukan analgesik pilihan, yang diberikan dokter dan tidak tampak adanya tanda-
rute pemberian, dan dosis tanda alergi
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
Pa
2 NOC: kaji dan dokumentasikan 19/8/18 Mengkaji tingkat kecemasan Pasien gelisah mendengar advice
Tingkat ansietas tingkat kecemasan pasien, 08.00- pasien termasuk reaksi fisik kaki harus diamputasi
Pengendalian termasuk reaksi fisik 10.00 Memberikan informasi factual Pasien paham namun pasien tetap
diri terhadap berikan informasi factual menyangkut diagnosis dan menolak tindakan
ansietas menyangkut diagnosis, terapi prognosis
Konsentrasi; dan prognosis Menginstruksikan pasien dengan Pasien tampak lebih rileks dan
kemampuan instruksikan pasien tentang penggunaan tehnik relaksasi nyaman
untuk fokus penggunaan teknik relaksasi (aroma terapi) evidence based
pada stimulasi Lakukan kolaborasi tentang Mencipatakan suasana tenang dan Pasien tmpak lebih tenang karena
tertentu pemberian obat untuk menggunakan tehnik terapeutik bis mengungkapkan kegelisahanya
23
Koping; menurunkan ansietas jika perlu serta mendengarkan keluh kesah
tindakan pada saat ansietas berat, pasien
personal untuk lakukan pendampingan pasien, Mengajarkan tehnik relaksasi
mengatasi bicara dengan tenang, dan senam 5 jari dan aroma terapi
stressor yang berikan ketenangan serta rasa
membebani nyaman
sumber-sumber Lakukan dorongan kepada
individu pasien untuk mengungkapkan
Setelah dilakukan secara verbal pikiran dan
tidakan perasaan untuk
keperawatan mengeksternalisasikan ansietas
selama 2 x 24 jam Bantu pasien untuk
masalah teratasi. memfokuskan pada situasi saat
Kriteria Hasil: ini, sebagai cara untuk
Ansietas mengidentifikasi mekanisme
berkurang, koping yang dibutuhkan untuk
dibuktikan oleh mengurangi ansietas
tingkat ansietas Berikan lingkungan yang
hanya ringan tenang dan batasi kontak
sampai sedang dengan orang lain
dan selau Berikan komunikasi terapeutik
menunjukkan dengan pendekatan yang
pengendalian tenang dan meyakinkan
diri terhadap Berikan aroma terapi untuk
ansietas, diri, menurunkan kecemasan
koping. (evidence based)
24
CATATAN PERKEMBANGAN
agustus nyaman
P: pertahankan intervensi
Rabu 29 2 S:Pasien mengatakan sudah paham akan tindakan dan prosedur BBG
1200 O: pasien tampak rileks dan tenang, pasien bisa tidur dengan
tenag
A: Masalah teratasi
P: hentikan intervensi
25
PENGKAJIAN KEPERAWATAN II
C. DATA UMUM
1. Nama/ Initial : Tn D
5. Agama : Islam
1. HEALTH PROMOTION
a. Keadaan Umum
Pasien mengatakan nafas terasa sesak, sputum kental dan keringat dingin ±
bulan kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati dari
dimelati pasien merasa nyeri pada bagian anus, skala nyeri 5, nyeri bersifat
terbakar dan bertambah panas ketika duduk atau BAB, dari pemeriksaan
26
dinajurkan pindah rawat ke Ruang Bougenvile sebelum dilakukan tindakan
operasi.
Pasien sudah menjalani pengobatan rutin Tb ± 3 bulan yang lalu dan samapi
- Pola Hidup
Pasien adalah seorang pedagang setiap hari pasien harus bekerja pagi
hingga siang hari, pasien jarang melakukan olah raga dan makan-makanan
lingkungan disekitarnya.
tuberkulosis (TB).
27
kustaMencegah infeksi bakteri N.
penyebab tuberkulosis
2. NUTRITION
a. A(Antropometri)
28
1) BB pasien sebelum sakit adalah 62 selama pasien sakit di RS pasien
cm
3) Lingkar kepala -
4) Lingkar dada -
5) Lingkar lengan -
Hb 8,9 g/dL
4.
29
makan 3x habis ½ porsi 100cc. Cairan injeksi
j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 1000cc dan BAB (3x) 450 cc
l. Pemeriksaan Abdomen :
1) Inspeksi : perut datar, tidak acites tak tampak jaringan parut ataupun
bekas luka
3. ELEMINATION
a. Sistem Urinari
1) Pasien BAK spontan, urine memancar tak ada hambatan pasien tidak
Pasien tidak mengalami gangguan pada kandung kemih. ISK (-) batu
ginjal (-)
urine total : 1000 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna pekat kuning
kecoklatan
c. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
30
Pasien BAB 3x sehari dengan konsistensi lunak, warna coklat bau khas,
d. Sistem Integument
Kulit; sawo matang,kapilarisasi refil <2 detik, akral hangat, kulit kering
10. ACTIVITY/REST
e. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Jam tidur pasien adalah 6-8 jam dimalam hari dan 1-1,5
3) ADL
31
b) Toileting : selama sakit pasien disibin oleh keluarganya 2x
5) Kekuatan otot : 4 4
4 4
aktif.
g. Cardio respons
jantung
32
e) Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
Sinistra
bunyi S3 dan S4
h. Pulmonary respon
yantg lalu
bagian kiri
5) Pemeriksaan paru-paru
33
bentuk dada, tidak terdapat jejas, jaringan parut
menrasakan nyeri
d) Auskultasi : Vesikuler
11. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
mendapatkan informasi
34
dan mendapatkan penkes dari tenaga
kesehatan.
b. Sensasi/persepsi
kulitnya.
c. Communication
komunikasi sehari-hari
a. Self-concept/self-esteem
35
2) Perasaan putus asa/kehilangan: pasien berusaha menerima akan kondisi
keadaanya.pun nb
lain
a. Peranan hubungan
lelakinya
sakit
36
baik terlihat banyak tetangga yang
14. SEXUALITY
a. Identitas seksual
a. Coping respon
merasa sedih
istrinya
tidur
37
selama sakit, pasien hanya
berdoa.
bermasyarakat
lingkungannya.
solusi.
16. SAFETY/PROTECTION
17. COMFORT
38
18. GROWTH/DEVELOPMENT
P-LCR 24,9
Interprestasi EKG
Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 4 kotak besar HR 300/4 =
75x/menit
39
Pemeriksaan Thorax
Kesan :
40
DAFTAR MASALAH
RR 24x/menit proses
tambahan
41
IMPLEMENTASI
42
dengan mudah, berdiri
tidak ada Auskultasi TD pada kedua
pursed lips) lengan dan bandingkan
Menunjukkan Monitor TD, nadi, RR,
jalan nafas yang sebelum, selama, dan setelah
paten (klien aktivitas
tidak merasa Monitor kualitas dari nadi
tercekik, irama Monitor frekuensi dan irama
nafas, frekuensi pernapasan
pernafasan Monitor suara paru
dalam rentang Monitor pola pernapasan
normal, tidak abnormal
ada suara nafas Monitor suhu, warna, dan
abnormal) kelembaban kulit
Tanda Tanda Monitor sianosis perifer
vital dalam
Identifikasi penyebab dari
rentang normal perubahan vital sign
(tekanan darah,
nadi,
pernafasan)
2 NOC NIC 30/8/18 Mengajarkan tehnik relaksasi Pasien kooperatif dan pasien
Pain Level, Pain Management 08.00- nafas dalam dan tehnik distraksi mengatakan merasa lebih nyaman
Pain control Lakukan pengkajian nyeri 10.00 guide imagery dan rasa nyeri berkurang.
Comfort level secara komprehensif termasuk Mengevaluasi pengalaman nyeri pasien hanya mengalami nyeri
lokasi, karakteristik, durasi masa lampau dan pengaruh kepala dan dada sebelumnya.
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor kenyeri yang dialami. Pasien tak memiliki tehnik khusus
Mampu presipitasi dlm penanganan nyeri
mengontrol Observasi reaksi nonverbal Memantau ulang nyeri, lokasi, Skala nyeri 4, nyeri terasa tajam
nyeri (tahu dan ketidaknyamanan karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi 5-
43
penyebab nyeri, Gunakan teknik komunikasi kualitas faktor prespitasi serta 15 menit
mampu terapeutik untuk mengetahui mengobservasi reaksi
menggunakan pengalaman nyeri pasien ketidaknyamanan dengan
tehnik Evaluasi pengalaman nyeri menggunakan tehnik terapeutik
nonfarmakologi masa lampau Mengontrol kondisi ruangan dan pasien merasa nyaman dengan
untuk Evaluasi bersama pasien dan mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
mengurangi tim kesehatan lain tentang bersih
nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri Memberikan terapi analgetik ranitidine 150 mgmasuk tidak
bantuan) masa Iampau yang tepat sesuai dengan advice tampak nyeri dan tidak tampak
Melaporkan Bantu pasien dan keluarga yang diberikan dokter adanya tanda-tanda alergi
bahwa nyeri untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan 31/8/18 Mengajarkan tehnik relaksasi Pasien kooperatif dan pasien
dengan Kontrol lingkungan yang dapat 09.00- nafas dalam dan tehnik distraksi mengatakan merasa lebih nyaman
menggunakan mempengaruhi nyeri seperti 11.00 guide imagery dan rasa nyeri berkurang.
manajemen suhu ruangan, pencahayaan Memantau ulang nyeri, lokasi, Skala nyeri 2, nyeri terasa terbakar
nyeri dan kebisingan karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi 30
Mampu Pilih dan lakukan penanganan kualitas faktor prespitasi serta menit
mengenali nyeri nyeri (farmakologi, non mengobservasi reaksi
(skala, farmakologi dan inter ketidaknyamanan dengan
intensitas, personal) menggunakan tehnik terapeutik
frekuensi dan Kaji tipe dan sumber nyeri Mengontrol kondisi ruangan dan pasien merasa nyaman dengan
tanda nyeri) untuk menentukan intervensi mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
Menyatakan Ajarkan tentang teknik non bersih
rasa nyaman farmakologi Memberikan terapi analgetik ranitidine 150 mgmasuk tidak
setelah nyeri Berikan anaIgetik untuk yang tepat sesuai dengan advice tampak nyeri dan tidak tampak
berkurang mengurangi nyeri yang diberikan dokter adanya tanda-tanda alergi
Evaluasi keefektifan kontrol pasien tampak mampu melakukan
nyeri Menganjurkan pasien untuk secara mandiri
1/9/12
Tingkatkan istirahat 19.00-
melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam dan tehnik distraksi
44
Kolaborasikan dengan dokter 12.00 guide imagery Skala nyeri 2, nyeri terasa tajam
jika ada keluhan dan tindakan Memantau ulang nyeri, lokasi, dan bertambah saat BAB, durasi
nyeri tidak berhasil karateristik, durasi, frekuensi, 15-30 menit
Monitor penerimaan pasien kualitas faktor prespitasi serta
tentang manajemen nyeri mengobservasi reaksi
Analgesic Administration ketidaknyamanan dengan
Tentukan lokasi, karakteristik, menggunakan tehnik terapeutik pasien merasa nyaman dengan
kualitas, dan derajat nyeri Mengontrol kondisi ruangan dan posisi supinasi dan ruangan tampak
sebelum pemberian obat mengatur posisi yang nyaman bersih
Cek instruksi dokter tentang Memberikan terapi analgetik ranitidine 150 mgmasuk tidak
jenis obat, dosis, dan frekuensi yang tepat sesuai dengan advice tampak nyeri dan tidak tampak
Cek riwayat alergi yang diberikan dokter adanya tanda-tanda alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
45
tanda dan gejala
Pa
2 NOC NIC 30/8/18 Anjurkan pasien diit TKTP Pasien makan ¾ porsi
Nutritional Nutrition Management 10.00- tinggi serat
Status : Kaji adanya alergi makanan 12.00 Konsultasi dengan gizi dalam Pasien memahami pentingnya gizi
Nutritional parenteral penjelasan pentingya gizi untuk untuk penyembuhan
Status : food Kolaborasi dengan ahli gizi penyembuhan
and Fluid untuk menentukan jumlah Berikan pemenuhan gizi secara Pasien mendapatkan gizi TKTP
Intake kalori dan nutrisi yang adekuat
Nutritional dibutuhkan pasien. Pantau keadaan umum pasien pasien tidak mengalami pnurunan
Status: Anjurkan pasien untuk dan timbang BB BB
nutrient Intake meningkatkan protein dan Ciptakan suasana yang bersih pasien tampak senang dengan
Weight control vitamin C berikan lewat IV dan nyaman lingkungan yang bersih
Berikan substansi gula 31/8/18 Kolaborasi dalam pemberian konsultasi dengan dokter,
Kriteria Hasil : 10.00-
Yakinkan diet yang dib rikan tranfusi darah sementara ditambah lewat makanan
Adanya 12.00
peningkatan
lewat parenteral mengandung Berikan gizi yang adekuat pasien habis 1 porsi wlau sedikit-
zat yang dibutuhkan tubuh sedikit
berat badan
sesuai dengan Berikan makanan yang Panyau intake dan output Pasien habis 1 porsi, BAB 1x
tujuan terpilih (sudah Pantau kadar haemoglobin, Dilakukan pemeriksaan laborat,
dikonsultasikan dengan ahli albumin dan biochemical lain. hasil meyusul
Berat badan
gizi)
ideal sesuai
dengan tinggi Monitor jumlah nutrisi dan Berikat diit gizi yang adekuat Pasien makan 1 porsi habis
1/9/18
badan kandungan kalori
Jam Lakukan timbang BB Pasien naik 1 kg
Mampu Berikan informasi tentang Pantau intake dan out put pasien BAB 1x
07.00-
mengidentifik kebutuhan nutrisi Berikan suasana yang nyaman Pasien merasa nyaman
09.00
asi kebutuhan Kaji kemampuan pasien Pantau kadar haemoglobin, Hb 9,2 Albumin 3,4
nutrisi untuk mendapatkan nutrisi albumin dan biochemical lain.
Tidak ada yang dibutuhkan
tanda-tanda Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
46
malnutrisi normal
Menunjukkan Monitor adanya penurunan
peningkatan berat badan
fungsi Monitor tipe dan jumlah
pengecapan aktivitas yang biasa
dan menelan dilakukan
Tidak terjadi Monitor interaksi anak atau
penurunan orangtua selama makan
berat badan Jadwalkan pengobatan dan
yang berarti perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
·Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
47
CATATAN PERKEMBANGAN
2018 O : RR 20x/menit
2018 O: BB naik 1 kg
P: pertahankan intervensi
Pantau perubahan BB
48
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Teori Kenyamanan Kolcaba digunakan dalam praktik keperawatan sebagai
kerangka berpikir untuk suatu penelitian di berbagai area, seperti kateterisasi
jantung, keperawatan kritis, terapi radiasi, keperawatan ortopedi keperawatan
perioperatif, kehamilan dan persalinan,
Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori kenyamanan
Kolkaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief,
ease, dan transcendence; dan meliputi empat konteks kenyamanan, antara lain
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Adapun cara menggunakan tabel ini
adalah:
a. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang
membutuhkan tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan
kenyamanan pasien, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial).
b. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana
kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan
kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial).
49
c. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana kondisi
pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan, meliputi
empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
Selanjutnya Empat konteks kenyamanan menurut (Kolcaba 2008 dalam
Alligood 2014)
2. APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA PASIEN HAEMOROID PRE
OPERASI
50
muscle relaxation, meditasi, terapi mjsik atau seni, pijatan dan sentuhan
terapeutik (Peterson dan Bredow, 2004).
3. Implementasi keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk defisit dalam mekanisme
fisiologis yang terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasif
pada Haemoroid Pre Operasi. Kebutuhan fisik yang tidak jelas terlihat dan
yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau keseimbangan
elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang terlihat seperti
sakit, mual, muntah, mengigil atau gatal lebih mudah ditangani dengan
maupun tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi diarahkan untuk
mendapatkan kembali dan mempertahankan homeostasis (kolcaba dan
DiMarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termsuk kebutuhan untuk
kebutuhan kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan agar klien lebih
tenang ketika menjalani prosedur invasif (Haemoroid Pre Operasi) yang
menyakitkan atau trauma yang tidak dapat segera sembuh. Kebutuhan ini
sering dipenuhi dengan tindakan keperawatan yang menenangkan bagi jiwa
klien serta ditargetkan untuk trasedensi seperti pijat, perawatan mulut,
penunjang khusus, sentuhan dan kepedulian. Fasilitasi diri untuk strategi
menghibur dan kata-kata motovasi. Tindakan ini termasuk intervensi khusus
karena perawat sering sulit meluangkan waktu untuk melaksanakannya tetapi
apabila perawat menyempatkan diri maka tindakannya akan sangat bermakna.
Tindakan ini dapat memfasilitasi klien dan keluarga
mencapai transendence. Transendensi merupakan faktor kunci dalam
kematian klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan sosiocultural adalah kebutuhan untuk
jaminan budaya, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan
ini terpenuhi melalui pembinaan yang mencakup sikap optimisme, pesan-
pesan kesehatan dan dorongan semangat, penghargaan terhadap pencapaian
klien, persahabatan perawat selama bertugas, perkembangan informasi yang
tepat tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur, pemulihan
kesadaran, setelah anastesi, rencana pemulangan dan rehabilitasi. Kebutuhan
sosial ini juga termasuk kebutuhan keluarga untuk keuangan, bantuan
pekerjaan, menghormati tradisi budaya dan kadang-kadang untuk
51
persahabatan selama rawat inap jika unit keluarga memiliki jaringan sosial
yang terbatas. Rencana pemulangan juga membantu memenuhi kebutuhan
sosial untuk transisi perpindahan perawatan dari rumah sakit ke rumah.
Misalnya diskusi tentang rencana pemakaman dan membantu dengan
berkabung dalam situasi khusus klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong,
2009).
Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan,
perabotan yang nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini
juga termasuk perhatian dan saran pada klien dan keluarga untuk beradaptasi
dengan lingkungan kamar rumah sakit. Ketika perawat tidak mampu untuk
menyediakan lingkungan benar-benar tenang, perawat dapat membantu klien
dan keluarga untuk mampu menerima kekurangan dari pengaturan yang ideal.
Namun perawat harus mampu untuk melakukan upaya mengurangi
kebisingan, cahaya lampu dan gangguan istirahat tidur dalam rangka
memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan kesehatan klien (kolcaba dan
Dimarco, 2005., Wong, 2009).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrumen
telah dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan.
Perawat dapat menggunakan bebebrapa instrumen untuk menilai peningkatan
kenyamanan klien seperti behaviors cheklist ataupun childrens comfort
disiases sesuai dengan usia klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).
B. Perbedaan Asuhan Keperawatan terhadap Kedua Kasus Haemoroid Pre
Operasi
Asuhan keperawatan pada pasien Haemoroid pre operasi pada dasarnya
berfokus kepada rasa nyeri ang dialamiole kedua pasien. Bagaimana
pentalaksanaanya dan bagaimana mengatasi maslah yang muncul.
Pada kasus Tn J pasien hanya mempunyai diagnosa tunggal haemoroid,
sehingga permasalahan berfokus pada penanganan nyeri yang dialami pasien.
Pada Tn D selain haemoroid pasien juga menderita TB aktif, dimana banyak
permaalah yang dihadapi oleh pasien. Pasien mengalami sesak dan pasien juga
mengalami diabetes militus. Sehingga permasalahan yang muncul lebih
kompleks dimana pasien mengalami pola nafas inefektif. Pasien mengalami
penurunan kadar haemoglobin dan BB karena perasaan malas makan.
52
Penanganan kedua pasien tersebut menjadi berbeda karena setiap permasalahan
haemoroid didasarkan karena perbedaan gejala yang disertai disamping gejaa
nyeri yang dialami.
C. Aplikasi Evidence Based Practice
Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping yang
timbul peradangan atau inflamasi daerah sekitar anus. Nyeri yang disebabkan
oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan.
Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaannya harus diatasi dengan
manajemen nyeri, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Nyeri merupakan sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan bervariasi pada
tiap individu.Nyeri dapat mempengaruhi seluruh pikiran seseorang, mengatur
aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut. Nyeri merupakan faktor
psikososial yang perlu diungkap lewat komunikasi terapeutik, karena seorang
perawat perlu mendapatkan data baik secara subjektif maupun objektif untuk
menilai seberapa besar pengaruh nyeri tersebut pada pasien (Berman, Snyder,
Kozier, & Erb, 2003).
Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Penanganan nyeri dengan
tindakan relaksasi mencakup teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010).
Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan
dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya
gangguan.Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi
menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan
secara behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan
penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi
denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah,
penurunan frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan
otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada
extermitas (Rahmayati, 2010).
Teknik relaksasi nafas dalam akan lebih efektif bila dikombinasikan
dengan beberapa teknik lainnya, seperti guided imagery. Guided imagery
merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek
53
positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & heever, 2010).Teknik ini dimulai
dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong
untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan
untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010).
Dalam kasus Tn J dan Tn D relaksasi nafas dalam dan guide imagery dapat
dilakukan secara ktif sehingga nyeri bisa terkontrol dan berkurang. Tehnik
relaksasi tersebut diberikan pada fase ketika efek analgetik yang diberikan akan
hilang.
D. Reflective Practice
Masalah yang belum terselesaikan pada kedua kasus diatas adalah
bagaimana kemampuan perawata untuk enerabkan teori kenyamanan Colcaba
dalam penanganan nyeri, sehingga data dari pengkajian yang didapat mampu
secara nyata untuk meuyusun perencanaan keperawatan berdasarkan teori
Colcaba yang diungkapkan.
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menurunkan
peradangan agar tidak muncul yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang penatalaksanaan setelah operasi, makanan dan tindakan yang harus
dilakukan dan dihindari untuk pasien, dlam rangka mencegah agar haemoroid
tidak muncul kembali.
54
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori Kenyamanan Kolcaba digunakan dalam praktik keperawatan sebagai kerangka
berpikir untuk suatu penelitian di berbagai area, seperti nyeri karena haemoroid,
kateterisasi jantung, keperawatan kritis, terapi radiasi, keperawatan ortopedi
keperawatan perioperatif, kehamilan dan persalinan
2. Dalam penanganan pasien haemoroid pre operasi selain masalah utama nyeri yang
dihadapi juga perlu diperhatikan masalah-masalah lain yang muncul akibat dari
gejala diagnosis penyerta.
3. Relaksasi nafas dalam dan tehnik guide imagery dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri secara tepat, Guided imagery merupakan teknik yang
menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu.Teknik ini
dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong
untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan
untuk membuat damai dan tenang
4. Discharge planning untuk pasien haemoroid sangat penting diperhatikan terkait
dengan penatalaksanaan yang tepat kepada pasien sehingga meminimalkan
terjadinya haemoroid berulang..
B. Saran
1. Perlu dilakukan banyak riset dalam rangka untuk menurunkan intensitas nyeri
pada pasien haemoroid, kapan waktu yang tepat dan tehnik apa yangpaling tepat
untuk meurunkan intensitas dan skala nyeri pasien haemoroid.
2. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam tentang aplkasi teori keperawatn
kenyamanan kolkaba agar mampu memberikan asuhan yang profesional dalam
penanganan psien dengan gannguan kasus kenyamanan.
55