Anda di halaman 1dari 55

TUGAS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

FENOMENA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn J DENGAN


HAEMOROID dan TN D DENGAN HAEMOROID + TB PRE OPERASI DI
RUANG BOUGENVILE RSUD RAA SOEWONDO PATI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program Pasca Sarjana

Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

OLEH :

Bambang Supriyadi

NIM : P1337420817003

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA

TERAPAN KESEHATAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2018

1
TUGAS INDIVIDU

FENOMENA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn J DENGAN


HAEMOROID dan TN D DENGAN HAEMOROID + TB PRE OPERASI DI
RUANG BOUGENVILE RSUD RAA SOEWONDO PATI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan

Mengetahui

Mahasiswa Pembimbing Klinik

Bambang Supriyadi Ns. Hartono, S.Kep


NIM. P1337420817003 NIP..................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus

Hemoroidalis (Muttaqin, 2011) Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena

hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan

rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena varises pada

pleksus venosus di submukosa anal dan parianal (Mitchell, 2006).

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena - vena

hemoroidalis. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid

interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena

hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises

vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna

timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah

dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan

aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi

dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita yang berusia

lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat

menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman Hemoroid adalah seikat

pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah

selaput bagian paling rendah dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh

umur 50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa

gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak kesempatan

3
kondisi boleh memerlukan hanya self-care perawatan sendiri dan lifestyle gaya

hidup (Sjamsuhidayat,2004).

Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen

yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan

hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita,

hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang

berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan Dari hasil penelitian yang

dilakukan secara deskripsi retrospektif, pasien hemoroid di jawa tengah dari bulan

Januari 2004 sampai dengan November 2009 terdapat 1137 pasien. Jumlah pasien

terbanyak pada tahun 2007 sebanyak 310 pasien dengan jumlah tindakan

hemoroidektomi sebanyak 250. Sedangkan jumlah jumlah pasien paling sedikit

pada tahun 2005 sebanyak 91 orang. Dari total pasien hemoroid sebanyak 1137

orang dari tahun 2004 - 2009 terdapat 310 pasien pada tahun 2007 dan pasien yang

dilakukan tindakan hemoroidektomi sebanyak 250 orang pada tahun 2007.

Berdasarkan penelitian hemoroid interna diterapi sesuai dengan gradenya, tetapi

hemoroid eksterna selalu dengan operasi (Sjamsuhidayat,2012)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Fenomena asuhan keperawatan pada pasien Haemoroid Pre

Operasi di ruang Bougenvile RSUD RAA Soewondo Pati

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui fenomena asuhan keperawatan pasien Haemoroid Pre

Operasi

b. Untuk mengetahui penerapan aplikasi teori keperawatan dalam asuhan

keperawatan pasien Haemoroid Pre Operasi

4
c. Untuk mengetahui perbedaan asuhan keperawatan antar kasus Haemoroid

Pre Operasi

d. Untuk mengetahui aplikasi evidence based practice kasus Haemoroid Pre

Operasi

e. Untuk mengetahui reflective practice: masalah yang perlu solusi atau inovasi

terkait dengan kasus Haemoroid Pre Operasi

5
BAB II
KELOLAAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. DATA UMUM

1. Nama/ Initial : Tn J

2. Tanggal Lahir : 10 April 1975

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Alamat : Tanjungsari 1/5 Tlogowungu Pati Jawa Tengah

5. Agama : Islam

6. Tanggal Masuk RS : 28 Agustus 2018 jam 15.10.50 WIB

7. Tanggal pengkajian : 29 Agustus 2018 jam 11.00 WIB

8. Diagnosa Medis : Haemoroid

9. Bangsal : Bougenvile RS RAA. Soewondo Pati

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION

a. Keadaan Umum

1) Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien mengatakan ± 5 hari sebelum dibawa ke RS pasien mengatakan

nyeri pada daerah anus saat BAB, pasien ering meerasakan hal ini namun

bertambah nyeri pada 5 hari terakhir. Pasien sudah memeriksakan

penyakitnya ke tenaga kesehatan terdekat namun hanya reda sebentar

kemudian kambuh lagi dan pada akirnya pasien disarankan untuk dibawa

ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati karena nyeri yang dirasakan sangat

hebat. Dari pemeriksaan yang dilakukan di IGD didapatkan hasil Skala

Nyeri ^, sidat nyeri tajam, durasi nyeri terus menerus, dari pemeriksaan

6
TTV didapatkan hasil TD 90/60 mmhg, Hr 80x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu

370 C, BAB darah (-) pasien kemudian ditawarkan untuk rawat inap

diruang Bougenvile.

b. Riwayat masa lalu

Pasien mengatakan belum pernah opname diRS dan belum pernah menjalani

operasi sebelumnya. Sebelumnya pasien mengatakan terdapat benjolan pada

anusnya ± 5 tahun yang lalu.

c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Apabila benjolan pada anus terasa sakit pasien memeriksaakan ketenaga

kesehatan terdekat dan akirnya sembuh, benjolan bertambah besar dari tahun

ketahun namun pasien belum disarankan untuk menjalani tindakan invasif

(operasi)

d. Kemampuan Mengotrol Kesehatan

- Yang Dilakukan bila Sakit

Pasien selalu memeriksakan kepuskesmas atau ketenaga kesehatan

terdekat apabila pasien merasakan sakit.

- Pola Hidup

Pasien bekerja sebagai tukang becak yang banyak bekerja dan duduk

diatas becaknya, pasien jarang memperhatikan makanan yang

dikomsumsinya. Pasien tidak suka makan sayur-sayuran dan buah-buahan.

e. Faktor Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai tukang becak dan mempunyai dua orang anak,

pasien tinggal bersama istrinya, dalam proses pembayaran pasien

menggunakan jaminan kesehatan Jamkesda

7
f. Pengobatan Sekarang tgl 29 Agustus 2018

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat

1 Ranitidine 150 mg/24 golongan Ranitidin juga digunakan untuk

jam obat H2 mengobati dan mencegah berbagai

histamine penyakit perut dan kerongkongan

blocker. yang disebabkan oleh terlalu

banyak asam lambung, misalnya

erosive esophagitis dan refluks

asam lambung (gastroesophageal

reflux disease, GERD

2 Ketorolac 30 mg/ 24 Memblok produksi substansi alami

jam tubuh yang menyebabkan

inflamasi. Mengurangi bengkak,

nyeri dan demam

2. NUTRITION

a. A(Antropometri)

1) BB pasien adalah 60Kg, pasien tidak mengalami penurunan berat

badan selama pasien opname di RS

2) Lingkar perut pasien adalah 86 cm

3) Lingkar kepala pasien 52 cm

4) Lingkar dada pasien 104

5) Lingkar lengan atas 25 cm

6) Tinggi badan 162 cm

7) IMT BB/TB (m)2 = 60/1,622 = 22,8 (berat badan normal)

8
b. B (Biochemical) data laboratrium yang tidak normal (tanggal 2 -9-2018)

Kadar laboratorium Haemoglobin, Kholesterol LDL, HDL, Tg, As. Urat

Albumin dan GDS dalam batas normal.

c. C (Clinical) : keadaan umum baik, konjungtiva kemerahan,

sklera putih, rambut tidak mudah rontok.

d. D (Diet) : pasien makan diit tinggi serat (-)

e. E (Energy) : pasien merasa lemah, dalam beraktivitas pasien

melakukan secara mandiri

f. F (faktor) : pasien tidak megalami hal yang mengganggu

sistem pencernaan maupun nutrisi

g. Penilaian status Gizi : status gizi pasien bagus, pasien mempunyai

IMT normal dan tidak mengalami penurunan

BB

h. Pola Asupan Cairan : pasien minum 6 gelas sehari 1000 cc

i. Cairan masuk : Pasien mendapatkan infus Nacl 20 tpm dalam

24 jam pasien mendapatkan cairan 1440 cairan

infus. Injeksi 15 cc

j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 1200 cc dan IWL 15x60=

900 cc

k. Balance cairan 2455-2100 = (+ 355 cc)

l. Pemeriksaan Abdomen :

1) Inspeksi : perut datar, tidak tampak bekas jahitan dan tidak tampak

adanya masa

2) Auskultasi : peristaltik usus 12x/menit,

9
3) Palpasi : perut teraba lunak, blass kosong, tidak terdapat pembesaran

hepar dan tidak ada nyeri tekan

4) Perkusi : terdengar suara timpani

3. ELEMINATION

a. Sistem Urinari

1) pasien tidak mengalami gangguan dalam proses urinari, pasien BAK

secara spontan.

2) Riwayat kelainan kandung kemih

Tidak terdapat riwayat kelainan kandung kemih, pasien tidak mengaami

BPH pasien tidak mengalami rasa nyeri saat BAK.

3) Pola urine (warna, kekentalan, bau)

urine total : 110 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna jernih

4) Distensi kandung kemih/retensi urine

Tidak terjadi distensi kandung kemih dan tidak terjadi retensi urine

a. Sistem Gastrointestinal

1) Pola eliminasi

Pasien merasakan nyeri saat BAB, tampak benjolan pada anus

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Pasien tidak mengalami konstipasi

b. Sistem Integument

1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor /warna/suhu)

Kulit; Warna: sawo matang, lembab, akral dingin, kapilarisasi refil <2

detik. Pada ekstremitas kanan atas terpasang infus,

10
1. ACTIVITY/REST

a. Istirahat/tidur

1) Jam tidur : pasien sering terbangun karena merasakan nyeri apabila

tidur terlentang, pasien banyak tidur miring agar tidak

menekan bagian yang terkena haemoroid

2) Insomnia : Pasien tidak mengalami insomnia.

3) Pertolongan untuk merangsang tidur pasien (pasien tidak mengalami

gangguan dalam tidur dan tidak membutuhkan pertolongan khusus untuk

membantu agar bisa tidur)

b. Aktivitas

1) Pekerjaan : pasien bekerja sebagai tukang becak

2) Kebiasaan olah raga : pasien jarang berolahraga pasien mengatakan

saat melakukan aktivitas mengayuh beca dan

membantu pelanggan menurunkan dagangan

sudah sekaligus melakukan olah raga

3) ADL

a) Makan : pasien masih makanan tinggi serat habis 1 porsi

b) Toileting : pasien mampu ke toilet secara mandiri namun

kadang pasien dbantu oleh istrinya.

c) Kebersihan : pasien disibin istrinya dikamar mandi kadang

ditempat tidur

d) Berpakaian : Dalam berpakaian pasien dibantu keluarga

karena terpasang infus

4) Bantuan ADL : Dibantu oleh keluarga.

11
5) Kekuatan otot : 5 5

5 5

6) ROM : pasien mampu melakukan rentang gerak secara

aktif.

c. Cardio respons

1) Penyakit jantung : pasien tdak mempunyai penyakit jantung,

EKG sinus ritm

2) Edema esktremitas : tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah

dan atas

3) Tekanan darah dan nadi

a) Berbaring : 110/60 mmHg, tekanan darah diukur pada

ekstemitas kanan atas

b) Duduk : tidak diukur

4) Tekanan vena jugularis: Tidak terdapat distensi vena jugularis

5) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat

b) Palpasi : Iktus cordis teraba pada Spatium Inter Costa V

sebelah medial linea midklavikularis sisnistra,

tidak terdapat oedem.

c) Perkusi : Suara redup jantung tedengar pada :

Kanan atas SIC II Linea sternalis Dextra

Kanan Bawah SIC IV Linea Parasternalis Dextra

Kiri Atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis

12
Sinistra

d) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal reguler, tidak terdengar

bunyi S3 dan S4

d. Pulmonary respon

1) Penyakit sistem nafas : pemeriksaan thorax pasien dalam batas normal

pasien tidak mempunyai riwayat asma maupun

tonsilitis

2) Penggunaan O2 : pasien tidak menggunakan O2

3) Kemampuan bernafas : spontan ireguler

4) Gangguan pernafasan : terdengar suara vesikuler pada paru

5) Pemeriksaan paru-paru

a) Inspeksi : Gerakan dinding dada simteris, tidak terdapat

penggunaan otot bantu napas dan retraksi

interkosta, kulit normal, tidak terdapat kelainan

bentuk dada, tidak terdapat jejas, jaringan parut

pada permukaan dinding dada, RR pada saat

pengkajian adalah 18x/menit. Pada saat nyeri RR

28x/menit

b) Palpasi : Pergerakan dinding dara simetris, tidak teraba

adanya massa abnormal, fremitus taktil (-).

c) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

d) Auskultasi : Vesikuler

13
2. PERCEPTION/COGNITION

a. Orientasi/kognisi

1) Tingkat pendidikan : SMP

2) Kurang pengetahuan : pasien tidak pah

3) Pengetahuan tentang penyakit : pasien paham akan penyakit yang

dideritanya pasien hanya paham bahwa

akan dilakukan tindakan invasif

(operasi) pada dirinya. Namun pasien

belum tahu proses yang harus

dijalaninya.

4) Orientasi (waktu, tempat, orang): kesadaran pasien compos mentis,

pasien tidak mengalami gangguan

orientasi tempat, waktu dan mampu

mengenali orang dengan baik

b. Sensasi/persepsi

1) Riwayat penyakit jantung : EKG sinus ritme, HR 88x/menit saat

nyeri 100x/menit

2) Sakit kepala : pasien tidak merasakan sakit kepala

3) Penggunaan alat bantu : pasien tidak memakai kaca mata, alat

bantu dengar maupun alat bantu

penginderaan yang lain.

4) Penginderaan : pasien tidak mengalami miopo maupun

presbiopi pada penglihatan, katarak (-)

pasien mampu mendengar dengan baik,

pasien mampu membedakan rasa dan

14
pasien mampu membedakan bentuk dan

tekstur suatu benda dengan indera

kulitnya.

c. Communication

1) Bahasa yang digunakan : pasien menggunakan bahasa Jawa dalam

komunikasi sehari-hari

2) Kesulitan berkomunikasi : pasien mampu berkomunikasi dengan

baik tanpa ada gangguan

3. SELF PERCEPTION

a. Self-concept/self-esteem

1) Perasaan cemas/takut : pasien tampak cemas ketika diinfokan

bahwa harus dilakukan tindakan operasi

2) Perasaan putus asa/kehilangan: pasien berusaha menerima akan kondisi

yang dialaminya.

3) Keinginan untuk mencederai : tak ada tanda untuk menciderai diri dan

orang lain

4) Adanya luka/cacat : tidak ada luka dan cacat pada tubuh

pasien

4. ROLE RELATIONSHIP

a. Peranan hubungan

1) Status hubungan : pasien seorang bapak yang mempunyai 2

orang anak, hhubugan pasien dengan

15
istri baik, demikian juga dengan anak

dan petugas pemberi asuhan.

2) Orang terdekat : pasien dekat dengan istrinya, selama

sakit pasien sering ditunggui oleh

istrinya

3) Perubahan konflik/peran : selama sakit pasien tidak bisa bekerja

4) Perubahan gaya hidup : pasien tidak mengalami perubahan gaya

hidup.

5) Interaksi dengan orang lain : interaksi pasien dengan keluarga dan

perawat baik dengan para tetangga juga

baik terlihat banyak tetangga yang

berkunjung pada jam besuk.

5. SEXUALITY

a. Identitas seksual

Masalah/disfungsi seksual : pasien berjenis kelamin laki-laki dan

mempunyai 2 orang anak.

2) Periode menstruasi : tidak terkaji

3) Metode KB yang digunakan : tidak terkaji

4) Pemeriksaan SADARI : tidak terkaji

5) Pemeriksaan papsmear : tidak terkaji

6. COPING/STRESS TOLERANCE

a. Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas : pasien tampak tampak cemas

kadang pasien meringis

menahan nyeri

16
2) Kemampan untuk mengatasi : pasien hanya berdoa kepada

alloh dan bercerita dengan

istrinya

3) Perilaku yang menampakkan cemas : pasien sering menanyakan

kapan operasi akan dilakukan.

a. LIFE PRINCIPLESNilai kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien beragama Islam, pasien

tidak menjalakan ibadah sholat

selama sakit, pasien hanya

berdoa.

2) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien aktif dalam kegiatan

bermasyarakat setelah pulang

dari bekerja sebagai tukang

becak

3) Kegiatan kebudayaan : pasien mengikuti kegiatan

budaya yang ada disekitar

lingkungannya.

4) Kemampuan memecahkan masalah : sebelum sakit Jika terdapat

masalah pasien selalu pergi

mencari hiburan sesaat, tetapi

selama sakit jika terdapat

masalah selalu di diskusikan

dengan istri dan anaknya

7. SAFETY/PROTECTION

a. Alergi : Tidak terdapat riwayat alergi

17
b. Penyakit autoimune : Tidak ada

c. Tanda infeksi : Tidak ada

d. Gangguan thermoregulasi : 37,0C

8. COMFORT

a. Kenyamanan/Nyeri : Terdapat nyeri (terasa panas) pada anus

pasien, sifat nyeri tajam, durasi terus

menerus. Nyeri bertambah saat BAB

b. Rasa tidak nyaman lainnya : Pasien merasakan ketidaknyamanan pada

daerah abdomen karena terasa mulas.

c. Gejala yang menyertai :-

9. GROWTH/DEVELOPMENT

Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak di kaji, klien dewasa

A. DATA LABORATORIUM & PENUNJANG LAIN (2 September 2018)

Tanggal & Jenis Hasil


Harga Normal Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan
23 Juli 2018 Leukosit 7,1 3,8-10,6 103/ul Normal

Eritrosit 4,49 4,7-6,1 Low

Hemoglobin 13,2 13,2-17,3 g/dl Normal

Hematokrit 38,3 40-52 Low

MCH 29,4 26-34 pg High

MCHC 34,5 32-26 % Normal

RDW-CV 11,9 11,5-14,5 Normal

RDW-SD 35,7 35-47 fL Normal

PDW 10,4 9,0-13,0 fL Normal

MPV 9,2 6,8-10,0 fL Normal

18
P-LCR 19,6

GDS 120 70-160 Mg/dl Normal

Interprestasi EKG

Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 4 kotak besar HR 300/4 =

7x/menit

Tidak ditemukan gelombang ST elevasi maupun depresi dan kelainan lain

Pemeriksaan Thorax

Cor : tempak membesar apek sampai kelaterokaudal

Pulmo : corakan vaskuler normal

Tak tampak bercak kesua paru

Diafragma kanan dan kiri normal

Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip

Kesan :

Kardio megali (LV)

Pulmo dalam batas normal

19
DAFTAR MASALAH

Masalah Tanggal Ttd.


N Tanggal
Data Fokus
o /Jam Keperawatan Teratasi Perawat

1 29 -8- 18  Pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut BBG


13.00 pada daerah anus, nyeri
bersifat tajam, skala nyeri
6, durasi nyeri terus
menerus, bertambah saat
BAB
 Terdapat benjolan pada
anus tmpak kemerahan
 Pasien kadang tampak
meringgis menahan nyeri
 RR dan HR meningkat
saat nyeri (RR 38x/menit,
HR 100x/menit)

 Pasien mengatakan tahu Ancietas


tentang penyakitnya
namun tidak tahu akan
prosedur operasi
 Pasien tampak cemas dan
sering bertanya kapan
operasi akan dilakukan
 Pasien tampak gelisah dan
tidak tenang

20
IMPLEMENTASI

Kode Dx NOC NIC Tgl/jam Tindakan keperawatan Respon TTD


Kep
1 NOC NIC 29/8/18  Mengajarkan tehnik relaksasi  Pasien kooperatif dan pasien
 Pain Level, Pain Management 08.00- nafas dalam dan tehnik distraksi mengatakan merasa lebih nyaman
 Pain control  Lakukan pengkajian nyeri 10.00 guide imagery dan rasa nyeri berkurang.
 Comfort level secara komprehensif  Mengevaluasi pengalaman nyeri  pasien hanya mengalami nyeri
termasuk lokasi, masa lampau dan pengaruh kepala dan dada sebelumnya.
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi kenyeri yang dialami. Pasien tak memiliki tehnik khusus
 Mampu frekuensi, kualitas dan faktor dlm penanganan nyeri
mengontrol presipitasi  Melibatkan keluarga dalam  keluarga kooperatif dan bersedia
nyeri (tahu  Observasi reaksi nonverbal memberikan dukungan untuk
penyebab dan ketidaknyamanan penanganan nyeri kepada pasien
nyeri, mampu  Gunakan teknik komunikasi  Memantau ulang nyeri, lokasi,  Skala nyeri 4, nyeri terasa tajam
menggunakan terapeutik untuk mengetahui karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi 5-
tehnik pengalaman nyeri pasien kualitas faktor prespitasi serta 10 detik.
nonfarmakolo  Evaluasi pengalaman nyeri mengobservasi reaksi
gi untuk masa lampau ketidaknyamanan dengan
mengurangi  Evaluasi bersama pasien dan menggunakan tehnik terapeutik
nyeri, mencari tim kesehatan lain tentang  Mengontrol kondisi ruangan dan  pasien merasa nyaman dengan
bantuan) ketidakefektifan kontrol mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
 Melaporkan nyeri masa Iampau bersih
bahwa nyeri  Bantu pasien dan keluarga  Memberikan terapi analgetik  obat ketorolac 30 mg dan ranitidine
berkurang untuk mencari dan yang tepat sesuai dengan advice 150 mgmasuk tidak tampak nyeri
dengan menemukan dukungan yang diberikan dokter dan tidak tampak adanya tanda-
menggunakan  Kontrol lingkungan yang tanda alergi
manajemen dapat mempengaruhi nyeri
nyeri seperti suhu ruangan,  Mengecek pemberian analgetik,  pasien mendapatkan analgetik
 Mampu pencahayaan dan kebisingan dosis, jenis obat, frekuensi tunggal ketorolac
21
mengenali  Pilih dan lakukan  Menyarankan pasien untuk  pasien kadang terbangun karena
nyeri (skala, penanganan nyeri istirahat merasakan nyeri
intensitas, (farmakologi, non 30/8/18  Mengajarkan tehnik relaksasi  Pasien kooperatif dan pasien
frekuensi dan farmakologi dan inter 09.00- nafas dalam dan tehnik distraksi mengatakan merasa lebih nyaman
tanda nyeri) personal) 11.00 guide imagery dan rasa nyeri berkurang.
 Menyatakan  Kaji tipe dan sumber nyeri  Memantau ulang nyeri, lokasi,  Skala nyeri 3, nyeri terasa tajam
rasa nyaman untuk menentukan intervensi karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi
setelah nyeri  Ajarkan tentang teknik non kualitas faktor prespitasi serta 15-30 menit
berkurang farmakologi mengobservasi reaksi
 Berikan anaIgetik untuk ketidaknyamanan dengan
mengurangi nyeri menggunakan tehnik terapeutik
 Evaluasi keefektifan kontrol  Mengontrol kondisi ruangan dan  pasien merasa nyaman dengan
nyeri mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
 Tingkatkan istirahat bersih
 Kolaborasikan dengan dokter  Memberikan terapi analgetik  obat ketorolac 30 mg dan ranitidine
jika ada keluhan dan yang tepat sesuai dengan advice 150 mgmasuk tidak tampak nyeri
tindakan nyeri tidak berhasil yang diberikan dokter dan tidak tampak adanya tanda-
 Monitor penerimaan pasien tanda alergi
tentang manajemen nyeri  Menganjurkan pasien untuk  pasien tampak mampu melakukan
31/8/12 melakukan tehnik relaksasi secara mandiri
Analgesic Administration
19.00-
 Tentukan lokasi, nafas dalam dan tehnik distraksi
12.00 guide imagery
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum  Memantau ulang nyeri, lokasi,  Skala nyeri 2, nyeri terasa tajam
pemberian obat karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi
 Cek instruksi dokter tentang kualitas faktor prespitasi serta 15-30 menit
jenis obat, dosis, dan mengobservasi reaksi
frekuensi ketidaknyamanan dengan
 Cek riwayat alergi menggunakan tehnik terapeutik
 Pilih analgesik yang  Mengontrol kondisi ruangan dan  pasien merasa nyaman dengan

22
diperlukan mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
 Tentukan pilihan analgesik bersih
tergantung tipe dan beratnya  Memberikan terapi analgetik  obat ketorolac 30 mg dan ranitidine
nyeri yang tepat sesuai dengan advice 150 mgmasuk tidak tampak nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, yang diberikan dokter dan tidak tampak adanya tanda-
rute pemberian, dan dosis  tanda alergi
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
 Pa
2 NOC:  kaji dan dokumentasikan 19/8/18  Mengkaji tingkat kecemasan  Pasien gelisah mendengar advice
 Tingkat ansietas tingkat kecemasan pasien, 08.00- pasien termasuk reaksi fisik kaki harus diamputasi
 Pengendalian termasuk reaksi fisik 10.00  Memberikan informasi factual  Pasien paham namun pasien tetap
diri terhadap  berikan informasi factual menyangkut diagnosis dan menolak tindakan
ansietas menyangkut diagnosis, terapi prognosis
 Konsentrasi; dan prognosis  Menginstruksikan pasien dengan  Pasien tampak lebih rileks dan
kemampuan  instruksikan pasien tentang penggunaan tehnik relaksasi nyaman
untuk fokus penggunaan teknik relaksasi (aroma terapi) evidence based
pada stimulasi  Lakukan kolaborasi tentang  Mencipatakan suasana tenang dan  Pasien tmpak lebih tenang karena
tertentu pemberian obat untuk menggunakan tehnik terapeutik bis mengungkapkan kegelisahanya
23
 Koping; menurunkan ansietas jika perlu serta mendengarkan keluh kesah
tindakan  pada saat ansietas berat, pasien
personal untuk lakukan pendampingan pasien,  Mengajarkan tehnik relaksasi
mengatasi bicara dengan tenang, dan senam 5 jari dan aroma terapi
stressor yang berikan ketenangan serta rasa
membebani nyaman
sumber-sumber  Lakukan dorongan kepada
individu pasien untuk mengungkapkan
Setelah dilakukan secara verbal pikiran dan
tidakan perasaan untuk
keperawatan mengeksternalisasikan ansietas
selama 2 x 24 jam  Bantu pasien untuk
masalah teratasi. memfokuskan pada situasi saat
Kriteria Hasil: ini, sebagai cara untuk
 Ansietas mengidentifikasi mekanisme
berkurang, koping yang dibutuhkan untuk
dibuktikan oleh mengurangi ansietas
tingkat ansietas  Berikan lingkungan yang
hanya ringan tenang dan batasi kontak
sampai sedang dengan orang lain
dan selau  Berikan komunikasi terapeutik
menunjukkan dengan pendekatan yang
pengendalian tenang dan meyakinkan
diri terhadap  Berikan aroma terapi untuk
ansietas, diri, menurunkan kecemasan
koping. (evidence based)

24
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Kode Dx Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning Nama

/Jam Kep. (SOAP) Perawat

Jumat 31 1 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan sudah merasa BBG

agustus nyaman

2018 O: skala nyeri 1, pasien tampak tenang

14.00 A: Masalah keperawatan Teratasi

P: pertahankan intervensi

 monitor munculnya nyeri berulang

Rabu 29 2 S:Pasien mengatakan sudah paham akan tindakan dan prosedur BBG

agust 2018 operasi

1200 O: pasien tampak rileks dan tenang, pasien bisa tidur dengan

tenag

A: Masalah teratasi

P: hentikan intervensi

25
PENGKAJIAN KEPERAWATAN II

C. DATA UMUM

1. Nama/ Initial : Tn D

2. Tanggal Lahir : 01 Juli 1958

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Alamat : Purworwjo 2/4 Pati Jawa Tengah

5. Agama : Islam

6. Tanggal Masuk RS : 26 Agustus 2018, jam 20:38:22 WIB

7. Tanggal pengkajian : 30 Agustua 2018 jam 10:00 WIB

8. Diagnosa Medis : TB + Haemoroid

9. Bangsal : Bougenvile RS RAA. Soewondo Pati

D. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION

a. Keadaan Umum

Pasien mengatakan nafas terasa sesak, sputum kental dan keringat dingin ±

3 hari sebelum dibawa ke RS. Pasien sudah pengobatan rutin selama 3

bulan kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati dari

pemeriksaan fisik didapatkan data RR 28x/menit, HR 120x.menit, TD

130/80 mmhg pemeriksaan GDS 393 g/dL pasien mendapatkan terapi

infus asering 20 tpm, pengobatan TB dilanjutkan, Injeksi Insuin 12-12-12

kemudian pasien dianjurkan untuk rwat inap di Ruang Melati. Selama

dimelati pasien merasa nyeri pada bagian anus, skala nyeri 5, nyeri bersifat

terbakar dan bertambah panas ketika duduk atau BAB, dari pemeriksaan

anus terdapat benjolan pada anus, pada tanggal 30 Agustus Pasien

26
dinajurkan pindah rawat ke Ruang Bougenvile sebelum dilakukan tindakan

operasi.

b. Riwayat masa lalu

Pasien sudah menjalani pengobatan rutin Tb ± 3 bulan yang lalu dan samapi

sekarang pasien masih mengkonsumsi obat-obatan TB

c. Kemampuan Mengotrol Kesehatan

- Yang Dilakukan bila Sakit

Apabila pasien sakit pasien akan memeriksakan ke tenaga kesehatan atau

membawa ke puskesmas terdekat.

- Pola Hidup

Pasien adalah seorang pedagang setiap hari pasien harus bekerja pagi

hingga siang hari, pasien jarang melakukan olah raga dan makan-makanan

seadanya. Pasien kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan

lingkungan disekitarnya.

d. Faktor Sosial Ekonomi

Pasien dan istri bekerja sebagai seorang pedagang warung kecil-kecilan

dirumah. Pasien nerinteraksi baik dengan masyarakat dan keluarga. Pasien

melakukan pembayaran administrasi RS dengan BPJS PBI

e. Pengobatan Sekarang tgl 30 Agustus 2018

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat

1 Isoniazid 1-1-0 tab Isoniazid Isoniazid digunakan untuk

mengobati dan mencegah

tuberkulosis (TB).

2 Rifampicin 1-1-0 tab rimfampicin Sejenis anti biotik untuk mengobati

infeksi tuberculosis dan

27
kustaMencegah infeksi bakteri N.

meningitidis dan Hib

3 Ethambutol 0-0-2 tab Ethambutol Ethambutol bekerja dengan

menghentikan pertumbuhan bakteri

penyebab tuberkulosis

PZA 0-0-2 tab Pyrazinamide Pirazinamid adalah obat yang

digunakan dengan obat lain dengan

fungsi untuk mengobati

tuberkulosis (TB), sejenia antibiotik

Ranitidine 150 mg/12 golongan Ranitidin juga digunakan untuk

jam obat H2 mengobati dan mencegah berbagai

histamine penyakit perut dan kerongkongan

blocker. yang disebabkan oleh terlalu

banyak asam lambung, misalnya

erosive esophagitis dan refluks

asam lambung (gastroesophageal

reflux disease, GERD

Insulin 12-12-12 unit Insulin Insulin suntik adalah jenis obat

yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pasokan insulin yang

dibutuhkan oleh penderita diabetes

2. NUTRITION

a. A(Antropometri)

28
1) BB pasien sebelum sakit adalah 62 selama pasien sakit di RS pasien

mengalami penurunan BB menjadi 57 kg.. Tinggi badan pasien 165

cm

2) Lingkar perut pasien adalah 85 cm

3) Lingkar kepala -

4) Lingkar dada -

5) Lingkar lengan -

6) IMT 20, 95 (Normal)

b. B (Biochemical) data laboratrium yang tidak normal

Hb 8,9 g/dL

Albumin 3,1 g/dL

c. C (Clinical ) : konjungtiva tampak anemis, badan lemas,

pasien tampak sadar GCS 15

d. D (Diet) : pasien mendapatkan diet TKTP tinggi serat

e. E (Energy) : pasien mampu bergerak dan bergeser, pasien

duduk dengan dibantu keluarga. Kekuatan otot

4.

f. F (faktor) : peristaltik usus pasien 16x/menit

g. Penilaian status Gizi : pasien mempunya IMT Normal. Hb rendah dan

pasien tampak lemah

h. Pola Asupan Cairan : pasien mendapatkan infus asering 20 tpm pasien

minum 5 gelas sehari 700 cc, makan 3x 300cc

i. Cairan masuk : Pasien mendapatkan infus 20 tpm dalam 24 jam

pasien mendapatkan cairan 1440 cc dan pasien

29
makan 3x habis ½ porsi 100cc. Cairan injeksi

50 cc, pasien mendapat loading cairan 5 cc

j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 1000cc dan BAB (3x) 450 cc

IWL 15x57= 855

k. Balance cairan 2545-2305 = + 240cc

l. Pemeriksaan Abdomen :

1) Inspeksi : perut datar, tidak acites tak tampak jaringan parut ataupun

bekas luka

2) Auskultasi : peristaltik 16x/menit

3) Palpasi : perut teraba lunak, tidak teraba pembesaran hepar

4) Perkusi : terdengar suara timpani

3. ELEMINATION

a. Sistem Urinari

1) Pasien BAK spontan, urine memancar tak ada hambatan pasien tidak

mengalami gangguan dalam sistemrinari uinaria. Tidak ada batu ginjal

2) Riwayat kelainan kandung kemih

Pasien tidak mengalami gangguan pada kandung kemih. ISK (-) batu

ginjal (-)

3) Pola urine (warna, kekentalan, bau)

urine total : 1000 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna pekat kuning

kecoklatan

4) Distensi kandung kemih/retensi urine

Pada abdomen pasien tidak tampak distensi

c. Sistem Gastrointestinal

1) Pola eliminasi

30
Pasien BAB 3x sehari dengan konsistensi lunak, warna coklat bau khas,

pasien mengatakan nyeri saat BAB

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Pasien tidak mengalami konstipasi saat melakukan BAB

d. Sistem Integument

2) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor /warna/suhu)

Kulit; sawo matang,kapilarisasi refil <2 detik, akral hangat, kulit kering

dan agak kasar.

10. ACTIVITY/REST

e. Istirahat/tidur

1) Jam tidur : Jam tidur pasien adalah 6-8 jam dimalam hari dan 1-1,5

jam disiang hari.pasien sering terbangun karena

merasakan sesak pada malam hari

2) Insomnia : Pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur

(insomnia) dan gangguan tidur yag lain.

3) Pertolongan untuk merangsang tidur pasien (pasien mampu tidur tanpa

harus memerlukan rangsangan atau bantuan)

f. Aktivitas (data dari keluarga)

1) Pekerjaan : pasien bekerja sebagai pedagang

2) Kebiasaan olah raga : pasien jarang melakukan aktivitas olah raga

secara rutin. Pasien bekerja mulai pagi hingga

siang lalu istirahat dirumah

3) ADL

a) Makan : pasien melakukan makan sendiri habis ½ porsi

31
b) Toileting : selama sakit pasien disibin oleh keluarganya 2x

sehari dan pasien merasa lemah sehingga

toileting ditempat tidur.

c) Kebersihan : Dalam sehari pasien dilakukan personal hygiene

2X. Dibantu oleh keluarga

d) Berpakaian : Dalam berpakaian pasien dibantu keluarga

4) Bantuan ADL : Dibantu oleh keluarga.

5) Kekuatan otot : 4 4

4 4

6) ROM : pasien mampu melakukan rentang gerak secara

aktif.

g. Cardio respons

6) Penyakit jantung : pasien tidak mengalami gannguan irama

jantung maupun gangguan hantaran listrik

jantung

7) Edema esktremitas : pasien tidak mengalami edema baik pada

ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.

8) Tekanan darah dan nadi

c) Berbaring : 120/70 mmHg, tekanan darah diukur pada

ekstemitas kanan atas HR 84x/menit

meningkat saat nyeri 112x/menit

d) Duduk : tidak diukur

9) Tekanan vena jugularis: Tidak terdapat distensi vena jugularis

10) Pemeriksaan jantung

32
e) Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat

f) Palpasi : Iktus cordis teraba pada Spatium Inter Costa V

sebelah medial linea midklavikularis sisnistra,

tidak terdapat oedem.

g) Perkusi : Suara redup jantung tedengar pada :

Kanan atas SIC II Linea sternalis Dextra

Kanan Bawah SIC IV Linea Parasternalis Dextra

Kiri Atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis

Sinistra

h) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal reguler, tidak terdengar

bunyi S3 dan S4

h. Pulmonary respon

1) Penyakit sistem nafas : pemeriksaan thorax pasien menderita Tb aktif

dsn dalam masa pengobatan Tb sjak tiga bulan

yantg lalu

2) Penggunaan O2 : pasien terpasang O2 3lpm

3) Kemampuan bernafas : dengan bantuan oksigen dan tampak

pemakaian otot bantu pernafasan

4) Gangguan pernafasan : terdengar ronchi kasar pada mid clavicula 4.5

bagian kiri

5) Pemeriksaan paru-paru

a) Inspeksi : Gerakan dinding dada simteris, nampak

penggunaan otot bantu napas dan retraksi

interkosta, kulit normal, tidak terdapat kelainan

33
bentuk dada, tidak terdapat jejas, jaringan parut

pada permukaan dinding dada, RR pada saat

pengkajian dan terpasang O2 adalah 24x/menit.

RR meningkat 32x/menit saat pasien

menrasakan nyeri

b) Palpasi : Pergerakan dinding dara simetris, tidak teraba

adanya massa abnormal, fremitus taktil (-).

c) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

d) Auskultasi : Vesikuler

11. PERCEPTION/COGNITION

a. Orientasi/kognisi

1) Tingkat pendidikan : SMA

2) Kurang pengetahuan : pasien paham akan tentang

perkembangan informasi baik itu

informasi tentang kesehatan, politik

dan pengetahuan umum.

3) Pengetahuan tentang penyakit : pasien mengatakan sudah

mendapatkan informasi

4) Orientasi (waktu, tempat, orang): pasien tidak mengalami gangguan

orientasi tempat, waktu dan mampu

mengenali orang dengan baik. Tentang

kesehatanya dan penatalaksanaanya

semenjak pertama kali didiagnosa Tb

34
dan mendapatkan penkes dari tenaga

kesehatan.

b. Sensasi/persepsi

1) Riwayat penyakit jantung : EKG sinus ritme

2) Sakit kepala : pasien tidak merasakan sakit kepala

3) Penggunaan alat bantu : pasien tidak memakai kaca mata, alat

bantu dengar maupun alat bantu

penginderaan yang lain.

4) Penginderaan : pasien tidak mengalami miopi maupun

presbiopi pada penglihatan, katarak (-)

pasien mampu mendengar dengan baik,

pasien mampu membedakan rasa dan

pasien mampu membedakan bentuk dan

tekstur suatu benda dengan indera

kulitnya.

c. Communication

1) Bahasa yang digunakan : pasien menggunakan bahasa Jawa dalam

komunikasi sehari-hari

2) Kesulitan berkomunikasi : pasien mampu berkomunikasi dengan

baik tanpa ada gangguan

12. SELF PERCEPTION

a. Self-concept/self-esteem

1) Perasaan cemas/takut : pasien tampak tenang, tidak terlihat

cemas maupun bingung

35
2) Perasaan putus asa/kehilangan: pasien berusaha menerima akan kondisi

yang dialaminya dan berdoa akan

keadaanya.pun nb

3) Keinginan untuk mencederai : pasein tampak sedih namun tak ada

tanda untuk menciderai diri dan orang

lain

4) Adanya luka/cacat : tidak terdapat adanya luka dan cacat.

13. ROLE RELATIONSHIP

a. Peranan hubungan

1) Status hubungan : pasien berhubungan baik dengan

keluarga dan pasien juga kooperatif dan

mempuyai hubungan baik dengan

profesional pemberi asuhan

2) Orang terdekat : pasien dekat dengan istri nya. Selama

sakit pasien ditunngui oleh istri dan anak

lelakinya

3) Perubahan konflik/peran : selama sakit pasien tidak bisa bekerja

demikian dengan istrinya

4) Perubahan gaya hidup : pasien tidak mengalami perubahan gaya

hidup, namun pasien tidak bisa

menjalankan aktivitas berdagang selama

sakit

5) Interaksi dengan orang lain : interaksi pasien dengan keluarga dan

perawat baik dengan para tetangga juga

36
baik terlihat banyak tetangga yang

berkunjung pada jam besuk.

14. SEXUALITY

a. Identitas seksual

1) Masalah/disfungsi seksual : pasien berjenis kelamin laki-laki dan

sudah memiliki 2 orang anak

2) Periode menstruasi : tidak terkaji

3) Metode KB yang digunakan : tidak terkaji

4) Pemeriksaan SADARI : tidak terkaji

5) Pemeriksaan papsmear : tidak terkaji

15. COPING/STRESS TOLERANCE

a. Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas : pasien tampak tenang dan tak

merasa sedih

2) Kemampan untuk mengatasi : pasien hanya berdoa kepada

alloh dan bercerita dengan

istrinya

3) Perilaku yang menampakkan cemas : pasien tampak gelisah dan

banyak diam diatas tempat

tidur

b. LIFE PRINCIPLES Nilai kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien beragama Islam, pasien

tidak menjalakan ibadah sholat

37
selama sakit, pasien hanya

berdoa.

2) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien aktif dalam kegiatan

bermasyarakat

3) Kegiatan kebudayaan : pasien mengikuti kegiatan

budaya yang ada disekitar

lingkungannya.

4) Kemampuan memecahkan masalah : apabila pasien tertimpa suatu

masalah pasien bercerita kepada

istrinya untuk medapatkan

solusi.

16. SAFETY/PROTECTION

a. Alergi : Tidak terdapat riwayat alergi

b. Penyakit autoimune : Tidak ada

c. Tanda infeksi : Tidak ada

d. Gangguan thermoregulasi : 36,80C

17. COMFORT

a. Kenyamanan/Nyeri : pasien merasakan nyeri pada daerah anus,

nyeri seperti terbakar, nyeri muncul saat

dipakai duduk atau BAB, skala nyeri 5

b. Rasa tidak nyaman lainnya : Pasien merasakan ketidak nyamanan

dengan tindakan dan terapi yang diberikan

namun pasien menerima keadaan tersebut.

c. Gejala yang menyertai :-

38
18. GROWTH/DEVELOPMENT

Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak di kaji, klien dewasa

B. DATA LABORATORIUM & PENUNJANG LAIN (31 Agust 2018)

Tanggal & Jenis Hasil


Harga Normal Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan
Leukosit 5,0 3,8-10,6 103/ul High

Eritrosit 3.14 4,7-6,1 Low

Hemoglobin 8,9 13,2-17,3 g/dl Low

Hematokrit 25,9 40-52 Low

MCH 28,3 26-34 pg High

MCHC 34,4 32-36 % Normal

RDW-CV 14,1 11,5-14,5 Normal

RDW-SD 40,1 35-47 fL Normal

PDW 11,7 9,0-13,0 fL Normal

MPV 10,1 6,8-10,0 fL Normal

P-LCR 24,9

GDS 393 70-160 Mg/dl Normal

Interprestasi EKG

Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 4 kotak besar HR 300/4 =

75x/menit

Tidak ditemukan gelombang ST elevasi maupun depresi dan kelainan lain

39
Pemeriksaan Thorax

Cor : tak membesar bentuk dan ukuran normal

Pulmo : corakan vaskuler meningkat

Tampak bercak paru kiri dengan garis fibrotik

Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip

Diafragma kanan dan kiri normal

Kesan :

Cor tak membesar

Pulmo (Gambaran TB paru aktif)

40
DAFTAR MASALAH

Masalah Tanggal Ttd.


N Tanggal
Data Fokus
o /Jam Keperawatan Teratasi Perawat

1 19 -8- 18  pasien mengatakan dada terasa Pola nafas BBG


13.00
sesak, sputum kuning kental inefektif b.d

 RR 24x/menit proses

 Terdengar suara ronchi pada infeksi

mid klavikula 4-5 kiri penyakit

 Tampak penggunaan otot dada

tambahan

 Pasien sering terbangun karena


sesak
 Pemeriksaan thorax TB aktif

 Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut


anus, nyeri seperti terbakar, b.d proses
nyeri muncul terus menerus,
inflamasi
skala nyeri 5
 HR dan RR meningkat saat (peradangan)
pasien merasakan nyeri
 pasien mengalami penurunan Nutrisi
BB 1 Kg Kurang dari
 Hb 8.9 mg/dL
kebutuhan
 Albumin 3,1 mg/dL
 Pasien tampak anemis tubuh

 Pasien makan1/2 porsi makanan


yang diberikan RS

41
IMPLEMENTASI

Kode Dx NOC NIC Tgl/jam Tindakan keperawatan Respon TTD


Kep
1 NOC: NIC : 30/8/18  memberikan posisi semi fowler,  pasien merasalebih nyaman dengan
 Respiratory Airway Management 08.00- mengatur pemberian oksigen posisi semi fowler, oksigen 3 lpm,
status :  Atur intake untuk cairan 10.00 dan memonitor adanya pasien tampak tenang
Ventilation mengoptimalkan kecemasan pada pasien
 Respiratory keseimbangan.  mengukur TTV dan KU pasien,  TD 120/70 mmhg HR 88x/menit,
status : Airway  Monitor respirasi dan status serta adanya tanda-tanda RR 22x/mnt, S 36,20C
patency O2 sianosis atau hipoventilasi
 Vital sign Status  mengukur membersihkan  Pasien menjadi lebih nyaman
Setelah dilakukan Oxygen Therapy ruangan dan tempat tidur dengan ruangan yang bersih
tidakan  Pertahankan jalan nafas yang  memberikan oksigen yang  O2 3 lpm diberikan dengan
keperawatan paten adekuat adekuat, tidak ada reaksi sesak dan
selama 3 x 24 jam  Atur peralatan oksigenasi pasien nyaman
masalah teratasi.  Monitor aliran oksigen 31/8/18  mengajarkan tehnik ACBT  Pasien mampu melaksanakan
Kriteria Hasil:  Pertahankan posisi pasien 09.00- latihan ACBT
 Mendemonstras  Onservasi adanya tanda
11.00  mengatur posisi pasien  Pasien merasa lebh nyaman
ikan batuk tanda hipoventilasi  mengukur TTV  RR 20x.mnt HR 88x.menit TD
efektif dan  Monitor adanya kecemasan 120/80 mmhg
suara nafas pasien terhadap oksigenasi  mengurangi pemberian O2  Pasien mulai tak terasa sesak
yang bersih,
tidak ada 1/9/18
Vital sign Monitoring  menganjurkan pasien melakukan  Pasien mampu melakukan ACBT
sianosis dan 09.00-
 Monitor TD, nadi, suhu, dan tehnik ACBT
dyspneu 11.00
RR  mengatur posisi pasien TTV  RR 20x/menit, HR 80x/menit S
(mampu  Catat adanya fluktuasi 360C
mengeluarkan tekanan darah  menghentikan O2  Pasien bernafas spontan
sputum, mampu
 Monitor VS saat pasien
bernafas berbaring, duduk, atau

42
dengan mudah, berdiri
tidak ada  Auskultasi TD pada kedua
pursed lips) lengan dan bandingkan
 Menunjukkan  Monitor TD, nadi, RR,
jalan nafas yang sebelum, selama, dan setelah
paten (klien aktivitas
tidak merasa  Monitor kualitas dari nadi
tercekik, irama  Monitor frekuensi dan irama
nafas, frekuensi pernapasan
pernafasan  Monitor suara paru
dalam rentang  Monitor pola pernapasan
normal, tidak abnormal
ada suara nafas  Monitor suhu, warna, dan
abnormal) kelembaban kulit
 Tanda Tanda  Monitor sianosis perifer
vital dalam
 Identifikasi penyebab dari
rentang normal perubahan vital sign
(tekanan darah,
nadi,
pernafasan)

2 NOC NIC 30/8/18  Mengajarkan tehnik relaksasi  Pasien kooperatif dan pasien
 Pain Level, Pain Management 08.00- nafas dalam dan tehnik distraksi mengatakan merasa lebih nyaman
 Pain control  Lakukan pengkajian nyeri 10.00 guide imagery dan rasa nyeri berkurang.
 Comfort level secara komprehensif termasuk  Mengevaluasi pengalaman nyeri  pasien hanya mengalami nyeri
lokasi, karakteristik, durasi masa lampau dan pengaruh kepala dan dada sebelumnya.
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor kenyeri yang dialami. Pasien tak memiliki tehnik khusus
 Mampu presipitasi dlm penanganan nyeri
mengontrol  Observasi reaksi nonverbal  Memantau ulang nyeri, lokasi,  Skala nyeri 4, nyeri terasa tajam
nyeri (tahu dan ketidaknyamanan karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi 5-

43
penyebab nyeri,  Gunakan teknik komunikasi kualitas faktor prespitasi serta 15 menit
mampu terapeutik untuk mengetahui mengobservasi reaksi
menggunakan pengalaman nyeri pasien ketidaknyamanan dengan
tehnik  Evaluasi pengalaman nyeri menggunakan tehnik terapeutik
nonfarmakologi masa lampau  Mengontrol kondisi ruangan dan  pasien merasa nyaman dengan
untuk  Evaluasi bersama pasien dan mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
mengurangi tim kesehatan lain tentang bersih
nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri  Memberikan terapi analgetik  ranitidine 150 mgmasuk tidak
bantuan) masa Iampau yang tepat sesuai dengan advice tampak nyeri dan tidak tampak
 Melaporkan  Bantu pasien dan keluarga yang diberikan dokter adanya tanda-tanda alergi
bahwa nyeri untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan 31/8/18  Mengajarkan tehnik relaksasi  Pasien kooperatif dan pasien
dengan  Kontrol lingkungan yang dapat 09.00- nafas dalam dan tehnik distraksi mengatakan merasa lebih nyaman
menggunakan mempengaruhi nyeri seperti 11.00 guide imagery dan rasa nyeri berkurang.
manajemen suhu ruangan, pencahayaan  Memantau ulang nyeri, lokasi,  Skala nyeri 2, nyeri terasa terbakar
nyeri dan kebisingan karateristik, durasi, frekuensi, dan bertambah saat BAB, durasi 30
 Mampu  Pilih dan lakukan penanganan kualitas faktor prespitasi serta menit
mengenali nyeri nyeri (farmakologi, non mengobservasi reaksi
(skala, farmakologi dan inter ketidaknyamanan dengan
intensitas, personal) menggunakan tehnik terapeutik
frekuensi dan  Kaji tipe dan sumber nyeri  Mengontrol kondisi ruangan dan  pasien merasa nyaman dengan
tanda nyeri) untuk menentukan intervensi mengatur posisi yang nyaman posisi supinasi dan ruangan tampak
 Menyatakan  Ajarkan tentang teknik non bersih
rasa nyaman farmakologi  Memberikan terapi analgetik  ranitidine 150 mgmasuk tidak
setelah nyeri  Berikan anaIgetik untuk yang tepat sesuai dengan advice tampak nyeri dan tidak tampak
berkurang mengurangi nyeri yang diberikan dokter adanya tanda-tanda alergi
 Evaluasi keefektifan kontrol  pasien tampak mampu melakukan
nyeri  Menganjurkan pasien untuk secara mandiri
1/9/12
 Tingkatkan istirahat 19.00-
melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam dan tehnik distraksi

44
 Kolaborasikan dengan dokter 12.00 guide imagery  Skala nyeri 2, nyeri terasa tajam
jika ada keluhan dan tindakan  Memantau ulang nyeri, lokasi, dan bertambah saat BAB, durasi
nyeri tidak berhasil karateristik, durasi, frekuensi, 15-30 menit
 Monitor penerimaan pasien kualitas faktor prespitasi serta
tentang manajemen nyeri mengobservasi reaksi
Analgesic Administration ketidaknyamanan dengan
 Tentukan lokasi, karakteristik, menggunakan tehnik terapeutik  pasien merasa nyaman dengan
kualitas, dan derajat nyeri  Mengontrol kondisi ruangan dan posisi supinasi dan ruangan tampak
sebelum pemberian obat mengatur posisi yang nyaman bersih
 Cek instruksi dokter tentang  Memberikan terapi analgetik  ranitidine 150 mgmasuk tidak
jenis obat, dosis, dan frekuensi yang tepat sesuai dengan advice tampak nyeri dan tidak tampak
 Cek riwayat alergi yang diberikan dokter adanya tanda-tanda alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik,

45
tanda dan gejala
 Pa
2 NOC NIC 30/8/18  Anjurkan pasien diit TKTP  Pasien makan ¾ porsi
 Nutritional Nutrition Management 10.00- tinggi serat
Status :  Kaji adanya alergi makanan 12.00  Konsultasi dengan gizi dalam  Pasien memahami pentingnya gizi
 Nutritional parenteral penjelasan pentingya gizi untuk untuk penyembuhan
Status : food  Kolaborasi dengan ahli gizi penyembuhan
and Fluid untuk menentukan jumlah  Berikan pemenuhan gizi secara  Pasien mendapatkan gizi TKTP
Intake kalori dan nutrisi yang adekuat
 Nutritional dibutuhkan pasien.  Pantau keadaan umum pasien  pasien tidak mengalami pnurunan
Status:  Anjurkan pasien untuk dan timbang BB BB
nutrient Intake meningkatkan protein dan  Ciptakan suasana yang bersih  pasien tampak senang dengan
 Weight control vitamin C berikan lewat IV dan nyaman lingkungan yang bersih
 Berikan substansi gula 31/8/18  Kolaborasi dalam pemberian  konsultasi dengan dokter,
Kriteria Hasil : 10.00-
 Yakinkan diet yang dib rikan tranfusi darah sementara ditambah lewat makanan
 Adanya 12.00
peningkatan
lewat parenteral mengandung  Berikan gizi yang adekuat  pasien habis 1 porsi wlau sedikit-
zat yang dibutuhkan tubuh sedikit
berat badan
sesuai dengan  Berikan makanan yang  Panyau intake dan output  Pasien habis 1 porsi, BAB 1x
tujuan terpilih (sudah  Pantau kadar haemoglobin,  Dilakukan pemeriksaan laborat,
dikonsultasikan dengan ahli albumin dan biochemical lain. hasil meyusul
 Berat badan
gizi)
ideal sesuai
dengan tinggi  Monitor jumlah nutrisi dan  Berikat diit gizi yang adekuat  Pasien makan 1 porsi habis
1/9/18
badan kandungan kalori
Jam  Lakukan timbang BB  Pasien naik 1 kg
 Mampu  Berikan informasi tentang  Pantau intake dan out put pasien  BAB 1x
07.00-
mengidentifik kebutuhan nutrisi  Berikan suasana yang nyaman  Pasien merasa nyaman
09.00
asi kebutuhan  Kaji kemampuan pasien  Pantau kadar haemoglobin,  Hb 9,2 Albumin 3,4
nutrisi untuk mendapatkan nutrisi albumin dan biochemical lain.
 Tidak ada yang dibutuhkan
tanda-tanda Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas

46
malnutrisi normal
 Menunjukkan  Monitor adanya penurunan
peningkatan berat badan
fungsi  Monitor tipe dan jumlah
pengecapan aktivitas yang biasa
dan menelan dilakukan
 Tidak terjadi  Monitor interaksi anak atau
penurunan orangtua selama makan
berat badan  Jadwalkan pengobatan dan
yang berarti perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 ·Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

47
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Kode Dx Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning Nama

/Jam Kep. (SOAP) Perawat

Sabtu 1 sept 1 S: pasien mengatakan sesak berkurang BBG

2018 O : RR 20x/menit

14.00  Tidak terengar suara ronchi

 Suara nafas vesikuler

 Pasien bernafas spontan

A : masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi
 Pantau munculnya sesak berulang
 Anjurkan pasien tetap menggunakan tehnik ACBT
Sabtu 1 Sept S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
2018 O : pasien tampak rileks
14.00  Skala nyeri 1, pasien tampak bisa tidur dengan nyaman
 A : masalah teratasi
 P : pertahankan intervensi
Sabtu 1 Sept 2 S: pasien mengatakan nafsu makan sudah meningkat. BBG

2018 O: BB naik 1 kg

14.00  Hb 9.1 mg/dL,

 Pasien habis 1 porsi makan

A: Masalah teratasi sebagian

P: pertahankan intervensi

Pantau intake dan out put

Pantau perubahan BB

48
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Aplikasi Teori Keperawatan Kenyamanan Colcaba Dalam

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Haemoroid Pre Operasi

1. Pengertian
Teori Kenyamanan Kolcaba digunakan dalam praktik keperawatan sebagai
kerangka berpikir untuk suatu penelitian di berbagai area, seperti kateterisasi
jantung, keperawatan kritis, terapi radiasi, keperawatan ortopedi keperawatan
perioperatif, kehamilan dan persalinan,

Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori kenyamanan
Kolkaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief,
ease, dan transcendence; dan meliputi empat konteks kenyamanan, antara lain
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Adapun cara menggunakan tabel ini
adalah:
a. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang
membutuhkan tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan
kenyamanan pasien, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial).
b. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana
kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan
kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial).

49
c. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana kondisi
pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan, meliputi
empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
Selanjutnya Empat konteks kenyamanan menurut (Kolcaba 2008 dalam
Alligood 2014)
2. APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA PASIEN HAEMOROID PRE
OPERASI

Aplikasi teori kenyamanan di area keperawatan khususnya pada pasien post op


kolelitiasis dengan tindakan Haemoroid Pre Operasi menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan mencakup kegiatan
pengkajian, penegakan diagnosis keperawatan sesuai masalah keperawatan,
menyusun intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian pada pasien haemoroid ditujuan untuk menggali kebutuhan rasa
nyaman klien dan keluarga pada empat konteks pengalaman fisik,
psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Kenyamanan fisik terdiri dari
sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis. Kenyamanan psikospiritual
mencakup kesadaran diri (harga diri, seksualitas, arti hidup) dan hubungan
manusia pada tatanan yang lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari
lampu, bising, lingkungan sekeliling, cahaya, suhu, elemen tiruan versus
alami.
b. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada pasien Haemoroid Pre Operasi bertujuan
meningkatkan rasa nyaman. Intervensi kenyamanan memiliki tiga kategori: (a)
intervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homeostasis dan
mengontrol rasa sakit pasca Haemoroid Pre Operasi, (b) pelatihan untuk
meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi, menanamkan
harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan dan (c)
tindakan yang menenangkan bagi jiwa, hal-hal menyenangkan yang perawat
lakukan untuk membuat klien atau keluarga merasa diperhatikan dan
diperkuat seperti pijat atauguided imagery, (kolcaba, 2003). Intervensi holistik
yang sesuai dengan teori kenyamanan antara lain: guided imagery, progressive

50
muscle relaxation, meditasi, terapi mjsik atau seni, pijatan dan sentuhan
terapeutik (Peterson dan Bredow, 2004).
3. Implementasi keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk defisit dalam mekanisme
fisiologis yang terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasif
pada Haemoroid Pre Operasi. Kebutuhan fisik yang tidak jelas terlihat dan
yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau keseimbangan
elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang terlihat seperti
sakit, mual, muntah, mengigil atau gatal lebih mudah ditangani dengan
maupun tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi diarahkan untuk
mendapatkan kembali dan mempertahankan homeostasis (kolcaba dan
DiMarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termsuk kebutuhan untuk
kebutuhan kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan agar klien lebih
tenang ketika menjalani prosedur invasif (Haemoroid Pre Operasi) yang
menyakitkan atau trauma yang tidak dapat segera sembuh. Kebutuhan ini
sering dipenuhi dengan tindakan keperawatan yang menenangkan bagi jiwa
klien serta ditargetkan untuk trasedensi seperti pijat, perawatan mulut,
penunjang khusus, sentuhan dan kepedulian. Fasilitasi diri untuk strategi
menghibur dan kata-kata motovasi. Tindakan ini termasuk intervensi khusus
karena perawat sering sulit meluangkan waktu untuk melaksanakannya tetapi
apabila perawat menyempatkan diri maka tindakannya akan sangat bermakna.
Tindakan ini dapat memfasilitasi klien dan keluarga
mencapai transendence. Transendensi merupakan faktor kunci dalam
kematian klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan sosiocultural adalah kebutuhan untuk
jaminan budaya, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan
ini terpenuhi melalui pembinaan yang mencakup sikap optimisme, pesan-
pesan kesehatan dan dorongan semangat, penghargaan terhadap pencapaian
klien, persahabatan perawat selama bertugas, perkembangan informasi yang
tepat tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur, pemulihan
kesadaran, setelah anastesi, rencana pemulangan dan rehabilitasi. Kebutuhan
sosial ini juga termasuk kebutuhan keluarga untuk keuangan, bantuan
pekerjaan, menghormati tradisi budaya dan kadang-kadang untuk

51
persahabatan selama rawat inap jika unit keluarga memiliki jaringan sosial
yang terbatas. Rencana pemulangan juga membantu memenuhi kebutuhan
sosial untuk transisi perpindahan perawatan dari rumah sakit ke rumah.
Misalnya diskusi tentang rencana pemakaman dan membantu dengan
berkabung dalam situasi khusus klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong,
2009).
Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan,
perabotan yang nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini
juga termasuk perhatian dan saran pada klien dan keluarga untuk beradaptasi
dengan lingkungan kamar rumah sakit. Ketika perawat tidak mampu untuk
menyediakan lingkungan benar-benar tenang, perawat dapat membantu klien
dan keluarga untuk mampu menerima kekurangan dari pengaturan yang ideal.
Namun perawat harus mampu untuk melakukan upaya mengurangi
kebisingan, cahaya lampu dan gangguan istirahat tidur dalam rangka
memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan kesehatan klien (kolcaba dan
Dimarco, 2005., Wong, 2009).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrumen
telah dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan.
Perawat dapat menggunakan bebebrapa instrumen untuk menilai peningkatan
kenyamanan klien seperti behaviors cheklist ataupun childrens comfort
disiases sesuai dengan usia klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).
B. Perbedaan Asuhan Keperawatan terhadap Kedua Kasus Haemoroid Pre
Operasi
Asuhan keperawatan pada pasien Haemoroid pre operasi pada dasarnya
berfokus kepada rasa nyeri ang dialamiole kedua pasien. Bagaimana
pentalaksanaanya dan bagaimana mengatasi maslah yang muncul.
Pada kasus Tn J pasien hanya mempunyai diagnosa tunggal haemoroid,
sehingga permasalahan berfokus pada penanganan nyeri yang dialami pasien.
Pada Tn D selain haemoroid pasien juga menderita TB aktif, dimana banyak
permaalah yang dihadapi oleh pasien. Pasien mengalami sesak dan pasien juga
mengalami diabetes militus. Sehingga permasalahan yang muncul lebih
kompleks dimana pasien mengalami pola nafas inefektif. Pasien mengalami
penurunan kadar haemoglobin dan BB karena perasaan malas makan.

52
Penanganan kedua pasien tersebut menjadi berbeda karena setiap permasalahan
haemoroid didasarkan karena perbedaan gejala yang disertai disamping gejaa
nyeri yang dialami.
C. Aplikasi Evidence Based Practice
Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping yang
timbul peradangan atau inflamasi daerah sekitar anus. Nyeri yang disebabkan
oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan.
Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaannya harus diatasi dengan
manajemen nyeri, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Nyeri merupakan sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan bervariasi pada
tiap individu.Nyeri dapat mempengaruhi seluruh pikiran seseorang, mengatur
aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut. Nyeri merupakan faktor
psikososial yang perlu diungkap lewat komunikasi terapeutik, karena seorang
perawat perlu mendapatkan data baik secara subjektif maupun objektif untuk
menilai seberapa besar pengaruh nyeri tersebut pada pasien (Berman, Snyder,
Kozier, & Erb, 2003).
Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Penanganan nyeri dengan
tindakan relaksasi mencakup teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010).
Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan
dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya
gangguan.Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi
menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan
secara behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan
penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi
denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah,
penurunan frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan
otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada
extermitas (Rahmayati, 2010).
Teknik relaksasi nafas dalam akan lebih efektif bila dikombinasikan
dengan beberapa teknik lainnya, seperti guided imagery. Guided imagery
merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek

53
positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & heever, 2010).Teknik ini dimulai
dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong
untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan
untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010).
Dalam kasus Tn J dan Tn D relaksasi nafas dalam dan guide imagery dapat
dilakukan secara ktif sehingga nyeri bisa terkontrol dan berkurang. Tehnik
relaksasi tersebut diberikan pada fase ketika efek analgetik yang diberikan akan
hilang.
D. Reflective Practice
Masalah yang belum terselesaikan pada kedua kasus diatas adalah
bagaimana kemampuan perawata untuk enerabkan teori kenyamanan Colcaba
dalam penanganan nyeri, sehingga data dari pengkajian yang didapat mampu
secara nyata untuk meuyusun perencanaan keperawatan berdasarkan teori
Colcaba yang diungkapkan.
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menurunkan
peradangan agar tidak muncul yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang penatalaksanaan setelah operasi, makanan dan tindakan yang harus
dilakukan dan dihindari untuk pasien, dlam rangka mencegah agar haemoroid
tidak muncul kembali.

54
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori Kenyamanan Kolcaba digunakan dalam praktik keperawatan sebagai kerangka
berpikir untuk suatu penelitian di berbagai area, seperti nyeri karena haemoroid,
kateterisasi jantung, keperawatan kritis, terapi radiasi, keperawatan ortopedi
keperawatan perioperatif, kehamilan dan persalinan
2. Dalam penanganan pasien haemoroid pre operasi selain masalah utama nyeri yang
dihadapi juga perlu diperhatikan masalah-masalah lain yang muncul akibat dari
gejala diagnosis penyerta.
3. Relaksasi nafas dalam dan tehnik guide imagery dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri secara tepat, Guided imagery merupakan teknik yang
menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu.Teknik ini
dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong
untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan
untuk membuat damai dan tenang
4. Discharge planning untuk pasien haemoroid sangat penting diperhatikan terkait
dengan penatalaksanaan yang tepat kepada pasien sehingga meminimalkan
terjadinya haemoroid berulang..
B. Saran
1. Perlu dilakukan banyak riset dalam rangka untuk menurunkan intensitas nyeri
pada pasien haemoroid, kapan waktu yang tepat dan tehnik apa yangpaling tepat
untuk meurunkan intensitas dan skala nyeri pasien haemoroid.
2. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam tentang aplkasi teori keperawatn
kenyamanan kolkaba agar mampu memberikan asuhan yang profesional dalam
penanganan psien dengan gannguan kasus kenyamanan.

55

Anda mungkin juga menyukai