Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG TUMOR GASTER DI

RUANG PERAWATAN LONTARA 2 ATAS DEPAN DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR

ARHAM, S.Kep

17.04.088

CI Institusi CI Lahan

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

T. A 2017/2018
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Tumor merupakan sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel

yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Tumor gaster adalah penyakit yang

terjadi di lambung, dimana penyakit ini diduga dipicu karena adanya radang

lambung yang di biarkan. Tumor gaster biasanya bersifat jinak, Namun apa bila

tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan tumor gaster yang ganas. Tumor

jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak

non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot

polos. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil,

berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis

(Rubenstein, 2013).

B. Anatomi dan Fisiologu Gaster


1. Anatomi Gaster
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di

antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan

ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak

pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen

(Widjaja,2007). Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu

kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori.

a. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal

(gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung.


b. Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas

kardia.

c. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan

fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung.

d. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke

pilorik dan terdiri dari otot yang kuat.

e. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan

duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2008).

Gambar. 1. Pembagian daerah anatomi lambung

Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya

dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu

lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz &

Martin, 2008).

1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan

muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina

propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur


lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan

melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan

semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri

atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid.

Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan

mengandung otot polos (Schmitz & Martin, 2008).

2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem

limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat

pleksus submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008).

3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner

oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis

propia terdapat pleksus myenterik (auerbach). Lapisan oblik terbatas pada

bagian badan (body) dari lambung (Schmitz & Martin, 2008).

4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos

(mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009).

Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari

viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).

Gambar 2. Lapisan dinding lambung


2. Fisiologi
Fungsi utama lambung adalah penerima makanan dan minuman,

dikerjakan oleh fundus dan korpus, dan penghancur dikerjakan oleh antrum,

selain turut bekerja dalam pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam

lambung dan pepsin. Fungsi lambung yang berkaitan dengan gerakan adalah

penyimpanan dan pencampuran makanan serta pengosongan lambung.

Kemampuan lambung menampung makanan mencapai 1500 ml karena

mampu menyesuaikan ukurannya dengan kenaikan tekanan intraluminal

tanpa peregangan dinding (relaksasi resepti). Fungsi ini diatur oleh N.Vagus

dan hilang setelah Pagotomi. Ini antara lain yang mendasari turunnya

kapasitas penampungan pada penderita tumor lambung lanjut sehingga cepat

kenyang. Peristalsis terjadi bila lambung mengambang akibat adanya

makanan dan minuman. Kontraksi yang kuat pada antrum (dindingnya paling

tebal) akan mencampur makanan dengan enzim lambung, kemudian

mengosongkannya ke duodenum secara bertahap. Daging tidak berlemak,

nasi, dan sayuran meninggalkan lambung dalam tiga jam, sedangkan

makanan yang tinggi lemak dapat bertahan di lambung 6 - 12 jam.

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-

sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa

lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian

terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body),

(2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar

mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi

atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang
melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan

parakrin (Setiadi. 2007). Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di

dinding kantung dan kelenjar oksintik mukosa lambung (Gambar 2.3), yaitu :

1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus

yang encer.

2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel

parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.

3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik

artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk

menghasilkan keadaan yang sangat asam.

Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka

berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice ). Sel mukus cepat

membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel baru di mukosa

lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi

ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau berdiferensiasi ke

bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh

mukosa lambung diganti setiap tiga hari (Setiadi. 2007). Kantung-kantung

lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama mengeluarkan mukus dan

sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda dengan mukosa oksintik. Sel-sel di

daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-

sel tersebut adalah sel enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G

yang menghasilkan gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang

dikeluarkan berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin.


Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan

sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Rubenstein, 2003).

Gambar 2.3 Kelenjar oksintik di lambung.


C. Etiologi
Menurut Brunner and Suddarth (2013) penyebab tumor gaster dimulai

dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia

premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme

yang mungkin menghubungkan antara H-pylori dengan tumor gaster. Infeksi

yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi

asam secara bertahap. Menurut Rubenstein, yang menjadi penyebab tumor gaster

adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat

meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan

dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia

pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan

darah A.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Setiadi. 2007, menyatakan gejala klinis yang ditemukan tidak

khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau bila didapatkan

komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan perdarahan yang

bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan didapatkan adalah dalam

bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna bagian bawah atau gejala

obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2013) gejala awal dari tumor dan

kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di

kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang

hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus

benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia,

dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual

serta muntah.

E. Patofisiologi
Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering

ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah

adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau

infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan

mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya

sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati

sendiri. Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat

menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan

cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker


lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara

langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke

pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain

dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada

dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Setiadi. 2007)

F. Pemeriksaan Penunjan Diagnosis


1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun

dan anemia. Di daerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika

telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang ireguler dan kadang-kadang

kelenjar limfe klavikula teraba.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan OMD

(Oesophagus, Maag, Duodenum/Barium Meal/ Bno). Pemeriksaan radiologi

gaster dengan OMD kontras tunggal, pasien harus datang dalam keadaan puasa,

agar pemeriksaan tidak terganggu oleh sisa makanan. Setelah minum barium

sulfat, maka dengan fluoroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam

lambung, kemudian dibuat foto-foto dalam posisi-posisi tegak (erect), terlentang

(supine), agak miring, telungkup (prone). Pemeriksaan ini digunakan untuk

menilai adanya ulkus di gaster.1

Pemeriksaan kontras ganda OMD pasien juga harus dalam keadaan puasa,

sebelum dimulai, diberikan suntikan antispasmodik, dengan maksud agar

lambung dan usus tenang dan lemas (supple atau pliable). Hal ini akan

membantu membuat gambaran lambung menjadi bagus dan halus. Pasien


diminta minum suspensi barium sulfat. Kemudian dilanjutkan dengan kontras

ganda, kontras negative yang paling bagus dan murah ialah udara/ hawa. Sebuah

tabung karet nasogastrik dimasukkan lewat hidung dan esophagus ke dalam

lambung, kemudian dipompakan udara/ hawa. Sebaiknya sebanyak jumlah

suspense yang diminum tadi (kira-kira 300 ml). Dengan demikian lambung dan

bulbus duodenum menjadi kembung dan selaput lendir menjadi rata dan

gambaran lambung menjadi jernih dan transparan. Selaput lendirnya tak kentara

lagi, yang tampak sekarang adalah area gastricnya (yaitu bagian-bagian terkecil

yang membentuk selaput lendir tersebut). Ulkus kecil (kurang dari 2 mm) dapat

terdeteksi dengan cara ini; demikian pula sikatriknya. Juga kanker yang masih

kecil dan masih berada di mukosa (early cancer) dapat terlihat. Hal ini sangat

penting khususnya di negara-negara yang banyak dihantui oleh kanker, seperti

Jepang dan beberapa negara lain. Terutama di Jepang, cara kontras ganda ini

dikembangkan secara besar-besaran agar sebanyak mungkin mendeteksi

keganasan dini dalam usaha nasionalnya menekan insidensi kanker lambung.

Tumor secara radiologic adalah merupakan sebuah lesi yang menyita

ruangan (pace occupying lesion = SOL). Bila ada tumor lambung, maka dengan

sendirinya kontras tidak dapat mengisinya, sehingga pada pengisian lambung,

tempat tersebut merupakan tempat yang luput dari pengisian kontras (luput isi

atau filling defect). Ulkus dan karsinoma lambung dapat ditemukan dimana saja

dalam lambung. Antrum prepilorik dikenal sebagai tempat predileksi baik untuk

ulkus maupun karsinoma.


Gambar 2. radiologi tumor gaster
Suatu pemeriksaan radiografik kontra ganda adalah prosedur diagnostic paling

sederhana untuk pemeriksaan pasien dengan keluhan epigastrik. Penggunaan

teknik kontras ganda membantu untuk mendeteki lesi kecil dengan memperjelas

detail mukosa. Lambung sebaiknya didistensi pada beberapa waktu selama tiap

pemeriksaan radiografik karena densibilitas yang menurun bisa merupakan satu-

satunya penunjuk adanya karsinoma infiltrative difus. Pemeriksaan radiologi

yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi seperti

terlentang, tengkurap, oblik yang disertai dengan kompresi. Foto kontras ganda

lambung memberikan kepekaan diagnosis sampai 90%. Dicurigai adanya

keganasan bila ditemukan deformitas, tukak atau tonjolan dilumen

3. Stadium Awal Kanker Lambung

Tekhnik pemeriksaan kontras ganda pada pemeriksan saluran cerna atas

adalah pilihan pertama pada pemeriksaan radiologi. Lesi-lesi yang Nampak di

mukosa dan submukosa diklasifikasikan menjadi 3 tipe:

a. Lesi tipe I yaitu adanya elevasi dan penonjolan keluar lumen lebih dari 5 mm

b. Lesi tipe II yaitu adanya lesi superficial yang adanya elevasi (IIa), datar (IIb),

atau tertekan (IIc).


c. Lesi tipe III stadium kanker awal adalah gambaran dangkal, ulkus ireguler

dikelilingi nodul-nodul, kumpulan lipatan-lipatan mukosa.

Gambar 3. Kanker gaster tipe Iic yang terbatas pada mukosa. A, gambaran saat endoscopy. B, dengan
pengecatan indigo carmine dye.

Gambar 4. Kasus kanker gaster dini tipe IIa+IIc yang terbatas pada mukosa. A, gambaran endoscop
memperlihatkan adanya massa kemerahan pada greater curvature. B, gambaran yang diperbesar. C
pengecatan dengan Dye memperlihatkan gambaran lesi yang lebih jelas. D, gambaran EUS
memperlihatkan lesi protruded.
Di Negara-negara Barat, kanker lambung stadium awal berjumlah 5 – 20%
dari semua jenis kanker. Di Jepang, mencapai 25 – 46% didapat dari hasil
screening pasien umum (termasuk dalam kategori high incidence).
4.Kanker Lambung Stadium Lanjut
Kanker lambung kadang-kadang Nampak dalam foto polos abdomen

sebagai gambaran abnormalitas pada kontur gaster atau adanya gambaran massa

soft tissue yang masuk ke dalam kontur gaster. Jarang ditemukan musin yang

diproduksi kanker yang akan memberikan gambaran area kalsifikasi. Pada studi.
Karsinoma ulserative, gambaran ireguler tampak pada jaringan malignansi.

Nodul tumor mungkin berbatasan dengan lipatan mukosa; lipatan mukosa yang

berkumpul di tepi ulcus mungkin terlihat tumpul, tampak noduler atau kumpulan

infiltrasi tumor. Lesi ini intraluminal, dimana ulkus jinak ditemukan diluar

kontur abdomen. Gambaran lipatan mukosa dihubungkan dengan ulkus benigna

jika didapat gambaran yang regular dan meluas di sekitar margin ulkus.

Endoskopi dan biopsy dibutuhkan untuk mengkonfirmasi adanya malignansi

pada hamper semua kasus ulkus gaster.

Karsinoma infiltrasi menyebabkan penyempitan ireguler abdomen dengan

nodul atau spikulasi mukosa. Karsinoma scirrhous secara khas menyebabkan

penyempitan dan rigiditas abdomen, adanya gambaran linitis plastic atau

gambaran “leather bottle”. Meski lesi berlobul ditemukan di fundus atau corpus,

kadang ditemukan sebagai penebalan, lipatan mukosa ireguler dan nodularitas

tanpa penyempitan yang signifikan.

Gambar 5. UGI-double contrast menunjukkan hilangnya distensibilitas dan kontour


yang abnormal dari gaster dikarenakan adenocarcinoma infiltratif (linitis plastica).
Karsinoma di cardia sering tidak ditemukan pada pemeriksaan kontras

tunggal. Pada pemeriksaan kontras ganda, hal yang menonjol pada anatomi

normal dilenyapkan dan diganti dengan lesi plaquelike bernodul atau disertai

ulkus. Esophagus bagian distal sering terkena.

Tumor submukosa kadang nampak adanya pseudo achalasia atau

secondary achalasia dengan peruncingan, penyempitan seperti paruh pada

esophagus distal dan infiltrasi pada gaster bagian kardia.

Pada studi tingkat kepercayaan, sensitifitas pemeriksaan kontras tunggal

adalah 70%, tetapi pemeriksaan kontras ganda mempunyai sensitifitas lebih

tinggi, yaitu 90%. Setiap lesi yang didapat sebaiknya dikonfirmasi dengan

pemeriksaan lain yaitu endoscopy dan biopsy.

Gambaran karsinoma gaster pada pemeriksaan barium harus dibedakan

dari gambaran ulkus gaster jinak dan polip, limfoma gaster dan focal gastritis.

Gambaran tumor ganas kadang membingungkan, meskipun setiap ditemukan

linitis plastica biasanya adalah karsinoma gaster, hal ini juga disebabkan oleh

metastasi dari kanker payudara. Pada kasus yang jarang, Crohn disease,

tubekulosis, sarcoidosis dan sifilis bisa memberikan gambaran karsinoma

gaster, adenokarsinoma esophagus primer juga dapat menginvasi gaster.

Varises gaster dan distensi yang tidak adekuat juga dapat memberikan

gambaran tumor di fundus gaster.

Identifikasi ulkus lambung ganas sebelum penetrasi ke dalam jaringan

sekitarnya sangat menentukan karena dapat disembuhkannya lesi dini seperti

itu jika terbatas pada mukosa atau submukosa, bahkan di Amerika Serikat,
lebih besar dari 80 persen. Karena karsinoma lambung sulit untuk dibedakan

secara klinis atau radiografi dengan limfoma lambung, biopsy endoskopik

sebaiknya dilakukan sedalam mungkin karena lokasi tumor limfoid adalah

pada submukosa.

5. Pemeriksaan Tomografi Komputer (CT SCAN)

Pemeriksaan tomografi computer pertama kali digunakan untuk

membedakan stadium dan penyebaran di luar gaster dari karsinoma gaster.

Hasil dari pemeriksaan ini sangatlah penting untuk akhirnya nanti menentukan

terapi paliatif bedah dan radikal kuratif bedah. Tambahan lagi, saat ini

pemeriksaan ini juga digunakan untuk monitor respon terhadap terapi. Deteksi

karsinoma gaster ditingkatkan dengan menggunakan potongan-potongan tipis

dan multidetektor CT. Jika potongan tipis digunakan, gambaran isotropic

abdomen dimungkinkan akan didapat kualitas tinggi dan gambaran

rekonstruksi 3 dimensi dari gaster. Kontras intravena diberikan, dengan air atau

gas sebagai agen intraluminal negative. Gambaran akan didapatkan adanya

tumor di cardia dan bagian distal gaster.

Gambar 6. A, CT dilakukan dengan distensi gaster oleh air yang memperlihatkan gaster regio cardia;
B, terlihat kanker gaster T4 dari body proksimal dengan ekstensi ke kelenjar perigastric dan
keterlibatan arteri splenic.

 Pemeriksaan CT Scan dapat memeriksa:

a. Massa polipoid dengan atau tanpa ulserasi

b. Penebalan dinding fokal dengan iregularitas mukoa atau ulserasi

c. Penebalan dinding dengan hilangnya struktur normal lipatan mukosa (lei

infiltrative)

d. Infiltrasi fokal ke dinding gaster

e. Berbagai macam penebalan dinding lambung dan perbedaan gambaran

kontras (khas untuk lesi scirrhous)

f. Karsinoma musinous dengan penipisan rendah karena adanya musin dalam

jumlah yang banyak dan mengandung kalsifikasi.

 Kekurangan CT Scan:

a. Pseudo mass tampak pada hubungan gastroesophageal normal.

b. Underdistension bisa dikelirukan dengan penebalan dinding

c. Lesi T2 dan T3 mungkin sulit untuk dibedakan

d. Hilangnya garis lemak antara dinding lambung dan lobus kiri hepar kadang

dijumpai

e. Hilangnya garis lemak anatar tumor dan pancreas bisa disebabkan adanya

reaksi inflamasi.

f. Pada pasien kakeksia, hilangnya garis lemak bisa dikelirukan dengan invasi

organ.

g. Nodus kecil bisa dikelirukan tumor

h. Nodus yang besar bisa mengarah karena penyebab inflamasi


i. Nodus perigastrik mungkin tidak dapat ditemukan jika abdomen kurang

distensi

j. Pemeriksaan tomografi mungkin gagal menemukan massa omental dan

peritoneal.

6. Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Pemeriksaan MRI lebih akurat dalam mendeteksi invasi serosal. Pada

stadium T, akurasinya adalah 73%, dibandingkan dengan 67% untuk CT.

pada stadium N akurasi MRI adalah 55% dibandingkan dengan CT scan 59%.

7. Pemeriksaan Ultrasonography

Tujuan utama pemerikssaan ultraonography transabdominal adalah

untuk mendeteksi metastase ke hepar. Metastase ini biasanya tampak sebagai

gambaran hiperekoik, tetapi kadang ditemukan juga hipoekoik. Penggunaan

CT scan dan endoskopik USG saling melengkapi. CT scan digunakan untuk

melihat stadium karsinoma; jika tidak ada metastase ke organ lain, EUS

digunakan untuk melihat adanya penyebaran local. Invasi tumor ke dalam

tidak akurat bila diperiksa dengan CT scan, tetapi akan berhasil jika

menggunakan EUS. Karsinoma gaster ditemukan pada pemeriksaan

ultrasound di abdomen atas.

EUS meningkatkan keakuratan pemeriksaan penyebaran kanker gaster.

Kegunaannya adalah untuk mengukur kedalaman invasi dan ada tidaknya

nodus perigastrik. Tidak seperti CT scan dan MRI, EUS dapat

menggambarkan lapisan-lapisan dinding gaster melalui endoskopi. EUS

terbatas pada area 5 cm dari probe. Alat ini tidak dapat untuk mendeteksi

metastase jauh atau nodus yang letaknya lebih dari 5 cm dari probe.
Dinding lambung dibagi menjadi 5 konsentrasi:
a. Mukosa – echogenic
b. Mukosa muskularis – hypoechoic
c. Submukosa – echogenic
d. Propria muskularis – hypoechoic
e. Serosa – echogenic
Massa tumor gaster akan tampak sebagai gambaran massa hypoechoic

dengan invasi mural yang bermacam-macam. Tumor stadium T1 kan

ditemukan penebalan dinding terbatas di mukosa dan submukosa. Stadium N

melibatkan nodus yang tampak lebih hypoechoic daripada nodus normal.

Untuk mendeteksi metastase ke liver, sensitifitasnya mencapai 85%.5 Akurasi

pada pemeriksaan stadium T dengan EUS adalah 89 – 92%, sedangkan CT

scan mencapai 43 – 65%; pada stadium N, akurasi EUS adalah 60 – 85% dan

CT 48 – 70%. Penggunaan EUS mempunyai spesifitas mencapai 90% tetapi

sensitifitasnya lemah 53 – 80%. Ultrasound intraoperative dan laparoskopi

mempunyai akurasi 81% pada stadium T dan 93% pada stadium N.

8. Gastroskopi Dan Biopsi


Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk

melihat adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1996) dengan biopsy

ditemukan 94% pasien dengan utmor ganas gaster sedangkan dengan sitologi

lavase hanya didapatkan 50% .


9. Endoskopi Ultrasound
Dengan alat ini dapat dilihat adanya penjalaran tumor per lapis, seperti sub
mukosa, muskularis mukosa dan sub serosa.

Gambar 7. Kasus kanker gaster dini tipe


IIa+IIc yang terbatas pada mukosa. A,
gambaran endoscopy memperlihatkan
adanya massa kemerahan pada greater
curvature. B, gambaran yang diperbesar. C,
pengecatan dengan Dye memperlihatkan
gambaran lesi yang lebih jelas. D,
gambaran EUS memperlihatkan lesi
protruded.

10. Pemeriksaan Darah & Tinja


Pada tumor ganas gaster sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult

blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.

11. Sitologi
Pemeriksaan Papaniculaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor

ganas lambung dengan hasil 80 – 90%. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi

dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsy.

12. Tumor Marker


Level serum Carcinoembryonic antigen (CEA) dan CA 19-9 seringkali

meningkat pada pasien dengan kanker gaster stadium lanjut. Tetapi hanya sekitar

sepertiga dari pasien yang memiliki nilai abnormal dari CEA dan/atau CA19-9.4

Manggabungkan CEA dengan marker lainnya, seperti sialylated Lewis antigens


3
CA19-9 atau CA50, dapat meningkatkan sensitifitas CEA. Sensitifitas dari

CEA rendah dan ketika nilainya meningkat, levelnya tidak berhubungan dengan
stadium yang ada, dikarenakan rendahnya sensitifitas dan spesifitas, marker ini

tidak mempunyai peranan sebagai screening test pada pasien resiko tinggi.

G. Komplikasi
Menurut Brunner and Suddarth (2013) komplikasi dari tumor gaster adalah

sebagai berikut :

1. Perforasi: dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronis

2. Hematemesis: hematemesis yang massif dan melena dapat terjadi pada tumor

ganas gaster sehingga dapat menumbulkan anemia

3. Obstruksi: dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pylorus

yang disertai keluhan muntah-muntah

4. Adhesi: jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan

infiltrasi dengan organ sekitarnya serta menimbulkan keluhan nyeri perut

5. Penyebaran (metastease): pada berbagai organ seperti hati, pancreas dan

kolon. Kanker gaster dapat menyebar secara lokal dan metastase pada

jaringan limfe, metastase peritoneal dan distant metastases. Penyebaran ini

dapat secara local, lymphatic atau hematogenous

H. Penatalaksanaan
Menurut Brunner and Suddarth (2013) tidak ada pengobatan yang

berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila

tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah,

penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif

untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor.

Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di anastomosikan

pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total
dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan anastomosis pada organ

vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan

bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala

obstruksi dan disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak

menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan

kontrol lanjut terhadap penyakit dan paliasi.


BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPARAWATAN


A. Pengkajian
Menurut Doenges (2014) dasar data pengkajian pasien antara lain :
1. Aktivitas
Gejala: Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress
tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
Tanda : Perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan
kontrol, depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius.
Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi
makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi.
8. Pernafasan
Gejala: Merokok, pemajanan asbes.
9. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
11. Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah
tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.
12. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat
pengobatan. Pemeriksaan diagnostik
a. Scan dan ultrasound : identifikasi metastatik dan evaluasi respon
pengobatan.
b. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan.
c. Penanda tumor untuk monitor kanker dan membantu mendiagnosis
kanker.
d. Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang.
e. JDL dengan diferensial dan trombosit : menunjukkan anemia (Doenges,
2014 : 997)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal : kecacatan bedah.
C. IntervensiKeperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
Tujuan : Kecemasan orang tua hilang/berkurang.
Kriteria Hasil : Orang tua mengatakan tidak cemas lagi, tidak ada
manifestasi perilaku dan tidak ada manifestasi fisik
Intervensi :
a. Kaji respon cemas orang tua klien.
R/ : Bermanfaat dalam mengevaluasi tingkat kecemasan, menentukan
pilihan intervensi, menentukan efektifitas terapi.
b. Dorong orang tua pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
R/ : Pernyataan masalah menurunkan tegangan, mengklarifikasi
tingkat koping dan memudahkan pemahaman perasaan.
c. Berikan dorongan terhadap keluarga dalam mendukung pasien.
R/ : Dukungan yang diberikan keluarga dapat menyemangati pasien.
d. Berikan informasi factual mengenai penyakit anaknya.
R/ : Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis
e. Berikan dorongan spiritual.
R/ : Meningkatkan perasaan control dan membantu orang tua untuk
mencapai resolusi akan perasaan tidak nyaman.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Intervensi :
a. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu
cepat setelah periode puasa.
b. Berikan makanan yang tidak mengiritasi lambung.
R/ : Mencegah lambung agar tidak luka
c. Berikan suplemen makanan yang tinggi kalori, vitamin A dan C serta
zat besi.
R/ : Makanan yang bersuplemen dan bervitamin dapat meningkatkan
energi dan nafsu makan klien.
d. Pantau kecepatan dan frekwensi terapi intravena.
R/ : Mencegah kekurangan kebutuhan tubuh
e. Kaji tanda-tanda dehidrasi (haus, mukosa kering, turgor kulit
kering).
R/ : Mencegah terjadi dehidrasi.
3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
Intervensi :
a. Kaji intensitas, frekuensi, dan durasi nyeri.
R/ : Sebagai acuan untuk melaksanakan intervensi selanjutnya
sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Anjurkan untuk periode istirahat dan relaksasi.
R/ : Memberikan rasa nyaman dan oksigenasi untuk mengurangi rasa
nyeri.
c. Ajarkan tehnik untuk menghilangkan nyeri (imajinasi, distruksi,
relaksasi, gosokan punggung, dan masase).
R/ : Mengurangi serangan nyeri
d. Kolaborasi tentang pemberian analgetik sesuai resep.
R/ : Pemberian analgesik mengurangi rasa nyeri
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Tujuan : Tanda-tanda infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk
mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
b. Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat waktu.
Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung.
R/ : Mengurangi kontaminasi
b. Tekankan higiene personal.
R/ : Memberikan kebersihan kepada klien.
c. Pantau suhu, dan tingkatkan istirahat adekuat.
R/ : Sebagai salah satu tanda terjadi infeksi
d. Kaji semua sistem terhadap tanda atau gejala infeksi secara kontinyu.
R/ : Mencegah terjadi infeksiyang parah
e. Ubah posisi dengan sering : pertahankan linen kering dan bebas
kerutan.
R/ : Memperlancar aliran darah ke luka dan mencegah luka basah
f. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/ : Mencegah terjadi infeksi
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal : kecacatan bedah.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh.
b. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi
masalah secara efektif.
Intervensi :
a. Dorong diskusi pecahkan masalah tentang efek kanker atau
pengobatan.
R/ : Mengurangi persepsi pasien tentang penyakitnya.
b. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami.
R/ : Agar pasien dapat menerima kondisinya.
c. Berikan dukungan emosi untuk pasien atau orang terdekat selama tes
diagnostik.
R/ : Dukungan orang terdekat dapat meringankan pikiran klien.
d. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien
dan pertahankan kontak mata.
R/ : Interaksi tersebut dapat menimbulkan rasa perhatian terhadap
klien.
e. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien
atau orang terdekat.
R/ : Untuk mengetahui respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Andi W. Tumor gaster. 2015. Diunduh dari URL: www.emedicine.com


2. Anonym. Karsinoma gaster. 2010. Diunduh dari URL:
www.medcyclopaedia.com
3. Brunner, L dan Suddarth, D. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
4. Doengoes, Marilynn. Dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC
5. Isselbacher. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4 Edisi
13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2010.
6. Rubenstain, David, dkk. 2007. Lecture notes: Kedokteran klinis. Jakarta :
Erlangga
7. Schmitz & Martin. 2009. Internal Medicine: Just the Facts. McGraw Hill
Professional
8. Setiadi. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Ed.Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu
9. Widjaja, dr. harijadi. 2007. Anatomi Abdomen. Jakarta : EGC
10. Waroga N. Diagnosis karsinome gaster. 2009. Diunduh dari URL:
www.medicalecho.net
11. Wim de Jong.. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2015

Anda mungkin juga menyukai