“HEAT EXCHANGER”
Disusun Oleh:
Nama/ NPM :
1. Beta Cahaya Pertiwi /1631010086
2. Ludira Lindra /1631010104
3. Farhan Muhammad /1531010048
Paralel/ Grup : C/ I
Tanggal Percobaan : 27 September 2018
SURABAYA
2018
HEAT EXCHANGER
LEMBAR PENGESAHAN
“HEAT EXCHANGER“
GRUP C :
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia II Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia II ini dengan judul “Heat Exchanger”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 27
September 2018 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................I
KATA PENGANTAR..............................................................................II
INTISARI .................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN
APPENDIX .....................................................................................................
INTISARI
Dari percobaan yang telah dilakukan, data-data yang diperolah tidak sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kebocoran pada pipa air
dingin sehingga panas yang berpindah memiliki nilai yang fluktuatif. Nilai
koefisien panas yang berpindah semakin besar, berbanding lurus dengan besar
bukaan kran atau laju alir air panas. UD pada tiap bukaan sebesar 50.481; 80.435l
55.1; 88.637; 62.922; 63.756; 71.45; 149.827; dan 159.369. Rata-rata UD sebesar
86.886. Sehingga dapat disimpulkan, semakin besar bukaan kran, akan semakin
besar pula laju alir air panas, dan semakin besar UD semakin besar pula panas yang
bertukar antara air dingin dan air panas.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam
proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari
fluida panas menuju fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk
memanaskan dan mendinginkan fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor,
biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu ke dalam alat penukar kalor agar suhu
fluida sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di dunia industri,
heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit operasi,
misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri
makanan-minuman dan lain-lain
1. Untuk mengenal perangkat perangkat dalam satu alat Heat Exchanger dalam
skala laboratorium
2. Praktikan mengetahui pengaplikasian alat heat exchanger khususnya dalam
bidang industri.
3. Untuk menghitung harga koefisien perpindahan panas keseluruhan pada
proses pendinginan air
I.4 MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada 3 macam cara perpindahan panas, dan ilustrasinya digambarkan pada Gambar
1, diantaranya yaitu :
A. Perpindahan panas secara konduksi
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada Gambar 1, dengan suatu
aliran atau rambatan proses dari suatu benda yang bertemperature lebih
tingginke benda yang bertemperature lebih rendah atau dari suatu benda ke
benda lain dengan kontak langsung.
B. Perpindahan panas secara konveksi
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada Gambar 1, dari satu benda
ke benda yang lain dengan perantaraan benda itu sendiri. Perpindahan panas
konveksi ada 2 macam Konveksi alami adalah perpindahan molekul dalam zat
yang dipanaskan karena perbedaan densitas. Konveksi paksa yaitu perpindahan
panas konveksi yang berlangsung dengan bantuan tenaga lain.
C. Perpindahan panas secara radiasi
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi pada Gambar 1 , perpindahan
panas dari suatu benda ke benda lain dengan bantuan gelombang
elektromagnetik, dimana tenaga ini akan diubah menjadi panas jika tenaganya
diserap oleh benda yang lain.
(Setyoko, 2008)
penukar kalor sejak saat masuk hingga meninggalkannya serta bagaimana arah
aliran relatif antara kedua fluida (apakah sejajar atau paralel, berlawanan arah atau
counter, serta bersilangan atau cross).
a) Pertukaran Panas dengan Aliran Searah (Co-current/Parallel Flow)
Yaitu apabila arah aliran dari kedua fluida di dalam penukar kalor adalah
sejajar, artinya kedua fluida masuk pada sisi yang satu dan keluar dari sisi yang
lain mengalir dengan arah yang sama.
(o, 2015)
Karakteristik umum untuk mayoritas alat-alat penukar kalor adalah
perpindahan panas dari bahan yang bersuhu tinggi ke bahan yang bersuhu rendah
sementara kedua bahan tersebut dipisahkan oleh sebuah pembatas padat.
A. Penukar Kalor Pipa Rangkap (Double-Pipe Heat Exchanger)
Bentuk yang paling sederhana dari alat penukar kalor adalah penukar kalor pipa
rangkap. Pada dasarnya alat ini terbentuk dari dua pipa konsentris dengan satu
fluida mengalir melalui bagian dalam pipa sementara fluida yang lain mengalir
secara searah atau berlawanan arah dalam ruang yang berbentuk cincin. Pemakaian
penukar kalor pipa rangkap tidak terbatas pada pertukaran kalor cairan-cairan saja
tetapi juga memungkinkan pertukaran kalor untuk gas-cairan dan untuk gas-gas.
l. Telah dilakukan desain sebuah penukar kalor jenis pipa ganda (double pipe heat
exchanger) untuk memanaskan air. Alat ini didesain untuk dipergunakan sebagai
alat uji laboratorium fenomena dasar mesin.
2. Mesin internal dimana air sebagai pendingin yang mengalir dalam sebuah pipa,
sehingga air mendinginkan mesin, dan memanaskan udara yang masuk.
A. Neraca Panas
Untuk mengetahui besarnya panas yang dapat ditransfer dari fluida panas ke
fluida dingin pada HE dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:
Q = m Cp ∆T (1)
(2)
Δt = Δt LMTD x FT (3)
(Wibawa, 2014)
Nilai faktor koreksi (FT) untuk jenis 1-2-exchanger digambarkan dalam
Grafik 18 dengan S dan R sebagai parameternya.
(4)
Setelah diketahui nilai UD yang didapat dari hasil perhitungan, maka nilai ini
dibandingkan dengan nilai standar UD yang terdapat di Tabel 8 halaman 840 buku
“Process Heat Transfer” oleh D. Q. Kern untuk mengetahui apakah rancangan alat
tersebut sudah tepat.
Rdi = Faktor pengotor untuk inner pipe pada inside diameter dari inner pipe
Rdo = Faktor pengotor untuk annulus pada outside diameter dari inner pipe
(Setyoko, 2008)
II.3 Hipotesa
Pada praktikum heat exchanger ini menggunakan jenis single pass double
pipe. Dengan pada percobaan ini suhu yang berbeda secara signifikan akan
menghasilkan hasil yang maksimal. Semakin besar variasi laju alir maka semakin
besar pula koefisien perpindahan panas yang didapatkan.
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Thermometer
2. Stopwatch
3. Gelas Ukur
4. Serangkaian alat Heat Exchanger
Bukaan Manometer (cmHg) Manometer Suhu Panas (oC) Suhu air pendingin (ᵒC)
Rata-rata
Panas Dingin P1 P2 P3 (cmHg) T1 T2 t1 t2
1.5 1 3.5 3.4 3.5 3.4667 56 55 37 39.3
1.75 1.25 3.4 3.3 3.5 3.4000 55.5 54 37 39.5
2 0.75 3.5 3.2 3.3 3.3333 55 54 37 39.5
2.25 1.25 3.2 3.4 3.2 3.2667 54.5 53 37 40
2.5 0.75 3.4 3.2 3.3 3.3000 54 53 37 40
2.75 0.75 3.5 3.4 3.3 3.4000 54 53 37 40
3 0.5 3.5 3.5 3.5 3.5000 53 52 37 41
3.25 1.5 3.4 3.4 3.5 3.4333 53 51 37 41
3.5 1 3.2 3.5 3.5 3.4000 53 51 37 42
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Laju Alir Fluida
Bukaan Kran Suhu Air Panas (ᵒF) Suhu Air Pendingin (ᵒF) Cp Air CpAir Debit Air Debit Air
Panas Dingin Panas Dingin
Panas Dingin T1 T2 t1 t2 (Btu/lbm.ᵒF) (Btu/lbm.ᵒF) (cuft/s) (cuft/s)
1.5 1 132.8 131 98.6 102.74 1 1 0.1814934 0.07888254
1.75 1.25 131.9 129.2 98.6 103.1 1 1 0.1833766 0.090629
2 0.75 131 129.2 98.6 103.1 1 1 0.1854952 0.074151
2.25 1.25 130.1 127.4 98.6 104 1 1 0.1866722 0.09335964
2.5 0.75 129.2 127.4 98.6 104 1 1 0.195382 0.06511164
2.75 0.75 129.2 127.4 98.6 104 1 1 0.1979714 0.06595908
3 0.5 127.4 125.6 98.6 105.8 1 1 0.1991484 0.0497871
3.25 1.5 127.4 123.8 98.6 105.8 1 1 0.2015024 0.10077474
3.5 1 127.4 123.8 98.6 107.6 1 1 0.2055042 0.0821546
IV.3. Grafik
30.000
25.000
∆T LMTD (ᵒF)
20.000
15.000
10.000
5.000
0.000
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Debit air dingin (cuft/jam)
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Debit air dingin (cuft/jam)
Grafik 2. Q Air Pendingin Vs Koefisien Perpindahan Panas Pipa Kotor
30.000
25.000
∆T LMTD (ᵒF)
20.000
15.000
10.000
5.000
0.000
0.18 0.185 0.19 0.195 0.2 0.205 0.21
Debit air panas (cuft/jam)
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0.18 0.185 0.19 0.195 0.2 0.205 0.21
Debit air panas (cuft/jam)
IV. 4. Pembahasan
Heat exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
pertukaran kalor antara dua fluida (cair maupun gas), dimana fluida ini mempunyai
suhu yang berbeda. Dalam percobaan ini digunakan alat single pass double-pipe
heat exhanger dengan variabel laju alir air panas yang berbeda yaitu 514; 519.33;
525,333; 528,6667; 553,33; 560,667; 564; 570,667; dan 582 cm3/s. Pengamatan
yang dilakukan yaitu besarnya debit aliran fluida, selisih tekanan yang ditunjukkan
oleh manometer, dan suhu yang tertera pada thermometer. Pengamatan air dingin
dilakukan tiga kali untuk masing-masing laju alir air panas dengan laju alir air
dingin yang di rata-rata dari kesembilan laju alir air panas yaitu 223.4; 256.6667;
210.0000; 264.4000; 184.4000; 186.8000; 141.0000; 285.4000; 232.6667 cm3/s.
Berdasarkan hasil percobaan, debit air yang keluar selama 5 detik akan
meningkat seiring dengan besarnya bukaan kran. Hal ini dibuktikan dengan
semakin banyaknya volume air yang keluar saat bukaan kran ditingkatkan atau
dinaikkan . Sehingga semakin banyak volume air yang keluar, maka debit air juga
akan semakin besar. Saat kran dibuka, manometer akan menunjukkan perbedaan
tekanan antara kedua aliran fluida. Dalam hipotesis dituliskan bahwa pada
percobaan heat exchanger suhu yang berbeda secara signifikan akan menghasilkan
hasil yang maksimal. Semakin besar variasi laju alir maka semakin besar pula
koefisien perpindahan panas yang didapatkan, dimana laju alir dan koefisien
perpindahan panas (Ud) akan berbanding lurus. Setelah dilakukan pengamatan dan
perhitungan untuk menentukan nilai Ud hasil yang didapatkan tiap bukaan air panas
yaitu, 50.481; 80.435; 55.1; 88.637; 62.922; 63.756; 71.450; 149.827; dan 159.367
(Btu/jam. ft2.˚F). Apabila teori dibandingkan dengan data percobaan, laju alir air
panas dan air dingin tidak berbanding lurus dengan Ud yang ditunjukkan dengan
laju air panas dan dingin meningkat bersamaan dengan besarnya bukaan kran
sedangkan hasil Ud fluktuatif terhadap bukaan. Pada teori disebutkan bahwa fluida
air panas dan air dingin berada pada 250 sampai dengan 590 (Kern, table 8).
Berdasarkan hasil perhitungan pada percobaan, didapatkan nilai Ud yang dibawah
standar, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan overdesign, dan
panas yang dilepas maupun yang diterima terlalu kecil sehingga alat tersebut tidak
efisien.
Faktor yang menyebabkan Ud terlalu kecil salah satunya adalah nilai Delta
T dan Delta t keduanya, dimana delta T pada tiap bukaan tidak konstan sehingga
mempengaruhi perhitungan Ud. Terjadinya variasi pada delta T disebabkan oleh
alat heat exchanger yang digunakan terjadi kebocoran. Hal tersebut juga dapat
dilihat dari panas yang diserap maupun yang dilepas. Untuk itu alat heat exchanger
ini seharusnya dilakukan perawatan maupun pembersihan agar tidak terjadi
kesalahan pada perhitungan Ud dan temperature.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Nilai koefisien perpindahan panas (UD) bergantung pada laju
perpindahan panas (Q)
2. Koefisien perpindahan panas pada pipa kotor (UD) pada debit air panas
4.079 – 4.619 lbm/jam berkisar antara 50.481- 159.369 (Btu/jam.
ft2.˚F)
3. Percobaan ini tidak memenuhi nilai UD karena nilai UD tertinggi
dibawah range (250 – 500). Kecilnya nilai UD berarti alat tersebut
overdesign, sehingga alat tersebut dapat digunakan untuk melakukan
pertukaran panas yang lebih besar dari pada panas yang bertukar saat
pengamatan. Untuk memperbesar panas, maka alat perlu dilakukan
pembersihan dan perawatan agar panas yang bertukar lebih efektif.
V.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pembacaan manometer,
thermometer dan skala gelas ukur agar hasil percobaan akurat.
2. Sebaiknya air yang digunakan pada percobaan ini adalah air yang
bersih. Karena jika yang digunakan adalah air yang kotor, maka akan
menimbulkan kerak-kerak pada dinding pipa yang akan mengurangi
keakuratan hasil pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
Diketahui:
a) Diameter pipa luar 2” (OD) = 2,38 in = 0,1983 ft
b) Diameter pipa dalam 1,25” (OD) = 1,66 in = 0,1382 ft
(Data diambil dari Tabel 11 Kern)
c) Panjang pipa (L) = 305 cm = 3,05 m = 10 ft
𝑇1+ 𝑇2 132.8+131
d) Suhu rata-rata air panas (Tav) = = = 131.215℉, maka
2 2
Cp air panas = 1 Btu/lb.ᵒF
𝑡2+ 𝑡1 102.74+98.6
Suhu rata-rata air pendingin (tav) = = = 100.67 ℉,
2 2
maka
Cp air pendingin = 1 Btu/lb.ᵒF
(Data diambil dari Grafik 2 Kern)
e) Diameter inner pipe
𝐷𝑜−𝐷𝑖 0,198− 0,115
D = ln 𝐷𝑜/𝐷𝑖 = = 0,153 𝑓𝑡
ln(0,198/0,115)
Perhitungan untuk bukaan kran air panas 1.5 dan kran air dingin 1 :
1. Debit air
Volume rata-rata air panas yang ditampung selama 5 detik = 2570 ml
𝑉 2570 ml
Q = = = 514 detik =65.346 𝑐𝑢𝑓𝑡/𝑗𝑎𝑚
𝑡 5
Air dingin:
Q = m.Cp.(t2-t1)
𝑙𝑏𝑚 Btu
= 1,773.047𝑗𝑎𝑚 𝑥 1 𝑥 (102.74 − 98.6)ᵒF =7,340.414 jam
FT = 0,97
5. Selisih suhu
∆𝑡 = ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑥 𝐹𝑇 = 31.21 𝑥 0,97 = 30.279 ℉
6. Koefisien perpindahan panas pipa kotor
Btu
𝑄 7340.41 jam
𝑈𝐷 = = = 50.481 𝐵𝑡𝑢 𝑓𝑡 2 ℉/𝑗𝑎𝑚
𝐴 𝑥 ∆𝑡 4,804 𝑓𝑡 2 𝑥 30.279 ℉