Isi Laporan
Isi Laporan
PENDAHULUAN
Kopling sebagai elemen mesin yang saat ini banyak digunakan pada
mesin – mesin industri, kendaraan bermotor, dan lain - lain. Dengan berjalannya
waktu dan penggunaan kopling yang terus menerus maka komponen – komponen
kopling akan pasti mengalami hal – hal seperti plat cepat aus, usia kopling tidak
tahan lama, biaya perawatan yang mahal, dan lain - lain. Dengan adanya hal - hal
tersebut maka perlu adanya perancanaan kopling yang tepat dan teliti.
Kopling yang akan di bahas pada tugas elemen mesin II ini adalah kopling
mobil avanza roda empat dengan daya 83 ps atau 61 kW dengan putaran 4.200
rpm, dengan spesifiksi sbb : Model engine (K3-VE), type (IL), configuration (4
cylinder in line), normal output (83Ps/4.200 rpm), transmisi (5-speed manual),
Cluth (single dry cluth : C3W28D).
sistem kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling
manual yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja.
komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda
gila, Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release
bearing atau Drek lahar.
Susunanya di dalam mobil adalah : Kopling atau Clutch yaitu peralatan
transmisi yang menghubungkan poros engkol dengna poros roda gigi transmisi.
Fungsi kopling adalah untuk memindahkan tenaga mesin ke transmisi, kemudian
transmisi mengubah tingkat kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Cara Kerja : Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan
energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling
menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang
akhirnya tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai
pengatur kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan,
hal ini dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas Sistem Kopling.
1
Kopling (clutch) terletak di antara motor dan transmisi, dan berfungsi
untuk menghubungkan dan memutuskan putaran motor ke transmisi. Syarat-syarat
yang harus dimiliki oleh kopling adalah : Harus dapat menghubungan putaran
motor ke transmisi dengan lembut.
2
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan perencanaan tugas elemen mesin
ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang perencanaan, tujuan
perencanaan, batasan masalah, metode penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan macam – macam kopling, kegunaan, cara kerja,
komponen komponen pda kopling, gambar, daftar tabel dan rumus-
rumus dalam perencanaan sebuah kopling.
BAB III : PERHITUNGAN
Bab ini menguraikan perhitungan yang berkaitan dengan kopling
seperti daya, poros dan plat yang digunakan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran – saran dari
keseluruhan tugas elemen mesin ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
dari kemampuan sebuah kopling dan berakibat kopling akan cacat,
patah atau sebagainya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut, maka dalam perencanaan
kontruksi kopling kita harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
dan pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja
antara poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja,
5
dan sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel ( luwes )
3. Kopling Elastis
6
2.3.1.1.2 Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun
ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan
getaran transmisi. Pada saat pemasangan sumbu kedua poros harus terlebih dahulu
diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut – baut flens dikeraskan.
Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
7
2.3.1.1.4 Kopling Bumbungan Tekan Minyak
Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan yang
bagian dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk
tirus yang sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau gemuk dipres dengan
tekanan tinggi melalui tabung berulir ditengah – tengah bus ( bumbungan )
sehingga batang tertekan. Sambungan jepit yang ditimbulkan dapat memindahkan
momen – momen putaran yang besar karena gesekan.
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam
Gambar 2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
8
Gambar 2.5 kopling roda gigi (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja yang
menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
a. Mengatasi timbulnya kejutan-kejutan pada saat pemindahan momen
putaran.
b. Peredam getaran torsi
c. Koreksi terhadap penyimpangan kecil pada letak poros.
d. Meredam getaran – getaran yang timbul dalam mesin beban.
e. Isolasi listrik untuk poros yang disambung.
9
Dari kontruksinya kebanyakan kopling – kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros – poros itu
dalam keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan putaran
sudut kecil antara sambungan ujung – ujung poros. Kerugian yang timbul adalah
berupa panas, sehingga sifat – sifatnya berubah atau elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet,
kopling cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.
Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
10
Gambar 2.8 Kopling karet ban (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.9 kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
11
dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuannya sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.
12
Gambar 2.11 kopling cakar spiral (sumber ; sularso, 2000 hal 58)
13
2.3.3.4 Kopling Friwel
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros
penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang
digerakkan.
14
Pegas digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan, pelat kopling
dan roda penerus. jumlah pegas (kekuatan tekan) disesuikan dengan besar daya
yang harus dipindahkan
15
penerus akan mendorong piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem
akan meneruskan daya ini keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit
kopling akan mendorong tuas, dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling
terlepas, sehingga penerusan daya dari motor ke transmisi terputus.
2.6 Pegas
Pegasberfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan memanfaatkan
sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya:
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
2). Macam-macam pegas (Sumber; sularso 2000. Hal 311)
a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Bahan baja dengan penampang lingkaran paling banyak digunakan. Pegas
untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya dibuat dari
kawat tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat yang lebih
besar dari 9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas. Pada pegas yang
terbuat dari kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk
menjadi pegas. Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas
pada waktu proses pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik
yang ditentukan dan digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas.
Pegas dari bahan macam ini agak mahal harganya.
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah
baja pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi,
maka perlu diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS)
dipakai untuk keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter
kecil. Inconel dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.
16
2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang
yang ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang
dihasilkan dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.
Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang difinis
dingin untuk poros
Standar dan Perlakuan Kekuatan tarik
Lambang Keterangan
macam panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C 52
Baja karbon
S40C 55
konstruksi mesin
S45C 58
(JIS G 4501)
S50C 62
S55C 66
- Ditarik
S35C-D 53
Batang baja yang - dingin,
S45C-D 60
difinis dingin - digerinda
S55C-D 72
dan dibubut
(Sumber; sularso 2000. Hal 3)
17
2.8 Rumus Analisa Perhitungan Perencanaan Kopling Gesek
3.Tegangan puntir ( a )
b
a = (kg/mm2) ................................................... pers 2.3
sf1 x sf 2
Dimana:
b = Kekuatan tarik bahan ( kg/mm2 )
Sf1= Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0 .................................................................. pers 2.4
Sf2= Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar sehingga harganya sebesar
( 1,3 - 3,0 ) ...................................................................................... pers 2.5
18
4. Diameter poros ( ds )
5,1
ds =[ x Kt x Cb x T ]1/3 (mm) ............................................... pers2.6
a
19
Gbr 2.15 Faktor konsentrasi tegangan α
Gbr 2.16 Faktor konsentrasi tegangan β (Sumber; sularso 2000. Hal 11)
5. Tegangan geser (g)
T 5,1 T
g = = (kg/mm2) ................................. pers 2.14
ds 3
ds
3
16
6. Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor
konsentrasi tegangan dari poros :
t a x Sf 2
> x Kt x Cb (kg/mm2) ...................................... pers 2.15
(sumber ; jack stolk & Kros.C, 1994 hal 64)
20
2.8.3 Rumus Analisa Perhitungan Plat Gesek
1. Momen puntir yang diteruskan ( T )
T = 9,74 x 105 x fc x P (kg.mm) ..................................... pers 2.16
n1
2. Besar gaya tekan pada permukaan bidang gesek ( f )
f= ( D22 - D12 )Pa (kg) .............................................. pers 2.17
Dimana:
D1 = Diameter dalam bidang gesek ( cm )
D2 = Diameter luar bidang gesek ( cm )
Pa = Besar tekanan rata-rata ( kg/mm2 )
4. Jari-jari rata-rata ( rm )
D1 D2
rm = (mm) ....................................................... pers 2.19
4
Jika: T = x f x rm. (kg.mm) .............................................................. pers 2.20
D1 = (0,6 - 0,8)D2 (mm) .............................................................. pers 2.21
Direncanakan D1 = 0,75 D2 (mm) ................................................ pers 2.22
21
BAB III
PEMBAHASAN
Mulai 1
22
2
rm =
D1 D 2
4
D1 = 0,7. D2
Stop
End
23
Berdasarkan spesifikasi dari rancangan kopling gesek untuk kendaraan
Mobil Avanza dengan spesifikasi daya 83 PS dan putaran 4.200 rpm, maka akan
dibahas perhitungan dari masing-masing bagian kopling tersebut.
61,005 kW
T = 9,74 x 105
4200 rpm
T = 14147,35 kg. mm
T = 1414,735 kg. cm
Poros yang direncanakan terbuat dari baja karbon (Jis G 4501) S55C,
dengan kekuatan tarik b = 66 kg/mm2 (tabel 2.1)
Tegangan puntir bahan dicari dengan persamaan (pers 2.3)
b
a =
Sf1 x Sf 2
Dimana :
Sf1 = 6,0 (pers 2.4 hal 19)
Sf2 = 2,0 (pers 2.5 hal 20)
Maka:
24
66
a =
6x2
a = 5,5 kg/mm2
= 550 kg/cm2
5,1
ds = K t . Cb . T 1/3
τa
Dimana :
Kt = 1,5 ( dipilih ) pers 2.7 hal 20
Cb = 2,0 ( dipilih ) pers 2.8 hal 20
Maka :
5,1
ds = x 1,5 x 2 x 14147,35 1/3
5,5
= 34,01 mm
Sehingga diameter poros yang diambil adalah ds= 40 mm.
Jika direncanakan diameter tempat bantalan adalah Db= 42 mm.
Maka jari-jari fillet dihitung dengan persamaan ( pers 2.9)
Db d s
r =
2
Maka :
42 - 40
r =
2
= 1,0 mm
Maka alur pasak, tinggi pasak dan fillet dapat dihitung dengan persamaan (pers
2.10)
1. Alur pasak (b)
ds
b=
4
40
b=
4
b = 10 mm
25
2. Tinggi pasak (h) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.11)
h = ds
8
40
=
8
= 5 mm
5
=
10
= 0,5 mm
26
a x Sf 2
g x Kt x Cb
5,5 x 2,0
1,127 x 1,5 x 2
2,3
4,8 3,4
a x Sf 2
g x Kt x Cb, baik
Maka perbandingan di atas dinyatakan baik karena pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar.
42
5 fc P
T = 9,74 x10
n1
1 x 61,005 kW
T = 9,74 x 105
4200 rpm
T = 14147,35 kg. mm
27
kg/mm2 (tabel 2.3), sehingga diambil 0,02 kg/mm2, dengan 0,35 – 0,65 maka
diambil 0,6
f= (D12 – 0,7 D22) x 0,02 kg/mm2
4
= (1 – 0,7) D22 x 0,02 kg/mm2
4
= 0,0047 D22 . kg/mm2
Maka, jari-jari rata-rata (rm) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.19)
rm =
D1 D 2
4
= 0,7 1 D 2
4
= 0,425 D2
= 275,83 mm
28
Besar tekanan pada permukaan plat gesek (F) dihitung dengan persamaan (pers
2.17 )
F = A . Pa
= 30459,50 mm2 x 0,02 kg/ mm2
= 609.19 kg
275,83
55
193,08
29
BAB IV
ANALISA
4.1 Analisa
Jadi untuk membandingkan faktor tegangan dari poros terhadap plat
gesek kita perlu mengetahui parameter – paraemeternya seperti :
(Faktor konsentrasi tegangan α )
Sf 2 (Faktor keamanan kedua )
a (Tegangan Puntir)
g (Tegangan Geser)
Kt (Faktor koreksi untuk puntiran)
Cb (Faktor koreksi untuk lenturan)
Setelah kita mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita bandingkan
antara tegangan puntir yang dialami poros dan tegangan gesernya dan mengapa
dibandingkan karena kedua hal tersebut mempunyai orientasi yang sama maka
dapat dibandingkan dan hasilnya harus lebih besar tegangan puntir daripada
tegangan geser dari poros maka didapat hasilnya berdasarkan perbandingan
tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor konsentrasi tegangan dari
poros yaitu :
a x Sf 2
g x Kt x Cb
5,5 x 2,0
1,127 x 1,5 x 2
2,3
4,8 kg/mm2 3,4 kg/mm2
a x Sf 2
g x Kt x Cb, baik
Maka perbandingan di atas dinyatakan baik karena pengaruh konsentrasi tegangan
cukup besar.
Bahan yang digunakan dalam perhitungan poros mempunyai kekuatan tarik yang
besar karena hal ini sangat menentukan diameter poros kopling.
Serta diameter poros kopling yang didapat cukup besar karena hal ini juga
menentukan luas plat gesek.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perancangan didapat parameter - parameter
dari kopling plat gesek. Untuk kendaraan mobil avanza dengan daya
sebesar 83 Ps dan putaran 4.200 rpm adalah sebagai berikut :
1. Momen puntir yang terjadi pada kopling (T) : 14147,35 kg.mm
2. Daya yang di transmisikan (Pd) : 61,005 kW
3. Tegangan puntir (a ) : 5,5 kg/mm2
4. Kekuatan tarik (b ) : 66 kg/mm2
5. Tegangan geser (g ) : 1,127 kg/mm2
6. Diameter poros penggerak (ds) : 40 mm
7. Alur pasak (b) : 10 mm
8. Tinggi pasak (h) : 5 mm
9. Fillet pasak (c) : 0,5 mm
10. Diameter dalam plat kopling (D2) : 193,08 mm
11. Diameter luar plat kopling (D1) : 275,83 mm
12. Luas plat gesek (A) : 30459,50 mm2
13. Tekanan pada plat gesek (F) : 609.19 kg
31
perencanaan kopling gesek plat kering ini dapat optimal dan sesuai dengan
yang diinginkan.
5.2 Saran
Dalam tugas perencanaan kopling plat gesek ini masih banyak
kekurangan dan ketelitian dalam analisa perhitungan serta pengujian,
disebabkan pengetahuan yang terbatas dari penulis tentang kopling dan
elemen-elemennya. Saran dari penulis kepada pembaca, dalam menyusun
dan menyelesaikan tugas gunakan lebih banyak buku referensi. Semakin
banyak referensi akan menghasilkan perencanaan yang lebih baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN - LAMPIRAN
34