Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopling sebagai elemen mesin yang saat ini banyak digunakan pada
mesin – mesin industri, kendaraan bermotor, dan lain - lain. Dengan berjalannya
waktu dan penggunaan kopling yang terus menerus maka komponen – komponen
kopling akan pasti mengalami hal – hal seperti plat cepat aus, usia kopling tidak
tahan lama, biaya perawatan yang mahal, dan lain - lain. Dengan adanya hal - hal
tersebut maka perlu adanya perancanaan kopling yang tepat dan teliti.
Kopling yang akan di bahas pada tugas elemen mesin II ini adalah kopling
mobil avanza roda empat dengan daya 83 ps atau 61 kW dengan putaran 4.200
rpm, dengan spesifiksi sbb : Model engine (K3-VE), type (IL), configuration (4
cylinder in line), normal output (83Ps/4.200 rpm), transmisi (5-speed manual),
Cluth (single dry cluth : C3W28D).
sistem kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling
manual yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja.
komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda
gila, Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release
bearing atau Drek lahar.
Susunanya di dalam mobil adalah : Kopling atau Clutch yaitu peralatan
transmisi yang menghubungkan poros engkol dengna poros roda gigi transmisi.
Fungsi kopling adalah untuk memindahkan tenaga mesin ke transmisi, kemudian
transmisi mengubah tingkat kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Cara Kerja : Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan
energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling
menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang
akhirnya tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai
pengatur kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan,
hal ini dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas Sistem Kopling.

1
Kopling (clutch) terletak di antara motor dan transmisi, dan berfungsi
untuk menghubungkan dan memutuskan putaran motor ke transmisi. Syarat-syarat
yang harus dimiliki oleh kopling adalah : Harus dapat menghubungan putaran
motor ke transmisi dengan lembut.

1.2 Rumusan Masalah


Kopling merupakan suatu sistem yang sangat luas, oleh sebab itu penulis
akan membatasi permasalahan yang akan dibahas pada mobil untuk kendaraan
type Toyota Avanza dengan daya 83 Ps pada putaran 4200 Rpm, meliputi
beberapa elemen – elemen penting yaitu : poros dan plat gesek agar tidak terjadi
kesalahan dalam analisa dan perhitungan pada suatu komponen tersebut maka
penulis akan memperhatikan faktor – faktor koreksi dan faktor – faktor internal
yang digunakan.

1.3 Tujuan Perancangan


Mencari besaran-besaran dari parameter-parameter suatu kopling plat
gesek.

1.4 Metode Penulisan


Dalam melakukan perencanaan ini dilakukan dengan dua metode:
a) Studi literatur yaitu tinjauan pustaka untuk memperoleh dasar – dasar
teori dan rumusan yang akan dipergunakan dalam perhitungan.
b) Studi lapangan yaitu melakukan peninjauan langsung kelapangan guna
memperoleh data sebagai pembanding dan melihat secara langsung.

2
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan perencanaan tugas elemen mesin
ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang perencanaan, tujuan
perencanaan, batasan masalah, metode penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan macam – macam kopling, kegunaan, cara kerja,
komponen komponen pda kopling, gambar, daftar tabel dan rumus-
rumus dalam perencanaan sebuah kopling.
BAB III : PERHITUNGAN
Bab ini menguraikan perhitungan yang berkaitan dengan kopling
seperti daya, poros dan plat yang digunakan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran – saran dari
keseluruhan tugas elemen mesin ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan


dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar
kebenda lainnya.

Pada bidang otomotif ,kopling digunakan untuk memindahkan tenaga


motor keunit transmisi.dengan menggunakan kopling, pemindahan gigi-gigi
trasmisi dapat dilakukan, kopling juga memungkinkan motor juga dapat berputar
walaupun transmisi tidak dalam posisi netral.

2.2 Penggunaan Kopling

Secara garis besar penggunaan kopling antara lain sebagai berikut :


a. Untuk menjamin mekanisme dan karakteristik getaran yang terjadi
akibat bagian – bagian mesin berputar.
b. Untuk menjamin hubungan antara poros yang digerakkan yang dibuat
secara terpisah.
c. Untuk mengurangi beban lanjut atau hentakan pada saat melakukan
transmisi dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.
Dalam penggunaan kopling sering kita jumpai beberapa gangguan –
gangguan atau masalah, antara lain :
a. Biasanya pada kopling sering terjadi keausan antara kedua permukaan
kontak dan akan mengakibatkan kehilangan tenaga.
b. Beban yang terlalu besar atau pegas tidak dapat lagi menjadi gigi – gigi
yang tetap tertekan, maka kopling akan menggelincir dan bersamaan
dengan terdengarnya suara menyentak.
c. Akibat dari penggunaan kopling pada permesinan, poros yang
digerakkan selalu mendapat tekanan yang melewati batas ketentuan

4
dari kemampuan sebuah kopling dan berakibat kopling akan cacat,
patah atau sebagainya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut, maka dalam perencanaan
kontruksi kopling kita harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :

a. Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil


b. Kopling harus dapat dipasang dan dilepas dengan mudah
c. Dapat mencegah pembebanan lebih
d. Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan
mempunyai garis tengah yang sekecil mungkin.
e. Bagian yang menonjol harus dicegah dan ditutupi sedemikian rupa
sehingga tak berbahaya.
f. Garis sumbu yang hendak harus sejajar dan disambung dengan tepat
terutama apabila kopling tidak fleksibel atau tidak elastis.
g. Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada garis sumbu
poros, dan kopling harus mengalami keseimbangan dinamis kalau
tidak kopling akan berayun (apabila titik berat terletak pada garis
sumbu maka kopling telah diseimbangkan secara statik)
h. Pada ukuran – ukuran aksial dan radial harus ditentukan batas –
batasnya.

2.3 Klasifikasi Kopling

Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :

1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap

2.3.1 Kopling Tetap

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
dan pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja
antara poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja,

5
dan sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel ( luwes )
3. Kopling Elastis

2.3.1.1 Kopling Kaku

Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan


sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di
pabrik – pabrik.
kopling ini terdiri dari beberapa macam antara lain :
a. Kopling Bus
b. Kopling Flens Kaku
c. Kopling Flens Tempa
d. Kopling Jepit
e. Kopling Bumbung Tekan Minyak

2.3.1.1.1 Kopling Bus


Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut – baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung – ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana
dan harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya –
daya kecil.

Gambar 2.1 kopling bus (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

6
2.3.1.1.2 Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun
ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan
getaran transmisi. Pada saat pemasangan sumbu kedua poros harus terlebih dahulu
diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut – baut flens dikeraskan.

Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.1.3 Kopling Flens Tempa


Pada kopling flens tempa masing – masing ujung poros terdapat flens yang
dilas atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut – baut. Pada kopling ini
momen dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergesaran antara kedua flens.

Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

7
2.3.1.1.4 Kopling Bumbungan Tekan Minyak
Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan yang
bagian dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk
tirus yang sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau gemuk dipres dengan
tekanan tinggi melalui tabung berulir ditengah – tengah bus ( bumbungan )
sehingga batang tertekan. Sambungan jepit yang ditimbulkan dapat memindahkan
momen – momen putaran yang besar karena gesekan.
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam

tempat memasukkan minyak

Gambar 2.4 Kopling bumbungan tekan minyak

Gambar 2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.2 Kopling Luwes (Fleksibel)


Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga kedua
ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak satu
sama lain.
Dalam hal ini kita dapat mengenal tiga bentuk kefleksibelan yaitu dalam
arah aksial, radial, dan poros satu sama lain mengepit kedua sudut.
Kopling ini terdiri dari : kopling roda gigi, kopling universal.

2.3.1.2.1 Kopling Roda Gigi


Kopling roda gigi kedua poros dilengkapi dengan naf bergigi, dimana sisi
gigi dan puncak gigi sedikit banyak berbentuk bulatan. Gigi ini merangkap
didalam sistem gigi dalam sebuah longsongan yang cocok dan menyambung
kedua naf, lubang ulir dalam naf berfungsi untuk melepas baut.
Kopling seperti pada gambar memperbolehkan kefleksibelan sedikit arah
aksial dan radial, disamping itu poros dapat membuat sudut kecil satu dengan
yang lain dan mampu memindahkan momen yang sangat besar.

8
Gambar 2.5 kopling roda gigi (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.2.2 Kopling Universal

Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak


terletak dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong

Gambar 2.6 kopling universal (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.3 Kopling Elastis

Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja yang
menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
a. Mengatasi timbulnya kejutan-kejutan pada saat pemindahan momen
putaran.
b. Peredam getaran torsi
c. Koreksi terhadap penyimpangan kecil pada letak poros.
d. Meredam getaran – getaran yang timbul dalam mesin beban.
e. Isolasi listrik untuk poros yang disambung.

9
Dari kontruksinya kebanyakan kopling – kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros – poros itu
dalam keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan putaran
sudut kecil antara sambungan ujung – ujung poros. Kerugian yang timbul adalah
berupa panas, sehingga sifat – sifatnya berubah atau elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet,
kopling cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.

2.3.1.3.1 Kopling Piring Karet


Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yang berbentuk
bintang dari karet. Kedua perubahan kopling adalah identik dan dilengkapi
dengan cakar yang sesuai dalam rumpangan dalam ban

Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.3.2 Kopling Ban Karet


Kopling ini sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri dari karet dengan
lapisan yang ditenun dan ditekan oleh dua buah cincin penekan pada flens kedua
paruhan kopling. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun sumbu kedua
poros yang dihubungkan tidak lurus dan dapat meredam tumbukan dan gesekan
yang terjadi pada transmisi. Di samping itu pemasangan dan penukaran ban karet
dapat dilakukan tampa banyak kesulitan, jika daya elastisnya telah berkurang dan
hubungan listrik antara kedua poros dapat dicegah.

10
Gambar 2.8 Kopling karet ban (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.3.3 Kopling Selongsong Pena


Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identik dilengkapi dengan pena
penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Dalam lubang ini dipasang pena
dengan selongsong untuk paruhan kopling yang lain. Keuntungan kopling ini
yaitu aman tembusan aliran, artinya bahwa tidak memungkinkan aliran berjalan
dari bagian kopling yang satu ke bagian kopling yang lain.
Kopling ini juga memiliki keburukan yaitu tidak cocok dalam lingkungan
yang sangat panas. Prinsip kerja kopling ini yaitu mengambil daya elastis pada
perubahan bentuk elemen – elemen yang elastis dan peredam terjadi oleh gesekan
pada waktu terjadi perubahan bentuk.

Gambar 2.9 kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.2 Kopling Fluida.


Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya
melalui fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat
hubungan mekanis. Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi
dan daya yang besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak

11
dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuannya sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.

Gambar 2.10 kopling fluida (Sumber; sularso 2000. Hal 44)

2.3.3 Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang dapat memutuskan dan
menghubungkan dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan putaran
yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan kedua hubungan
poros tersebut pada keadaan diam maupun berputar.
Sifat – sifat kopling ini adalah :
 Poros output relatif bergerak terhadap poros input
 Pemutusan hubungan dapat terjadi pada saat kedua poros berputar maupun
tidak berputar.
Klasifikasi kopling ini adalah sebagai berikut : kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut, kopling friwil.

2.3.3.1 Kopling Cakar


Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif atau
tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu harus
dapat disorongkan secara aksial.

12
Gambar 2.11 kopling cakar spiral (sumber ; sularso, 2000 hal 58)

2.3.3.2 Kopling Plat


Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi
kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam keadaan
berputar kopling plat ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan kopling plat
banyak.yatu berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, kopling ini juga
dibedakan atas kopling kering dan kopling basah, serta atas dasar kerjanya yaitu :
manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnetik.

Gambar 2.12 kopling plat (Sumber; sularso 2000. Hal 62)

2.3.3.3 Kopling Kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana


dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
memindahkan momen yang besar.

Gambar 2.13 kopling kerucut (sumber ; sularso.2000. hal 73)

13
2.3.3.4 Kopling Friwel
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros
penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang
digerakkan.

Gambar 2.14 kopling friwel (Sumber; sularso 2000. Hal 76)

2.4. komponen Utama Kopling

2.4.1 Roda Penerus


Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi
sebagai dudukan hampir seluruh komponen kopling.

2.4.2 Pelat Kopling


Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitaas tinggi.
Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefesien gesek
tinggi. Bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan menggunakan
keling (rivet)

2.4.3. Pelat Tekan


Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat dan
diameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah satu sisinya (sisi
yang berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi ini akan menekan plat
kopling dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai bentuk yang disesuaikan
dengan kebutuhan penempatan komponen kopling lainnya.

2.4.4. Unit Plat Penekan


Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, pelat penekan dilengkapi
dengan sejumlah pegas spiral atau pegas diaphragma. tutup dan tuas penekan.

14
Pegas digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan, pelat kopling
dan roda penerus. jumlah pegas (kekuatan tekan) disesuikan dengan besar daya
yang harus dipindahkan

2.4.5. Mekanisme Penggerak


Komponen penting lainnya pada kopling ialah mekanisme pemutusan
hubungan (tuas tekan). mekanisme ini di lengkapi dengan bantalan bola, bantalan
bola diikat pada bantalan luncur yang akan bergerak maju/mundur pada
sambungan. Bantalan bola yang dilengkapi dengan permukaan tekan akan
mendorong tuas tekan

2.4.6. Rumah Kopling


Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau aluminium. rumah kopling
menutupi seluruh unit kopling dan mekanisme penggerak. rumah kopling
umumnya mempunyai daerah terbuka yang berfungsi sebagai saluran sirkulasi
udara.

2.5. Cara Kerja Kopling

Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak, ujung tuas akan mendorong


bantalan luncur kebelakang. bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan
tekanan pegas
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerus dan perpindahan daya terputus. bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
kopling akan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan roda
penerus dan terjadi perpindahan daya.
Pada saat pelat tekan bergerak kedepan,pelat kopling akan menarik
bantalan luncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula. selain secara
mekanik, sebagai mekanisme pelepas hubungan.
Sekarang sudah banyak digunakan sistem hidrolik dan booster. secara
umum, sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah
pada sistem hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan
pada pedal kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan
kebutuhan. Pada sistem hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang

15
penerus akan mendorong piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem
akan meneruskan daya ini keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit
kopling akan mendorong tuas, dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling
terlepas, sehingga penerusan daya dari motor ke transmisi terputus.

2.6 Pegas
Pegasberfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan memanfaatkan
sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya:
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
2). Macam-macam pegas (Sumber; sularso 2000. Hal 311)
a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Bahan baja dengan penampang lingkaran paling banyak digunakan. Pegas
untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya dibuat dari
kawat tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat yang lebih
besar dari 9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas. Pada pegas yang
terbuat dari kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk
menjadi pegas. Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas
pada waktu proses pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik
yang ditentukan dan digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas.
Pegas dari bahan macam ini agak mahal harganya.
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah
baja pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi,
maka perlu diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS)
dipakai untuk keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter
kecil. Inconel dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.

16
2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang
yang ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang
dihasilkan dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.

Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang difinis
dingin untuk poros
Standar dan Perlakuan Kekuatan tarik
Lambang Keterangan
macam panas (kg/mm2)

S30C Penormalan 48
S35C  52
Baja karbon
S40C  55
konstruksi mesin
S45C  58
(JIS G 4501)
S50C  62
S55C  66

- Ditarik
S35C-D 53
Batang baja yang - dingin,
S45C-D 60
difinis dingin - digerinda
S55C-D 72
dan dibubut
(Sumber; sularso 2000. Hal 3)

17
2.8 Rumus Analisa Perhitungan Perencanaan Kopling Gesek

2.8.1 Rumus analisa perhitungan poros

1. Daya yang ditransmisikan (Pd) (Sumber; sularso 2000. Hal 7)


Pd = fc. P(kW) ................................................................. pers 2.1
Dimana:
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal output dari motor penggerak ( kW ) (Sumber; sularso 2000.
Hal 30)

Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)


Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimim yang diperlukan 0,8 - 2,0
Daya normal 1,0 - 1,5
(Sumber; sularso 2000. Hal 7)
2. Momen rencana ( T )
Pd
T = 9,74 x 105 (kg.mm) ........................................... pers 2.2
n1
Dimana:
n1 = Putaran poros ( rpm ) (Sumber; sularso 2000. Hal 2)

3.Tegangan puntir ( a )
b
a = (kg/mm2) ................................................... pers 2.3
sf1 x sf 2

Dimana:
b = Kekuatan tarik bahan ( kg/mm2 )
Sf1= Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0 .................................................................. pers 2.4
Sf2= Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar sehingga harganya sebesar
( 1,3 - 3,0 ) ...................................................................................... pers 2.5

18
4. Diameter poros ( ds )
5,1
ds =[ x Kt x Cb x T ]1/3 (mm) ............................................... pers2.6
a

(Sumber; sularso 2000. Hal 8)


Dimana:
Kt = Faktor koreksi untuk puntiran
( 1,0 - 1,5 ) jika beban dikenakan secara halus
( 1,5 - 3,0 ) jika beban dikenakan dengan kejutan besar ............... pers 2.7
Cb = Faktor koreksi untuk lenturan
( 1,2 - 2,3 ) ...................................................................................... pers 2.8

5. Jari - jari fillet ( r )


( Db  d s )
r= (mm) ....................................................... pers 2.9
2
Dimana :
Db = Diameter bantalan (mm)
2.8.2 Rumus analisa perhitungan pasak
1. Alur pasak (b)
ds
b= (mm) .................................................................. pers 2.10
4
2. Tinggi pasak (h)
ds
h= (mm) .................................................................. pers 2.11
8
3. Fillet pasak (c)
h
c= (mm) ................................................................... pers 2.12
b

19
Gbr 2.15 Faktor konsentrasi tegangan α

Gbr 2.16 Faktor konsentrasi tegangan β (Sumber; sularso 2000. Hal 11)
5. Tegangan geser (g)
T 5,1 T
g = = (kg/mm2) ................................. pers 2.14
  ds 3
 ds
3
 
 16 
 
6. Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor
konsentrasi tegangan dari poros :
t a x Sf 2
> x Kt x Cb (kg/mm2) ...................................... pers 2.15

(sumber ; jack stolk & Kros.C, 1994 hal 64)

20
2.8.3 Rumus Analisa Perhitungan Plat Gesek
1. Momen puntir yang diteruskan ( T )
T = 9,74 x 105 x fc x P (kg.mm) ..................................... pers 2.16
n1
2. Besar gaya tekan pada permukaan bidang gesek ( f )

f= ( D22 - D12 )Pa (kg) .............................................. pers 2.17

Dimana:
D1 = Diameter dalam bidang gesek ( cm )
D2 = Diameter luar bidang gesek ( cm )
Pa = Besar tekanan rata-rata ( kg/mm2 )

Tabel 2.3 Harga koefisien gesek (  ) dan tekanan rata-rata ( Pa ).



Bahan permukaan
Pa ( kg/mm2 )
kontak
Kering dilumasi
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
(sumber ;Sularso ; 2000 hal 80 )

3. Luas plat gesek ( A )



A= x ( D2 2 - D12 ) (mm2).......................................... pers 2.18
4

4. Jari-jari rata-rata ( rm )
D1  D2
rm = (mm) ....................................................... pers 2.19
4
Jika: T =  x f x rm. (kg.mm) .............................................................. pers 2.20
D1 = (0,6 - 0,8)D2 (mm) .............................................................. pers 2.21
Direncanakan D1 = 0,75 D2 (mm) ................................................ pers 2.22

21
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Diagram Alir

Mulai 1

Menghitung Diameter poros


Daya maks (N), (ds) (mm)
Putaran
mo maks
Itung  5,1 
(n) ds =  K t . Cb . T  1/3
 τa 

Menghitung daya pada


poros (Pd) (Kw) Menghitung Tegangan
Pd = fc x P geser (g) (kg/mm2)
T 5,1 T
g = =
  ds 
3
ds
3
 
Menghitung momen puntir (T)  16 
 
(kg . mm)
Pd
T = 9,74 x 105
n1

Perbandingan tegangan geser TIDAK


Menentukan yang terjadi selama
Bahan Pelat mengalami faktor konsentrasi
tegangan dari poros
dan kekuatan
t a x Sf 2
tariknya (b) >g x Kt x Cb

Menghitung Tegangan Puntir YA


2
Bahan (a) (kg/mm )
b 2
a =
Sf1 x Sf 2

22
2

Menghitung Besar Tekanan Pada


Bidang Gesek (f) (kg/mm2)

f= ( D22 - D12 ) x Pa

Menghitung Jari-jari rata-rata Pada


Bidang Gesek (rm)

rm =
D1  D 2 
4

-Menghitung Diameter Luar (D2) (mm)


T =  . f . rm

-Menghitung Diameter Dalam (D1)


(mm)

D1 = 0,7. D2

Menghitung Luas Plat Gesek (A)


(mm2)
A =  (D22 – D12)
4

Menghitung Besar Tekanan pada


permukaan plat gesek (F) (kg/mm2)
F = A . Pa

Stop

End
23
Berdasarkan spesifikasi dari rancangan kopling gesek untuk kendaraan
Mobil Avanza dengan spesifikasi daya 83 PS dan putaran 4.200 rpm, maka akan
dibahas perhitungan dari masing-masing bagian kopling tersebut.

3.2 Perhitungan poros


Sesuai dengan spesifikasi daya (P) 83 PS dan putaran poros (n1) adalah
4.200 rpm. Untuk mencari daya yang ditransmisikan (Pd) dapat digunakan
persamaan (2.1 halaman 19)
Pd = fc x P
Dimana :
1 PS = 0,735 kW Sehingga, 110 PS = 83 x 0,735 = 61,005 kW
fc = diambil 1,0 (tabel 2.2)
Pd = 1,0 x 61,005 kW
Pd = 61,005 kW

Momen puntir (T) dapat dicari dengan persamaan (pers 2.2)


Pd
T = 9,74 x 105 kg . mm
n1

61,005 kW
T = 9,74 x 105
4200 rpm
T = 14147,35 kg. mm
T = 1414,735 kg. cm

Poros yang direncanakan terbuat dari baja karbon (Jis G 4501) S55C,
dengan kekuatan tarik b = 66 kg/mm2 (tabel 2.1)
Tegangan puntir bahan dicari dengan persamaan (pers 2.3)
b
a =
Sf1 x Sf 2

Dimana :
Sf1 = 6,0 (pers 2.4 hal 19)
Sf2 = 2,0 (pers 2.5 hal 20)
Maka:

24
66
a =
6x2

a = 5,5 kg/mm2
= 550 kg/cm2

Diameter poros (ds) dapat dihitung dengan persamaan ( pers 2.6)

 5,1 
ds =  K t . Cb . T  1/3
 τa 
Dimana :
Kt = 1,5 ( dipilih ) pers 2.7 hal 20
Cb = 2,0 ( dipilih ) pers 2.8 hal 20
Maka :
 5,1 
ds =  x 1,5 x 2 x 14147,35  1/3
 5,5 
= 34,01 mm
Sehingga diameter poros yang diambil adalah ds= 40 mm.
Jika direncanakan diameter tempat bantalan adalah Db= 42 mm.
Maka jari-jari fillet dihitung dengan persamaan ( pers 2.9)
Db  d s
r =
2
Maka :
42 - 40
r =
2
= 1,0 mm

Maka alur pasak, tinggi pasak dan fillet dapat dihitung dengan persamaan (pers
2.10)
1. Alur pasak (b)
ds
b=
4
40
b=
4
b = 10 mm

25
2. Tinggi pasak (h) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.11)

h = ds
8
40
=
8
= 5 mm

3. Fillet pasak (c) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.12)


h
c=
b

5
=
10
= 0,5 mm

Tegangan geser (g) dihitung dengan persamaan (pers 2.14)


T 5,1T
g = =
  ds3  d s3
 
 16 
 
5,1 x 14147,35 kg . mm 
=
40 mm 3
= 1,127 kg/mm2
Dari gambar 2.15 dan gambar 2.16 dapat diketahui faktor konsentrasi
tegangan α dan β untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat dengan
alur pasak persegi yang diberi fillet .
r/ds = 1/40
= 0,025
Sehingga:
α = 2,3
β = 1,7
Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor konsentrasi
tegangan dari poros didapat dari persamaan (pers 2.15)

26
 a x Sf 2
 g x Kt x Cb

5,5 x 2,0
 1,127 x 1,5 x 2
2,3
4,8  3,4
 a x Sf 2
 g x Kt x Cb, baik

Maka perbandingan di atas dinyatakan baik karena pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar.

42

Gambar 2.17 Poros kopling

3.3 Perhitungan Plat Gesek


Momen puntir yang diteruskan ( T ) dapat dihitung dengan persamaan
(pers 2.16)

5 fc  P
T = 9,74 x10
n1
1 x 61,005 kW
T = 9,74 x 105
4200 rpm
T = 14147,35 kg. mm

Besar gaya tekan pada permukaan bidang gesek ( f ) dihitung dengan


persamaan ( pers 2.17)

f= ( D22 - D12 ) x Pa

Perbandingan diameter D1 : D2 adalah 0,6 - 0,8 diambil 0,7 ( pers
2.21 ). Besar tekanan rata-rata (Pa) dipilih bahan asbes dan besi cor 0,007-0,07

27
kg/mm2 (tabel 2.3), sehingga diambil 0,02 kg/mm2, dengan  0,35 – 0,65 maka
diambil 0,6

f= (D12 – 0,7 D22) x 0,02 kg/mm2
4

= (1 – 0,7) D22 x 0,02 kg/mm2
4
= 0,0047 D22 . kg/mm2

Maka, jari-jari rata-rata (rm) dapat dihitung dengan persamaan (pers 2.19)

rm =
D1  D 2 
4

= 0,7  1 D 2
4
= 0,425 D2

Diameter luar (D2) dihitung dengan persamaan (pers 2.20)


T =  . f . rm
= 0,6 x 0,0047 D22 x 0,4 D2
14147,35 = 0,00119 D23
3 14147,35
D2 = √ 0,00119

= 275,83 mm

Diameter dalam (D1) dihitung dengan persamaan (pers 2.22)


D1 = 0,7. D2
= 0,7 x 275,83 mm
= 193,081 mm
Luas plat gesek (A) dihitung dengan persamaan (pers 2.18)

A = (D22 – D12)
4

= ( (275,83)2 – (193,081)2 )
4
= 30459,50 mm2

28
Besar tekanan pada permukaan plat gesek (F) dihitung dengan persamaan (pers
2.17 )
F = A . Pa
= 30459,50 mm2 x 0,02 kg/ mm2

= 609.19 kg

275,83
55
193,08

Gambar 2.18 Plat gesek

29
BAB IV
ANALISA

4.1 Analisa
Jadi untuk membandingkan faktor tegangan dari poros terhadap plat
gesek kita perlu mengetahui parameter – paraemeternya seperti :
  (Faktor konsentrasi tegangan α )
 Sf 2 (Faktor keamanan kedua )
  a (Tegangan Puntir)
 g (Tegangan Geser)
 Kt (Faktor koreksi untuk puntiran)
 Cb (Faktor koreksi untuk lenturan)
Setelah kita mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita bandingkan
antara tegangan puntir yang dialami poros dan tegangan gesernya dan mengapa
dibandingkan karena kedua hal tersebut mempunyai orientasi yang sama maka
dapat dibandingkan dan hasilnya harus lebih besar tegangan puntir daripada
tegangan geser dari poros maka didapat hasilnya berdasarkan perbandingan
tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor konsentrasi tegangan dari
poros yaitu :
 a x Sf 2
 g x Kt x Cb

5,5 x 2,0
 1,127 x 1,5 x 2
2,3
4,8 kg/mm2  3,4 kg/mm2
 a x Sf 2
 g x Kt x Cb, baik

Maka perbandingan di atas dinyatakan baik karena pengaruh konsentrasi tegangan
cukup besar.
Bahan yang digunakan dalam perhitungan poros mempunyai kekuatan tarik yang
besar karena hal ini sangat menentukan diameter poros kopling.
Serta diameter poros kopling yang didapat cukup besar karena hal ini juga
menentukan luas plat gesek.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perancangan didapat parameter - parameter
dari kopling plat gesek. Untuk kendaraan mobil avanza dengan daya
sebesar 83 Ps dan putaran 4.200 rpm adalah sebagai berikut :
1. Momen puntir yang terjadi pada kopling (T) : 14147,35 kg.mm
2. Daya yang di transmisikan (Pd) : 61,005 kW
3. Tegangan puntir (a ) : 5,5 kg/mm2
4. Kekuatan tarik (b ) : 66 kg/mm2
5. Tegangan geser (g ) : 1,127 kg/mm2
6. Diameter poros penggerak (ds) : 40 mm
7. Alur pasak (b) : 10 mm
8. Tinggi pasak (h) : 5 mm
9. Fillet pasak (c) : 0,5 mm
10. Diameter dalam plat kopling (D2) : 193,08 mm
11. Diameter luar plat kopling (D1) : 275,83 mm
12. Luas plat gesek (A) : 30459,50 mm2
13. Tekanan pada plat gesek (F) : 609.19 kg

Dari perhitungan Bab III dengan spesifikasi kendaraan dari daya 83


PS dan putaran 4.200 Rpm. Maka didapatkan daya yang ditransmisikan
(Pd) = 61,005 kW, dan didapatkan diameter poros standar 40 mm ini dapat
dilihat dari tabel standar pemakaian diameter poros karangan sularso, ini
sesuai untuk merencanakan suatu unit kopling gesek, diameter dalam plat
didapatkan sebesar 193,08 mm dan diameter luar plat 275,83 mm,
selisihnya tidak terlalu jauh sehingga dalam perencanaan didapatkan hasil
yang baik.
Jadi dari perhitungan ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
merencanakan suatu unit kopling maka diperlukan ketelitian agar

31
perencanaan kopling gesek plat kering ini dapat optimal dan sesuai dengan
yang diinginkan.

5.2 Saran
Dalam tugas perencanaan kopling plat gesek ini masih banyak
kekurangan dan ketelitian dalam analisa perhitungan serta pengujian,
disebabkan pengetahuan yang terbatas dari penulis tentang kopling dan
elemen-elemennya. Saran dari penulis kepada pembaca, dalam menyusun
dan menyelesaikan tugas gunakan lebih banyak buku referensi. Semakin
banyak referensi akan menghasilkan perencanaan yang lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. SULARSO dan SUGA .Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


mesin, Pt. PRADNYA PRATAMA,Jakarta
2. Umar Sukrisno, bagian-bagian mesin dan perencanaan, Erlangga,
Jakarta pusat
3. Wiranto Arismunandar, Penggerak mula, Erlangga, Jakarta pusat.
4. Kros. C. Ir Stock. J. Elemen Mesin, Penerbit Erlangga, 1993.

33
LAMPIRAN - LAMPIRAN

34

Anda mungkin juga menyukai