Anda di halaman 1dari 4

IJDS 2018; Vol. 5 No.2, November 2018, pp.

166-169 166
ISSN: 2355 – 2158, e-ISSN: 2654-4148
DOI:
Cite this as:
Khazanah, Esty Zyadatul, Salim Abdul. Inclusive Education: In Concepts, Policies, And Implementation.
Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2018: Vol. 5(2): PP 166-169.

INCLUSIVE EDUCATION: IN CONCEPTS,


POLICIES, AND IMPLEMENTATION
1*
Esty Zyadatul Khasanah, 2Abdul Salim
1, 2
Magister Pendidikan Luar Biasa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,Indonesia

Abstract Inclusive Education Between The Concept, Policy, And Implementation. This research purposed to
examine the conformity of concepts and policy of inclusive education, to its implementation in the field in
realizing the quality of education. Inclusive education is an effort to provide access to education for every
citizen, including those with special needs. Inclusive education must be well managed, so that policy and
their implementation are in accordance with the underlying concepts. The method used in this research is
descriptive analysis with literature review approach and empirical. As well as conducting case studies in the
field by observing inclusive school organizers to view data empirically. The results of the study are seen from
inclusive education issues at the school level, including: understanding and implementation, school policy,
learning process, teacher condition, and support system.

Keywords: inclusive education, concepts, policy, and implementation

1. Latar Belakang bersama-sama dengan peserta didik pada


umumnya”.
This template, modified in MS Word Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang diselenggarakan tidak membedakan jenis
yang penting, maka setiap warga negara kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan tingkat kemampuan ekonomi. Tidak terkecuali
dan merasakan pendidikan. Pada UUD tahun juga anak berkebutuhan khusus. Seiring dengan
1945 yang secara jelas dan tegas menjamin perkembangan sejarah tentang perubahan sosial
bahwa setiap Warga Negara Indonesia berhak dari masa ke masa, pemahaman orang terhadap
memperoleh pendidikan. Lebih dipertegas keberadaan anak berkebutuhan khusus, telah
dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang mengalami banyak perubahan. Perkembangan
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 pendidikan di Indonesia yang terus berkembang
bahwa setiap warga negara mempunyai hak memberikan banyak inovasi baru didalam dunia
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang pendidikan. Salah satu inovasi baru dalam
bermutu. Maupun dalam Pasal 1, Peraturan mengatasi kebutuhan pendidikan yaitu
Menteri Pendidikan Nasional RI – No. 70 penyelenggaraan sistem pendidikan yang
Tahun 2009 tentang “Pendidikan inklusif bagi bersifat inklusif.
peserta didik yang memiliki kelainan dan Pendidikan inklusif merupakan suatu
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat sistem layanan pendidikan yang inovatif dan
istimewa”, menjelaskan bahwa: “yang strategi untuk memperluas akses pendidikan
dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah bagi semua anak termasuk Anak Berkebutuhan
sistem penyelenggaraan pendidikan yang Khusus (ABK). Pada konteks yang lebih luas,
memberikan kesempatan kepada semua peserta pendidikan inklusif dapat dimaknai sebagai
didik yang memiliki kelainan dan memiliki suatu bentuk pendidikan yang menekankan
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa sikap anti diskriminasi, perjuangan persamaan
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran hak dan kesempatan, keadilan, dan perluasan
dalam satu lingkungan pendidikan secara akses pendidikan bagi semua, serta peningkatan
mutu pendidikan. Permasalahannya yang
* Corresponding author: Esty Zyadatul Khasanah dihadapi dalam tataran operasional di sekolah,
zyadatul16@gmail.com
Published online at http://IJDS.ub.ac.id/
sekalipun sudah banyak sekolah yang
Copyright © 2018 PSLD UB Publishing. All Rights Reserved mendeklarasikan sebagai sekolah inklusif,

Received, May 31th, 2018 Accepted, November 21th, 2018


IJDS 2018; Vol. 5 No.2, November 2018, pp. 166-169
ISSN: 2355 – 2158, e-ISSN: 2654-4148
DOI:

namun dalam implementasinya masih banyak 3. Hasil


yang belum sesuai dengan konsep-konsep yang
mendasarinya. Sedangkan pada tataran Pendidikan inklusif merupakan sistem
implementasi pendidikan inklusif masih jauh layanan pendidikan yang dilayani di sekolah
dari apa yang diharapkan dalam tujuan yang terdekat di kelas biasa bersama teman seusianya
tercantum pada peraturan. Dimana masih belum untuk memperluas akses pendidikan bagi semua
mampu menjawab kebutuhan akan keteraksesan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sesuai
serta kualitas pendidikan itu sendiri. pendapat Alfian (2013: 70) bahwa pendidikan
Di satu pihak pada kesiapan masih inklusif adalah pendidikan yang
menjadi masalah besar pada sekolah inklusi mempersatukan layanan PLB dengan
baru ini, yang terkait dengan ketersediaan pendidikan reguler dalam satu system
media belajar, infra struktur, serta berbagai pendidikan atau penempatan semua ALB di
fasilitas sekolah yang aksesibel. Sementara di sekolah biasa. Dengan pendidikan inklusif
pihak lain, dalam pengayaan yang berupa semua anak luar biasa dapat bersekolah di
penguasaan pemahaman pengajar serta sekolah terdekat dan sekolah yang menampung
managemen lembaga pendidikan akan semua anak.
konsekwensi dari inklusi, kemampuan Sedangkan berdasarkan Pasal 1 Peraturan
mengelola pembelajaran dalam setting inklusi, Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70
melakukan sistem penilaian, serta modifikasi Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi
kurikulum yang menjadi konsekwensi logis dari Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
pendidikan inklusif juga masih menjadi Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
kesulitan di sebagian besar sekolah. Bahkan, Istimewa, disebutkan bahwa “Pendidikan
tidak jarang ditemukan adanya kesalahan- inklusif adalah system penyelenggaraan
kesalahan praktek, terutama terkait dengan pendidikan yang memberikan kesempatan
aspek pemahaman, kebijakan internal sekolah, kepada semua peserta didik yang memiliki
serta kurikulum dan pembelajaran. kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
Hal ini sekaligus menyiratkan bahwa dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
dalam perjalanan menuju pendidikan inklusi pendidikan atau pembelajaran dalam satu
masih dihadapkan kepada berbagai isu dan lingkungan pendidikan secara bersama-sama
permasalahan yang kompleks yang harus dengan peserta didik pada umumnya”.
mendapatkan perhatian serius dan disikapi oleh Pada pasal 2 peraturan tersebut dijelaskan
berbagai pihak yang terkait, khususnya bahwa Pendidikan inklusif bertujuan: “(1)
pemerintah sehingga tidak menghambat hakekat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
penyelenggaraan pendidikan inklusi itu sendiri. kepada semua peserta didik yang memiliki
Berdasarkan latar belakang dan kelainan fisik emosional, mental, dan sosial
permasalahan di atas, penulisan ini bermaksud atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau
untuk menelaah tentang kesesuaian konsep dan bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan
kebijakan pendidikan inklusif, pada yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
implementasinya di lapangan dalam kemampuannya; (2) mewujudkan
mewujudkan mutu pendidikan. Pada tataran penyelenggaraan pendi dikan yang menghargai
implementasi, pembahasan lebih difokuskan keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi
terkait pada permasalahan ditingkat sekolah. semua peserta didik sebagaimana yang
dimaksud pada huruf a”.
2. Metode Penelitian Berikut adalah pemaparan dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan
Metode yang digunakan dalam penelitian kepada kepala sekolah, dan beberapa guru yang
ini yaitu deskriptif analisis dengan pendekatan mengajar di kelas inklusif. Terhadap
kajian pustaka dan empiris. Serta melakukan permasalahan pendidikan inklusi di tingkat
studi kasus di lapangan dengan mengobservasi sekolah yang perlu dicermati dalam
sekolah penyelenggara inklusi untuk melihat implementasinya yaitu : pemahaman dan
data secara empiris. implementasinya, kebijakan sekolah, proses
pembelajaran, kondisi guru, dan sistem dukung.

167
Cite this as:
Khazanah, Esty Zyadatul, Salim Abdul. Inclusive Education: In Concepts, Policies, And Implementation.
Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2018: Vol. 5(2): PP 166-169.
IJDS 2018; Vol. 5 No.2, November 2018, pp. 166-169
ISSN: 2355 – 2158, e-ISSN: 2654-4148
DOI:

4. Pembahasan Surakarta sudah berfungsi maksimal, hal ini


dilihat dari komponen-komponen sistem
Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif dukungan yang ada sudah dapat menunjukkan
Pada Sekolah Lazuardi Kamila Surakarta peran yang jelas. Guru mempunyai peran yang
Berdasarkan hasil penelitian dengan sangat penting dalam membangun sikap siswa
para informan yang meliputi aparat birokrasi agar selalu menghargai orang lain, terutama
pendidikan, guru, tenaga kependidikan dan bagi mereka yang berada dalam kelompok
masyarakat dapat disimpulkan bahwa berbeda/khusus. Berkaitan dengan tenaga
implementasi kebijakan pendidikan inklusif pengajar untuk pendidikan inklusif yaitu adanya
yang ada di sekolah Lazuardi Kamila Surakarta Guru Pembimbing Khusus (GPK). Dimana
sudah cukup optimal sesuai harapan sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
masyarakat. Hal ini dilihat bahwa sekolah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
berpedeoman pada kebijakan yang tertuang Pendidikan. Di sekolah Lazuardi Kamila
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Surakarta terdapat Guru Pembimbing Khusus
Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan (GPK). Dimana setiap kelas terdapat dua GPK
inklusif bagi peserta didik yang memiliki yang menangani dua sampai emapat anak
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan berkebutuhan khusus. Guru Pembimbing
dan/atau bakat istimewa. Maupun Peraturan Khusus (GPK) di sekolah Lazuardi Kamila
perundangan lain di antaranya UU No. 20/2003 Surakarta ini dikategorika kedalam 3 ranah
tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. yaitu 1) pendampingan lepas, apabila anak
4/1997 tentang Penyandang Cacat, UU No. berkebutuhan khusus pada kategori ringan atau
39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU sudah dapat mandiri sehingga guru hanya
No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak. mengawasi saja, 2) pendampingan tidak penuh,
Pernyataan tersebut di atas telah menunjukkan apabila anak berkebutuhan khusus pada
kesungguhan upaya pemerintah dalam kategori sedang atau masih perlu bimbingan
mengimplementasikan pendidikan inklusif di sehingga guru dapat mengawasi anak
Indonesia yang perlu ditindaklanjuti dengan berkebutuhan khusus lebih dari satu, dan 3)
peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman pendampingan penuh, apabila anak
teknis serta serangkaian kegiatan yang dapat berkebutuhan khusus pada kategori berat
mendukung implementasi pendidikan inklusif. sehingga guru penuh mendampingi satu anak
Proses pembelajaran di sekolah Lazuardi tersebut.
Kamila Surakarta sudah menunjukkan Selain peran sentral yang dimainkan oleh
karakteristik proses pembelajaran yang inklusif. guru dalam menanamkan sikap anti
Hal ini dapat terlihat pada penggunaan diskriminasi terhadap anak berkebutuhan
kurikulum dan proses pembelajaran yang khas khusus. Terdapat beberapa hal yang ada di
berdasarkan pada kurikulum nasional yang sekolah Lazuardi Kamila Surakarta untuk
diperkaya dengan kurikulum internasional yang mendukung hal tersebut. pertama, adalah
sesuai dengan visi-misi sekolah dengan adanya undang-undang atau peraturan sekolah
memperhatikan kondisi khas masing-masing yang menekankan dan menyatakan bahwa
anak. Selain itu, menerapkan IEP (Individual sekolah menerima siswa normal dan siswa
Educational Program) bagi siswa yang berkebutuhan khusus, dan sekolah juga
berkebutuhan khusus. melalui program IEP menjamin siswa yang normal maupun yang
(Individual Educational Program) dapat ABK untuk mendapatkan perlindungan dan
mengakomodasi terhadap perbedaan individu, layanan yang sama sesuai dengan kebutuhan
atau suatu program pembelajaran yang mereka. Kedua, sekolah menyediakan
didasarkan kepada gaya, kekuatan dan kebutuhan dan pelayanan khusus bagi anak
kebutuhan-kebutuhan khusus anak dalam berkebutuhan khusus. Seperti guru pendamping
belajar sehingga dapat mengoptimalisasi khusus, terapis, sarana prasarana yang salah
potensi peserta didik dalam proses satunya ada leb difungsikan sebagai ruang
pembelajaran dan pendidikannya. Perencanaa terapi, dan pendukung lainnya, yang dapat
IEP dilakukan dengan kerjasama antar guru dan mendukung dan memperlancar aktivitas belajar
koordinator pelagi (terapis) dalam jangka waktu mereka. Namun sekolah belum ergonomis atau
tiga bulan sekali. aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus.
Sistem dukungan bagi pelaksanaan Ketiga, sekolah menerapkan kurikulum yang
pendidikan inklusif di sekolah Lazuardi Kamila
168
Cite this as:
Khazanah, Esty Zyadatul, Salim Abdul. Inclusive Education: In Concepts, Policies, And Implementation.
Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2018: Vol. 5(2): PP 166-169.
IJDS 2018; Vol. 5 No.2, November 2018, pp. 166-169
ISSN: 2355 – 2158, e-ISSN: 2654-4148
DOI:

sesuai dengan kebutuhan siswa yang normal Daftar Pustaka


dan anak berkebutuhan khusus.
Alfian. (2013). Pendidikan Inklusif Di
Indonesia. Jurnal Edu-Bio; Vol. 4. Halaman 68-
5. Kesimpulan 80.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif
implementasi kebijakan pendidikan inklusi Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
yang dilihat dari permasalahan ditingkat Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
sekolah, yaitu: pemahaman dan Istimewa. Diakses
implementasinya, kebijakan sekolah, proses http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
pembelajaran, kondisi guru, dan sistem content/uploads/2016/11/Permen-No.-70-2009-
dukung. Di sekolah Lazuardi Kamila tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-
kecerdasan.pdf (pada tanggal 18 Desember
Surakarta sudah optimal atau sesuai
2017).
harapan masyarakat. Hal tersebut dilihat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
pada aktor implementor sudah mampu tentang Standar Nasional Pendidikan. Diakses
menjabarkan isi kebijakan dan memahami http://direktori.madrasah.kemenag.go.id/media/
bagaimana mensosialisasikan di sekolah. files/PP19TH2005.pdf pada tanggal 18
Sehingga kepala sekolah dan para guru Desember 2017.
beserta tenaga kependidikan dalam Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
melaksanakan pembelajaran sekolah sudah Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
sesuai dengan program yang ditetapkan Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
oleh Sekolah Lazuardi Kamila Surakarta Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
setempat. Disamping itu implementor sudah Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Diakses
memahami sepenuhnya tentang pendidikan
http://pendis.kemenag.go.id/pai/file/dokumen/S
inklusi.Oleh karena itu, dalam isdiknasUUNo.20Tahun2003.pdf pada tanggal
mengimplementasi kebijakan pendidikan 18 Desember 2017.
inklusif implementor mencapai sasaran.

169
Cite this as:
Khazanah, Esty Zyadatul, Salim Abdul. Inclusive Education: In Concepts, Policies, And Implementation.
Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2018: Vol. 5(2): PP 166-169.

Anda mungkin juga menyukai