PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
KUPANG
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi sendiri dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas
batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
diastolik. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita atau
seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap hipertensi sebelum melakukan
proses pemeriksakan tekanan darah. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama
dan terjadi secara terus menerus dapat memicu timbulnya stroke, seranganjantung,
gagal jantung dan merupakan salah satu faktor utama timbulnya gagal ginjal kronik
(Purnomo, 2009), sehingga untuk mencapai manfaat klinis, dilakukan penurunan
tekanan darah dengan terapi yang tepat (Tandililing Sefri et al., 2016).
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi
jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak
faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam
terbentuknya hipertensi. Faktor-faktor tersebut adalah meningkatnya aktifitas sistem
saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan
dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll. Produksi berlebihan
hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor, asupan natrium (garam)
berlebihan, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi renin
sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron,
defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO) dan peptide natriuretik,
perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular
dan penanganan garam oleh ginjal, abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk
gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal, diabetes mellitus, resistensi insulin,
obesitas, meningkatnya aktivitas vascular growth factors, perubahan reseptor
adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung,
dan tonus vascular, dan Berubahnya transpor ion dalam sel. (Pharmaceutical care
Hipertensi, Depkes RI, 2006).
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
a) Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Sejalan dengan bertambahnya
umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingah lumen bisa menjadi sempit dan pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibatnya meningkatnya tekanan darah sistolik (Sartik et al.,
2017) Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih
besar. Pada usia lanjut, yaitu sekitar 40%, engan kematian sekitar diatas
65 tahun (Depkes RI 2013).
b) Jenis Kelamin
Factor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darrah sistolik. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause,
prevalensi hipertensi pada wanita meningkat (Depkes RI 2013).
c) Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
meningkatkan risiko hipertensi, jika seseorang mempunyai orang ta yang
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut akan memiliki
resiko dua kali lipat untuk terkena hipertensi dari pada orangtuanya tidak
hipertensi. Faktor genetic juga mempertinggi resiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer (Sartik et al., 2017).
1) Faktor resiko yang dapat diubah
a) Kegemukan (Obesitas)
Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik dimana risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi untuk
menderita hipertensi dibandingkan dengan seorang yang badanya normal.
Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memilki
berat badan lebih (overweight) (Depkes RI 2013).
b) Merokok
Perilaku merokok merupakan perbuatan yang tidak memiliki nilai positif
dalam semua hal terutama pada kesehatan. Merokok merupakan awal
yang mendatangkan penyakit degeneratife yang mematikan, seperti
kanker, dan penyakit jantung. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang measuk melalui aliran
darah dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok akan
meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot
jantung bertambah (Sartik et al., 2017).
c) Olahraga
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olahraga
aerobik yang teratur tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan
belum turun (Depkes RI 2013). Olahraga banyak dihubungkan pengelolan
penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang kan menurunkan tekanan darah, dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena kondisi tertentu (Sartik et
al., 2017).
d) Konsumsi garam berlebih
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume tekanan darah (Depkes RI 2013).
e) Dislipidemia
Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis,
yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh
darah sehingga tekanan darah meningkat (Depkes RI 2013).
f) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Diduga peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah
dan peningkatankekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan
darah (Depkes RI 2013).
g) Psikososial dan stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa
takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta kuat,
sehingga tekanan darah meningkat (Depkes RI 2013). Stres dapat
meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormone adrenalin akan
meningkatkan sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung
memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat
(Nuraini bianti, 2015).
A.5. Komplikasi
Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan
kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan
hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran
jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung (Dipiroet.all., 2008).
Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya
karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring
dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun.
Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik
ataupun stroke hemoragik. Storke merupakan kerusakan target organ
yang disebabkan hipertensi. Stroke timbul karena pendarahan, tekanan
intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembukuh non otak yang terpajan tekanan tinggi (Nuraini bianti, 2015).
Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering
terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati,
tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika
ada proteinuria (Dipiroet.all., 2008).
A.6. Pentalaksanaan Hipertensi
Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting
dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan
hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang
sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4
sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan
tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya
hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi
pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Mengatur target tekanan darah dan memulai terapi antihipertensi berdasarkan umur,
diabetes dan penyakit ginjal kronis (PGK)
Populasi umum tanpa diabetes dan PGK Disertai diabetes dan PGK
Umur ≥ 60 thn Umur ≥ 60 thn Semua umur di sertai Semua umur disertai
diabetes dan PGK diabetes tanpa PGK
C. HIPOTESIS
Perizinan Penelitian
Pengambilan data
Menganalisis penelitian yaitu penelusuran data dan pencatatan data rekam medik yang
memenuhi kriteria inklusi
G. Analisis Hasil
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode studi
perbandingan dengan cara melihat dari rekam medic pasien yang menggunakan
kaptopril dan amlodipin, yang menunjukan hasil penurunan tekanan darah pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA