Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan Diri

Rasa kepercayaan diri adalah sikap atau keyakinan yang terdapat dalam

diri sendiri. Percaya diri adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian diri

sendiri dalam melaksanakan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini

termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin

menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya.1 Kepercayaan diri atau

Self Confidence adalah sejauh mana individu punya keyakinan terhadap penilaiannya

atas kemampuan dirinya dan sejauh mana individu bisa merasakan adanya kepantasan

untuk berhasil.2 Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang

memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri

sendiri maupun lingkungan sekitar.3

Berdasarkan definisi yang demikian, percaya diri ialah suatu sikap

positif yang timbul dari keyakinannya untuk melaksanakan tugas dan menjalani

kehidupannya dengan sebaik mungkin, serta percaya bahwa ia mampu untuk

mencapai keberhasilan. Dengan definisi yang demikian kita dapat pula mengartikan

1
. Hendra Wijaya, Op.Cit., hlm 57
2
. Rini Jasinta, Memupuk Rasa Percaya Diri, (tersedia dalam :http://www.e-psikologi.com
(online)) diunduh pada tanggal 10 Desember 2016 pukul 17:00
3
. Rini Jasinta, Ibid.,
percaya diri sebagai stimulus tersendiri bagi individu tersebut untuk mencapai

keberhasilan.

Anthoni mengungkapkan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada

diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran

diri, berpikir positif , memiliki kemandirian, mempunyai kemampuan untuk memiliki

serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.4 Pudjijongyanti berpendapat bahwa

setiap orang yang memiliki kepercayaan diri merasa tidak perlu membandingkan

dirinya dengan oranglain secara parsial karena telah memiliki standar sendiri tentang

kekurangan, kelebihan, kegagalan, serta kesuksesan diri.5 Sedangkan menurut

Bandura kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa

dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan bahkan untuk memperoleh hal

yang seperti diharapkan.6

Jadi, orang yang memiliki kepercayaan diri tidak akan merasa ketakutan

ataupun cemas yang berlebihan. Individu tersebut senantiasa bersikap tenang dan apa

adanya karena ia percaya dengan segala hal dari pribadinya.

Joyce Meyer mengatakan “self confidence is a habbit of positif”. Artinya

kepercayaan diri adalah sebuah kebiasaan yang positif. Sedangkan Sylvia Plath

4
. Ghufron, Op.Cit., hlm 34
5
. Azelea Murasmutia, Tuti Hardjajani dan Arista Adi Nugroho, Hubungan Antara Citra
Tubuh dan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Konsumtif terhadap Pakaian pada Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, ( Surakarta : Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret) hlm 211
6
. Azelea Murasmutia, Tuti Hardjajani dan Arista Adi Nugroho, Ibid., hlm 209
mengatakan “ the worst enemy to creativity is self doubt” musuh terburuk untuk

kreatifitas adalah keragu-raguan diri.

Pendapat ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri dapat dikatakan

sebagai suatu kebiasaan yang positif, di mana individu yang memiliki kepercayaan

diri akan selalu bersikap positif dan tenang sehingga memudahkan dan

mendekatkannya pada kesuksesan. Sebaliknya lawan kepercayaan diri ialah keragu-

raguan diri. Pada pendapat di atas, keragu-raguan diri ialah musuh yang dapat

menghambat kreatifitas seseorang, maka secara otomatis individu yang memiliki

keragu-raguan diri biasanya sukar untuk berhasil.

Sejalan dengan hal di atas, kepercayaan diri memiliki peran penting

dalam kehidupan manusia. Salah satu hal esensial yang diperlukan untuk meraih

kebahagiaan dan mencapai kesuksesan adalah kepercayaan diri.7 Rahayu menjelaskan

bahwa kepercayaan diri merupakan modal dasar keberhasilan di segala bidang.

Hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu terlebih ketika

dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru.8

Kepercayaan terhadap diri sendiri ialah merupakan aspek dalam motivasi

dan pemotivasian seseorang. Dalam teori kebutuhan Maslow pada tingkatan ke empat

yakni tentang kebutuhan akan penghargaan, disebutkan bahwa mencakup kebutuhan

7
. Tim Wesfix, Percaya Diri Itu Dipratekin” (Jakarta : Grasinde, 2015) hlm 1
8
. Rahayu Y Apriyanti, Anak Usia TK : Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan
Bercerita, (Jakarta : Indeks, 2013) , hlm 61
untuk mencapai kepercayaan diri, prestasi, kompetensi, pengetahuan, penghargaan

diri dan kebebasan serta independensi.9

Dalam dunia pendidikan percaya diri memiliki pengaruh terhadap

keberhasilan anak. Munif Chotib menggambarkannya seperti sebuah siklus.10 Yang

terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1

Siklus Kepercayaan Diri dalam Prestasi Belajar

POTENSI TINDAKAN

KEPERCAYAAN DIRI HASIL

(Sumber : Data Sekunder, Munif Chotib,2015)

Lask menyatakan anak-anak yang pencemas atau pemalu mengalami

kesukaran berpisah dari orang tua mereka, atau bergaul dengan orang lain. Anak-anak

9
. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian, (Jakarta : Raja Grafindo, 2001) hlm 16
10
. Munif Chotib, Orang Tuanya Manusia,( Bandung : Kaifa, 2015) hlm 122
yang kurang percaya diri akan menjadi cemas dan gelisah sehingga tidak berhasil

dalam mengikuti proses pembelajaran.11 Menurut Iskarima, melatih anak dalam

lingkungan sekolah untuk unjuk diri dapat dilakukan dengan memanggil anak

bersama dengan anak-anak yang lain, untuk tampil di depan kelas. Berbicara dengan

keras di kelas dapat membantu anak lebih berani dalam mengungkapkan

pendapatnya.12

Berdasarkan hal tersebut, artinya kepercayaan diri juga dapat

mempengaruhi anak-anak dalam proses pembelajaran. Yakni kepercayaan diri yang

rendah yang dimiliki oleh anak-anak (siswa) akan mempengaruhi keberhasilannya

dalam belajar. Hal itu juga termasuk prestasi belajarnya.

B. Prestasi Belajar

Setiap usaha tentu akan menimbulkan hasil, begitu juga halnya dengan

belajar. Di dalam kegiatan pembelajaran atau proses pembelajaran akan selalu ada

hasil yang ditunggu oleh setiap pelajar, hasil itu sering kali disebut dengan prestasi

belajar. Berikut pengertian prestasi belajar menurut para ahli :

Menurut Tohirin, pretasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa

setelah melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Sumadi Suryabrata mengatakan

bahwa gambaran prestasi belajar umumnya tertuang dalam buku rapot merupakan
11
. Bryan Lask, Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda, Penerjemah : Bambang (
Jakarta Gramedia, 1985) hlm 115
12
. Iskarima Ratih, Confident Child : Tips Agar Anak Pemberani dan Percaya Diri,
(Yogyakarta : Safria Insania Press, 2009) hlm 9
perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil muridnya

selama masa tertentu.13

Menurut Tu’u prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Menurut Anni prestasi belajar adalah

perubahan perilaku yang diperoleh pelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa prestasi

belajar adalah hasil baik yang diperoleh setiap siswa yang telah mengikuti

pembelajaran dalam kurun waktu tertentu seperti satu semester. Oleh karenanya hal

yang perlu diingat ialah bahwa kata prestasi selalu identik dengan angka dan nilai

yang baik dan fantastis. Maka dapat pula ditarik kesimpulan bahwa setiap prestasi

belajar sudah tentu hasil belajar, namun hasil belajar belum tentu akan menjadi

prestasi belajar.

Dalam pencapaian prestasi belajar terdapat pula bebrapa faktor yang

menentukan. Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern bersumber pada diri siswa yang meliputi kecerdasan atau intelegensi,

perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan

13
. Ardi Al-Maqassary, Pengertian Prestasi Belajar, tersedia pada laman www.e-
jurnal.com/2014/03/pengertian-prestasi -belajar.html, diakses pada tanggal 3-4-2017, pukul 23:14
faktor ekstern berasal dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.14

Lebih rinci Rohmalina Wahab mengatakan faktor penyebab rendahnya

prestasi belajar siswa yaitu :

1. Rendahnya kemampuan intelektual atau kecerdasan anak

2. Gangguan-gangguan perasaan atau emosi,

3.Kurangnya motivasi dalam belajar

4.Kurangnya kematangan untuk belajar

5.Latar belakang sosial yang tidak menunjang

6.Kemampuan mengingat yang lemah atau rendah

7. Kemampuan mengingat yang lemah atau rendah

8.Terganggunya alat indera

9.Proses belajar mengajar yang tidak sesuai

10.Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar

Jadi hal-hal di atas ialah penyebab rendahnya tingkat prestasi belajar siswa

yang secara garis besar dapat tergolong menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Namun

dalam penulisan ini penulis hendak mengungkapkan faktor lain yang dapat

menyebabkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar yaitu konsep diri.

Selanjutnya terdapat cara untuk mengetahui seberapa tingkat prestasi belajar

seorang siswa. Ada dua macam pendekatan yang amat populer dalam mengevaluasi

atau menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar,yakni

14
. Slameto, Op.Cit.,hlm 54
1.Norm-referencing atau Norm-referenced assessment

2.Criterion-referenced assessment15

Norm referencing atau penilaian acuan norma prestasi belajar seseorang

peserta didik di ukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai

teman-teman sekelas atau sekelompoknya.

Criterion referenced atau penilaian acuan kriteria merupakan proses

pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa

dengan pelbagai perilaku ranah yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan

absolut.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa

ada dua macam bentuk evaluasi prestasi belajar yaitu yang pertama dengan

menggunakan acuan prestasi belajar yang cenderung tidak tetap dan yang kedua ialah

acuan atau patokan yang memang tidak dapat berubah.

C. Pendidikan Agama Islam

Menurut Departemen Agama, pendidikan agama Islam (PAI) merupakan

usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,pengajaran

15
. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers),2013,hlm 216
dan/atau latihan.16 Sejalan dengan hal tersebut menurut Jalaludin dikutip oleh Herman

Zaini dan Muhtarom, pendidikan Islam yaitu usaha untuk membimbing dan

mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi Allah

yang setia berdasarkan dan dengan pertimbangan latar belakang perbedaan individu,

tingkat usaha, jenis kelamin, dan lingkungan masing-masing.17

Selanjutnya Marimba mendefinisikan pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.18 Samsul

Nizar mengemukakan pendidikan Islam adalah proses penstransferan nilai yang

dilakukan oleh pendidik, yang meliputi proses perubahan sikap dan tingkah laku serta

kognitif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual, ke arah kedewesaan

yang optimal, dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga

diharapkan peserta didik mampu memfungsikan dirinya sebagai abd maupun khalifah

fil-ardh dengan tetap berpedoman kepada ajaran Islam.19

Sedangkan Arifin mengemukakan pendidikan Islam adalah sistem

pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin

kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai

dan mewarnai corak kepribadiannya.20 Terakhir Menurut Azyumardi Azra pendidikan

Islam adalah sebagai sebuah usaha dan cara kerja yang paling sedikit memiliki tiga

16
. Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran, (Yogyakarta : Pustaka Felicha), 2013, hlm
8
17
. Herman Zaini dan Muhtarom, Op.Cit., hlm 78
18
. Rusmaini, Op.Cit.,, hlm 6
19
Rusmaini, Ibid., hlm 7
20
. Rusmaini, Ibid., hlm 6
karakter . Pertama pendidikan Islam memiliki karakter penekanan pada pencarian

ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah

SWT., . Kedua pendidikan Islam merupakan sebuah pengakuan akan potensi dan

kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian. Ketiga,

pendidikan Islam merupakan sebuah pengamalan ilmu atas dasar tanggung jawab

kepada Tuhan yang Maha Esa.21

Berdasarkan beberapa definisi pendidikan agama Islam, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebuah usaha sadar seseorang

atau kelompok (lembaga) untuk memberikan pemahaman dan pengajaran tentang

Islam, dengan cara bimbingan yakni berkelanjtan atau terus menerus kepada peserta

didik, sehingga hasilnya ialah dapat membentuk manusia yang berkarakter Islami,

yakni sebagai hamba Allah yang senantiasa mengabdi kepada Allah melaksanakan

segala bentuk ibadah dan menjalankan perintah serta menjadi khalifah di muka bumi

yang dapat menjalankan fungsinya menjaga bumi ini serta berhubungan dengan alam

semesta baik manusia, hewan, tumbuhan maupun alam dengan baik.

Adapun landasan yang digunakan dalam pendidikan Islam ialah

menurut Abdul Fatah Jalal membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam,

yaitu (1) Sumber Ilahi, yang meliputi Al-Qur’an, Hadits, dan alam semesta sebagai

ayat kauniah yang perlu ditafsirkan kembali (2) sumber insaniah, yaitu lewat proses

ijtihad manusia dari fenomenayang muncul dan dari kajian lebih lanjut terhadap

21
. Ali Murtopo, Op.Cit., hlm 10
sumber Ilahi yang masih bersifat global.22 Sementara Zakiah Derajat mengemukakan

bahwa landasan pendidikan Islam adalah : Al-Qur’an, As-Sunah, dan Ijtihad.23 Hery

Noer Ali, mengemukakan yang menjadi landasan pendidikan Islam adalah Al-Qur’an,

Sunnah, dan Ra’yu.24

Dengan demikian, landasan atau dasar pendidikan agama Islam secara

garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu dalil Naqli dan dalil Aqli. Dalil Naqlinya

ialah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sedangkan dalil Aqlinya adalah Ijtihad yang terdiri

dari berbagai metode seperti ijma’ dan qiyas.

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada

Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia. Ramayulis dikutip Rusmaini

mengungkapkan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi

manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal.25

Oleh karena itu, Kitab Al-Qur’an dijadikan sebagai dasar atau landasan dalam

pendidikan agama Islam.

Selanjutnya Hadits atau As-Sunnah diungkapkan oleh Syamsul Nidzar

yang dikutip oleh Rusmaini merupakan jalan atau cara yang dicontohkan Nabi

Muhammad SAW., dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam.

Contoh yang diberikan oleh Rasulullah dapat dibagi kepada tiga bagian, (1). Hadits

Qauliyah, yaitu berisi ucapan pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.,

22
. Rusmaini, Op.Cit., hlm 17
23
. Rusmaini, Ibid ., hlm 18
24
Rusmaini, Ibid .,hlm 18
25
. Rusmaini, Ibid.,. hlm 18
(2) Hadits Fi’liyah yaitu berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan nabi.

(3)Hadits Taqrirriyah, yaitu yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan dan

peristiwa yang terjadi.26

Sedangkan ijtihad menurut Zakiah Derajat dikutip Ramayulis merupakan

istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan ilmu yang dimiliki oleh

ilmua syari’ah Islam untuk menetapkan sesuatu hukum syari’at Islam dalam hal yang

ternyata belum ditegaskan oleh Al-Qur’n dan Hadits27. Jadi ijtihad merupakan hukum

dalam Islam ketika tidak ada hukum dalam kedua sumber hukum sebelumnya yakni

Al-Qur’an dan Hadits.

Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa Al-Qur’an, Hadits maupun

ijtihad ialah hukum atau sumber hukum dalam Islam. Oleh karena itu di dalam

pendidikan agama Islam ketiganya dijadikan landasan atau dasar pendidikan agama

Islam.

Selanjutnya ada pula tujuan pendidikan agama Islam. M.Arifin dikutip

oleh Abdullah Idi menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam adalah

merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan

yang mampu mengabdikan dirinya kepada sang Khalik dengan sikap dan kepribadian

bulat menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan dalam rangka

mencari keridhoan-Nya.28 Menurut Zakiah Dejarat dikutip oleh Herman Zaini dan

Muhtarom tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang beriman

26
. Rusmaini, Ibid., hlm 20
27
. Ibid, Rusmaini ,hlm 21
28
. Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta :Raja Grafindo), 2016, hlm 41
bertaqwa kepada Allah SWT., selama hidupnya dan matinya pun tetap dalam keadaan

muslim29. Menurut Akmal Hawi tujuan pendidikan Islam itu adalah untuk

membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti

yang luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna terciptanya

kebahagiaan dunia dan akhirat.30

Selanjutnya Imam al-Ghazali mengatakan tujuan pendidikan Islam yang

paling utama adalah beribadah dan bertaqarrub kepada Allah dan kesempurnaan

insani yang tujuannya untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat 31.Abdurrahman Saleh

Abdullah mengemukakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk

kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan

yang mengacu kepada tujuan akhir manusia.32

Lebih rinci Departemen Agama menyebutkan tujuan Pendidikan Agama

Islam pada sekolah umum ialah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan

dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT., serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.33

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam ialah

membentuk manusia muslim yang dekat dengan Allah dalam artian beriman dan

29
. Herman Zaini dan Muhtarom, Op.Cit., hlm 83
30
. Herman zaini dan Muhtarom, Ibid., hlm 83
31
. Rusmaini, Op.Cit., hlm 22
32
. Rusmaini, Ibid.,hlm 22
33
. Nazarudin Rahman, Op.Cit., hlm 9
bertaqwa kepada Allah serta memiliki Akhlak yang mulia yang didalamnya terdapat

pribadi yang baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun bernegara.

Adapun fungsi dari pendidikan Islam, Menurut Nazarudin Rahman,

pendidikan agama Islam memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Pengembangan : Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT., yang telah

ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penyaluran : Fungsi PAI sebagai penyaluran adalah untuk menyalurkan anak-

anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya

sendiri dan bagi orang lain.

c. Perbaikan : Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki

kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan

peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari yang sebelumnya mungkin mereka peroleh

melalui sumber-sumber yang ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.

d. Pencegahan : Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal hal-hal

negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia

seutuhnya.
e. Penyesuaian : Fungsi PAI sebagai penyesuaian adalah untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam.

f. Sumber Nilai : Fungsi PAI sebagai sumber nilai adalah memberikan pedoman

hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.34

Dalam buku Kompetensi Guru PAI,Akmal Hawi menjelaskan bahwa

agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi orang tua maupun anak-

anak. Khususnya bagi anak-anak, agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan

dalam pembinaan kepribadiannya. Anak yang tidak pernah mendapat pendidikan

agama di waktu kecilnya, tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama setelah

dewasa nanti. Sehingga disimpulkan oleh Herman Zaini dan Muhtarom bahwa fungsi

pendidikan agama Islam adalah untuk membimbing manusia dalam mencapai tujuan

hidupnya di dunia.35

Berdasarkan hal di atas, maka fungsi pendidikan agama Islam sangat

banyak dalam proses kehidupan sepanjang masa. Selanjutnya bahwa pendidikan

agama Islam dapat dikatakan berfungsi sebagai wadah atau sarana manusia untuk

memahami Islam atau dengan kata lain wadah untuk membimbing manusia muslim

mencapai tujuan hidup di dunia dan akhirat.

34
. Nazarudin Rahman, Ibid., hal 14
35
. Herman Zaini dan Muhtarom , Op.Cit.,hlm 88

Anda mungkin juga menyukai