Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah sediaan bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk
untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang
tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu dikelola dengan baik,
efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk menjamin
ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang cukup,
sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota memegang peranan yang sangat penting
dalam menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat untuk pelayanan
kesehatan dasar.
Di Gudang Farmasi (GFK), pengendalian mutu obat dilaksanakan mulai dari tahap seleksi
obat yang akan digunakan umumnya obat generik yaitu mulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian serta supervisi/monitoring di puskesmas.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan,
pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan,
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan
diberbagai tingkat unit kerja.
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat dan kualitas pelayanan
obat di Puskesmas dan sub unit pelayanan kesehatan dilingkungan Puskesmas adalah
melaksanakan berbagai aspek pengelolaan obat antara lain dalam sistem manajemen informasi
obat, dimana salah satu unsur penting yang ikut menentukan kebersihan seluruh rangkaian
pencatatan dan pelaporan pemakaian obat .
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu
yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila
dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam
sistem. Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara
rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.
Sebagai praktisi farmasis yang harus mengetahui tentang seluk beluk obat, pengelolaan
obat, serangkaian proses tersebut mutlak harus diketahui agar pada aplikasinya nanti, kita tidak
hanya menguasai bidang pelayanan informasi obat, tetapi juga menguasai bidang
pendistribusian obat. Untuk itu, kita dituntut untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan yang
dalam hal ini berlokasi di Pengelola Perbekalan Farmasi Kota Mataram agar kita dapat
memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang jelas dan nyata mengenai pendistribusian obat
mulai dari sistem kerja atau proses pendistribusian, produk yang didistribusikan serta situasi
dan kondisi kerja langsung di lapangan.
1.2 Tujuan Kuliah Kerja Lapangan
Tujuan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan di Pengelola Perbekalan Farmasi Kota
Mataram antara lain :
1. Mengetahui bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi di Pengelola Perbekalan Farmasi
(P2F) di Kota Mataram.
2. Mengetahui struktur organisasi, tujuan serta tugas pokok dan fungsi dari Pengelola
Perbekalan Farmasi (P2F) di Kota Mataram.
3. Mengetahui gambaran umum tentang dunia kerja di Pengelola Perbekalan Farmasi (P2F) di
Kota Mataram.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi (P2F)

a. Pengertian

P2F atau Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan pelayanan teknis Dinas


Kesehatan yang melakukan pelayanan terhadap puskesmas. Pengelolaan sediaan dan
perbekalan kesehatan farmasi adalah suatu proses yang merupakan suatu siklus kegiatan yang
dimulai dari perencanaan , pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian serta pencatatan pelaporan. Tujuan dari unit pengelolaan perbekalan farmasi yaitu
tersedianya perbekalan farmasi yang bermutu serta jumlah, jenis, dan waktu yang tepat
(DepKes, 2008).

b. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh Pengelola Perbekalan Farmasi (P2F) adalah
sebagai berikut :

1. Visi
Menjadi pusat penyimpanan dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan yang optimal
dan dapat dipertanggungjawabkan untuk menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu.
2. Misi
1) Menjaga mutu obat terjamin, memenuhi kriteria khasiat dan keamanan obat.
2) Obat yang tersedia sesuai kebutuhan nyata baik dalam jumlah dan jenis obat serta
kontinyu.
3) Meningkatkan profesionalisme dalam penyimpanan dan distribusi obat dan
perbekalan kesehatan.

2.2 Jenis Pelayanan Pengelolaan Perbekalan Farmasi (P2F)

Sesuai dengan pengertian dari P2F, yang merupakan pelayanan teknis dari Dinas
Kesehatan, P2F memiliki beberapa jenis pelayanannya dapat terlihat jelas pada skema Gambar
1:

PERENCANAAN

PERMINTAAN

PENERIMAAN
OBAT

PENYIMPANAN
DISTRIBUSI OBAT

PENGENDALIAN

PENCATATAN
DAN PELAPORAN

(Gambar 1. Skema Jenis Pelayanan P2F)

a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk
menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
 Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan
 Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
 Meningkatkan efesiensi penggunaan obat
Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Data mutasi obat yang
dihasilkan oleh puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan
perencanaan kebutuhan obat tahunan. Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan
kebutuhan obat di puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di puskesmas akan berpengaruh
terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kota Mataram.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO. Selanjutnya UPOPPK yang akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas diwilayah kerjanya.

b. Permintaan Obat
Tujuan permintaan obat adalah :
 Memenuhi kebutuhan obat dimasing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola
penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Sumber penyediaan obat di puskesmas adalah
berasal dari dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang di perkenankan untuk
disediakan di puskesmas adalah obat Esensial yang jenis dan itemnya di tentukan setiap
tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional.
Selain itu sesuai dengan Kesepakatan global maupun keputusan Menteri kesehatan no :
085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan resep/ dan atau menggunakan obat generik
di pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang
diperkenankan tersedia di puskesmas.
Adapun beberapa dasar pertimbangan dari kepmenkes tersebut adalah:
 Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi
pelayanan kesehatan publik.
 Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
 Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.
 Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.
 Meningkatkan efektifitas dab efesiensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik.
Berdasarkan UU No : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No : 72 tahun 1999
tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan
penyediaan obat adalah tenagan Apoteker. Untuk ini puskesmas tidak diperkenankan
melakukan pengadaan obat secara sendiri-sendiri.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing puskesmas
diajuakan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala puskesmas
dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO Sub unit. Berdasarkan pertimbangan efesiensi
dan ketetapan waktu penyerahan obat kepada puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan
penyerahan obat secara langsung dari UPOPPK ke Puskesmas.
1. Kegiatan :
a. Permintaaan rutin
Dilakukan sesuai jadwal yang disusuun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk masing-masing puskesmas.
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila,
- Kebutuhan meningkat
- Menghindari kekosongan
- Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa
c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan Pemakaian Lembar
Permintaan Obat (LPOLPO).
d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
selanjutnya diproses oleh UPOPPK Kabupaten/Kota.
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan
- Data pemakaian obat periode sebelumnya
- Jumlah kunjungan resep
- Data penyakit
- Frekuensi distribusi obat oleh UPOPPK
Sumber data
- LPLPO
- LB1
3. Cara menghitung kebutuhan obat :
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya

SO = SK + WK + WT + SP - SS

Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
WK = Waktu kekosongan obat
WT = Waktu tunggu ( Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa stok
Stok kerja = pemakaian rata-rata
WK = lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari
WT = waktu tunggu, dihitung miulai dari permintaan obat oleh
puskesmas sampai dengan penerimaan obat di puskesmas.

Stok penyangga = adalah persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya


peningkatan kunjungan, keterlambatan kedatangan obat, pemakaian.
Besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan
OPOPPK.
Sisa Stok = adalah sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas pada akhir
periode distribusi.

c. Penerimaan Obat
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lsbih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Setiap penyerahan obat
oleh UPOPPK, kepada puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu.
Tujuan Penerimaan Obat adalah :
 Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang di ajukan
oleh puskesmas. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat
bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Pelaksanaan fungsi
pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas pembantu dan sub unit kesehatan lainnya
merupakan tanggung jawab kepala puskesmas induk. Petugas penerimaan obat wajib
melakukan pengecekan terhadap obat-obatan yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO)
dan ditanda tangani oelh petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak
memenuhi syarat petugas penerima dapat mengajukan keberatan. Jika terdapat
kekurangan, penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang
dan lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku
penerimaan obat dan kartu stok.

d. Penyimpanan
- Pengertian
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin.
- Tujuan penyimpanan adalah :
1. Mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik.
2. Mempermudah pencarian di gudang/kamar penyimpanan.
3. Mencegah kehilangan.
4. Mencegah penyimpanan yang salah.
5. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
6. Menjaga kelansungan persediaan.
7. Memudahkan pencarian dan pengawasan (Warwan,1997).
- Syarat-syarat Ruang Penyimpanan
Menurut Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004 adalah ruang penyimpanan harus
memperhatikan kondisi, sanitasi, temperatur sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan
untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri dari :
1. Kondisi umum untuk ruang penyimpanan :
a) Obat jadi
b) Obat produksi
c) Bahan baku obat
d) Alat kesehatan dan lain-lain
2. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan :
a) Obat termolabil
b) Alat kesehatan dengn suhu rendah
c) Obat mudah terbakar
d) Obat/bahan obat berbahaya
e) Barang karantina
- Standar Penyimpanan
Standar penyimpanan obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut
(Depkes,2011) :
1. Persyaratan gudang dan pengeturan penyimpanan obat
a. Persyaratan gudang
- Cukup luas minimal 3 x 4 m2
- Ruangan kering tidak lembab
- Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
- Perlu cahaya yang cukup,namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis
- Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan
kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet)
- Dinding dibuat licin
- Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
- Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
- Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
- Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci
- Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
b. Pengaturan penyimpanan obat :
- Obat disusun secara alfabetis
- Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
- Obat disimpan pada rak
- Obat yang disimpan pada lantai harus diletakan diatas palet
- Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
- Cairan dipisahkan dari padatan
- Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin

2. Kondisi penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga
mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu
dilakukan upaya-upaya berikut:
 Ventilasi harus baik, jendela dibuka
 Simpan obat ditempat yang kering
 Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
 Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC karena makin panas udara di
dalam ruanga maka udara semakin lembab
 Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul
 Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
b. Sinar matahari
Kebanyakan cairan larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari.
Sebagai contoh: Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah
warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsa.
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :
 Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat)
 Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka
 Obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari
 Jendela-jendela diberi gorden
 Kaca jendela dicat putih
c. Temperatur atau panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas,
dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dri udara panas. Sebagai contoh : Salep
Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi
kualitas salep tersebut.
Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari
pendingin pada suhu 4-8 derajat celcius, seperti :
 Vaksin
 Sera dan produk darah
 Antitoksin
 Insulin
 Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
 Injeksi oksitosin
d. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik :
 Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dus bagian
tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan
obat di dalam dus yang teratas.
 Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tdak tertulis pada
karton maka maksimal ketinggian tumpukan 8 dus.
 Hindari kontak dengan benda-benda yang tajam
e. Kontaminasi bakteri
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah
tercemar oleh bakteri.
f. Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang kemudian
merusak obat. Etiket dapat menjdai kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan
ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai di sapu dan di pel, dinding dan rak
dibersihkan.
3. Bila ruang penyimpanan kecil
 Dapat digunakan sistem dua rk
 Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai diletakkan di bagian rak A
sedangkan sisanya di bagian rak B.

 Pada saat mulai menggunakan obat di rak A maka pesanan mulai dikirimkan di
gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara itu obat di rak B
digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat yang dipesan diharapkan sudah
datang.
 Jumlah obat disimpan di rak A atau rak B tergantung dari beberapa lama waktu
yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat diterima (waktu tunggu)
 Misalnya permintaan dilakukan setiap 4 bulan dan waktu yang diperlukan saat
mulai memesan sampai obat tiba adalah 2 bulan. Maka jumlah pemakaian 4 bulan
dibagi sama rata untuk rak A dan rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan
hanya 1 bulan maka 3/4 bagian obat disimpan di rak A dan 1/4 bagian di rak B.
4. Tata cara menyimpan dan menyusun obat
a. Pengaturan penyimpanan obat
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara
alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh kelompok sediaan tablet, kelompok
sediaan sirup dan lain-lain.
b. Penerapan sistem FIFO dan FEFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-
masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu
dari obat yang datang kemudian dan First Expired First Out (FEFO) untuk
masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan
lebih dahulu dari obat yang kadaluarsa kemudian. Hal ini sangat penting karena :
 Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atu potensinya berkurang.
 Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas
waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya.
c. Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokkan untuk
memudahkan pencarian, pengawasan dan pengendalian stok obat.
d. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah atau rusak.
e. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadh tertutup rapat, terhindar dari
cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
f. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya
dan disimpan dalam lemari es. Kartu temperatur yang terdapat dalam lemari es
harus selalu diisi.
g. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindr dari cahaya matahari.
h. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
pengambilannya menggunakan sendok.
i. Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluarsa supaya waktu kadaluarsanya di
tuiliskan pada luar dus dengan menggunakan spidol.
j. Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup
rapat,lemari pendingin,kotak kedap udara dan lainnya.
k. Cairan diletkkan di rak bagian bawah.

e. Distribusi
Pengeluaran atau pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara
lain :
 Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium).
 Puskesmas pembantu
 Puskesmas keliling
 Posyandu
 Polindes
Pengeluaran yang dilakukan oleh gudang harus dengan LPLPO (Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat) yang dibuat oleh Puskesmas ataupun pustu, serta pihak-pihak
yang membutuhkan, seperti bakti sosial atau pengobatan gratis.

f. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuan dari pengendalian
yaitu agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari : pengendalian persediaan, pengendalian penggunaan,
penanganan obat hilang.

g. Pencatatan dan Pelaporan


Sarana yang digunakan dalam rangka pencatatan dan pelaporan obat di Pengelola
Perbekalan Farmasi yaitu dengan menggunakan LPLPO dan kartu stok. LPLPO yang dibuat
harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik.
Pencatatan pada kartu stok dilakukan dengan manual dan komputerisasi, untk manual dilakukan
setiap bulan, sedangkan untuk komputerisasi dilakukan persemester.
LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisa penggunaan, perencanaan kebutuhan obat,
pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
1. Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan Puskesmas Induk,
LPLPO dibuat 3 rangkap, yaitu :
a. Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten atau Kota melalui P2F atau GFK, untuk
diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani disertai satu rangkap LPLPO
dan satu rangkap lainnya disimpan di P2F atau GFK.
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas.
2. Periode pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan.
2.3 Gudang
a. Pengertian

Gudang adalah tempat penyimpanan atau pengolahan material yang efektif, efisien,
safety, baik saat di terima, disimpan, dan didistribusikan (Anshari,2009)

b. Fungsi
1. Segi economi benefits (Ekonomi)
Apabila biaya keseluruhan logistik dapat ditekan sedemikian rupa dengan adanya sistem
yang tepat dan fasilitas yang memadai (Anshari,2009).
2. Segi service benefits (Pelayanan)
Pemanfaatan gudang segi pelayanan ini mungkin tidak dapat mengurangi biaya namun
dapat memperbaiki pelayanan dengan cara mengurangi waktu pengeriman dan
efektifitas kapasitas tempat (Anshari,2009).
c. Jenis Layout (Tata Letak)

Selain ditentukan oleh besarnya ruangan gudang, kapasitas gudang juga ditentukan
oleh layout (tata letak) ruangan. Gudang dengan desain layout yang tidak rapi dan tidak teratur
menunjukan ketidakefesienan dalam pengaturan. Untuk itu diperlukan pengaturan barang yang
di desain sesuai arus masuk barang apakah tergoong fast moving (sirkulasi cepat) atau slow
moving (sirkkulasi lambat).

Anda mungkin juga menyukai