PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hidupnya manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan dari
segala aspek kehidupan diantaranya ekonomi, pendidikan, sosial budaya,
kesehatan dan unsur-unsur lain yang terkait dalam proses mencapai kehidupan
yang layak. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Oleh
karena itu masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan dan kesadarannya agar
setiap masyarakat dapat selalu berusaha memperoleh informasi kesehatan guna
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga derajat kesehatan
masyarakat dapat tercapai di setiap lapisan masyarakat. Informasi kesehatan
digunakan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dalam manajemen kesehatan dilakukan untuk perumusan kebijakan,
perencanaan strategis, manajemen operasional dan manajemen transaksi.
Data dan informasi kesehatan yang semakin dibutuhkan masyarakat,
menunjukkan bahwa masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan sebagai
hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama
terhadap masalah-masalah kesehatan yang sering dialami masyarakat. Kepedulian
masyarakat akan informasi kesehatan, memberikan nilai positif bagi
pembangunan kesehatan. Untuk itu data dan informasi yang dibutuhkan
masyarakat harus tersaji secara sistemik, informatif, lengkap, dan tepat waktu di
setiap pemberi layanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dasar.
Dengan dibentuknya Poliklinik Kesehatan Desa sebagai upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh, untuk dan bersama
masyarakat setempat atas dasar musyawarah desa/kelurahan yang didukung oleh
tenaga kesehatan professional untuk melakukan upaya kesehatan promotif,
preventif dan kuratif sesuai dengan kewenangan dibawah pembinaan teknis
Puskesmas.
1
Dengan tersedianya Poliklinik Kesehatan Desa yang telah ada, maka
dilakukan “Analisa Program PKD di Desa Tipar di Wilayah Puskesmas Rawalo
Kabupaten Banyumas”.
B. Tujuan
Penulis mampu melakukan analisa mengenai program yang ada di
Poliklinik Kesehatan Desa Tipar.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Dapat mengerti dan memahami mengenai program-program yang ada di
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
kesehatan professional untuk melakukan upaya kesehatan promotif, preventif
dan kuratif sesuai dengan kewenangannya dibawah pembinaan teknik
puskesmas.
B. Maksud dan tujuan
Maksud Poliklinik Kesehatan Desa :
1. Menggerakkan pembangunan desa berwawasan kesehatan, artinya bahwa
berbagai pembangunan yang ada harus memasukkan pertimbangan
dampak kesehatan dalam semua kebijakan pembangunan. Pembangunan
semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan,
paling tidak harus memberikan kontribusi positif bagi pengembangan
perilaku dan lingkungan sehat.
2. Memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan. Hasil akhir dari
pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian masyarakat dalam upaya
kesehatan, artinya dalam upaya fasilitas yang bersifat non instruksional
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan
pemecahan masalah kesehatan dengan memanfaatkan potensi yang ada di
desa/ kelurahan setempat tanpa bergantung pada bantuan dari luar.
Pengelola di PKD harus melakukan intervensi pemberdayaan pada
masyarakat desa/kelurahan di wilayahnya.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dasar, artinya PKD memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak (kebidanan) serta pelayanan kesehatan
dasar sederhana sesuai kewenangannya dengan tujuan untuk pertolongan
pertama dalam penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan serta
mempercepat proses rujukan.
C. Tujuan PKD
PKD memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat ; Kesehatan
merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyrakat
(termasuk dunia usaha/ swasta) dan pemerintah, maka apapaun peran
pemerintah harus diikuti dengan kesadaran individu dan masyarakat untuk
secara mandiri menjaga kesehatannya.
3
2. Meningkatkan pembedayaan individu, keluarga dan masyarakat dalam
upaya kesehatan; PKD dalam pemberdayaan masyarakat hendaknya lebih
mengfungsikan sebagai penggerak dan penggali serta memobilisasi potensi
yang ada di masyarakat ke arah kemandirian masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat sehingga akan cepat terwujudnya desa sehat. Pemberdayaan
dilaksanakan dengan intervensi melalui komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) yang berbasis keluarga (familly-based health education) .
3. Memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;
Memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan dasar, pertolongan
pertama dalam penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan dan pelayanan
kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya.
D. Fungsi dan Kedudukan
1. Fungsi PKD
a. Sebagai tempat untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
masyarakat
b. Sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan
masyarakat serta forum komunikasi pembangunan kesehatan desa
c. Sebagai tempat pelayanan kesehatan untuk deteksi dini dan
penanggulangan pertama kasus kegawatdaruratan
2. Kedudukan PKD
PKD berada di wilayah satu desa/kelurahan dan merupakan asset
(milik) masyarakat desa/kelurahan selain itu PKD merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Desa (SKD), yang didukung oleh upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) lain yang ada. Sistem Kesehatan
Desa merupakan bagian integral dari Sistem Kesehatan Kabupaten/ Kota.
4
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 983/Menkes/SK/VIII/2004 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat Desa.
5. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 90 tahun 2005 tentang pelaksanaan
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah.
Pemberian Kewenangan yang sedikit lebih luas kepada PKD di maksudkan
untuk mendekatkan pelayanan agar penanganan dini atau pertolongan pertama
sebelum di rujuk dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu, namun
demikian harus tetap mengacu pada ketentuan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). Ada dua pokok pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh PKD
yaitu :
1. Pelayanan kesehtan di dalam gedung PKD meliputi :
a. Memberikan konseling masalah kesehatan.
b. Pemeriksaan kehamilan, termasuk pemberian imunisasi TT pada bumil
dan wanita usia subur termasuk remaja putri, calon pengantin ibu dan
bayi serta deteksi dini resiko tingggi pada kehamilan.
c. Pertolongan persalinan normal dan persalinan dengan risiko sedang.
d. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
e. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak, balita dan anak
prasekolah serta imunisasi dasar pada bayi.
f. Memberikan pelayanan KB.
g. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
persalinan yang berisiko tinggi.
h. Pemantauan tumbuh kembang anak.
i. Pelayanan gizi yang mencakup pemberian makanan tambahan (PMT),
pembagian paket pertolongan gizi, misalnya pemberian tablet Fe dan
vitamin A.
j. Perawatan balita gizi buruk yang menolak dirujuk ke puskesmas/
rumah sakit.
k. Penanganan pertama pada kecelakaan dan bencana alam.
l. Memberikan pertolongan pertama kasaus-kasus rujukan dari UKBM
lain atau dari masyarakat.
m. Melakukan upaya untuk deteksi dini dan kegawatdaruratan kasus-
kasus kesehatan lainnya.
n. Melakukan rujukan kasus-kasus yang bukan wewenangnya ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
5
o. Membuat catatan dan melaporkan semua kegiatan secara berkala ke
Puskesmas setempat.
2. Pelayanan Kesehatan di luar gedung PKD antara lain :
a. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam KIE baik secara
perorangan maupun kelompok untuk mengatasi masalah-masalah
kesehtan secara dini.
b. Melakukan kunjungan rumah dan perawatan kesehatan lainnya.
c. Pengamatan penyakit di wilayahnya agar tidak terjadi wabah atau
KLB.
d. Membina kader kesehatan (posyandu, dasawisma, bina keluarga
balita, UKK dan UKBM lainnya).
6
Masyarakat termasuk pamong desa, tokoh agama, tokoh masyarakat
dan lainnya harus mempunyai kepedulian terhadap keberadaan PKD
dan ikut bertanggungjawab atas kelangsungan PKD.
c. Mengusahakan masuknya anggaran penyelenggaraan PKD dalam
anggaran pendapatan desa melalui Badan Perwakilan Desa.
d. Mengusahakan adanya sistem pembiayaan kesehatan yang dilakukan
masyarakat secara berkeadilan. Besarnya tarif (retribusi)
dimusyawarahkan antara pihak desa dengan pengelola PKD.
e. Aktif mengikuti kegiatan-kagiatan forum komunikasi pembangunan
kesehatan. Adanya PKD, diharpakan akan menjadi sarana/tempat untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.
2. Tenaga Pengelola PKD :
PKD dikelola oleh tenaga kesehatan (bidan, perawat) yang bersedia
secra penuh tinggal di PKD atau berdomisili di wilayah PKD yang
dikelolanya dan dibatu oleh tenaga teknis lainnya (sanitarian). Untuk
membantu dalam bidang admisitrai tenaga kesehatan pengelola PKD juga
harus dibentu oleh masyarakat setempat (kader kesehatan, PKK, kader
dasawisma lainnya). Tenaga pengelola PKD adalah :
a. Tenaga teknis, terdiri dari : 1 orang bidan desa/perawat dan 1 orang
sanitarian (pendidikan SPBH atau D III Kesehatan Lingkungan) yang
bertugas menyelenggarakan poliklinik kesehatan desa.
b. Tenaga non teknis yaitu tenaga pengelola poliklinik kesehatan desa
yang berasal dari masyarakat setempat (kader kesehatan yang bertugas
membantu penyelenggaraan poliklinik kesehatan desa.
7
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktik agar
tetap bersih, siap serta berfungsi dengan baik.
8
5. Peralatan/bahan minimal di PKD
Peralatan/bahan minimal yang harus ada di poliklinik kesehatan desa :
a. Memiliki peralatan medis sesuai standar minimal (bidan Kit, dan PKD
Kit).
b. Memiliki tempat tidur untuk pemeriksaan dan peralatan (ruang
persalinan) beserta kelengkapannya.
c. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1464/MENKES/SK/VII/2010 Tentang Registrasi dan Praktek
Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan No.
983/MENKES/SK/VIII/2004 Tentang Warung Obat Desa.
d. Lemari obat, meja dan kursi.
e. Bahan habis pakai (misalnya : kapas, plester, sabun dan lainnya).
f. Media penyuluhan (misalnya : lembar balik, poster, leaflet dan
lainnya).
g. Formulir-formulir untuk pencatatan.
h. Buku-buku panduan/pedoman pelayanan kesehatan dasar.
i. Semua perabotan/alat-alat harus dalam kondisi bersih.
6. Pembiayaan
Biaya pelayanan kesehatan dan biaya operasional poliklinik kesehatan
desa diupayakan melalui musyawarah bersama antara pengelola poliklinik
kesehatan desa, masyarakat dan pemerintah desa serta ditetapkan dengan
Keputusan Desa atau Peraturan Desa. Bentuk-bentuk pembayaran antara
lain :
a. Tunai; cara pembayaran tunai untuk jasa pelayanan poliklinik
kesehatan desa dapat dilakukan oleh pengelola poliklinik kesehatan
desa yang besernya ditetapkan secara musyawarah bersama antara
masyarakat dengan tenaga kesehatan pengelola poliklinik kesehatan
desa.
b. Pra-Upaya misalnya : tabungan ibu bersalin (TABULIN), dana sehat,
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan mobilisasi
dana social keagamaan dan lainnya. Besar tarif yang sudah disepakati
dan juga harus ditetapkan dengan keputusan/peraturan desa.
Di dalam kesepakatan tertulis harus terkandung besarnya presentasi
biaya operasional, jasa pelayanan kesehatan, pemeliharaan bangunan
poliklinik kesehatan desa serta kontribusi untuk kas desa setempat.
9
Kesepakatan secara tertulis dimaksudkan agar semua pengelolaan
keuangan menjadi jelas dan transparan, sehingga diharapkan keberadaan
poliklinik kesehatan desa akan terjalan dengan lancar.
10
c. Pengelola poliklinik kesehatan desa berhak mendapatkan pelatihan-
pelatihan yang dilaksanakan oleh sector terkait dalam rangka
peningkatan kemampuan pelayanan.
d. Pengelola poliklinik desa berhak medapatkan jasa pelayanan sesuai
dengan hasil kesepakatan dengan pihak pemerintah desa.
3. Kewajiban PKD
a. Poliklinik kesehatan desa berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan dalam rangka upaya deteksi dini, kegawatdaruratan dan
merujuk pasien sesegera mungkin apabila menemukan kasus-kasus
beresiko tinggi dan di luar kewenangannya.
b. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban membuat catatan dan
melaporkan semua kegiatan secara berkala ke puskesmas setempat
dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota segala
kegiatannya dengan menggunakan lembar isian yang sudah ditentukan.
c. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban merujuk apabila ada
pasien yang dalam keadaan di luar batas kemampuan dan
wewenangnya keunit pelayanan kesehatan yang lebih mampu
memberikan pertolongan atau yang terdekat dengan memperhatikan
dan mengutamakan keselamatan pasien tersebut.
d. Pengelola poliklinik kesehtan desa berkewajiban untuk selalu
bekerjasama dengan masyarakat/lembaga kemasyarakatan yang ada di
desa wilayahnya.
e. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban membuat catatan dan
melaporkan kondisi kesehatan masyarakat di wilayahnya secara
berakala ke puskesmas setempat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
f. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban memenuhi
persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendirikan poliklinik kesehatan
desa.
H. Pembinaan Pengawasan dan Sanksi PKD
Sebagai bagian integral puskesmas, dengan sendirinya pembinaan dan
pengawasan teknis medis Poliklinik Kesehatan Desa dilakukan oleh puskesmas
di wilayah kerjanya serta rumah sakit dan organisasi profesi. Sedangkan
11
pembinaan administrasi dan manajemen dari Poliklinik Kesehatan Desa dalam
kedudukannya sebagai lembaga UKBM merupakan tanggung jawab
masyarakat dibawah koordinator Kepala Desa. Namun demikian pembinaan
yang bersifat non teknis kesehatan dapat dilakukan oleh sector terkait,
misalnya pemerintah daerah, LSM, PKK, Badan Perwakilan Desa (BPD).
Apabila terjadi pelanggaran pada ketentuan tersebut (wewenang dan
kewajiban), maka pengelola akan di kenakan tindakan (sanksi) berupa sanksi
administratif sampai dengan pencabutan ijin sementara atau pencabutan ijin
tetap. Selain tindakan administratif, pelenggaran yang terjadi dapat pula di
kenakan ketentuan pidana sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
12
kesehatan masyarakat akan lebih baik. Dibutuhkan komitmen yang tinggi
dari semua lapisan masyarakat, baik LSM, dunia usaha, anggota dewan dan
lainnya bahwa pembangunan di bidang kesehatan merupakan prioritas
pembangunan.
b. Langkah konkrit;
Perlu dilakuakan penjajakan kebutuhan serta survey lokasi untuk
mendirikan Poliklinik Kesehatan Desa. Yang paling penting adalah jangan
sampai lokasi Poliklinik Kesehatan Desa berdekatan dengan tempat
pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakatnya sendiri sama sekali tidak
membutuhkannya. Untuk itu secara bertahap perlu perencanaan yang baik
untuk mendukung terealisasinya Poliklinik Kesehatan Desa di setiap desa
yang telah memiliki tenaga bidan/perawat. Anggaran yang diberikan dari
pemerintah sifatnya hanya stimulan.
c. Penggerakkan masyarakat;
Masyarakat perlu di dorong dan di berdayakan dalam pembangunan di
bidang kesehatan termasuk Poliklinik Kesehatan Desa. Adanya wadah
Badan Perwakilan Desa dan Forum Kesehatan Desa merupakan peluang
dalam membangun kemitraan dengan pihak-pihak yang langsung ikut
bertanggung jawab terhadap operasional Poliklinik Kesehatan Desa.
13
(weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Penjelasan dari masing-masing SWOT, sebagai berikut :
A. Strengths (kekuatan)
Strengths adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan program
pada saat ini. Strengths ini bersifat internal dari organisasi atau sebuah
program.
B. Weakness (Kelemahan)
Weakness adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak
dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat
daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan
kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat diarenakan tidak
dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.
C. Opportunities (kesempatan)
Kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan
memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk
memanfaatkannya. Opportunities tidak hanya berupa kebijakan atau
peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga
berupa respon masyrakat atau isu yang sedang diangkat.
D. Threat (Ancaman)
Ancaman adalah faktor negative dari lingkungan yang memberikan
hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan
program. Ancaman ini adalah hal yang terkadang selalu terlewatkan
dikarenakan anyak yang ingin mencoba untuk kontroversi atau out of
stream (melawan arus) namun pada kenyataannya organisasi tersebut lebih
banyak layu sebelum berkembang.
14
BAB III
KEGIATAN PKD DI TIPAR
15
g. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan
dan persalinan yang berisiko tinggi.
h. Pemantauan tumbuh kembang anak.
i. Pelayanan gizi yang mencakup pemberian makanan tambahan
(PMT), pembagian paket pertolongan gizi, missal pemberian tablet
Fe dan vitamin A.
j. Perawatan balita gizi buruk yang menolak dirujuk ke puskesmas/
rumah sakit.
k. Penanganan pertama pada kecelakaan dan bencana alam.
l. Memberikan pertolongan pertama kasaus-kasus rujukan dari
UKBM lain atau dari masyarakat.
m. Melakukan upaya untuk deteksi dini dan kegawatdaruratan kasus-
kasus kesehatan lainnya.
n. Melakukan rujukan kasus-kasus yang bukan wewenangnya ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
o. Membuat catatan dan melaporkan semua kegiatan secara berkala
ke Puskesmas setempat.
2. Pelayanan Kesehatan di luar gedung PKD antara lain :
a. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam KIE baik secara
perorangan maupun kelompok untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan secara dini.
b. Melakukan kunjungan rumah dan perawatan kesehatan lainnya.
c. Pengamatan penyakit di wilayahnya agar tidak terjadi wabah atau
KLB.
d. Membina kader kesehatan : posyandu balita, posyandu lansia
3. Fungsi PKD, meliputi :
a. Sebagai tempat untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan masyarakat
b. Sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan
masyarakat serta forum komunikasi pembangunan kesehatan desa
c. Sebagai tempat pelayanan kesehatan untuk deteksi dini dan
penanggulangan pertama kasus kegawatdaruratan
E. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di PKD Tipar, meliputi :
1. Ruang pemeriksaan jumlah 1 ruang ukuran 5x5 m2 , bersih,
penerangan cukup
2. Ruang KB
16
3. Ruang tunggu
4. Ruang Pengambilan Obat
5. Meja dan kursi
6. Tempat cuci tangan/ Wastafel
7. Media penyuluhan: lembar balik, poster, leaflet
8. Buku panduan/ pedoman pelayanan kesehatan dasar.
9. Lemari obat
10. Obat-obatan yang tersedia : paracetamol tablet 500 mg, paracetamol
syrup 120 mg, amoxilin tablet 500 mg, amoxilin syrup 120 ml,
antalgin 500 mg, asam mefenamat 500 mg, kalsium, vitamin C 25 mg,
ctm 4 mg, dexamethasone 0,5 mg, ambroxol syrup 120 mg, ambroxol
tablet, GGC, cotrymoksazol syrup, cotrymoksazol tablet,
metronidazole tablet, tetrasiklin kapsul, novadium, zinc, ranitidine,
antasida doen tablet dan syrup, chloramopenocol syrup dan kapsul,
gentian violet, oksitocyn inj., salep gentamicin, acyclovir salep,
ketoconazole salep, hydrokortizon salep, salep 2-4, tetes mata
chloramphenicol, tetes telinga chloramphenicol, aquabidest, pil kb
kombinasi, alcohol 70 %.
11. Peralatan
17
16. Palu reflex 1
17. Alat pemeriksa Hb (Hb Sahli) 1
18. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi) 1
19. Pita pengukur
20. Sarung tangan karet untuk mencuci alat 1
21. Apron Ada
22. Masker
23. Pengaman mata 3
24. Sarung kaki plastic Ada
25. Semprit disposable 1
26. Tempat kotoran/ sampah 0
27. Tempat kain kotor ada
28. Tempat plasenta ada
29. Piala ginjal/ bengkok besar dan kecil ada
30. Sikat, sabun ditempatnya ada
31. Gunting verband 1
32. Spatula lidah logam
33. Perlengkapan pakaian bayi ada
34. Perlengkapan pakaian ibu 1
35. Wastafel 1
36. Meja resusitasi ada
ada
1
0
B. Peralatan Steril (DTT)
1. Kleam pean 2
2. ½ klem Kocher 2
3. Korentang 2
4. Gunting tali pusat 2
5. Gunting benang 2
6. Gunting episiotomy 2
7. Kateter karet 3
8. Pinset anatomi 2
9. Tenakulum/ kocher tang 2
10. Pinset bedah 2
11. Speculum cocor bebek dan Sims 4
12. Mangkok metal kecil 2
13. Pengikat/ klem tali pusat Ada
14. Pengisap lendir 1
15. Tampon tang 1
16. Tampon vagina 1
17. Pemegang jarum 2
18. Jarum kulit dan otot Ada
19. Sarung tangan Ada
18
20. Catgut Ada
21. Doek steril (kain steril) Ada
C. Bahan Habis Pakai
1. Kapas Ada
2. Kain kasa Ada
3. Plester Ada
4. Handuk Ada
5. Pembalut wanita Ada
D. Peralatan Pencegahan Infeksi
1. Wadah anti tembus untuk pembuangan Ada
tabung suntik dan jarum
2. Tempat untuk terkontaminasi basah dan
kering Tidak ada
3. Ember untuk menyiapkan larutan klorin
4. Ember plasti tertutup untuk dekontaminasi Ada
peralatan
5. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang Ada
tertutup rapat
Ada
F. Wewenang
Wewenang pelayanan kesehatan di PKD mengacu pada :
1. Undang- undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Kepmenkes No. 1464/Menkes/SK/VII/2010 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan.
19
3. Kepmenkes No. 148/Menkes/SK/XI/2010 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 983/Menkes/SK/VIII/2004 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat Desa.
5. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 90 tahun 2005 tentang
pelaksanaan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah.
G. Unsur Pendukung Masyarakat
1. Partisipasi aktif masyarakat, meliputi :
a. Menyiapkan lokasi dan bagunan PKD.
b. Menyelenggarakan dan mengorganisir kegiatan PKD , yang telah
aktif berjalan meliputi :
1) Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Tabel kegiatan pelayanan kesehatan
20
7 Posyandu RW X Tgl 15 Swastika 5
Mekar Febiani
Indah VII Amd.keb
8 Posyandu RW XI Tgl 16 Swastika 5
Mekar Febiani
Indah VIII Amd.keb
9 Posyandu RW XII Tgl 17 Swastika 5
Mekar Febriani
Indah IX Amd.keb
10 Posyandu RW II Tgl 18 Millati 5
Mekar Manshuroh
Indah X Amd.Keb
11 Posyandu Masjid Tgl 23 Swastika 5
Lansia Miftahul Febriani
Mekar Huda Amd.Keb
Indah
12 Kelas Ibu PKD I Tgl 12 Swastika
Hamil 1 Febriani
Amd.Keb
13 Kelas Ibu Balaidesa Tgl 19 Millati
Hamil II Tipar Manshuroh
Amd.Keb
14 Posyandu Balai Tgl 17 Swastika
lansia pertemuan febriani
Amd.Keb
13 Posyandu Posyandu Tgl 23 Millati
lansia Lansia Manshuroh
Amd.Keb
21
Kader -TIM Posyandu
Puskesmas
2 Pertemuan Balai Desa Tgl 4 Bidan Desa Kader
PKK PKK
3 Pertemuan Balai Desa 6 Bulan -Bidan Desa Anggota
FKD Sekali -TIM FKD
Puskesmas
4 Pertemuan Rumah Setiap Bidan Desa Warga
RT Warga Bulan Setempat
22
b. Tanggung jawab keterpaduan; poliklinik kesehatan desa
mengupayakan keterpaduan dalam menyelenggerakan upaya
kesehatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasi.
c. Tanggung jawab pemberdayaan ; poliklinik kesehatan desa
bertanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan.
d. Tanggung jawab pelayanan kesehatan deteksi dini,
kegawatdaruratan dan rujukan sesuai dengan kemampuan; yaitu
dengan melakukan deteksi dini, pencegahan dan penanggulangan
kegawatdaruratan baik masalah kesehatan perorangan maupun
masalah kesehatan masyarakat yang ada, serta
merujuk/melaporkan abaila ada masalah-masalah kesehtan yang
tidak bisa ditangani di poloklinik kesehatan desa.
3. Hak PKD
a. Poliklinik kesehatan desa berhak mendapatkan pembinaan, baik
pembinaan teknis kesehatan maupun pembinaan manajemen
pengelolaan poliklinik kesehatan desa. PKD Tipar mendapat
pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas,
kecamatan Rawalo, Puskesmas Rawalo.
b. PKD Tipar tidak mendapat alokasi anggaran dari desa.
c. Pengelola poliklinik kesehatan desa mendapatkan pelatihan-
pelatihan IUD dan Implan, pemberian MgSO4, pelatihan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu
Balita Muda (MTBM).
d. Pengelola poliklinik desa medapatkan jasa pelayanan untuk setiap
pelayanan dengan tarif Rp. 6000,00 dengan rincian Rp. 5000,00
untuk karcis Puskesmas , Rp. 500,00 kas desa dan Rp. 500,00
untuk kas PKD.
4. Kewajiban PKD
a. Poliklinik kesehatan desa berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan dalam rangka upaya deteksi dini, kegawatdaruratan dan
23
merujuk pasien sesegera mungkin apabila menemukan kasus-kasus
beresiko tinggi dan di luar kewenangannya.
b. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban membuat catatan
dan melaporkan semua kegiatan secara berkala ke puskesmas
setempat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
segala kegiatannya dengan menggunakan lembar isian yang sudah
ditentukan.
c. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban merujuk apabila
ada pasien yang dalam keadaan di luar batas kemampuan dan
wewenangnya keunit pelayanan kesehatan yang lebih mampu
memberikan pertolongan atau yang terdekat dengan memperhatikan
dan mengutamakan keselamatan pasien tersebut.
d. Pengelola poliklinik kesehtan desa berkewajiban untuk selalu
bekerjasama dengan masyarakat/lembaga kemasyarakatan yang ada
di desa wilayahnya.
e. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban membuat catatan
dan melaporkan kondisi kesehatan masyarakat di wilayahnya secara
berakala ke puskesmas setempat dengan tembusan ke Dinas
Kesehatan Kab/Kota.
f. Pengelola poliklinik kesehatan desa berkewajiban memenuhi
persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendirikan poliklinik
kesehatan desa.
5. Pembinaan pengawasan dan sanksi
Pembinaan, pengawasan dan sanksi PKD Tipar ; sebagai bagian
integral puskesmas Rawalo, dengan sendirinya pembinaan dan
pengawasan teknis medis Poliklinik Kesehatan Desa dilakukan oleh
puskesmas Rawalo serta rumah sakit dan organisasi profesi IBI.
Sedangkan pembinaan administrasi dan manajemen dari Poliklinik
Kesehatan Desa dalam kedudukannya sebagai lembaga UKBM
merupakan tanggungjawab masyarakat dibawah coordinator Kepala
Desa Tipar. Namun demikian pembinaan yang bersifat non teknis
24
kesehatan dapat dilakukan oleh sector terkait, misalnya pemerintah
daerah, LSM, PKK, Badan Perwakilan Desa (BPD).
Apabila terjadi pelanggaran pada ketentuan tersebut (wewenang
dan kewajiban), maka pengelola akan di kenakan tindakan (sanksi)
berupa sanksi administrative sampai dengan pencabutan ijin sementara
atau pencabutan ijin tetap. Selain tindakan administrative, pelenggaran
yang terjadi dapat pula di kenakan ketentuan pidana sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
6. Upaya penumbuh kembangan PKD
Upaya penumbuh kembangan PKD Tipar untuk memperbaiki dan
menambah sarana yang belum memenuhi standar minimal menjadi
memenuhi syarat standar minimal. Ada beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain :
a. Advokasi untuk menggalang komitmen ;
Advokasi perlu dilakukan agar terjadi persamaan persepsi akan
perlunya wahana untuk mengatasi permasalahan kesehatan di
wilayahnya. Masyarakat desa membutuhkan pelayanan kesehatan
yang cepat, tepat dan murah dari tenaga yang professional, sehingga
diharapkan derajat kesehatan akan lebih baik. Dibutuhkan
komitmen yang tinggi dari semua lapisan masyarakat, baik LSM,
dunia usaha, anggota dewan dan lainnya bahwa pembangunan di
bidang kesehatan merupakan prioritas pembangunan.
a. Langkah konkrit;
Perlu dilakuakan penjajakan kebutuhan serta survey lokasi untuk
mendirikan Poliklinik Kesehatan Desa. Yang paling penting adalah
jangan sampai lokasi Poliklinik Kesehatan Desa berdekatan dengan
tempat pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakatnya sendiri sama
sekali tidak membutuhkannya. Untuk itu secara bertahap perlu
perencanaan yang baik untuk mendukung terealisasinya Poliklinik
Kesehatan Desa di setiap desa yang telah memiliki tenaga
25
bidan/perawat. Anggaran yang diberikan dari pemerintah sifatnya
hanya stimulant.
b. Penggerakkan masyarakat;
Masyarakat perlu di dorong dan di berdayakan dalam
pembangunan di bidang kesehatan termasuk Poliklinik Kesehatan Desa.
Adanya wadah Badan Perwakilan Desa dan Forum Kesehatan Desa
meupakan peluang dalam membangun kemitraan dengan pihak-pihak
yang langsung ikut bertanggung jawab terhadap operasional Poliklinik
Kesehatan Desa.
BAB IV
PEMBAHASAN
26
Akses transportasi mudah dijangkau kendaraan roda dua dan roda
empat untuk memudahkan transportasi rujukan, sehingga praktik sesuai
dengan teori.
4. Tugas pokok dan fungsi
Tugas pokok yang telah berjalan didalam gedung maupun di luar
gedung sudah berjalan dengan baik, dan fungsi PKD dalam memberikan
penyuluhan dan konseling, tempat untuk pembinaan kader/ pemberdayaan
masyarakat, serta pelayanan kesehatan untuk deteksi dini dan penanggulangan
pertama kasus kegawatdaruratan sudah baerjalan dengan baik. Sehingga
praktik sesuai dengan teori.
5. Fasilitas
Di dalam PKD Tipar ada beberapa fasilitas yang belum dimiliki seperti
tabung O2, wastafel, ambu bag, meja resusitasi, sepatu karet. Sehingga praktik
belum sesuai dengan teori.
6. Wewenang
Kewenangan yang sedikit luas kepada PKD dengan mangacu pada
Undang- undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
Kepmenkes No. 1464/Menkes/SK/VII/2010 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan, Kepmenkes No. 148/Menkes/SK/XI/2010 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat, Keputusan Menteri Kesehatan No.
983/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat
Desa, Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 90 tahun 2005 tentang
pelaksanaan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Tengah. Sehingga praktik sudah sesuai dengan teori.
7. Unsur pendukung masyarakat
Unsur pendukung masyarakat dalam setiap posyandu sudah ada
masing-masing kader kesehatan, PKK. Sehingga praktik sudah sesuai dengan
teori.
8. Tanggung jawab, hak dan kewajiban PKD
Tanggung jawab PKD desa Tipar dalam tanggung jawab wilayah,
tanggung jawab keterpaduan serta tanggung jawab pelayanan kesehatan
deteksi dini, kegawatdaruratan dan rujukan sesuai kemampuan sudah berjalan
dengan baik.
27
Hak yang didapatkan PKD dalam pembinaan, dan pelatihan-pelatihan
yang dilaksanakan sudah didapat, namun PKD belum mendapatkan alokasi
anggaran dari desa.
PKD desa Tipar memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan
kesehatan, membuat pencatatan dan laporan, merujuk, bekerjasama dengan
masyarakat/ lembaga kemasyarakatan, serta membuat catatan dan melaporkan
kondisi kesehatan masyarakat. Sehingga praktik dan teori sudah kurang
sesuai.
9. Pembinaan pengawasan dan sanksi
Pembinaan dan pengawasan teknis medis PKD Tipar dilakukan
Puskesmas Rawalo. Pembinaan administrative dan manajemen dari PKD
Tipar dibawah coordinator kepala desa Tipar.
Apabila ada pelanggaran pada ketentuan tersebut, maka pengelola akan
dikenakan tindakan berupa sanksi administrative, ketentuan pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga praktik dan
teori sudah sesuai.
10. Upaya penumbuhkembangan PKD
Untuk memperbaili dan menambah sarana yang belum memenuhi
standar minimal menjadi memenuhi standar minimal telah di lakukan upaya
penumbuhkembangan diantaranya menggalang komitmen, adanya lamgkah
konkrit dan adanya pergerakan masyarakat. Sehingga antara praktik dan teori
sudah sesuai.
B. Analisis SWOT
1. Strengths (Kekuatan)
a. Bidan atau pelayan kesehatan terjun langsung ke masyarakat dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung melalui posyandu balita,
posyandu lansia, kelas ibu hamil kepada ibu hamil, post partum, balita dan
lansia.
b. Pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan mengalami
peningkatan.
c. Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga di fokuskan pada pelayanan
kesehatan ibu (yakni pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan
dan pelayanan nifas).
28
d. Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung d tengah-tengah
masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik individu,
kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun beranak, dokter, dsb)
e. Pelayanan yang diberikan maksimal dari tenaga kesehatan (mengenai
penyampaian informasi).
f. Meningkatkan motivasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
g. Pelayananan yang diberikan cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat mengenai masalah kesehatan.
2. Weakness (kelemahan)
a. PKD Tipar belum mempunyai wastafel untuk cuci tangan, tabung oksigen
b. Tidak ada tempat lemari es untuk penyimpanan vaksin.
c. Ruangan periksa kurang luas.
d. Belum tersedia ruangan bersalin dan nifas.
3. Opportunities (Peluang)
a. Pemerintah daerah telah melatih banyak bidan, untuk sarana peningkatan
layanan PKD.
b. Adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam peningkatan
kesehatan ibu.
c. Tersedianya fasilits media massa yang dapat dipergunakan untuk
memperoleh informasi tentang kesehatan.
d. Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.
e. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sistem JPKM yang
disubsidi pemerintah.
f. Pemerintah telah menyukseskan program kesehatan ibu dan anak melalui
peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan.
g. Adanya Keputusan Kepala Desa Pasir Wetan Nomor 7 Tahun 2013
tentang Pembentukan Forum Kesehatan Desa Pasir Wetan Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas.
4. Threats (ancaman)
a. Perekonomian, informasi dan teknologi yang rendah berdampak pada
peningkatan resiko lebih tingginya angka kematian ibu.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil dan balita.
c. Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun berpotensi menjadi keadaan
darurat.
d. Masih berkembangnya pengaruh adat dan istiadat setempat seperti setelah
melahirkan tidak boleh makan ikan dan berbau amis, ibu setelah
melahirkan tidak boleh tidur siang.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan kesehatan, maka adanya upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh, untuk dan masyarakat
setempat atas dasar musyawarah desa/kelurahan yang didukung tenaga
professional untuk melakukan upaya-upaya kesehatan promotif, preventif dan
kuratif sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan akan mempermudah
masyarakat untuk mendapat akses pelayanan kesehatan. Berbagai macam
program yang yang ada di PKD Tipar telah berjalan dengan baik dan kontinyu,
tetapi ada beberapa hal yang perlu perbaikan dan menambah sarana yang ada.
B. Saran
1. Bagi Penulis
a. Diharapkan penulis dapat mengembangkan kegiatan yang ada di PKD
b. Diharapkan penulis dapat lebih teliti dalam menganalisis PKD
c. Diharapkan penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan
3. Bagi Institusi
a. Diharapkan dapat mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam
30
b. Diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan untuk menambah
31
DAFTAR PUSTAKA
32