Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan setiap prosses di mana seseorang memperoleh

pengetahuan (Knowledge acquistion), mengembangkan kemampuan/keterampilan

(skill developments) sikap atau mengubah sikap (atitute change). Pendidikan

adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam pendidikan formal dan

non formal, dan informal di kampus, dan di luar kampus yang seumur hidup yang

bertujuan optimalisasi pertimbanga kemampuan-kemampuan individu, agar di

kemudia hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1

Penyelenggaraan pedidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun

2003 pasal 1 ayat (2), disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap

terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan

Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya

bangsa, yang berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan dimikian jelas

bahwa pendidikan Islam merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

nasional.2

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri

bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, bernaan dengan ini, di

1
Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah studi awal tentang dasar-dassar pendidikan
pada umumnya dan pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Hlm. 11.
2
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005. Hlm. 174.
dalam UUD 45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa: “Tiap-tiap warga

Negara berhak mendapat pengajaran”. 93 Tujuan pendidikan nasional dinyatakan

dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal (3) bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga Negar yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti usaha yang dijaankan

oleh seseorang atau sekelompok oran guntuk mempengaruhi seseorang atau

sekelompok orang agar menjadi dewasa. Dengan dimikian endidikan berarti,

segala usaha orang dewasa dalam pergaulan denan mahasiswa untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.4Dalam firman Allah

SWT, berfirman:

‫وهللا أخرجكم من بطون أ ّمهاتكم التعلمون شيئا وجعل لكم السّمع و األبصار واألفئدة لعلّكم تشكرون‬

)78.16 :‫(النحل‬

Artinya: Dan Allah mengelurkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan

dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl. 16-78)5[5]

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam

keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan masuknya anak

3Ibid, hlm. 310.


4Prof. Dr. H. Tamayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004. Hlm. 1.
5Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen agama Republik Indonesia, Jakarta: CV. Toha Putra
Semarang. 1989. Hlm. 413.
ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara

kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak.6

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat

besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup

manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

sesamanya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam

menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan

agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola

hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan

dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan

mental.

Pendidikan agama Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan

pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus

berlangsung bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada

optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana

berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau

pertumbuhannya.7

Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan

agama Islam adalah bimbingan jasmani, dan rohan berdasarkan Al-Qur’an

terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna.

Pada proposal skripsi ini, penulis akan mengungkap peranan pendidikan

agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di MIM Tanjung Qencono.

6
DR. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Hlm. 76.
7
Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Hlm. 10.
Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa

anak dan masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu

kemampuan jiwa.

2. Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika diutus

sebagai Rosulullah.

)‫إنّمابعثت ألت ّمم مكارم األخالق (رواه البخاري‬

Artinya: “Sesungguhnay aku diutus oleh Allah, hanya untuk

menyempurnakan akhlak.” HR. Bukhori.

3. Penulis ingin mengetahui bagaiman peranan pendidikan agama Islam

terhadap akhlak anak didik di Roudlotul Athfal Al-Hikam Malang.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

a) Pendidikan agama Islam yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pendidikan

agama Islam dan kegiatan keagamaan di MIM Tanjung Qencono

b) Akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kepribadian dan tingkah

laku anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak anak didik di

MIM Tanjung Qencono

C. Tujuan Penelitian

1) Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peranan pendidikan agama Islam

terhadapat akhlak anak didik di MIM Tanjung Qencono


2) Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan sekolah dalam

mengingkatkan akhlak anak didik di MIM Tanjung Qencono

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan berguna untuk:

a) Peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan ujian akhir semester (UAS) semester

6 jurusan Pendidikan Agama Islam di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

METRO

b) MIM Tanjung Qencono, dalam mengetahui peranan pendidikan agama Islam

terhadap akhlak anak didik di MIM Tanjung Qencono.

c) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam

mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi peranan terhadap akhlak anak

didik di MIM Tanjung Qencono.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pendidikan Agama Islam

a) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis akan

terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan

berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akiran “kan”

mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini

semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berartikan bimbingan

yang diberkan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam

bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti

pendidikan.8

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.9

Sedangkan menurut Ki Hajar Desantara pendidikan yaitu tuntunan di

dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu

menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

8
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004. Hlm. 1.
9
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981. Hlm.
19.
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagian yang setinggi-tingginya.10

Dari semua defiisi itu, dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh

orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi

terciptanya insan kamil.

Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11

Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah

bimbingan terhadapat pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi

berlakunya semua ajaran Islam.11

b) Dasar-dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam

Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah firman Allah dan sunnah

Rasulnya Muhammad SAW.12 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi

Al-Qur’an dan haditslah yang menjadi pondasinya.

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan

aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam

hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram

sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.13

10
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005. Hlm. 4.
11
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998. Hlm. 11.
12
Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981. Hlm. 41.
13
Abdul Majid, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarta. 2004. Hlm. 133.
Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupn tujuannya haruslah

mengacu kepada penananman hilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika

sosial dan moralitas sosial. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk

menumbuhkan dan mengingkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).14

2. Hakekat Akhlak

a) Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak secara emtimologi, perkataan “akhlak” berakar dari

bahasa Arab jama’ dari mufradnya “khuluq” yang menurut bahasa Indonesia

diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut

mengandung segi-segi persesuaian dengan “khalkun” yang berarti kejadian sserta

erat hubungan “Khaliq” yang berarti Pencipta dan “makhluq” yang berarti

diciptakan.15

Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-

Qur’an, sebagai berikut:

‫وإنّك لعلّى خلق عظيم‬

Artinya: Dan sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar berbudi

pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qur’an, 68:4).16[16]

14
Ibid, Hlm. 135.
15
Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004. Hlm. 1.
16
Al-Qur’an Al-Karim.
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa

pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1. Ibn Miskawaih

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih

dahulu.17

2. Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir

berbagai perbutan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan

pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji,

baik dari segi akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir

darinya perbutan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.18

Jika diperhtaikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak

sebagaimana tersebut di atas tidak ada yang saling bertenganan, melaikan salaing

melengkapi, yaitu sifat yang tertananm kuat dalam jiwa yang nampak dalam

perbutan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

lagi dan sudah menjadi kebiasaan.

b) Sumber dan Macam-macam Akhlak

1. Sumber Akhlak

Akhlak Islam, sebab merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada

kepercayaan terhadap Allah, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada

17
Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004. Hlm. 4
18
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005. Hlm. 29.
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah

Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.19

Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk

dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabatnya

yang selalu berdoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berprilaku

keseharian.

2. Macam-macam Akhlak

a) Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat banyak

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Akhlak Terhadap Allah

Aklak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan

selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang

jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya.

2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,

menghormati, menyayangi dan menjaga diri dengan sebaik-baiknya, karena sadar

bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus

dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari

minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur

dan menhindari perbutan yang tercela.

19
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997. Hlm. 149.
3. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara

fingsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu ia perlu

bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain tersebut. Islam

menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam iut

serta mendewasakan kita dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita.

Caranya dapat dilakukank dengan memuliakannya memberikan bantuan,

pertologan dan mengharainya.20

b) Akhlak Al-Mazmumah

Aklak Al-Mazmumah atau akhlak yang tercela adalah sebagai antonim

dari akhlak yang baik sebagaimana tertulis di atas. Dalam ajaran Islam tetap

membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar,

dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang

tercela, di antaranya:

1. Berbohong

Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak

sesuai dengan yang sebenarnya.

2. Takabur atau sombong

Takabur adalah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia,

melebihi orang lain. Pendek katanya yaitu merasa dirinya lebih hebat.

3. Dengki

20
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005. Hlm. 49-57.
Dengki adalah rasa atau sikap tidak sengan atas kenikmatan yang

diperoleh orang lain.

4. Bakhil atau kikir

Bakhil atau kikir adalah sifat sukar mengurangi sebagian dari apa yang

dimiliki untuk berbagi dengan orang lain.21

c) Tujuan Akhlak

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk

manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbutan,

mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijasana, sempuna, sopan dan

beradab, ikhlas, jujur serta suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan

untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan. Berdasarkan tujuan ini,

maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas merupakan saranan pendidikan

akhlak. Dan setiap pendidikan harus memelihara akhlak dan memperhatikan

akhlak di atas segala-galanya.22

Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa

tujuan berakhlak adalah hubungan umat islam dengan Allah SWT dan sesama

makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.23

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada

prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam

berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama

makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk

yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.

21
Ibid, hlm. 57-59.
22
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004. Hlm. 115.
23
Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988. Hlm. 2.
B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

memahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan

serta bisa memberi pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat

mengapikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara

intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun

dalam bersosialisasi dengan lingungannya.

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan Al-Qur’an terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian Muslim

yang sempurna. Sedangakn lembaga adalah tempat berlangsunya proses

bimbingan jasmani dan rohan berdasarkan Al-Quraa’an yang dilakukan oleh

orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkepribadian

Muslim.

MIM Tanjung Qencono sebagai salah satu institusi yang

menyelenggarakan pendidikan diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak-

anak didinya untuk menjadi bagian dari Sumber Daya Manusia yang unggul di

segala bidang, khususnya dalam pembentukan kepribadian Muslim yang

sempurna.

C. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka penelitian

mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Apakah anak didik atau siswa


memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih

baik dari siswa yang memperoleih nilai rendah.

Berdasarkan pertanyaan di atas maka dapat diajukan hipotesa sebagai

berikut:

Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai

tinggi dalam pelajaran agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah.

Ha: Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki

akhlak yang lebih baik jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai

rendah.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitaan

Metode yang digunakan dalam membahas proposal ini adalah metode

deskriftif analisis. Deskritif digunakan agar mampu memahami dan memberikan

gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi proposal

skripsi ini. analitis dipakai agar penulis dapat menyusun proposal skripsi ini

dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti permasalahan dan

memperoleh hasil penelitian yang benar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di RA Al-Hikam Malang dan

membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 3 bulan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam sebuah penelitan.24Adapun populasi pada penelitian

ini adalah murid-murid RA Al-Hikam Malang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat karakteristik

yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi.25

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

teknik random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan

(field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke

obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi diartiakn dengan pengamatan dan

pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ii

24
Herman Resito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Hlm. 49.
25
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. 1989.
Hlm. 84.
mengadakan pengamatan dengan mencatat data atau informasi yang diperlukan

dan dibutuhkan sesuai dengan masalah yang diikuti.

2. Dokumentasi

Suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil

pengolahan bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga

yang mengadakan. Dokumen ini dilakukan untuk memperoleh data sejarah

didirikannya MIM Tanjung Qencono, keadaan sarana dan prasarana dan juga

data-data guru MIM Tanjung Qencono.

3. Angket

Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan

tertentu, kemudian diseberkan kepada responen, untuk mendapatkan jawaban

yang diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi

untuk dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan

agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa. Angket yang digunakan penulis

adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada

sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah

analisa data, yaitu:

1. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para responden. Jadi setelah angket dan tes diisi oleh responden dan diserahkan

kembali kepada penulis, kemudian penulis memeriksa satu per satu angket dan tes
tersebut. Bila ada jawabanyang diragukan atau tidak dijawab maka penulis

menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.

Tujuan editing yang penulis lakukan adalah untuk mengurangi kesalahan-

kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang diselesaikan.

2. Tabulating

Tabulating adalah mengelolah data dengan memindahkan jawaban-

jawaban yang terdapat dalam angket dan telah dikelompokan ke dalam bentuk

bable frekuensi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-

Ma’arif. 1981.

Al-Qur’an Al-Karim.

AR, Zahruddin, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.

Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. 1981.

Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2005.
Majid, Abdul, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung: PT Remaja Rosdakarta. 2004.

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama.

2005.

Resito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 1992.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar

Baru. 1989.

Anda mungkin juga menyukai