Anda di halaman 1dari 18

PROTOKOL PENELITIAN

Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Gula Darah


Pada Pasien Diabetes Tipe II Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Selatan

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang
mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah
penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan
resistensi insulin atau keduanya (Suastika et al dalam Putri dan Isfandiari,
2013).
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu diabetes
melitus tipe 1 (insulin dependent diabetes melitus, IDDM), diabetes melitus
tipe 2 (non-insulin dependent diabetes melitus, NIDDM), diabetes melitus
gestasional (gestasional diabetes melitus, GDM), dan diabetes melitus tipe
lain (Smeltzer & Bare, 2013). Diantara tipe DM yang ada, DM tipe 2 adalah
jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%) (Witasari dalam
Magfirah, Sudiana dan Widyawati, 2015).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) (2014),
pasien DM di seluruh dunia mengalami peningkatan sebesar 34% yaitu dari
285 juta (6,4% dari populasi dunia) tahun 2010 menjadi 382 juta (8,3% dari
populasi dunia) tahun 2013 (IDF dalam Widiastuti, 2014). Berdasarkan hasil
Riskesdas 2013 angka prevalensi diabetes melitus di Indonesia meningkat
dari 1.1% pada tahun 2007 menjadi 2.4% pada tahun 2013, untuk proporsi
penderita diabetes melitus di Indonesia sebesar 6.9% , jika jumlah penduduk
Indonesia di atas 15 tahun pada tahun 2013 sebesar 176.689.336 orang maka
jumlah penderita diabetes melitus kurang lebih sebesar 12 juta orang
(Riskesdas dalam Aquarista, 2017). WHO memperkirakan pada tahun 2025
Indonesia menempati peringkat kelima di dunia dengan jumlah penderita
diabetes melitus sebesar 12.4 juta orang (Aquarista, 2017).
Prevalensi DM di Kalimantan Barat pada tahun 2017 terdata sebanyak
3465 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2017). Menurut
data Dinas Kesehatan Kota Pontianak, penderita diabetes melitus pada tahun
2015 di Kota Pontianak berjumlah 872 kasus dan mengalami peningkatan
menjadi 999 kasus pada tahun 2016. Jumlah penderita DM di Kota Pontianak
semakin bertambah pada tahun 2017 menjadi 3062 kasus (Dinas Kesehatan
Kota Pontianak, 2017).
Keadaan hiperglikemia pada penderita DM dapat menyebabkan
kerusakan sistemik yang luas pada tubuh. Hal ini disebakan karena terdapat
gangguan pada metabolisme glukosa, lemak dan protein sebagai hasil dari
defek sekresi insulin maupun gangguan sekresi insulin perifer (Malik, Nasrul
dan Asterina, 2015). Kondisi hiperglikemia pada penderita DM yang
berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya seperti ketoasidosis diabetik yang dapat berakibat fatal dan
membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula
darah yang tepat (Widodo, 2014). Bukti-bukti menunjukkan bahwa
komplikasi diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang
optimal, namun demikian di Indonesia sendiri target pencapaian kontrol
glikemik masih belum tercapai secara memuaskan, yang sebagian besar
masih di atas target yang diinginkan sebesar 7% (PERKENI, 2015).
Pengelolaan diabetes melitus dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis. Pengelolaan non farmakologis meliputi
pengendalian berat badan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapi farmakologis
yaitu pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika
terapi non farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan
dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi non farmokologis yang telah
diterapkan sebelumnya (Soegondo dalam Wahyuni, 2013).
Satu diantara terapi non farmakologis yaitu berupa latihan fisik.
Latihan fisik merupakan salah satu pilar penatalaksaaan DM (PERKENI
dalam Simanjuntak dan Simamora, 2017). Jalan kaki, jogging, naik turun
tangga, bersepeda merupakan alternatif pilihan yang dianjurkan bagi
penderita DM Tipe 2, tetapi dari beberapa latihan tersebut masih menujukkan
hasil yang bervariasi sehingga diberikan alternatif lain yaitu relaksasi
(Hasaini, 2015).
Satu diantara terapi non farmakologis yang dapat diberikan pada
penderita diabetes melitus tipe 2 yaitu dengan melakukan relaksasi otot
progresif (Progressive Muscle Relaxation/PMR) yang termasuk dalam
strategi fisik dalam bentuk mindbody therapy (terapi pikiran dan otot-otot
tubuh). Relaksasi otot progresif lebih dipilih dikarenakan relaksasi otot
progresif merupakan jenis relaksasi yang murah dan mudah untuk dilakukan
secara mandiri. Teknik relaksasi otot progresif lebih unggul dari teknik
relaksasi lain karena memperlihatkan pentingnya menahan respon stres
dengan mencoba meredakan ketegangan otot secara sadar (Ilmi, Dewi dan
Rasni, 2017).
Relaksasi otot progresif merupakan suatu upaya meredakan
ketegangan emosional sehingga individu dapat berpikir lebih rasional.
Dengan demikian, produksi gula hati dapat terkontrol dengan baik. Teknik ini
memaksa individu untuk berkonsentrasi pada ketegangan ototnya dan
kemudian melatihnya untuk relaks (Yuliani dan Hutasoit, 2013). Selain itu,
menurut Sucipto dalam Simanjuntak dan Simamora (2017), relaksasi otot
progresif bermanfaat untuk menurunkan resistensi perifer dan menaikkan
elastisitas pembuluh darah.
Penelitian yang dilakukan oleh Chauduri, Ray, Saldanha,
Bandopadhyay (2014) membuktikan bahwa terapi relaksasi otot progresif
tidak hanya dapat menurunkan tingkat stres tetapi juga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Pendapat ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Simanjuntak dan Simamora (2017) membuktikan bahwa latihan
relaksasi otot progresif yang dilakukan selama 15-20 menit sebanyak 3 kali
sehari selama 1 minggu dapat membuat tubuh lebih rileks dan dapat
meningkatkan sirkulasi darah. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Isnaini,
Trihadi dan Linggardini (2017) membuktikan bahwa terapi relaksasi otot
progresif yang dilakukan secara teratur minimal 15 menit selama 3 hari dapat
meningkatkan aktivitas otot dan meningkatkan metabolisme gula darah dalam
tubuh sekaligus meningkatkan sekresi insulin di pankreas. Penelitian yang
dilakukan oleh Hasaini (2015) membuktikan bahwa terapi relaksasi otot
progresif yang dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi latihan satu kali
sehari selama ± 15-20 menit adalah adanya perbedaan rata-rata kadar gula
darah baik kadar gula darah sebelum dan setelah latihan PMR.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh
peneliti dengan pihak dinas kesehatan kota Pontianak didapatkan bahwa di
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan terdapat kasus DM pada
setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2015 terdapat 42 kasus, tahun 2016 terdapat
35 kasus dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 215 kasus. Menurut hasil
wawancara dengan kepala puskesmas dan dokter penanggung jawab Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) didapatkan informasi bahwa
penderita DM di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan belum
pernah dilakukan intervensi latihan relaksasi otot progresif. Kegiatan rutin
yang dilakukan di puskesmas tersebut seperti senam diabetes yang termasuk
dalam program Prolanis. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang
responden didapatkan hasil yaitu sebanyak 4 orang responden atau 80%
responden yang mengatakan belum pernah melakukan latihan fisik sebagai
upaya dalam mengontrol gula darah. 1 orang responden atau 10%
mengatakan bahwa ia masih sering berolahraga karena merasa tubuhnya akan
menjadi lebih segar setelah berolahraga. Dari kelima orang responden
tersebut, 3 responden atau 30% responden mengatakan merasa tertekan akibat
penyakit yang dialami karena sudah megidap penyakit lebih dari 8 tahun
lamanya. 1 orang responden atau 10% pernah mengalami koma akibat kadar
gula darah yang meninggi lebih dari 500 mg/dL.
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan diatas, terdapat
perbedaan dalam durasi waktu dan frekuensi latihan relaksasi otot progresif.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk melihat
bagaimana pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap perubahan kadar
gula darah dengan membedakan durasi waktu dan frekuensi pemberian
latihan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti merasa perlu
untuk mengetahui pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap
perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II.
B. Rumusan Masalah
Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula
darah yang tinggi (hiperglikemia) dengan jumlah penderita yang terus
meningkat setiap tahunnya. Penyakit kronik seperti DM memerlukan
penanganan secara terus menerus untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Penanganan DM dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis.
Satu diantara penanganan non farmakologis adalah latihan relaksasi otot
progresif yang telah dibuktikan melalui beberapa penelitian. Namun pada
penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dalam desain penelitian, durasi
waktu dan frekuensi latihan relaksasi otot progresif. Oleh sebab itu peneliti
ingin melakukan penelitian untuk melihat pengaruh latihan relaksasi otot
progresif dengan membedakan durasi dan frekuensi latihan. Maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh latihan relaksasi
otot progresif terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus tipe II di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Selatan ?”

C. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien
Diabetes Melitus tipe II
H0 : Tidak ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah
pasien Diabetes Melitus tipe II

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
1.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh latihan
relaksasi otot progresif terhadap perubahan kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus tipe II.
1.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui karateristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan, lama
menderita DM) penderita Diabetes Melitus tipe II
2. Mengidentifikasi kadar gula darah sebelum dilakukan latihan
relaksasi otot progresif.
3. Mengidentifikasi kadar gula darah setelah dilakukan latihan
srelaksasi otot progresif.
4. Menganalisis perubahan kadar gula darah sebelum dan setelah
dilakukan latihan relaksasi otot progresif.
2. Manfaat
2.1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan atau litelatur dalam
perkuliahan berbasis bukti ilmiah/evidance based dan dapat
diterapkan atau diimplementasikan.
2.2 Praktik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi
pelayanan kesehatan untuk menggunakan latihan relaksasi otot
progresif sebagai salah satu terapi komplementer dalam menurunkan
kadar gula darah pada pasien diabetes militus tipe II.
2.3 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi
masyarakat sebagai salah satu teknik penatalaksanaan pada penderita
diabetes mellitus tipe II sehingga masyarakat dapat melakukan latihan
relaksasi otot progresif secara mandiri dalam upaya mengontrol kadar
gula darah.
2.4 Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menambah
pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian
mengenai penatalaksanaan diabetes melitus dengan teknik non-
farmakologi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penaruh relaksasi otot
progresif terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus tipe II.
2.5 Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai sumber yang dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan tentang penatalaksanaan terapi komplementer tentang
latihan relaksasi otot progresif sehingga dapat dikembangkan untuk
penelitian sebagai acuan ataupun litelatur pada penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori

Diabetes Melitus

Penurunan ambilan glukosa oleh sel

Peningkatan kadar glukosa darah

Komplikasi akut Komplikasi kronis

Ketoasidosis diabetik Mikroangiopati Makroangiopati


Hipoglikemi
Sindrom HHNK
Retinopati diabetik Kaki diabetik
Nefropati diabetik PJK
Neuropati diabetik Stroke

Hipotalamus-
Stres dan kecemasan
adrenal- sistem
kortisol ( kortisol) Kadar
Latihan relaksasi Keseimbangan Homeostatis gula
otot progresif tubuh darah
normal
Sumber: Katada, Koitabashi, Tomono dan Oka (2014) dan Black & Hawka;
Riyadi & Sukarmin; Snyder & Lindquist dalam Mashudi (2012).

Keterangan:
: Menyebabkan
PMR (Progresif Muscle Relaxation) mengurangi respon stres dan
meningkatkan respon relaksasi. Reaksi relaksasi seperti kesenangan dan
perasaan tenang akan mengurangi stimulasi berlebihan dari hipotalamus
dan kelenjar pituitari, menurunkan sistem saraf simpatik sehingga dapat
menurunkan kadar gula darah. Akibatnya, kadar gula darah di pembuluh
darah perifer dapat dikendalikan dalam rentang kadar normal. Hal ini
karena tubuh kembali pada kondisi normal ketika reaksi stres dilepaskan.
Dengan demikian, meningkatkan homeostasis dapat mempengaruhi kadar
gula darah kembali normal. Metode relaksasi digunakan untuk
mengembalikan tubuh dalam kondisi normal termasuk kadar gula darah
(Katada, Koitabashi, Tomono dan Oka, 2014).
2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk keterkaitan antar variabel (Nursalam,
2011). Berikut kerangka konsep dari penelitian ini yaitu:

Kadar gula darah Kadar gula darah


sebelum dilakukan Relaksasi otot setelah dilakukan
relaksasi otot progresif relaksasi otot
progresif
F. Metode Penelitian progresif
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan sebab akibat antara variabel. Desain yang digunakan oleh
peneliti yaitu desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan pre
test and post test non equivalent control group. Pendekatan non equivalent
control group ini menggunakan satu kelompok perlakuan dan satu
kelompok kontrol yang tidak dilakukan random atau acak. Pada kelompok
perlakuan dilakukan pretest atau pengamatan awal terlebih dahulu sebelum
dilakukan intervensi dan terakhir dilakukan pengamatan akhir dengan
posttest. Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan pengamatan awal
dengan dilakukan pretest dan pengamatan akhir dengan posttest tanpa
dilakukan intervensi. Intervensi pada kelompok kontrol diberikan setelah
dilakukan posttest (Notoatmodjo, 2012). Skema desain pre test and post
test non equivalent control group digambarkan sebagai berikut (Dharma,
2015).

Desain pre test and post test non equivalent contorl group

Tidak dilakukan
Random Alokasi
R1 : 01 X1 02
R
R2 : 01 X0 02

Keterangan:

R : Responden penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan yang mengikuti pre test dan post test
R2 : Responden kelompok kontrol yang mengikuti pres test dan post test
X1 : Intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok kontrol tanpa intervensi
1 : Pre test pada kedua kelompok
2 : Post test pada kedua kelompok

2. Populasi dan sampel


2.1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek yang memiliki kualitas untuk
dijadikan bahan untuk penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah klien yang didiagnosis DM tipe II yang terdata dan
berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Pontianak (2017) jumlah
klien DM di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Selatan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 215 orang.
2.2. Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari
populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau
melakukan pengamatan/pengukuran unit ini (Dharma, 2015).
1. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik nonprobality dengan metode consecutive
sampling yang merupakan suatu metode pemilihan sampel yang
dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan
memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang diinginkan
terpenuhi (Dharma, 2015).
2. Besaran Sampel
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditetapkan
dengan menggunakan rumus dibawah ini (Dharma, 2015).

zσ2(z1-α/2+z1-β)2
η=
(μ1- μ2)2

Keterangan :
η : Besar sampel penelitian
z1-α/2 : Standar normal deviasi untuk α = 1,96
z1-β : Standar normal deviasi β= 0,842
µ1 : Nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literatur atau
berdasarkan pengalaman peneliti
µ2 : Nilai mean kelompok uji coba yang didapat dari pendapat
(judgement) peneliti
µ1 - µ2 : Beda mean yang dianggap bermakna secara klinik antara
kedua kelompok
σ : Estimasi standar deviasi dari kedua mean kedua kelompok
berdasarkan literatur
σ2 : Estimasi varian kedua kelompok berdasarkan literatur yang
dihitung dengan rumus : ½ (µ12 + µ22 )
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2017)
diketahui nilai mean kelompok intervensi 8 dan mean kelompok kontrol
8,30, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
n=
2σ2 (z1-α/2 + z1-β)2
(µ1 - µ2 )2
n=
2(½ (8,302 + 82)) (1,96 + 0,842)2
0,32
n=
2(½(68,89 + 64)) (2,802)2
0,09

n=
2( 66,445) (7,851204)
0,09

n=
1,043.3465
0,09
n = 11,592.7389 = 12

Peneliti mengantisipasi responden drop out, maka jumlah


responden ditambah sebesar 20% dari jumlah sampel (Dharma, 2015)
n’ = n/1-f
n’ = 12/ 1-0,2
n’ = 12/0,8
n’ = 15
Dengan demikian, jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
ini berjumlah 30 orang responden yang terbagi menjadi 15 orang
responden kelompok intervensi dan 15 orang responden kelompok kontrol.

3. Kriteria Sampel Penelitian


Adapun kriteria untuk menentukan sampel yang sesuai dan tidak
sesuai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler
2. Pasien berusia 30-60 tahun
3. Kadar gula darah >126 mg/dL (Gula darah puasa) atau > 200
mg/dL (Gula darah sewaktu)
4. Mengkonsumsi obat hipoglikemik oral (OHO)
5. Bersedia menjadi responden dan belum pernah dilakukan terapi
relaksasi otot progresif
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi kerena berbagai sebab
(Nursalam, 2017). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien DM tipe 2 dengan cidera akut atau ketidaknyamanan
muskuloskeletal seperti cidera otot, kekakuan otot, kelemahan otot,
kelainan otot.

4. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain), variabel juga
merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai
suatu fasilitas untuk pengukuran dab atau manipulasi suatu penelitian
(Nursalam, 2017).

4.1 Variabel Bebas (Variabel Independen)


Variabel independen atau disebut juga variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2017). Variabel independen pada penelitian ini adalah relaksasi
otot progresif.
4.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen atau disebut juga variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain yang akan muncul sebagai
akibat dari manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel
dependen pada penelitian ini adalah kadar gula darah.

5. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu uraian mengenai batasan
variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel-
variabel tersebut diberi batasan (Notoatmodjo, 2012).
Definisi Oprasional

Variabel Definisi Oprasional Cara Hasil Ukur Skala Ukur


Pengukuran
Relaksasi Relaksasi otot progresif SOP (Standar - -
otot merupakan teknik latihan Oprasional
progresif dengan memberikan tegangan Prosedur)
pada kelompok otot kemudian relaksasi otot
melepaskan tegangan untuk progresif
merasakan sensasi rileks yang
dilakukan pada pasien DM
tipe 2. Relaksasi otot
progresif dilakukan sebanyak
tujuh kali latihan yang
dilakukan satu kali sehari
selama satu minggu dengan
durasi tiap latihan 20-30
menit
Kadar gula Kadar gula darah puasa glucometer Satuan Rasio
darah adalah kadar glukosa dalam kadar
puasa sirkulasi darah dengan kondisi glukosa
tidak ada asupan kalori darah
minimal 8 jam. (mg/dL)

6. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti
untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Dharma,
2015). Instrumen penelitian ini berupa SOP (Standard Operating
Prosedure), data demografi responden, leaflet, lembar observasi
pelaksanaan latihan relaksasi otot progresif dan pengukuran kadar gula
darah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat
glukometer untuk pemeriksaan kadar glukosa darah.

7. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data tentang responden dan karateristik responden
dikumpulkan oleh peneliti sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Intervensi relaksasi otot progresif dilakukan oleh responden
dengan panduan dari peneliti. Prosedur pengumpulan data dilakukan
melalui dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
7.1 Tahap Persiapan
1. Peneliti mengurus perizinan untuk melakukan penelitian dari
sekretaris Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura kepada Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura.
2. Peneliti mendapatkan surat pengantar dari Kepala Dinas Kesehatan
Kota Pontianak dengan tujuan untuk UPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Selatan.
7.2 Tahap Pelaksanaan
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyeleksi subjek penelitian disesuaikan dengan kriteria inklusi
dan eksklusi sebanyak 30 orang. Dari 30 orang tersebut, akan
ditentukan 15 orang sebagai kelompok perlakuan dan 15 orang
sebagai kelompok kontrol.
2. Peneliti bertemu dengan responden dan memperkenalkan dirinya
serta memberitahukan tujuan dari penelitan yang akan dilakukan
kepada subjek penelitian dan menanyakan kesediaan untuk menjadi
responden.
3. Meminta persetujuan klien untuk menjadi subjek penelitian dengan
mengisi lembar informed consent.
4. Melakukan kontrak penelitian dengan responden.
5. Mengisi data demografi.
6. Mengukur kadar gula darah pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol setiap hari dimana pengukuran kadar gula darah
sebelum intervensi pada hari pertama merupakan pretest dan kadar
gula darah pada hari selanjutnya merupakan hasil posttest.
7. Pada kelompok perlakuan, peneliti yang telah mendapatkan
pelatihan akan memberikan latihan relaksasi otot progresif yang
dilakukan di rumah responden sebanyak 1 kali sehari selama 1
minggu dengan durasi latihan 20-30 menit.
8. Pada kelompok kontrol responden beraktivitas sesuai kebiasaan
sehari-hari dan merupakan responden yang mengikuti senam
diabetes yang diselenggarakan oleh pihak puskesmas sebanyak satu
kali dalam seminggu.
9. Membuat dokumentasi hasil penelitian

8. Prosedur Pengelolaan Data


Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan
data sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :
8.1 Editing
Peneliti melakukan pengecekan kembali data-data yang telah
dikumpulkan apakah telah sesuai. Pada penelitian ini, data-data terkait
peneltian termasuk lembar observasi dikumpulkan. Data yang sudah
terkumpul akan dilakukan pengecekan atau editing. Data yang sudah
dicek akan diolah menggunakan program komputer dan akan
dilanjutkan dengan memberi coding.
8.2 Coding
Setelah dilakukan pengeditan, tahap selanjutnya adalah proses
pengkodean (coding). Coding merupakan tindakan untuk melakukan
pemberian kode atau angka untuk memudahkan dalam pengolahan
data. Pada penelitian ini, data variabel pretest (sebelum) diberi kode
“pre” dan posttest (sesudah) diberi kode “post”.
8.3 Entry Data
Setelah peneliti mengubah data responden dan hasil observasi
kedalam bentuk angka (kode), selanjutnya peneliti memastikan data
tersebut kedalam program komputer yaitu dalam bentuk master tabel.
Peneliti memeriksa hasil pengolahan data dan tidak ditemukan data
yang hilang atau data dinyatakan sudah lengkap.
8.4 Cleaning
Data-data yang telah dimasukkan kemudian diperiksa kembali
dan mencocokkan kode yang telah dimasukkan pada saat tahap entry
data sebelumnya serta memastikan bahwa tidak ada kesalahan
sebelum melakukan analisis. Peneliti melakukan pengecekan kembali
dan melakukan koreksi ulang dari semua data untuk melihat adanya
kesalahan dan ketidaklengkapan kode.

9. Analisa Data
9.1 Analisa Univariat
Analisa univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan masing-
masing variabel yang diteliti. Analisis ini akan menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Pada
penelitian ini, analisis univariat yang dikelompokkan berdasarkan usia,
jenis kelamin, pekerjaan dan lama menderita DM.

9.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan atau
korelasi antara variabel independen dan variabel dependen (Notoatmodjo,
2012). Analisa bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yaitu pengaruh latihan relaksasi otot progresif untuk menurunkan kadar
gula darah. Pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dan setiap kelompok
dilakukan dua kali pengambilan data yaitu data pre test dan post test.
Sebelum dilakukan uji statistik dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan kriteria jumlah
responden ≤50 responden dan didapatka p value > 0,05 yang berarti
distribusi data normal.
Dalam penelitian ini menggunakan uji T berpasangan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh kadar gula darah sebelum dan
setelah latihan relaksasi otot progresif pada kedua kelompok. Apabila
distribusi data tidak normal maka menggunakan uji wilcoxon.
10. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Dharma (2015) harus memperhatikan
prinsip-prinsip atau isu-isu etik, yang meliputi:
10.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Penelitan ini dilakukan dengan prinsip menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia. Peneliti meminta persetujuan kepada calon
responden apakah bersedia menjadi subjek penelitian dengan
diberikannya informed consent. Penjelasan informed consent ini
mencakup penjelasan mengenai judul penelitian yaitu pengaruh latihan
relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah beserta tujuan,
manfaat penelitian, prosedur penelitian, serta keuntungan yang didapat
dan kerahasiaan informasi. Responden berhak menentukan untuk
bersedia dijadikan sebagai subjek penelitian/ responden dan tidak
terdapat paksaan ataupun adanya tekanan dari pihak manapun kepada
subjek untuk bersedia terlibat dalam penelitian ini. Responden
penelitian bebas dari tekanan atau pengaruh dari pihak lain.
10.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
and confidentiality)
Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa kerahasiaan atas
identitas dan alamat partisipan dijaga sebagai wujud penerapan prinsip.
Peneliti menjelaskan bahwa peneliti akan menyimpan data dalam
tempat yang hanya bisa dibuka oleh peneliti dan bahwa semua data ini
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
10.3 Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice
inclusiveness)
Penelitian ini dilakukan dengan jujur, tepat, cermat, hati-hati,
dan dilakukan secara profesional sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Penelitian ini juga memberikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek. Dalam penelitian ini,
peneliti tidak membeda-bedakan responden. Responden mendapatkan
perlakuan yang sama untuk kelompok intervensi sebelum, selama dan
setelah penelitian. Peneliti juga tidak mebeda-bedakan responden dari
segi suku, budaya dan status sosial ekonomi.
10.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harm and benefits)
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur
penelitian (pada lembar penjelasan penelitian) kepada responden.
Responden juga mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak
akan membahayakan atau tidak akan menimbulkan dampak yang
merugikan. Jika responden merasa tidak nyaman dengan terapi yang
dilakukan, maka responden bisa langsung mengundurkan diri menjadi
subjek penelitian.
Peneliti menjelaskan tentang keuntungan bila responden
berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu mendapatkan latihan relaksasi
otot progresif dan dapat mengaplikasikannya dalam kondisi yang lain
secara mandiri.

G. Personil Penelitian
1. Peneliti Utama
Nama : Elviana Nindia Sinta Dewi
NIM : I1031141028
Progrma Studi/ Fakultas : Keperawatan/ Fakultas Kedokteran
Universitas : Tanjungpura
2. Pembimbing 1
Nama : Dr. Suriadi, MSN., AWCS.
NIP : NIP. 196607031985101003
Bidang Ilmu : Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi/ Fakultas : Keperawatan/Fakultas Kedokteran
Universitas : Tanjungpura
3. Pembimbing 2 :
Nama : Ns. Arina Nurfianti, M.Kep
NIP : 198508122014042001
Bidang Ilmu : Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi/ Fakultas : Keperawatan/Fakultas Kedokteran
Universitas : Tanjungpura

Anda mungkin juga menyukai