Anda di halaman 1dari 17

A.

PENGERTIAN
Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal
cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya
seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Jadi meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

B. ETIOLOGI
Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara
umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah : Haemophillus influenza, Nesseria
meningitides (meningococcal), Diplococcus pneumoniae (pneumococcal), Streptococcus, grup
A, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas. Meningitis
bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.
Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari berbagai
penyakit yang disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.
Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak ditemukan
adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter dan lapisan meninges.
Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simplex,
virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan
gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi
sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat
“self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat
sempurna. Contohnya virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia
Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling sering, biasanya
menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system
kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam
atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah dan penurunan
status mental
Protozoa
Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :
Otitis media
Pneumonia
Sinusitis
Sickle cell anemia
Fraktur cranial, trauma otak
Operasi spinal
Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya
kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab
lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan
kontaknya CSF dengan lingkungan luar.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

a) Rigiditas nukal ( kaku leher ).


Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena spasme otot leher
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
Gambaran yang umum terjadi meliputi :
Aktivitas / istirahat :
Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan,
hipotonia
Sirkulasi :
Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan
disritmia pada fase akut
Eliminasi :
Adanya inkontinensia atau retensi urin
Makanan / cairan :
Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
Higiene :
Tidak mampu merawat diri
Neurosensori ;
Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri,
kejang, gangguan oenglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan
memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia,
tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun,
refleks kremasterik hilang pada laki-laki
Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan,
gelisah, mengaduh/mengeluh
Pernafasan :
Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
Keamanan :
Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi
lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
Penyuluhan / pembelajaran :
Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus
Gejala yang timbul pada :
1. Neonatus
Gejala tidak khas
Panak (+)
Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun.
Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.
Pernafasan tidak teratur.
2. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun
Gambaran klasik (-).
Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
Kadang-kadang “high pitched ery”.
3. Anak Umur Lebih 2 Tahun
Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.
Kejang
Gangguan kesadaran.
Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan kernig (+).
D. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa

E. PATHOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatanTIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan
dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
F. PATHWAY MENINGITIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis Virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal,
kultur biasanya negative
Glukosa & LDH : meningkat
LED/ESRD : meningkat
CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik
Rontgent kepala : mengindikasikan infeksi intracranial
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dap at mengindikasikan daerah pusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis meningitis :
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
6. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton)
Farmakologis
1. Obat anti inflamasi :

1. Meningitis tuberkulosa :
a. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun.
b. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
c. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.

2. Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :


a. Sefalosporin generasi ke 3
b. ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3. Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :


a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b. Sefalosforin generasi ke 3.

1. Pengobatan simtomatis :
1. Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien
dilanjutkan dengan.
2. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3. Turunkan panas :
a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air PAM atau es.

1. Pengobatan suportif :
1. Cairan intravena.
2. Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
Perawatan
A. Pada waktu kejang
a. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
b. Hisap lender
c. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
d. Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
B. Bila penderita tidak sadar lama.
a. Beri makanan melalui sonda.
b. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin.
c. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.
3. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.
Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
4. Pemantauan ketat.
a. Tekanan darah
b. Respirasi
c. Nadi
d. Produksi air kemih
e. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
1. Pengkajian Klien Meningitis

a) Biodata klien

b) Riwayat kesehatan yang lalu

(1) Apakah pasien pernah menderita penyait ISPA dan TBC

(2) Apakah pasien pernah jatuh atau trauma kepala

(3) Pernahkah pasien dilakukan tindakan operasi daerah kepala

c) Riwayat kesehatan sekarang

(1) Aktivitas Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter.

(2) Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi, disritmia.

(3) Eliminasi Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

(4) Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

(5) Higiene Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

(6) Neurosensori Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki
positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan
reflek kremastetik hilang pada laki-laki. Tes Kernig dalam pengkajian meningitis

(7) Nyeri/keamanan Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.

(8) Pernafasan Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan Meningitis

a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari
patogen

b) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema
serebral, hipovolemia.

c) Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum,
vertigo.

d) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.

e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan


kekuatan

f) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

3. Intervensi Keperawatan Meningitis

a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari
patogen.

 Mandiri

- Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan

-Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.

-Pantau suhu secara teratur

-Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus

-Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam

- Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )

 Kolaborasi :
- Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.

b) Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema
serebral, hipovolemia.

 Mandiri

- Tirah baring dengan posisi kepala datar.

- Pantau status neurologis.

- Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang

- Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.

- Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.

 Kolaborasi

- Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.

- Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).

- Pantau BGA.

- Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen.

c) Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum
vertigo.

 Mandiri :

- Pantau adanya kejang.

- Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan. T

- irah baring selama fase akut

 Kolaborasi

- Berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.


d) Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.

 Mandiri

- Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman
kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.

- Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi).

- Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.

- Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.

 Kolaborasi

- Berikan anal getik, asetaminofen, codein

e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

- Kaji derajat imobilisasi pasien.

- Bantu latihan rentang gerak.

- Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.

- Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara atau air perhatikan
kesejajaran tubuh secara fungsional.

- Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.

f) Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis

- Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.

- Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.

- Observasi respons perilaku.

- Hilangkan suara bising yang berlebihan.

- Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.


- Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.

 Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

g) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

- Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.

- Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.

- Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber
penyokong.

Evaluasi Hasil yang diharapkan

1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.

2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,


mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.

3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.

4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu


tidur/istirahat dengan tepat.

5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.

6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan


pengetahuan tentang situasi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati.
Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC

Budhiarta, P. 2010. Meningitis. (online) (http://nursingbegin.com/askep-meningitis/). Diakses 29


April 2018

Anda mungkin juga menyukai