Anda di halaman 1dari 3

Efek samping obat:

Calcium Channel Blocker (CCB) menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi otot polos arteriola
dan mengurangi resistensi pembuluh perifer (Oates & Brown, 2007). Mekanisme kerja Calcium
Channel Blocker adalah menghambat aliran masuk kalsium ke dalam sel-sel otot polos arteri
(Katzung, 2001). Terdapat 2 sub kelas, yaitu:

a. Golongan dihidropiridin Efek vasodilatasinya amat kuat. Contohnya, antara lain nifedipin,
nisoldipin, amlodipin, felodipin, nicardipin dan nimodipin (Tjay & Rahardja, 2007). Dihidropiridin
dapat meningkatkan refleks mediasi baroreseptor pada denyut jantung. Hal disebabkan oleh potensi
efek vasodilatasi perifer. Dihidropiridin pada umumnya tidak menurunkan konduksi nodus
atrioventrikular (Dipiro et al., 2008).

b. Golongan non dihidropiridin Non dihidropriridin menurunkan denyut jantung dan memperlambat
konduksi nodus atrioventrikular (Dipiro et al., 2008). Contohnya, verapamil dan diltiazem. Verapamil
menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus atrioventrikuler dan menghasilkann
efek ionotropik yang dapat memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah.
Diltiazem dapat disamakan khasiatnya dengan verapamil, tetapi efek ionotropik negatifnya lebih
ringan (Tjay & Rahardja, 2007).

Dibandingkan dengan antihipertensi lain, obat-obat ini lebih sering memperlihatkan efek samping,
yang terpenting diantaranya adalah pusing, nyeri kepala, rasa panas di muka (flushing) dan terutama
pada derivat piridin takikardi, dan udema di pergelangan kaki (akibat vasodilatasi perifer).
Umumnya, efek ini bersifat sementara (Tjay & Rahardja, 2007). Bradikardi, atrioventrikular block,
hipotensi, dan obstipasi terutama terjadi pada obat-obat non piridin. Selain itu, obat-obat ini
menghambat agregasi trombosit dan kelainan darah lain, gangguan penglihatan, reaksi kulit alergis,
nervositas dan rasa tidak bertenaga (Tjay & Rahardja, 2007).

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) menghambat perubahan angiotensin I menjadi


angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu, degradasi
bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam
efek vasodilatasi ACEI. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium serta retensi kalium. Contoh
golongan ACEI, yaitu kaptopril, lisinopril, enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, benazepril,
fosinopril, dan lain-lain. Kaptopril merupakan ACEI yang pertama ditemukan dan banyak digunakan
(Nafrialdi, 2007). Kaptopril digunakan pada hipertensi ringan sampai berat dan pada dekompensasi
jantung. Diuretika memperkuat efeknya, sedangkan kombinasi dengan β-blocker hanya
menghasilkan adisi (Tjay & Rahardja, 2007). Kombinasi dengan vasodilator lain, termasuk prazosin
dan antagonis kalsium memberi efek yang baik (Nafrialdi, 2007). Efek samping yang sering terjadi
pada golongan ini adalah hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash dan gangguan pengecapan,
edema anginaneurotik, gagal ginjal akut, proteinuria, dan efek teratogenik (Nafrialdi, 2007).

Metformin sebagai obat antidibetes oral pilihan pertama sering menimbulkan reaksi obat yang
merugikan (ROM) yang berupa efek samping gangguan gastrointestinal seperti diare, mual, muntah,
dan perut kembung. Kejadian ini dilaporkan sehubungan dengan penggunaan metformin tanpa
disertai asupan makanan.2,3,9 Dilaporkan bahwa faktor risiko terkait reaksi efek samping pada
penggunaan metformin yang terjadi terutama gangguan gastrointestinal antara lain dipengaruhi
oleh faktor usia, cara minum obat, dan dosis dari obat metformin.10
2. saliva dalam gigi tiruan

Kualitas dan kuantitas yang tidak memadai pada saliva menyulitkan dalam pemakaian gigi tiruan
lengkap.Saliva mukus yang dihasilkan oleh kelenjar saliva minor di bagian palatinal bermanfaat untuk
mempertahankan dan memberikan lubrikasi pada gigi tiruan.9 Sejumlahkekuatandan faktor
bergabung untuk mempertahankan gigi tiruan lengkap pada posisinya di dalam mulut. Tidak semua
faktor berperan pada saat yang bersamaan.Sebaliknya, beberapa tindakan hanya ketika mereka
dibutuhkan untuk memenuhi atau menahan kekuatan tertentu.7 Tekananfisik berhubungan dengan
sifat lapisan tipis saliva yang ada diantara mukosa dan gigi tiruan. Tekanan ini terutama berperan di
antara permukaan gigi tiruan dan jaringan mukosa di bawahnya, dan sampai batas tertentu
tergantung pada rapatnya penutupan seal antara mukosa dan daerah tepi gigi tiruan.8 Tekanan-
tekanan fisik antara lain adesi dan kohesi. 7-9Adesi adalah kekuatantarik-menarik antara molekul-
molekul yang berbeda seperti saliva dan resin akrilik atau saliva dan mukosa, serta kohesi
adalahsuatukekuatan tarik-menarik antara molekul molekul yang sama.8 Efektivitas adesi
tergantungpada adaptasi basis gigitiruan ke jaringan pendukung dan fluiditas saliva. Saliva yang cair
cukup efektif dalam membasahi basis gigi tiruan.Salivayang cair membentuk lapisan yang tipis yang
efektif untuk retensi.7 Kekuatan gaya adesi dan kohesi menimbulkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah tegangan atau resistensi terhadap suatu pelepasan, masuknya
cairanfilmdi antara keduanya merupakan adaptasipermukaan yangbaik.Tegangan permukaan
terdapat pada lapisan saliva yang tipis antara fitting surface basis gigi tiruan dan mukosa sebagai
dasar dudukan.7 Laju aliran saliva dan viskositas penting dalam keberhasilan pemakaian gigi tiruan.
Aliran saliva dengan viskositas medium memberikan lubrikan pada mukosa dan membantu retensi
pada gigi tiruan lengkap.

Pada awal pemakaian gigi tiruan lepasan terjadi peningkatan produksi saliva oleh karena adanya
rangsangan, hal ini merupakan proses adaptasi dalam jaringan rongga mulut sekaligus memberikan
retensi pada gigi tiruan. Adanya sifat adhesi dari saliva memberikan perlekatan yang baik antara
mukosa dan gigi tiruan. Kekuatanakanadesi mempengaruhi pembasahan gigi tiruan dan permukaan
mukosa. Sedangkan kekuatan kohesi mempertahankan keutuhan lapisan tipis saliva. Jadi kekuatan
antar molekul-molekul ini membentuk rantai antara basis gigi tiruan dan mukosa yang cenderung
menahan gigi tiruan pada posisinya. Kekuatan adesi dan kohesi menimbulkan dua sifat saliva, yaitu
1) tegangan permukaan dan 2) viskositas,yangmembanturetensi gigi tiruanlengkap. Sebagai hasil
dari sifat-sifat ini, tekanan di dalam lapisan tipis saliva yang terletak antara gigi tiruan dan mukosa
menjadi lebih kecil dari pada tekanan udara di dalam mulut. Perbedaan tekanan tersebut membantu
menahan gigi tiruan pada tempatnya.8 Segera setelah gigi tiruan dipasang di dalam
mulut,timbulperbedaantekanandiantaralapisantipis saliva di bawah gigi tiruan dan tekanan udara
dalam mulut. Perbedaan tekanan yang terus-menerus ini merupakan hasil dari tegangan permukaan.
Tegangan permukaan dihasilkan dari lapisan tipis cairan yang adadi antara dua permukaan bahan
kaku yang paralel. Hal tersebut tergantung pada kemampuan cairan dalam membasahi bahan yang
kaku di sekitarnya.Jika bahan disekitarnyamemiliki tegangan permukaan yang rendah, seperti
mukosa mulut, cairan akan memaksimalkan kontak dengan bahan atau materi, sehingga
pembasahan tersebut mudah menyebar di film atau area yang tipis

3. tand dan gejala xerostomia

Gejala dan Tanda Xerostomia menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa mulut menjadi
kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya daya
lubrikasi dan proteksi dari saliva. Proses pengunyahan dan penelanan makanan sulit dilakukan
khususnya makanan kering. Rasa pengecapan dan proses bicara juga akan terganggu. Kekeringan
pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari saliva berkurang, sehingga terjadi radang dari
selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar.Selain itu, pada penderita
xerostomia fungsi bakteriostase dari saliva berkurang sehingga menyebabkan peningkatan proses
karies gigi.

Anda mungkin juga menyukai