OLEH
KELOMPOK III
Kelas/Semester : Kosmetologi/VII
Anggota :
Cerrolina L Muda Ni Putu Manik Utamiwati
Dircia M G Naibobe Sri Fransiska N Seran
Desideratus Y bupu Yulius Maran
Djen T Maakh Zahrotun Naily
Maria K lama
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN SEDIAAN PEWARNA RAMBUT .................................................... 3
B. ASAL ZAT WARNA ................................................................................................... 4
C. KLASIFIKASI PEWARNA RAMBUT ....................................................................... 5
D. EVALUASI SECARA UMUM .................................................................................. 12
E. PENANDAAN KOSMETIK ...................................................................................... 14
F. CONTOH FORMULASI DAN CARA PEMBUATAN PEWARNA RAMBUT ...... 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sediaan pewarna rambut?
2. Dari mana sumber pewarna rambut tersebut?
3. Bagaimana klasifikasi dari pewarna rambut?
4. Begaimana cara mengevaluasi sediaan pewarna rambut?
5. Bagaimana penandaan kosmetika?
1
6. Bagaimana contoh formulasi dan cara pembuatan pewarna rambut?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa itu sediaan pewarna rambut
2. Mengetahui dari mana sumber pewarna rambut tersebut
3. Mengetahui bagaimana klasifikasi dari pewarna rambut
4. Mengetahui bagaimana cara mengevaluasi sediaan pewarna rambut
5. Mengetahui penandaan kosmetik
6. Mengetahi salah satu contoh formulasi dan cara membuat pewarna rambut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. ASAL ZAT WARNA
Zat warna yang dihasilakn oleh pewarna rambut berasal dari beberapa
sumber. Yaitu :
4
- Zat warna sintetik meliputi: 4-amino-3- nitrofenilaminoetilamina, 2-
amino-4 nitrofeniletanolamina, 5,8-dihidroksinaftokinon, hitambiru naftol,
dan lain-lain.
- Zat warna asam : asam pirogalat ( perlu penambahan alkali untuk
mempercepat oksidasi).
C. KLASIFIKASI PEWARNA RAMBUT
Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan
berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik. Pewarnaan rambut
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna dan
pewarnaan berdasarkan proses system pewarnaan (BPOM, 2008):
1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.
a. Pewarna rambut temporer
5
Contoh formulasi : Sediaan krayon rambut :
Air 26,5%
Gom Arab 27,5
Natrium Sterarat 15,0
Gliserol 15,
Zat warna 16.0
Contoh pewarna rambut temporer :
1) COLORSMASH Color Kissed Hairspray
Memiliki warna-warna yang cerah
6
3) Top Lady Hair Color Spray
Cat rambut semprot berwarna hitam
7
Contoh formulasi pewarna rambut semipermanen :
2) Crazy Color
3) Directions
8
dapat bertahan 3-4 bulan (BPOM, 2008). Pewarna permanen terdapat
dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan
pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna
senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna
amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen,
dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi
warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli
untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut
selera atau zaman (BPOM, 2008). Susunan rambut atau berbagai macam
tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya,
rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut
kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula
terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar
sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan
kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna
secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina
dan Ideawati, 2001). Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu
diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja
diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut
dan bahkan dapat menghilangkan warna rambut tersebut. Penggunaan
sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah
diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Contoh formulasi pewarna rambut permanen:
1. Hidrogen peroksida 0,3-0,5
Setil Alkohol 0,5
EDTA (stabilisator) 0,10-0,20
Air 85
9
2. PPDA (parafenilendiamina) 0,05-0,40
TEA 10,0
Amonia 0,10
Air 70,00
2) Matrix Wonderlight,
10
3) Miranda
4) Sasha
11
2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan,
yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung
(BPOM, 2008) :
a. Pewarna rambut langsung
Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna,
sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa
terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna
rambut langsung terdiri dari:
1) Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam.
2) Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik
b. Pewarna rambut tidak langsung
Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu
masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit
warna. Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:
1) Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam
2) Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.
Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa
logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang
digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya
pirogalol (Ditjen POM, 1985).
D. EVALUASI SECARA UMUM
1. Evaluasi stabilitas fisik
Evaluasi stabilitas fisik dengan metode freeze thaw ditentukan dengan
menyimpan sediaan tidak kurang dari 48 jam pada suhu 4°C.Setelah 48 jam,
dilihat jika adanya pemisahan fase. Kemudian disimpan pada suhu 40°C
selama 48 jam, kemudian dilihat terjadinya pemisahan fase (Gozali, D).
Pengujian dilakukan selama 4 siklus. Uji stabilitas dengan menggunakan
12
metode freeze thaw merupakan salah satu cara untuk menguji kestabilan
sediaan pewarna rambut.
2. Pengukuran pH
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter pengujian dalam
analisis produk kosmetik, yang dimana pH dari kosmetik dapat
mempengaruhi daya absorbs kulit. Persyaratan pH sediaan kosmetik berkisar
antara 4,5-7,5 .
3. Uji Viskositas
Viskositas merupakan tolak ukur sifat fisik yang biasa diukur untuk menakar
pengaruh kondisi tekanan pada sediaan dan dapat dijadikan sebagai parameter
untuk menunjukan kestabilan produk kosmetik selama penyimpanan.
4. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui penyebaran gel pada ediaan
rambut. Penyebaran gel yang baik yaitu antara 5-7 cm.
5. Stabilitas warna terhadap pencucian
Berdasarkan uji stabilitas warna terhadap pencucian diperoleh hasil bahwa
tidak terjadi perubahan warna rambut setelah sepuluh kali pencucian.
6. Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut 5 jam dibawah
sinar matahari. Ketika rambut terkena sinar matahari langsung
warnanya sedikit berubah, hal ini disebabkan sifat dari piragolol yang apabila
terkena cahaya akan teroksidasi sehingga warna rambut akan lebih terang dari
warna sebelumnya.
7. Uji Biologis (Uji iritasi)
Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus
diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan, komposisi dan
kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus tercantum
perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk
13
meyakinkan apakah dalam formulasi sediaaan pewarna rambut terjadi reaksi
antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik.
8. Uji Hedonik (Uji kesukaan)
Uji kesukaan atau hedonik merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui
tanggapan pribadi panelis terhadap kesukaan atau ketidaksukaan berdasarkan
tingkatnya terhadap suatu produk atau sampel.
E. PENANDAAN KOSMETIK
Penandaan kosmetik harus memenuhi persyaratan umum, yaitu etiket wadah
atau pembungkus harus mencantumkan penandaan berisi informasi yang lengkap,
objektif dan tidak menyesatkan, sesuai dengan data pendaftaran yang telah
disetujui, jelas dan mudah terbaca, menggunakan huruf latin dan angka arab; dan
tidak boleh mencantumkan penandaan seolah-olah sebagai obat, rekomendasi dari
dokter, apoteker, pakar di bidang kosmetik atau organisasi profesi. Setiap
kosmetik wajib mencantumkan penandaan/label yang benar, meliputi:
• Nama Produk.
• Nomor Bets/kode produksi.
• Nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi.
• Nama dan Negara produsen (untuk kosmetika import).
• Netto.
• Komposisi.
• Tanggal Kedaluwarsa.
• Kegunaan dan cara penggunaan dalam Bahasa Indonesia, Kecuali untuk
produk yang sudah jelas penggunaanya.
5 langkah cerdas memilih Kosmetik dengan slogan KLIKK, yaitu :
a. Kemasan
• Pastikan kemasan kosmetik dalam keadaan baik (tidak
rusak/cacat/jelek)
14
• Jangan memilih kosmetika yang kemasannya rusak
(menggelembung/penyok)
• Memiliki warna, bau dan konsistensi produk baik
• Bentuk dan warna stabil serta tidak ada bercak kotoran
• Pilih kosmetik dengan penandaan yang baik, tidak lepas atau terpisah
dan tidak luntur sehingga informasi dapat terbaca dengan jelas.
b. Label
Pastikan label tercantum jelas dan lengkap. Setiap kosmetik wajib
mencantumkan penandaan/label yang benar, meliputi:
• Nama kosmetika
• Kegunaan
• Cara penggunaan
• Komposisi
• Nama dan negara produsen
• Nama & alamat lengkap pemohon notifikasi
• Nomor bets
• Ukuran, isi atau berat bersih
• Tanggal kedaluwarsa
• Peringatan/perhatian dan keterangan lain yang dipersyaratkan;
• Nomor notifikasi.
• Izin Edar berupa Notifikasi
Pilihlah kosmetika yang telah memiliki izin edar berupa notifikasi dari
Badan POM.
Nomor notifikasi dari Badan POM ditandai dengan kode N diikuti 1 huruf
dan 11 digit angka, yaitu :
(NX 1234567891011)
X = A/B/C/D/E
d. Kegunaan dan Cara Penggunaan
15
Bacalah kegunaan dan cara penggunaan yang tercantum pada kemasan
sebelum memakai kosmetika. Kecuali untuk produk yang sudah jelas cara
penggunaannnya seperti sabun mandi, sampo dan lipstik. Pilihlah kosmetika yang
sesuai kebutuhan
e. Kedaluwarsa
• Batas kedaluwarsa jangan sampai lewat. Telitilah tanggal kedaluwarsa
kosmetik sebelum membeli
• Tanggal kedaluwarsa ditulis dengan urutan tanggal bulan dan tahun
atau bulan dan tahun.
• Kode jenis produknya :
TR = Obat tradisional produksi dalam negeri
TI = Obat tradisional Import
SD = Suplemen produksi dalam negeri
SI = Suplemen Impor
MD = Makanan produksi dalam negeri
ML = Makanan impor
CD = kosmetik dalam negeri (sampai dgn 2010)
CL = kosmetik impor (sampai dgn 2010)
N(A-E) =Produk kosmetik keluaran 2010 - saat ini
• Penomeran Notifikasi atau NA
2 huruf dan 11 digit angka :
2 huruf : kode benua
11 angka : 2 kode negara, 2 tahun notifikasi, 2 jenis produk dan 5
nomor urut notifikasi
• Kode benua :
NA = produk Asia (produk lokal).
NB = Produk Australia
16
NC = produk Eropa
ND = Produk Afrika
NE = produk Amerika
Contoh : NA 18161303878
Produk : Hi Matte Lip Cream 04 Zinnia – PURBASARI
NA = produk asia dan dalam negeri
18 = kode negara Indonesia,
16 = kode tahun 2016
13 = kode kelompok produk lipstick
03878 = nomer notifikasi
17
F. CONTOH FORMULASI DAN CARA PEMBUATAN PEWARNA RAMBUT
Bagian merbau (Intsia bakeri Prain.) yang digunakan sebagai pewarna adalah
kayunya yang menghasilkan warna coklat kemerahan. Masyarakat biasanya
menggunakan zat warna yang dihasilkan oleh kayu merbau ini untuk pewarna pakaian
Senyawa Fungsi
Piragol sebagai pembangkit warna,
xantan gum peningkat viskositas
tembaga (II) sulfat Pembangkit warna
Cara Kerja:
1. Dikalibrasi beaker glass 100 ml. Sesuai dengan formula yang digunakan.
2. Dicampurkan pirogalol, tembaga (II) sulfat, ekstrak kering kayu merbau dan
xanthan gum ke dalam lumpang, digerus homogen.
3. Ditambahkan air destilasi 50 ml ke dalam lumpang, lalu digerus hingga
homogen. Dipindahkan massa ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi,
kemudian dicukupkan dengan air suling sampai batas kalibrasi.
18
4. Empat ikat rambut uban masingmasing seratus helai yang telah
dipotong kira-kira 7 cm dan telah dicuci dengan shampoo, dimasukkan ke
dalam campuran bahan pewarna rambut, dilakukan perendaman selama 1-4
jam dengan satu ikat rambut diambil setiap jamnya untuk kemudian dicuci,
dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk sesuai
dengan waktu perendaman
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Rum Ira Adiyati , Maria Ulfha, Dolih Ghazali formulasi pewarna rambut dari biji
pepaya ( Carica papaya L.) dalam bentuk sediaan gel. Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1
No.2 halaman 82-89
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., & Sigla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid
Gozali, D., Rusmiati, D., Utama, P. (2009) Formulasi dan uji stabilitas mikremulsi
ketokonazol sebagai antijamur Candida abicans dan Tricophyton
mentagrophytes. Farmaka, (7 2), 54-67.
Nasutian Kharil et all. 2012. Penggunaan Ekstrak Kering Kayu Merbau (Intsia Bakeri
Prain.) Dalam Sediaan Pewarna Rambut. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 119 -124
21