Anda di halaman 1dari 9

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN STATUS


IDENTITAS DIRI REMAJA

Afrilyanti1, Herlina2, Siti Rahmalia HD3


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: Afrilyanti20@yahoo.com

Abstract
Pattern of guidance parents is the way parents providing guidance or instruction to adolescent in accordance with the
norms and values in society. Pattern of guidance parents is one of the determining factors of identity in adolescent. The
aim of this research was identify the correlation between pattern of guidance parents with adolescent identity in SMAN
6 Pekanbaru. The design research was correlation descriptive with cross sectional approach. The total sample in the
research was 87 adolescences using stratified random sampling technique. The instrument used was a questionnaire
pattern of guidance parents 18 statements and adolescent identity questionnaire 20 statements which has been tested
for validity and reliability. The data was analized by univariat with frequency distribute and bivariat analysis with Chi
Square. The result showed there were 28,7% adolescences with democratic parenting and 74.7% adolescences were in
active identity status. This research found an correlation between pattern of guidance parents with adolescent (p value
0,000 < 0,05). The result of this research recommend to the school and parents can collaborateto monitor the growth
and development in adolescent in achieving a active identity.

Keywords: Adolescent, Identity, Pattern of guidance parents


Gambaran jumlah populasi remaja
yang meningkat setiap tahunnya akan
PENDAHULUAN berdampak positif maupun negative.
Kesehatan merupakan investasi yang Fenomena yang terjadi pada perilaku remaja
paling berharga dan menjadi hak setiap orang saat ini adalah perilaku yang berisiko tinggi
seperti yang tertulis dalam UU Kesehatan RI terhadap tugas perkembangan remaja seperti
No 36 tahun 2009 pasal empat “setiap orang keluyuran, membolos sekolah, berkelahi
berhak atas kesehatan”. Kesehatan yang dengan teman sebaya, menonton video porno,
dimaksud adalah keadaan sehat baik secara kebut-kebutan, minum-minuman keras,
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang berhubungan seks di luar nikah, aborsi,
memungkinkan orang untuk hidup produktif memperkosa, berjudi, menyalahgunakan
secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan RI narkoba dan lain sebagainya.
No 36 Th 2009 Pasal 1). Kesehatan yang Kondisi remaja di Indonesia saat ini
holistik juga merupakan hak kelompok usia dapat digambarkan bahwa banyak yang
remaja yang didapatkan dari orang sekitarnya menikah diusia remaja, seks pranikah dan
baik keluarga, masyarakat maupun kehamilan tidak diinginkan, aborsi yang
pemerintah. Kesehatan remaja perlu mendapat dilakukan remaja sebanyak 700-800 ribu dari
perhatian yang menyeluruh dan berorientasi 2,4 juta penduduk Indonesia, kasus
pada masa depan, karena remaja sangat HIV/AIDS sebanyak 52.000 diperkirakan
menentukan masa depan bangsa(Bahari, terinfeksi penyakit. Data dari Badan
2010). Narkotika Nasional (BNN) tahun 2011, kasus
Kelompok remaja di dunia memiliki penyalahgunaan narkoba sekitar 3,6 juta
proporsi sekitar 1,2 milyar atau sekitar orang pada usia remaja dan diperkirakan akan
seperlima dari penduduk dunia (WHO, 2008). meningkat setiap tahunnya.Provinsi Riau
Jumlah remaja di Indonesia pada tahun 2013 mencatat sekitar 7.526 anak usia remaja
pada usia 10 sampai 24 tahun terdapat sekitar mendekam didalam penjara akibat
290 juta jiwa dari jumlah penduduk Indonesia kenakalannya mulai dari narkoba, pencurian,
(Badan Pusat Statistik Nasional, 2013). perkosaan dan lain-lain (Lensa Indonesia,
Provinsi Riau berdasarkan data dari Badan 2013). Hal ini akan berdampak pada tahap
Pusat Statistik Provinsi Riau (2013), jumlah perkembangan baik secara fisik maupun
remajanya telah mencapai 168 juta jiwa. psikologis yang terjadi pada masa remaja.

899
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Masa remaja merupakan masa transisi norma-norma kehidupan bermasyarakat yang


dari anak menuju dewasa yang dihadapkan berlaku dilingkungannya(Yusuf, 2007).
pada berbagai tantangan dan masalah Lingkungan sangat berpengaruh
perkembangan. Masa remaja terjadi terhadap remaja, termasuk lingkungan sosial
perubahan yang kompleks seperti perubahan (pengaruh negatif), sebab sifat atau
biologis, psikoseksual, kognitif, moral, karakteristik seorang remaja adalah ragu-ragu,
spiritual, bakat, bahasa dan psikososial (Ali & yaitu belum mampu mengambil keputusan
Asrori, 2010). Tugas perkembangan anak secara tepat (Gunarsa, 2008). Remaja
pada masa remaja adalah menyesuaikan diri bertingkah laku berdasarkan apa yang di
dengan perubahan dirinya baik fisik maupun pelajari di lingkungan. Keluarga merupakan
psikologis, memantapkan kemandirian dan lingkungan yang terdekat bagi remaja, maka
perilaku, menerima tata tertib perilaku, remaja dalam mengambil keputusan (apa
memahami tata nilai dan memantapkan yang boleh dan apa yang tidak, mana yang
identitas (Ali, 2007). baik dan mana yang salah) sangat bergantung
Identitas diri adalah perasaan-perasaan pada pengamatan mereka tentang apa yang
yang berasal dari apa yang individu pikirkan terjadi dalam keluarga. Pembentukan tingkah
mengenai dirinya dan apa yang individu pikir laku remaja di masa yang akan datang sangat
orang lain pikirkan mengenai diri individu di pengaruhi oleh pandangan, sikap dan
tersebut. Individu yang sedang membentuk tingkah laku orangtua (Kurnia, 2007).
identitas diri adalah individu yang ingin Sarwono (2008) menjelaskan bahwa
menentukan siapakah dan apakah dirinya situasi orangtua yang menunjang antara lain
pada saat ini serta siapakah atau apakah yang merefleksikan melalui peran dan tanggung
individu inginkan dimasa yang akan datang jawab orangtua melaksanakan tugas-tugas
(Gardner,2009). Indonesian Psichologycsl perkembangan khususnya pada keluarga
Journal (2004) mengatakan bahwa dengan anak remaja. Tugas-tugas orangtua
pembentukan identitas pada masa remaja yang dimaksud adalah memberikan
merupakan masalah yang penting. kebebasan remaja untuk mengemukakan
Santrock (2007) menjelaskan bahwa pendapat, menjalin komunikasi yang efektif,
status identitas diri terdiri dari identitas serta mendorong remaja untuk menemukan
binggung (identity diffusion),identitas identitas diri sebagaimana remaja normal
tertutup(identity foreclosure), identitas (Wawomeo, 2009). Remaja di kehidupannya
tertunda (identity moratorium), dan identitas banyak faktor yang turut membentuk
tercapai (identity achievement).Remaja yang kepribadian dan karakter remaja seperti
memiliki identitas positif atau negatif dalam lingkungan, budaya, sistem religi, ekonomi,
eksperimenya serta tanggung jawab dan nilai- keluarga, pendidikan dan pola asuh (Surbakti,
nilai tergantung terhadap keberhasilannya 2009).
dalam mencapai hal tersebut (Martono,2006). Pola asuh orangtua adalah sikap
Keberhasilan merestruksikan identitas orangtua dalam berinteraksi dengan anak-
diri sebagai sosok individu remaja akan anaknya. Sikap yang dilakukan orangtua
sangat membantu untuk mengambil peran antara lain mendidik, membimbing, serta
yang tepat dalam kehidupannya. mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan
Terbentuknya identitas diri pada masa remaja, norma-norma yang dilakukan dimasyarakat
akan dapat mengarahkan tingkah laku dan (Suwono, 2008). Pola asuh ini juga
sikap terhadap lingkungan, berpengaruh pada berpengaruh terhadap pembentukan karakter
unjuk kerja dan dalam melihat serta anak selain hubungannya dengan ibunya. Pola
menentukan pilihan terhadap alternatif yang asuh dibedakan atas tiga gaya/pola asuh orang
muncul (Martono, 2006). Orangtua pada masa tua, yaitu otoriter, permisif dan demokratis.
ini berkewajiban untuk memberikan Pengaruh pola asuh orangtua dalam
bimbingan atau perlakuan terhadap anak pembentukan dan perkembangan kepribadian
dalam mengenalkan kehidupan sosial atau anak sangat besar karena keluarga merupakan
kelompok sosial yang pertama dimana anak

900
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

dapat berinteraksi, tempat anak belajar dan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
menyatakan dirinya sebagai makluk sosial salah satu acuan pengembangan aplikasi dari
(Kartono, 2009). Penelitian oleh Rohner, teori keperawatan khususnya praktek
Khaleque dan Cournoyer (2007) hasil keperawatan komunitas, anak dan jiwadan
penelitiannya menunjukkan bahwa penelitian selanjutnya dapat dijadikan sebagai
pengalaman masa kecil seseorang sangat dasar penelitian lanjutan tentang hubungan
mempengaruhi perkembangan kepribadiannya pola asuh orangtua dengan perkembangan
(karakter dan kecerdasan emosional). psikososial lainnya (harga diri, ideal diri,
Penelitian yang menggunakan teori PAR gambaran diri, peran diri) atau perbedaan
(parental acceptance rejection) oleh Rohner, proses pencapaian identitas diri
Khaleque dan Cournoyer (2007) tersebut
menunjukkan bahwa pola asuh orang tua, baik METODOLOGI PENELITIAN
yang menerima (acceptance) maupun yang Desain atau rancangan penelitian yang
menolak (rejection) anaknya akan digunakan dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi perkembangan emosi, rancangan penelitian non eksperimental atau
perilaku, sosial kognitif, serta fungsi observasional yang bersifat analitis inferensial
psikologinya. hipotesis dengan jenis penelitiann cross
Studi pendahuluan yang dilakukan sectional (potong lintang).Penelitian cross
peneliti di SMAN 6 Pekanbaru pada 12 anak sectional merupakan penelitian untuk
usia remaja, dimana 7 dari mereka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
mengatakan bahwa orangtua mereka faktor resiko dengan efek, dengan cara
memaksa remaja mengikuti keinginan pendekatan, observasi atau pengumpulan data
orangtuanya, remaja juga mengatakan tidak sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo,
bisa menentukan sendiri apa yang diinginkan 2010).
remaja di masa mendatang. Hasil wawancara Populasi penelitian adalah keseluruhan
lainya remaja mengatakan bahwa orangtua objek penelitian atau objek yang diteliti
mereka memberi kebebasan dengan (Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian
peraturan-peraturan yang telah disepakati adalah seluruh siswa/i X dan XI yang
antara orangtua dan remaja. Remaja bersekolah di SMAN 6 Pekanbaru. Peneliti
mengatakan bahwa dengan diberi kebebasan tidak mengikutsertakan kelas XII karena
remaja lebih dapat mengenal kelebihan dan siswa/i tersebut fokus dalam kegiatan
kekurangan dirinya dan mengetahui apa yang pembelajaran ujian akhir nasional (UAN).
dinginkannya di masa mendatang. Berdasarkan data dari sekolah diketahui
Secara garis besar dapat disimpulkan jumlah siswa yang tercatat sebagai siswa X
bahwa proses pembentukan identitas diri ini dan XI berjumlah 658 orang.Sampel dalam
salah satunya adalah pola asuh yang diberikan penelitian ini diambil dengan teknik stratified
orangtua. Berdasarkan fenomena diatas, maka random sampling yakni suatu cara
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengambilan sampel dengan
tentang “hubungan pola asuh orangtua dengan mempertimbangkan stratafikasi atau strata
status identitas diri remaja. yang terdapat dalam populasi.Jumlah sampel
pada penelitian diperoleh responden sebanyak
TUJUAN PENELITIAN 87 orang yang diambil secara acak dengan
Untuk mengetahui hubungan pola menggunakan rumus Slovin menurut Nasir,
asuh orangtua dengan status identitas diri Muhith, dan Ideputri (2011) yang sesuai
remaja dengan kriteria inklusi.
Penelitian ini menggunakan alat
MANFAAT PENELITIAN pengumpulan data dengan menggunakan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan lembar kuesioner. Kuesioner dalam penelitian
sebagai tambahan pengetahuan terkait dengan ini terdiri dari kuesioner pola asuh orangtua
pola asuh orangtua dalam proses dengan kuesioner identitas diri. Kuesioner
pembentukan identitas diri remaja. Hasil pola asuh orangtua merupakan kuesioner yang

901
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

dimodifikasi dari alat ukur pola asuh yang Variabel Frekuensi Persentase %
dibuat oleh Aguma (2014) yang terdiri dari 18
Jeniskelamin
pernyataan.Kuesioner ini menggolongkan Perempuan 59 67,8
responden ke dalam kategori pola asuh Laki-laki 28 32,2
tertentu, terlebih dahulu dicari mean/median Umur
skor setiap dimensi (dimensi kontrol dan 15 19 21,8
dimensi kehangatan). 16 32 36,8
Kuesioner identitas diri adalah 17 35 40,2
kuesioner yang di modifikasi dari penelitian 18 1 1.1
Serafini dan Adams (2002), Bahari (2010), Total 87 100
Febriandari (2011) yang terdiri dari 20 Tabel 1 diketahui bahwa jenis kelamin
pernyataan. Kedua kuesioner menggunakan responden terbanyak adalah perempuan yaitu
skala Likert yang terdiri dari 5 pilihan sebanyak 59 orang (67,8%) sedangkan pada
jawaban yang diberikan yaitu tidak pernah umur terbanyak adalah 17 tahun (40,2%).
(TP), kadang-kadang (KK), jarang (JR),
sering (SR) dan selalu (SS).Sebelum Tabel 2
kuesioner digunakan peneliti melakukan uji Distribusi remaja menurut pola asuh
validitas dan realiabilitas sebanyak 40 orangtua
responden di SMAN 11 Pekanbaru. Pola asuh Frekuensi Persentase
Hasil uji validitas dan reliabilitas pada (%)
kuesioner pola asuh orangtua didapatkan hasil Demokratis 25 28,7
bahwa dari 20 pernyataan terdapat 18 Otoriter 22 25,3
pernyataan yang valid. Pernyataan yang tidak Permisif 20 23,0
valid tidak digunakan karena pernyataan yang Campuran 20 23,0
valid sudah mewakili karakteristik pola asuh Total 87 100
orangtua. Hasil uji validitas didapatkan r tabel Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa
0,312 dan r hitung 0,398 sampai 0,741. Hasil pola asuh orangtua pada remaja terbanyak
uji reliabilitas yang dilakukan didapatkan r adalah dengan pola asuh demokratis yaitu 25
hasil (alpha) 0,911 dengan r tabel 0,312, responden (28,7%) responden.
sehingga dapat disimpulkan pernyataan
reliabel. Tabel3
Uji validitas dan reliabilitas juga Distribusi frekuensi berdasarkan identitas
dilakukan pada kuesioner identitas diri. Hasil diri.
uji validitas dan reliabilitas didapatkan hasil Identitas diri Frekuensi Persentase
bahwa dari 23 pernyataan terdapat 20 (%)
pernyataan yang valid. Pernyataan yang tidak Pasif 22 25,7
valid juga tidak digunakan karena pernyataan Aktif 65 74,7
yang valid sudah mewakili karakteristik dari Total 87 100
kuesioner identitas diri. Uji validitas Tabel 3 dapat diketahui bahwa identitas
didapatkan r tabel 0,312 dan r hitung 0,372 diri remaja mayoritas memiliki identitas aktif
sampai 0,851. Uji reliabilitas yang dilakukan yaitu sebanyak 65 (74,7%) responden.
didapatkan r hasil (alpha) 0,950 dengan r
tabel 0,312, sehingga dapat disimpulkan 2. Analisa bivariat.
pernyataan reliabel. Tabel 4
Hubungan pola asuh orangtua dengan status
HASIL PENELITIAN identitas diri remaja.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil Pola
sebagai berikut: Identitas diri p value
asuh
1. Analisa univariat orangtua
Tabel 1 Pasif Aktif
Karakteristik Responden N % N%
Demokratis 0 0,0 25 100
902
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Otoriter 3 13,6 19 86,40,000 berpikir logis, membuat hipotesa,


Permisif 10 50,0 10 50,0 berimajinasi untuk mencapai identitas pada
Campuran 9 45,0 11 55.0 masa mendatang.
Total 22 25,3 65 74,7 b. Umur
Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa hasil Hasil penelitian yang menunjukkan
uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka bahwa umur remaja terbanyak adalah
dapat disimpulkan ada hubungan yang sangat berusia 17 tahun (40,2%) responden. Hal
signifikan antara pola asuh orangtua secara ini dikarenakan peneliti menggunakan
demokratis, otoriter, permisif dan campuran kelas X dan XI untuk dijadikan responden
dengan status identitas diri remaja (ada dalam penelitian yang rata-rata berumur
hubungan pola asuh orangtua dengan status 15-17 tahun. Hasil penelitian ini juga
identitas diri remaja). didukung oleh Lembaga Pendidikan di
Indonesia (2006) yang menyatakan bahwa
PEMBAHASAN usia pada tingkat Sekolah Menengah Atas
a. Jenis kelamin adalah rata-rata berusia 15-18 tahun.
Sarwono (2008) menyatakan bahwa Remaja berusia 17 tahun merupakan
peran jenis kelamin adalah bagian dari remaja usia pertengahan, dimana secara
peran sosial dan tidak hanya ditentukan psikososial mampu membangun nilai dan
oleh jenis kelamin orang yang norma serta mengembangkan kapasitas
bersangkutan, tetapi oleh lingkungan dan berfikir abstrak.
faktor-faktor lainnya. Hasil penelitian ini Akan tetapi, remaja pada tahap ini
menemukan jenis kelamin terbanyak pada mengalami masa sukar baik untuk dirinya
responden adalah berjenis kelamin sendiri maupun orang dewasa yang
perempuan yaitu berjumlah 59 (67, 8%) berinteraksi dengan dirinya. Hal ini terjadi
responden. Hal ini terjadi karena jumlah karena pada masa remaja pertengahan
siswa kelas X dan XI di SMAN 6 memiliki kemauan yang sulit
Pekanbaru yang dijadikan populasi dalam dikompromikan dengan kemauan orangtua
penelitian lebih banyak memiliki siswa dan penuh dengan emosi yang belum stabil
berjenis kelamin perempuan (364 siswa) (Desmita, 2010). Remaja pada usia
dibandingkan dengan siswa berjenis pertengahan juga merupakan titik rendah
kelamin laki-laki (294 siswa), sehingga dalam hubungan orangtua dan anak.
memungkinkan mendapat responden Rendahnya hubungan orangtua dan anak
berjenis kelamin perempuan lebih banyak. tersebut salah satunya dipengaruhi oleh
Remaja berjenis kelamin perempuan peran orangtua di rumah (Wong, 2008).
cenderung mengalami maturitas aspek
biologis dan psikososial lebih awal c. Pola asuh orangtua
daripada laki-laki. Hal ini terjadi karena Hasil penelitian ini menunjukkan
laki-laki dan perempuan memiliki
pertimbangan yang berbeda dalam bahwa pola asuh orangtua terbanyak adalah
berperilaku dan cara berpikir. Laki-laki pola asuh demokratis 25 (28,7%)
cenderung untuk menggunakan responden. Penelitian terkait yang
pertimbangan rasional dan mudah mendukung hasil penelitian ini adalah
terpengaruh terhadap perubahan penelitian yang dilakukan Permasih (2014)
lingkungan sekitarnya sedangkan yang berjudul hubungan pola asuh
perempuan lebih cenderung menggunakan
orangtua dengan temperamen pada remaja.
pertimbangan emosioanal atau perasaan
dalam berperilaku (Notoatmodjo, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
Hal ini sesuai dengan pendapat asuh demokratis lebih banyak di dapatkan
Santrock (2008) yang menyatakan bahwa pada remaja dengan tempramen mudah
remaja yang memiliki pola pikir yang baik 27,5% dibandingkan dengan pola asuh
dan berperilaku baik sebagai perempuan permisif dan otoriter didapatkan lebih
maupun laki-laki akan lebih mampu
903
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

banyak pada remaja dengan tempramen pekerjaan dan karir yang sesuai, peran apa
sulit yaitu 11,2%.Pola asuh demokratis yang tepat untuk mereka lakukan sebagai
adalah pola asuh yang memprioritaskan perempuan atau laki-laki.
kebutuhan anak dan tidak ragu-ragu dalam Remaja yang berada pada identitas
mengendalikan mereka remaja (Papalia, tertunda (Identity moratorium) dilihat tetap
Olds & Feldman, 2007). dapat melakukan proses pencarian dimana
Orangtua yang demokratis mendorong individu berusaha untuk mengumpulkan
remaja untuk melihat dunia dari dua sisi, informasi dan mencoba berbagai aktifitas
menerima keikutsertaan mereka dalam mengenai hal-hal yang akan mengarahkan
membuat keputusan, dan mengakui kehidupan mereka bagi masa depan
terkadang remaja tahu lebih banyak nantinya, seperti hal-hal yang berkaitan
dibandingankan orangtua. Karakteristik dengan keinginan akan pekerjaan atau karir
anak-anak dengan pola asuh demokratis yang ingin dicapai, peran yang seharusnya
akan menghasilkan anak yang memiliki mereka lakukan sebagai laki-laki atau
rasa percaya diri, bersikap bersahabat, perempuan dan berbagai hal yang berkaitan
mampu mengendalikan diri, bersikap dengan idiologi. Namun individu yang
sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa berada pada identitas ini dilihat belum
ingin tahu yang tinggi, mempunyai membuat komitmen atau pilihan yang pasti
tujuan/arah hidup yang jelas dan dalam hidup berkaitan dengan berbagai
berorientasi terhadap prestasi yang informasi yang mereka miliki (Berk, 2007).
mempengaruhi remaja dalam pembentukan e. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
identitas yang sehat (Yusuf, 2014). Identitas Diri Remaja
d. Identitas diri remaja Hasil uji statistik diperoleh nilai p
Hasil penelitian ini menunjukkan value= 0,000 (p value< α ) maka dapat
bahwa sebagian besar responden berada disimpulkan bahwa ada hubungan yang
dalam identitas diri tercapai (identity sangat signifikan antara pola asuh orangtua
achievement)dengan jumlah 41 (47,1%) dengan status identitas diri remaja. Hal ini
responden dan mayoritas responden dapat dikaitkan dengan karakteristik pola
berada dalam identitas diri aktif sebanyak asuh asuh demokratis yang menghasilkan
65 (74,7%) responden. Hasil penelitian ini remaja yang mampu menentukan arah dan
sejalan dengan hasil penelitian yang tujuan hidup, memiliki rasa ingin tahu dan
dilakukan Purwanti (2013) yang memantapkan identitasnya.
menunjukkan bahwa mayoritas responden Hasil penelitian ini sejalandengan hasil
berada pada kategori identitas positif penelitian yang dilakukan oleh Marshallina
dengan persentase 61,54% . Identitas aktif (2010) yang menyimpulkan bahwa tipe
merupakan gabungan dari identitas identitas yang paling banyak dimiliki
tertunda (Identity moratorium) dengan individu yang diasuh oleh tipe demokratis
identitas tercapai (identity adalah identitas aktif. Hal ini juga sejalan
achievement).Remaja yang berada pada dengan teori Yusuf (2014) yang
identitas tercapai (identity achievement) menjelaskan bahwa pola asuh demokratis
memiliki keinginan untuk mencari tahu yang meghasilkan remaja yang memiliki
mengenai berbagai alternatif yang dapat rasa percaya diri, bersikap bersahabat,
dipilih untuk masa depan, secara aktif mampu mengendalikan diri, bersikap
bertanya, mencari tahu dan juga menyakini sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa
berbagai hal yang berkaitan dengan ingin tahu yang tinggi.
904
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Orangtua mempengaruhi pembentukan ada hubungan antara pola asuh orangtua


identitas diri apabila remaja dapat menjalin dengan status identitas diri remaja.
komunikasi yang baik dengan orangtuanya. Saran
Bagi Ilmu Keperawatandiharapkan
Dukungan emosional dan kebebasan yang
dapat menjadi sumber informasi dalam
diberikan kepada remaja dalam menjelajahi pengembangan ilmu keperawatan terkait
lingkungannya, akan membuat remaja dengan konsep-konsep pola asuh orangtua
mengalami perkembangan dan memiliki dan identitas diri pada remaja. Kepada pihak
pemahaman yang sehat mengenai siapa sekolah dapat menjadi bahan masukan bagi
dirinya. Kedekatan remaja dengan pihak sekolah untuk memfasilitasi remaja
orangtua, pemberian kebebasan pada anak dengan kegiatan-kegiatan di sekolah seperti
kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
untuk menyampaikan setiap pendapat yang
meningkatkan pencapaian identitas diri
ingin diberikan, dukungan dan kehangatan remaja yang aktif.
dari orangtua, serta adanya komunikasi Bagi remaja dapat menambah wawasan
yang terbuka antara orangtua dan remaja remaja tentang tahap perkembangan yang
akan mempengaruhi pembentukan identitas harus tercapai dengan cara terlibat aktif dalam
diri pada remaja (Berk, 2007) kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah
Hasil penelitian ini secara garis besar untuk mencapai identitas yang lebih aktif lagi.
Dan bagi peneliti selanjutnya dapat
menunjukkan bahwa pembentukan
melanjutkan penelitian ini hendaknya
identitas diri pada remaja dipengaruhi pola menambah jumlah sampel penelitian dan
asuh yang diberikan orangtua. Hal ini menambah variabel penelitian terkait faktor-
dikarenakan salah satu pembentuk identitas faktor pembentuk identitas diri seperti teman
diri pada remaja salah satunya di pengaruhi sebaya, lingkungan dan kebudayan.
oleh pola asuh orangtua (Singgih, 2006).
1
Afrilyanti: Mahasiswa Program Studi Ilmu
PENUTUP Keperawatan Universitas Riau,
Kesimpulan Indonesia.2Herlina:Dosen Bidang Keilmuan
Hasil penelitian yang telah dilakukan KeperawatanKomunitas Program Studi Ilmu
tentang hubungan pola asuh orangtua dengan Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
3
status identitas diri remaja kepada 87 Siti Rahmalia HD : Dosen Bidang
responden di SMAN 6 Pekanbaru dapat Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
disimpulkan bahwa jenis kelamin responden Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
terbanyak adalah jenis kelamin perempuan Riau, Indonesia.
yaitu 59 orang (67,8%) sedangkan usia
responden terbanyak berada pada usia 17
tahun (40,2%). Pola pengasuhan terbanyak DAFTAR PUSTAKA
adalah pola asuh demokratis sebanyak 25 Aguma, R. P. (2014). Hubungan pola asuh
responden (28,7%) dan mayoritas responden orangtua dengan perilaku seksual
berada dalam identitas diri aktif yaitu remaja. Ilmu Keperawatan
sebanyak 65 (74,7%) responden. Universitas Riau.
Hasil penelitian mendapatkan hasil Ali, M. (2007). Ilmu dan Pendidikan . Jakarta:
bahwa responden mayoritas memiliki pola PT.Imtima.
asuh demokratis sebanyak 25(100%) Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi
responden dan memiliki identitas aktif dan remaja: Perkembangan peserta didik.
pola asuh permisif yaitu sebanyak 10(50,0%) Edisi ke-6. Jakarta: Media Grafika.
responden berada pada identitas pasif. Hasil Bahari, K. (2010). Pengaruh terapi kelompok
uji statistik Chi-Square didapatkan p value = terapeutik terhadap perkembangan
0,000 < α (0,05) dapat disimpulkan bahwa identitas diri remaja.Universitas
Indonesia.
905
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Badan Pusat Statistik. (2013). Pekanbaru Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi


dalam angka 2014. Pekanbaru. penelitian kesehatan. Jakarta:
Badan Narkotika Nasional Republik Rinerka Cipta.
Indonesia. (2011). Survey ekonomi Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
akibat penyalahgunaan dan penelitian kesehatan edisi revisi.
peredaran gelap narkoba di Jakarta: Rinerka Cipta.
indonesia. Jakarta: Puslitbang dan Papalia, D., Olds, S., & Feldman, R. (2007).
Info Lakhar BNN. Psikilogi perkembangan. Jakarta:
Berk, L.E. (2007). Development through the PT.Kencana.
lifespan. United State of America: Pendidikan Indonesia. (11 Maret 2006).
pearson education. Diperoleh tanggal Kompas, hlm.1.
21 Juni 2015 dari Permasih. (2014). Hubungan pola asuh
http://catalogue.pearsoned.ca/assets/h orangtua dengan tempramen pada
ipus/pearsonhighered/samplecapter/0 remaja. Diperoleh pada tanggal 22
20549125.pdf. Juni 2015 dari
Desmita. (2010). Psikologi perkembangan. http://bapendik.unsoed.ac.id.
Bandung: Rosda. Purwanti. (2013). Identitas diri remaja pada
Febriandari, D. (2011). Hubungan kecanduan siswa XI. Diperoleh pada tanggal 4
bermain game online terhadap Juli 2015 dari http://lib.unnes.ac.id.
identitas diri remaja. Ilmu
Keperawatan Universitas Riau Rohner, R., Khaleque, A., & Cournoyer, D.
Gardner, J. (2009). Memahami gejolak masa (2007). Introduction to parental
remaja. Jakarta: Mitra Utama. acceptance rejection theory, methods,
Gunarsa, S. (2008). Psikologi perkembangan. evidence, and implications. Diperoleh
Jakarta: BPK Gunung Mulia. tanggal 24 September
Kartono, S. (2009). Menulis tanpa rasa takut, 2014http://csiar.unconn.edu.com.
membaca realitas dengan kritis. Santrock, J. (2007). Remaja. Edisi 11 Jilid 1.
Yogyakarta: Kanisus. Jakarta: Erlangga.
Kurnia, D. A. (2007). Ilmu pengetahuan Santrock, J. (2008). Perkembangan anak.
sosial terpadu. Jakarta: Perpustakaan Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlanga.
Nasional Sarwono, S. (2008). Psikologi remaja edisi
Lensa Indonesia. (2013). Anak usia remaja di revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Indonesia. Diperoleh tanggal 26 Persada.
Februari 2015 dari Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan
http://www.lensaindonesia.com/2013. riset keperawatan. Yogyakarta: Graha
Martono, Herlin, L., & Joewana, S. (2006). Ilmu.
Modul latihan pemulihan pecandu Serafni, T., & Adams, G. (2002). Function of
narkoba berbasis masyarakat. identity: Scale contructions and
Jakarta: Balai Pustaka. validation a international of theory
Marshallina. (2010). Hubungan pola asuh and research. Diperoleh tanggal 22
orangtua dengan identitas diri pada Desember 2014 dari
remaja akhir. Diperoleh pada http://www.uoguelph.ca/~gadams/thes
tanggal 22 Juni 2015 dari es/serafni_function_of_identity%20.p
http://www.thesis.binus.ac.id. df.
Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M. (2011). Singgih, D. (2006). Psikologi perkembangan
Metodologi penelitian kesehatan: anak dan remaja. Jakarta: BPK
Konsep pembuatan karya tulis dan Gunung Mulia
thesis untuk mahasiswa kesehatan. Surbakti, D. E. (2009). Kenalilah anak
Yogyakarta: Nuha Medika. remaja anda. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo.

906
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Suwono. (2008). Pola asuh anak minat


datang ke vihara. Diperoleh tanggal
12 February 2015 dari
http://ksubho.multiply.com/journal/it
em/6.

Wamomeo, A. (2009). Hubungan pola asuh


keluarga, perilaku teman sebaya,
dan karakteristik remaja dengan
perilaku kekerasan pada remaja.
Diperoleh tanggal 12 February 2015.
http://lib.ui.ac.id.
World Health Organization. (2008).
Adolescent health and development
in nursing and midwifery education.
Diperoleh tanggal 8 Desember
2014.www.who.int.
Wong, D. (2008). Pedoman klinis
keperawatan pediatrik. Jakarta:
EGC

907

Anda mungkin juga menyukai