Anda di halaman 1dari 6

BAB III

ANALISIS SWOT
Judul : The effect of different oral hygiene treatments on the occurrence of
ventilator associated pneumonia (VAP) in ventilated patients

Author : Amiram Lev, Abu Sebeih Aied and Shibli Arshed

Tahun : 2016

Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi pada


pasien yang terintubasi selama lebih atau sama dengan 48 jam atau hingga satu
minggu setelah ventilasi diberikan. VAP merupakan salah satu masalah penyakit
infeksi nosocomial yang sering terjadi pada pasien pneumonia di Intensif Care Unit
(ICU) yang menggunakan ventilator mekanik untuk alat bantu nafas.

Lev, Aied, dan Arshed (2016), meneliti tentang pengaruh metode pemberian
oral care dengan kejadian VAP pada pasien ICU. Peneliti membandingkan angka
kejadian VAP pada pasien dengan intervensi oral care yang komperhensif dengan
metode oral care yang konvensional. Varghese, Ramesh, Thomas, dan Muralidharan,
(2015) terdapat banyak masalah kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya
kebersihan mulut dan gigi seperti bakteri TB, Hepatitis B, dan infeksi respiratori
termasuk VAP.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi prospektif terkontrol
di unit perawatan intensif dari 90 pasien yang menggunakan ventilator mekanik,
dalam rentang bulan Agustus 2007 hingga Oktober 2009. Peneliti tidak
mengikutsertakan pasien yang memiliki usia dibawah 18 tahun, pasien dengan
diagnose klinis pneumonia akibat intubasi, penyakit autoimun, wanita hamil dan
pasien luka bakar. Responden dibagi menjadi dua kelompok intervensi (45
responden) dan kelompok kontrol (45 responden). Kelompok intervensi menerima
rejimen perawatan kebersihan mulut yang komprehensif yang melibatkan menyikat
gigi, penyedotan, natrium bikarbonat, berkumur dengan larutan antiseptik yang
mengandung hidrogen peroksida 1,5% dan pelembab mulut. Responden pada
kelompok kontrol menerima perawatan yang lebih konvensional yang mencakup
pembersihan dengan spons dan penjepit atraumatik, dan membilasnya dengan larutan
0,2% chlorhexidine gluconate. Protokol oral care pada responden dilakukan
sebanyak tiga kali sehari, dengan menggunakan Q-Care Suction Oral System. Peneliti
setiap hari mengkaji oral cavity pasien (seperti bibir, lidah, mukosa, air liur dan gigi
pasien), dan sputum. Gigi pasien dibersihkan a soft-bristle suction toothbrush, dan
suction swab. Sodium bicarbonate. Pada kelompok kontrol dilakukan pembersihan
oral hyegien dengan cara membersihka rongga mulut menggunakan spons dan
atraumatic clamp, Tarodent, dengan campuran 0.2% cairan dari chlorhexidine
glucona.

Hasil penelitian yang dilakukan Lev, Aied, dan Arshed (2016), menyatakan
diantara 90 pasien yang dirawat di ICU, angka kejadian VAP pada kelompok
intervensi sebesar 8,9%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 33,3% (p
<0,004). Hal tersebut menunjukan bahwa pada pasien yang terpasang ventilator
mekanik, dengan intervensi rejimen perawatan kebersihan mulut yang komprehensif
yang mencakup gigi menyikat, menyedot dan membilas dengan antiseptik lebih
efektif dalam mencegah VAP daripada protokol yang lebih konvensional. Hasil
penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nobahara,
Razavi, Malekc, dan Ghorbanid (2016), yang menyatakan risiko kejadian VAP pada
kelompok yang diberikan oral hygiene menggunakan cairan normal saline (NS)
adalah 2,60 kali lebih besar dari pada kelompok oral hygiene yang menggunakan
hydrogen peroxide (HP) (RR = 2.60, 95% CI: 1.04–6.49, p = 0.0279). Kumur HP
ditemukan lebih efektif daripada NS dalam mengurangi VAP. Oleh karena itu obat
kumur HP dapat digunakan dalam perawatan rutin untuk mengurangi VAP selama
proses oral hygiene.

Berbagai penelitian telah menguatkan keunggulan chlorhexidine sebagai obat kumur


preprocedural atas senyawa amonium kuarter dan ekstrak herbal dalam mengurangi
viabilitas bioaerosol. Hidrogen peroksida adalah pengoksidasi yang telah digunakan
dalam kontrol plak. Penerapan hidrogen peroksida agen oksida dalam mengendalikan
plak supragingiva dan dalam pengobatan gingivitis ulseratif akut tanpa efek samping
potensial pada jaringan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat
kumur hidrogen peroksida 1,5% sebagai tambahan untuk chlorhexidine terbukti
menjadi agen antiplaque bila dibandingkan dengan chlorhexidine saja. Penelitian
yang dilakukan oleh Varghese, Ramesh, Thomas, dan Muralidharan, (2015),
menyatakan bahwa penggunaan hidrogen peroksida dengan kloreksidin lebih efektif
dalam mengurangi pencemaran bakteri aerosol daripada penggunaan tunggal
klorheksidin. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Hua dkk (2016), yang menyatakan oral hygiene care menggunakan pembersih
mulut kloreksidin, gel, sikat gigi, atau kombinasi dengan tindakan suctioning
secretions, dapat menurunkan angka kejadian VAP pada pasien dengan ventilator
mekanik diruang ICU.
“The effect of different oral hygiene treatments on the occurrence of ventilator
associated pneumonia (VAP) in ventilated patients”

FAKTOR INTERNAL
Strength Bobot Rating Bobot x
Rating
Dari semua artikel yang dijadikan sample 0.4 4 1.2
melaporkan bahwa oral hyegien dengan hydrogen
peroksida efektif untuk mencegah kejadian VAP
Rata-rata keberhasilan oral hygiene dengan 0.1 3 0.3
hydrogen peroksida pada semua artikel adalah
91,1%
Salah satu hasil dari review yaitu menyatakan 0.2 4 0.8
risiko kejadian VAP pada kelompok yang
diberikan oral hygiene menggunakan cairan
normal saline (NS) adalah 2,60 kali lebih besar
dari pada kelompok oral hygiene yang
menggunakan hydrogen peroxide (HP)
Total 2.3
Weakness Bobot Rating Bobot x
Rating
Pada artikel jurnal tidak ditemukan siapa saja yang 0.4 4 1.6
boleh melakukan oral hygiene
Total 1.6
FAKTOR EKSTERNAL
Opportunity Bobot Rating Bobot x
Rating
Hydrogen peroxide direkomendasikan dalam 0.4 4 1.6
praktik klinis untuk mengontrol bau pada luka
terutama luka kanker (Dunlap, 2016).
Hydrogen peroxide dapat ditemukan dipasar, dan 0.1 3 0.3
terjual bebas (kevin, 2017)
kejadian VAP cukup tinggi, bervariasi antara 9– 0.2 3 0.6
27% dan angka kematiannya bisa melebihi 50%.
(Rahman, 2017)
Total 2.5
Threat Bobot Rating Bobot x
Rating
Pada kondisi tertentu metrodinazole dapat 0.3 4 1.2
menimbulkan efek samping seperti: iritasi atau
tukak lambung dengan gejala seperti mual,
muntah, serta muntah darah (kevin, 2018)
Total 1.2

Diagram Cartesius

Kuadran III (1.3) Kuadran I

(0.7)
W S

Kuadran IV Kuadran II

Diagram diatas menunjukkan bahwa pemberian hydrogen peroxide untuk mengurangi


resiko VAP berada pada kuadran I yaitu kuadran progresif strategi. Hal ini menunjukkan bahwa
intervensi ini berpotensi jika diterapkan di Indonesia.
Dapus tambahan
Dunlap, Tanya, (2016). Prescribing Hydrogen Peroxide in the Treatment of
Periodontal Disease Retrivied from
https://www.oralhealthgroup.com/features/prescribing-hydrogen-peroxide-
treatment-periodontal-disease/
Kevin, dr (2018). Hydrogen Peroxide Retrieved from
https://www.alodokter.com/mengenal-hidrogen-peroksida-kegunaan-serta-
bahayanya
Rahman, D., Huriani, E., & Julita, E. (2017). Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
pada Klien dengan Ventilasi Mekanik Menggunakan Indikator Clinical Pulmonary
Infection Score (CPIS). Jurnal Ners, 6(2), 126-135.

Anda mungkin juga menyukai