-Proctography,
menunjukan berapa banyak feses yang dapat ditahan
oleh rektum, sebaikapa rektum mampu menahannya dan
sebaik mana rektum mampu mengosongkannya.4.
-Progtosigmoidoscopy,
melihat kedalam rektum atau kolon untuk menemukan
tanda-tanda penyakit atau masalah yang dapat
menyebabkan inkontinensia fekal seperti
inflamasi,tumor, atau jaringan parut.
9. TERAPI Langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini
adalah berusaha untukmemiliki kebiasaan defekasi
(buang air besar) yang teratur, yang akan
menghasilkan bentuk tinja yang normal.
Melakukan perubahan pola makan, berupa
penambahan jumlah serat. Jikahal-hal tersebut diatas
tidak membantu, diberikan obat yang
memperlambatkontraksi usus, misalnya loperamid.
Melatih otot-otot anus (sfingter) akan meningkatkan
ketegangan dankekuatannya dan membantu
mencegah kekambuhan.
Dengan biofeedback, penderita kembali melatih
sfingternya danmeningkatkan kepekaan rektum
terhadap keberadaan tinja.
Jika keadaan ini menetap, pembedahan dapat
membantu proses penyembuhan. Misalnya jika
penyebabnya adalah cedera pada anus atau
kelainananatomi di anus. Pilihan terakhir adalah
kolostomi, yaitu pembuatan lubang di dinding
perutyang dihubungkan dengan usus besar. Anus
ditutup (dijahit) dan penderitamembuang tinjanya ke
dalam kantong plastik yang ditempelkan pada
lubangtersebut.
14. PENELAAH KRITIS Pada kondisi tertentu masih ada kemungkinan diagnosa/
tindakan klinis di putuskan berdasarkan pertimbangan
klinis yang berbeda sesuai dengan keadaan klinis
masing-masing pasien.
15. INDIKATOR MEDIS Klinis,Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
16. KEPUSTAKAAN Setiati, S.,Alwi, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata, M.,
Setiyohadi, B.,2014.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed.6. Internal Publishing, Jakarta.