Anda di halaman 1dari 3

INKONTINENSIA FESES

Adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol


1. PENGERTIAN
pengeluaran feses dan gas melalui sfingter anus akibat
kerusakan fungsi sfingter atau persarafan di daerah
anus.
1. merembesnya feses cair yang disertai dengan buang
2. ANAMNESIS
gas dari dubur atau penderita sama sekali tidak dapat
mengendalikan keluarnya feses

3. TUJUAN 1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita


dengan sebaik mungkin
2. Mencari penyebab dari keadaan tersebut yang
merupakan tanda dan penyakit penderita
3. Memantau kesehatan penderita berdasarkan rawat
jalan
4. Memberikan penyuluhan cara penanggulangan dan
pencegahan

4. PEMERIKSAAN FISIK 1. pemeriksaan inspeksi dan pemeriksaan rectum, pada


inspeksi di lihat bagaimana kontraksi anus saat
dikerutkan, reflek kulit anus, dan sensasi dermatom
lumbosaktral, pemeriksaan rectum dapat mengetahui
adanya kelemahan pada sfingter, tonus anus

5. KRITERIA DIAGNOSIS 1. Berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik dan


pemeriksaanpenunjang pada pasien

6. DIAGNOSIS KERJA Inkontinensia feses


7. DIAGNOSIS BANDING
8. PEMERIKSAAN - Anal Manometry,
PENUNJANG memeriksa keketatan dari sfingter anal dan kemampuan
sfingter analdalam merespon sinyal serta sensitivitas dan
fugsi dari rektum. MRI terkadang jugadigunakan untuk
mengevaluasi sfingter.2.
-Anorectal Ultrasonography,
memeriksa dan mengevaluasi struktur dari sfingter
anal3.

-Proctography,
menunjukan berapa banyak feses yang dapat ditahan
oleh rektum, sebaikapa rektum mampu menahannya dan
sebaik mana rektum mampu mengosongkannya.4.

-Progtosigmoidoscopy,
melihat kedalam rektum atau kolon untuk menemukan
tanda-tanda penyakit atau masalah yang dapat
menyebabkan inkontinensia fekal seperti
inflamasi,tumor, atau jaringan parut.
9. TERAPI  Langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini
adalah berusaha untukmemiliki kebiasaan defekasi
(buang air besar) yang teratur, yang akan
menghasilkan bentuk tinja yang normal.
 Melakukan perubahan pola makan, berupa
penambahan jumlah serat. Jikahal-hal tersebut diatas
tidak membantu, diberikan obat yang
memperlambatkontraksi usus, misalnya loperamid.
 Melatih otot-otot anus (sfingter) akan meningkatkan
ketegangan dankekuatannya dan membantu
mencegah kekambuhan.
 Dengan biofeedback, penderita kembali melatih
sfingternya danmeningkatkan kepekaan rektum
terhadap keberadaan tinja.
 Jika keadaan ini menetap, pembedahan dapat
membantu proses penyembuhan. Misalnya jika
penyebabnya adalah cedera pada anus atau
kelainananatomi di anus. Pilihan terakhir adalah
kolostomi, yaitu pembuatan lubang di dinding
perutyang dihubungkan dengan usus besar. Anus
ditutup (dijahit) dan penderitamembuang tinjanya ke
dalam kantong plastik yang ditempelkan pada
lubangtersebut.

10. EDUKASI  Informed consent penyakit, pemeriksaan, dan terapi


 Penjelasan tentang efek samping dan terapi

11. PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
12. TINGKAT EVIDENS Dignosa:
Terapi:
13. TINGKAT REKOMENDASI

14. PENELAAH KRITIS Pada kondisi tertentu masih ada kemungkinan diagnosa/
tindakan klinis di putuskan berdasarkan pertimbangan
klinis yang berbeda sesuai dengan keadaan klinis
masing-masing pasien.
15. INDIKATOR MEDIS Klinis,Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
16. KEPUSTAKAAN Setiati, S.,Alwi, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata, M.,
Setiyohadi, B.,2014.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed.6. Internal Publishing, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai