Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan belajar dan
bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka yang sangat
tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan
dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka
senang bermain boneka, pistol-pistolan dan berbagai macam alat permainan lainnya yang
mereka ciptakan melalui bahan alami seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang,
dan dahan pisang untuk membuat pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba
apa yang mereka lihat dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang
banyak, walaupun mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan
mencapai cita-cita mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.

Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat menyenangi
belajar, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin belajar, dan
lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin. Oleh karena
itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar
kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan membuat situasi belajar yang
menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif
seperti yang dilakukan oleh gurunya.

Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan
kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif.
Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas
pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang
memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas,
produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat
merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping pemikiran logis dan
penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya

1
pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat
langkanya literatur yang membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas,
bakat, dan upaya-upaya pengembangannya khususnya di sekolah dasar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan masalah-masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini. Antara lain :

 Apakah pengertian kreativitas;


 Sebutkan ciri-ciri kreativitas;
 Bagaimana Perkembangan kreativitas anak;
 Sebutkan Faktor pendukung dan penghambat kreativitas anak usia dini;
 Sebutkan strategi 4P dalam pengembangan kreativitas anak usia dini;
 Bagaimana Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran.

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan tujuan penulisan
makalah ini antara lain :

 Pertama-tama tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata
kuliah perkembangan peserta didik;
 Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian kreativitas;
 Mahasiswa mampu mengklasifikasikan ciri-ciri kreativitas;
 Mahasiswa memahami bagaimana tahapan dalam proses berfikir kreatif;
 Mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
kreativitas anak usia dini;
 Mahasiswa mengetahui strategi 4P dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini;
 Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara dalam mengembangkan kreativitas
dalam pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kreativitas

2
Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani,
kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak
memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir kereatif dan produktif.
(Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. (Trisno
Yuwono, 2003 : 330) Menurut Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin dan Herdianto,
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi
atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan dengan kemampuan yang berdasarkan
data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana pendekatannya adalah pada kuantitas dan keragaman jawaban.

Secara operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan


kelancaran keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Syafaruddin
dan Herdianto, 2011 : 87) Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas
adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut psikolog humanistik,
Abraham Maslow dan Carl Rogers dikutip oleh Utami Munandar menyatakan bahwa
seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila seseorang menggunakan semua
bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mengaktualisasikan, atau
mewujudkan potensinya. Menurut Maslow aktualisasi diri merupakan karakteristik yang
fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi
sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari
kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan
untuk berkembang dan menjadi matang. (Utami Munandar, 1999 : 19)

Menurut Harris seperti dikutip oleh Hamdani mengemukakan bahwa kreativitas dapat
ditinjau dari (3) hal, yaitu :

a. Krativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau


menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan
mengombinasikan, mengubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada;

b. Kreativitas adalah suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima perubahan dan
pembaharuan, bermain dengan ide dan memiliki fleksibilitas dalam pandangan;

3
c. Krativitas adalah suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus sedikit
demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan yang
dilakukan. (Hamdani, 2002 : 2)

Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu
dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan penyelesaian yang unik
terhadap berbagai persoalan. (Semiawan, 1999: 89) Dari beberapa defenisi oleh para ahli,
dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru yang berbeda dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya nyata dengan
menggabung-gabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini adalah
sesuatu yang belum diketahui olehnya, meskipun hal itu merupakan hal yang tidak asing lagi
bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari
sesuatu yang sudah ada.

Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu :

Ø Pribadi (person), yaitu kreativitas mengacu kepada kemampuan yang merupakan


cirri/karakteristik dari orang-orang kreatif. Maksudnya, kreativitas merupakan ungkapan unik
dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap, dan perilakunya;

Ø Proses (process), yaitu kreativitas merupakan proses yang mencerminkan kelancaran


dalam berfikir;

Ø Pendorong (press), yaitu inisiatif seseorang yang tercermin melalui kemampuannya untuk
melepaskan diri dari urutan pikiran yang biasa;

Ø Produk, (product), yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. (Ahmad
Susanto, 2011 : 112-113)

2.2 Ciri-ciri Kreativitas

Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang
bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau
ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan

4
pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif
berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa
percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai
tujuan mereka.

Thomas Edison seperti yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan bahwa dalam
melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil
dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat manusia. Pribadi yang
kreatif biasanya lebih teroganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal
mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan maslah
yang mungkin timbul dan implikasinya. (Utami Munandar, 2004: 35)Adapun ciri-ciri
kreativitas ada (3) macam yaitu :

a. Kefasihan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open


ended) dengan beberapa alternatif jawaban yang benar;

b. Fleksibilitas, yaitu kemampuan siswa menyelesaikan masalah terbuka (open ended)


dengan beberapa cara;

c. Kebaruan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended)
dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban yang tidak
biasa dilakukan siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.
(Hamdani, 2002 : 4)

Menurut Guilford dikutip oleh Ahmad Susanto bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri-ciri
berfikir kreatif, yakni :

Ø Kelancaran, ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;

Ø Keluwesan, ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan


masalah;

Ø Keaslian, ialah kemampuan untuk memecahkan dengan cara yang asli;

Ø Penguraian, ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan diperinci, secara jelas,
dan panjang lebar;

Ø Perumusan kembali, ialah kemampuanuntuk meninjau sesuatu persoalan berdasarkan


persfektif yang berbeda dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang. (Ahmad
Susanto, 2011 hal : 117-118)

5
Menurut Williams yang dikutip oleh Utami Munandar (Utami Munandar, 1999 : 88) ada dua
ciri-ciri kreativitas, yaitu :

a. Kognitif, yaitu kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif. Ada
beberapaciri-ciri kreativitas ditinjau dari kognitif, yaitu :

· Kemampuan berpikir secara lancar (fluency);

· Kemampuan berpikir luwes (flexibelity);

· Kemampuaan berfikir orisinilitas;

· Kemampuan menilai;

· Kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

b. Afektif, yaitu ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan
dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afektif ini saling berhubungan dan
saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:

· Rasa ingin tahu;

· bersifat imajinatif;

· Merasa tertantang oleh kemajemukan;

· Sifat berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)

· Sifat menghargai.

Dalam kaitannya dengan kreativitas pada anak usia dini, Ihat Hatimah seperti dikutip oleh
Ahmad Susanto mengemukakan beberapa bentuk kretivitas pada anak usia dini, yaitu :

a. Gagasan/berpikir kreatif, yang meliputi :

· Berfikir luwes;

· Berfikir orisinal;

· Berpikir terperinci;

· Berpikir menghubungkan.

b. Aspek sikap, yang meliputi :

· Rasa ingin tahu;

6
· Ketersediaan untuk menjawab;

· Keterbukaan;

· Percaya diri;

· Berani mengambil resiko.

c. Aspek karya, yang meliputi :

· Permainan;

· Karangan. (Ahmad Susanto, 2011 : 121-122)

Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang
bagi mereka amat berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan kritik
atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang
yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari
tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa
dalam mencapai tujuan mereka.

2.3 Perkembangan Kreativitas Anak

Hurlock dikutip oleh Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi kreativitas
menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat diramalkan,
ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap variasi-variasi tersebut. (Semiawan, 1999 : 96) Diantaranya :

a. Jenis kelamin

Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak perempuan,
terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak lelaki mendapat
perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang lebih
banyak daripada anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat kesempatan untuk

7
menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan guru untuk berinisiatif dan
menampilkan keasliannya.

b. Status sosio-ekonomi

Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung lebih kreatif
daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok pertama diduga mendapatkan
perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok keduanya lebih banyak
mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis dapat memelihara
kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk
mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat dan aktivitas menurut pilihannya
sendiri. Yang lebih penting lagi anak-anak yang berlatar belakang ekonomi tinggi mendapat
kesempatan yang lebih banyak utnuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang
diperluakan untuk mengembangkan kreativitas, misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-
tempat penting, dan pusat-pusat informasi yang dapat mendorong anak-anak untuk
berimajinasi serta berpikir dan bertindak secara kreatif.

c. Posisi urutan kelahiran

Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda.
Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki kedudukan yang lebih penting
dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih kreatif daripada
anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih besar untuk memenuhi
harapan orang tua daripada anak berikutnya.

d. Ukuran besar anggota keluarga

Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari keluarga
besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar menuntut sikap yang lebih
otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter cenderung
menghambat perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil cenderung
mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut memungkinkan bisa
mendukung terciptanya suasana dan sikap yang mendukung untuk pengembangan kreativitas.

e. lingkungan kota versus desa

8
Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari lingkungan
desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan yang lebih memberikan
stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak tempat-tempat, objek-
objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang setiap anak untuk
mengembangkan kemampuan kreatif.

f. Intelegensi

Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan kreatif yang lebih
dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung memiliki ide-ide yang
lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-anak yang
cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anak-anak seusianya.

2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak

Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan.


Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor yang mendudukung dalam
menumbuhkan kembangkan kreativitas juga ada faktor-faktor yang menghambat kreativitas
seorang anak.

2.4.1 Faktor Pendukung Kreativitas Anak

Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki individu
tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak dapat
berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Menurut
Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat mendorong
dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :

· Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga hanya
sedikit waktu yang bisa mereka gunakan untuk membuat suatu gagasan atau konsep;

· Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial,
anak dapat menjadi kreatif;

· Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi anak
yang kreatif mereka harus bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan pada
anak yang tidak kreatif;

9
· Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang
dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua
kreativitas;

· Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang


kreativitas anak;

· Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang tidak terlalu
posesif akan mendorong kemandirian anak;

· Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan disekolah
akan meningkatkan kreativitas anak;

· Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam


kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik kreativitas anak.
(Ahmad Susanto, 2012 : 124)

Utami Munanadar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mendukung kreativitas adalah :

· Usia;

· Tingkat pendidikan orang tua;

· Tersedianya fasilitas;

· Penggunaan waktu luang

Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan anak
mengatakan bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses,
dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 : 19)

Selain itu, ada (4) faktor pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu :

· Rangsangan mental, dengan memberikan motivasi, penguatan, dan


menerima kekurangan dan kelebihan anak, anak merasa percaya diri untuk mencoba,
berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan;

· Iklim dan kondisi lingkungan, lingkungan yang kondusif akan mengembangkan


kreatifitas anak, seperti pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah, terdapat hiasan-
hiasan dinding, musik, aroma;

10
· Peran guru, guru menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah selayaknya guru
memberikan yang terbaik pada anak. Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk
mengembangkan kreativitas anak;

· Peran orang tua, orang tua memiliki peranan yang penting terhadap pengembangan
kreativitas anak. Dengan menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani dan
percaya diri untuk belajar terhadap lingkungannya. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)

2.4.2 Faktor Penghambat Kreativitas Anak

Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait
serta merupakan kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum,
kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad Susanto,
2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai
hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan
kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan
potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan
atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan
aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Ada empat
hal yang mematikan kreativitas, yaitu:

a. Evaluasi

Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk memupuk
kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak
menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan
dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas anak.(Utami Munandar, 2004 : 223) Selain itu
kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang
kreatif, jika pujian itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.

b. Hadiah

Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan
perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi
intrinsik dan mematikan kreativitas.

c. Persaingan (Kompetisi)

11
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena
kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa
pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain da bahwa yang terbaik akan
menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat
mematikan kreativitas.

d. Lingkungan yang Membatasi

Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai anak ia mempunyai
pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan hafalan semata-
mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pada
ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan
dan menghilangkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal,
sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan
kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan
dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak. (Utami
Munandar, 2004 : 223-224)

Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa krakteristik guru yang


cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak, anatara lain :

· Penekanan bahwa guru selalu benar;

· Penekanan berlebihan pada hafalan;

· Penekanan pada belajar secara mekanis;

· Penekanan pada evaluasi eksternal; ppenekanan secara ketat untuk menyelesaikan


pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan
berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek
kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek kertas
karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak terkena
kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka
mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya.
Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak
faktor yang menghambat kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)

12
2.5 Strategi Pengembangan Kreativitas

Pada dasarnya setiap anak memiliki kecenderungan berbakat dalam kreativitas dan
memiliki kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing anak
dalam bidang dan kadar potensi yang dimilikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Treffinger
dalam Ahmad Suanto bahwa tidak ada anak yang sama sekali tidak memiliki kreativitas.
(Ahmad Susanto, 2011 : 128)

2.5.1 Peran Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Anak

Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan
sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa
yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami
karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali
mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan
khusus dari guru.

Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya
merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam
peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar dan
cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui adanya
perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik
secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-
sifat dan kemampuan anak didik.

Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru dalam
mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya sebagai berikut :

Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru
melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan,
dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Kedua di samping memahami diri
sendiri, guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang

13
akan membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai
keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak
berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi.
Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari
bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar
jangkauan kurikulum biasa. Ketiga setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya
mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari
kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi
sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.

2.5.2 Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas Anak

Sehibungan dengan pengembangan kreativitas, ada empat aspek yang dapat


diperhatikan, yaitu pribadi, pendorong, produk, dan proses. Dimana keempat aspek ini lebih
dikenal dengan istilah 4P. (Ahmad Susanto, 2011 : 128) Dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pribadi, kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan


lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk
yang inovatif.

b. Pendorong, untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan
dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian
penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal)
untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang
mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak
orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan
pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya.

c. Proses, untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk


bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya
dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada
siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif

d. Produk, kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang


bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong
seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak

14
boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan
mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau
memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.

2.5.3 Metode Bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini
memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain
aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna
memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan,
drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk
mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.

Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya
kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di
evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan
untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan
upaya pengembangan kreativitas anak. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya
baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan
sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas
memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang
memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting
artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas
dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.

Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Tahun-tahun awal kehidupan anak
merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak
sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu
dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi
pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila
bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan
menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.

15
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu
melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan
potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Proses pembelajaran pada
hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain,
kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab
bermain merupakan sifat alami anak. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)

Diungkapkan oleh Utami Munandar bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat
antara sikap bermain dan kreativitas. (Utami Munandar, 2004 : 94) Akan tetapi bermain tanpa
bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa
anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan
bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan
mengarahkan anak agar menjadi kreatif.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat
yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif
biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil
resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Siswa berbakat
kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai
16
sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau
kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.

Perkembangan kreativitas pada usia 5-6 tahun ketika anak-anak siap memasuki sekolah,
mereka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan dan tata
tertib yang dibuat orang dewasa. Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak untuk
diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya. Ada beberapa strategi dalam
mengembangkan kreativitas anak, yaitu ;

a. Peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak;

b. Strategi pembelajaran 4P;

c. Strategi bermain.

3.2 Kritik dan Saran

Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih
kurang memperhatikan pengembangan kreativitas anak didiknya, maka dari itu kita sebagai
calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana
pengajaran yang merujuk pada pengembangan kreativitas anak-anak didik dengan berbagai
teori dan peran-perannya yang telah penulis ungkapkan pada makalah ini demi kemajuan
kreativitas anak-anak bangsa dimasa yang akan datang.

Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari diri saya. Penyusun sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang
bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, Asep Saepul, Pengembangan Kreativitas, Jakarta : Pustaka As-Syifa, 2002.

Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas anak, dikutip
dari http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 12-11-2012

Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta : Gramedia
Pustaka, 1999.

Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta : Asdi Mahasatya, 2004

17
Semiawan, Conny R, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.

Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2011.

Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.

Yeyen Pristina Kusuma Perdana, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, dikuti
darihttp://yeyenpristina.blogspot.com/2012/04/pengembangan-kreativitas-anak-usia-dini.html
Pada tanggal 12,11,2012

Yuwono, Trisno, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola, 2003

18

Anda mungkin juga menyukai