Anda di halaman 1dari 15

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN BAGI PROFESI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

MOH. ROFIKI

AKADEMI KEPERAWATAN

NAZHATUT THULLAB

SAMPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah,SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini mempunyai judul ” ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN BAGI PROFESI
KEPERAWATAN ”, yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Etika dan Hukum Keperawatan.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari
bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak
terdapat kekurangan – kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya
demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk
penyusunan tugas dimasa yang akan datang.

Sampang, 28 Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

i. KATA PENGANTAR
ii. DAFTAR ISI
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN KODE ETIK
1.2. LATAR BELAKANG LAHIRNYA PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN
B. BAB II PEMBAHASAN
2.1. KODE ETIKA DALAM KEPERAWATAN
2.2. STANDAR ETIKA LEGAL DALAM KEPERAWATAN
C. BAB III PERILAKU ETIKA DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL
3.1. PERILAKU ETIKA
3.2. TINDAKAN PERAWAT PROFESIONAL
D. BAB IV MASALAH LEGAL DALAM ETIKA KEPERAWATAN
4.1. BENTUK KELALAIAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN ASKEP
4.2. CONTOH PELANGGARAN KASUS KODE ETIK
4.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK
E. BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Kode Etik

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa
tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi(Kelly, 1987).
Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak
organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari
organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung
antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga
tercipta kolaborasi yang maksimal.

1.2 Latar Belakang Lahirnya Pelanggaran Kode Etik Keperawatan

Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan,
sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada
kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung
jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan perawat
dalam memahami kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan
berdampak pada keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di
anggap kurang berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya
berdampak pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu,
sebagai calon perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan
benar tentang kode etik dan salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami
pentingnya keselamatan pasien sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai
landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.
BAB II

PEMBAHASAN KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

2.1 Kode Etik dalam Keperawatan

Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar
tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat
bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat
membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik adalah
pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang menjadi
kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman
kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta akan
menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau
bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.

2.1.1 Fungsi Kode Etik Perawat

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau pedoman
bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:

1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan


menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh
masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan
perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional
kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang
kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

2.1.2 Kode Etik Keperawatan Indonesia

Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan
berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan
keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang
perawat professional yaitu:
1. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat

a. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan keperawatan


individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan
masyarakat.
c. Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.
2. Tanggungjawab terhadap Tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan
agama yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.
3. Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.
4. Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan
a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara
mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan
keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5. Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada masyarakat.

Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):

a) Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan
anggota tenaga kesehatan lainnya.
b) Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang
tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c) Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional.
d) Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.

2.2 Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan

Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas
tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap
tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus
ditaati oleh perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:

a. Standar etik

Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus
bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.

b. Hukum legal

Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka
perawat wajib menerima tanggung gugatnya.
BAB III

PERILAKU ETIK DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL

3.1. Perilaku Etik

Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:

a. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban

Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.

b. Etik yang Berorientasi pada Larangan

Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh
perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.

3.1.1 Asas Etik dalam Keperawatan

Terdapat asas etik dalam keperawatan yaitu:

a. Asas menghormati otonomy klien( autonomy)


b. Asas manfaat( beneficence)
c. Asas tidak merugikan (non –maleficence)
d. Asas kejujuran( veracity)
e. Asas kerahasiaan ( confidentiality)
f. Asas keadilan( justice)
g. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan
tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan
pengobatan kepada klien.
h. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien.
Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat
bermanfaat dalam menolong klien.
i. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non
nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial
hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.
j. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya
tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi
yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah
memahaminya.
k. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien
meskipun klien telah meninggal dunia.
l. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil
terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.

3.2 Tindakan Perawat Profesional

Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika perawat berkaitan
langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di identifikasi dan di
atasi.

3.2.1 Karakteristik Perawat Profesional

1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan mempengaruhi


proses asuhan melalui peran profesional.
2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri,
dan profesi serta mengambil keputusan sesuai dengan asuhan. Jika perawat
profesional dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan tidak sesuai etik,
maka kita dapat menyelesaikannya dengan:

a) D= Define the problem

b) E= Ethical review

c) C= Consider the option

d) I= Investigate outcome

e) D= Decide on action

f) E= Evaluate result

Contoh Kasus “Kasus Jari Bayi Tergunting”

Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak
meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian
tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di Inggris
salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu.
Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak
sampah. (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford ).
Cara penyelesaian:

a) Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang
seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.

b) Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu menggambarkan


komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan hukum dalam masalah ini
berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik

c) Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang
berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah
perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi tersebut berdarah.

d) Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:

1. Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan


2. Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah pengadilan
hukum.

e) Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence, dan justice.

f) Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan prinsip-


prinsip etik.
BAB IV

MASALAH LEGAL DALAM ETIKA KEPERAWATAN

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya. Jika
tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan hukuman
penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau hukuman
penjara jika :

1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan
anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang terpenting.

4.1 Bentuk Kelalaian Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan

Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari hasil
kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:

1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan, misalnya:


pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera
karena perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur klien.

4.2 Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat

Berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu:

1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan


2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis,
karena nyawa pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV
4. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan agama.

4.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Medik Perawat

4.3.1 Karakteristik Perawat

a) Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan
oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh
rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya.

b) Tingkat Pendapatan

Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji
perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- - Rp1.000.000,- per bulan tergantung
golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para
perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Kompas, 2007).

c) Lama kerja

Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai
tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka
semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.

4.3.2 karakteristik pasien

Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health Service
Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas
Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor Sosio Kultural

Ada 2 macam yaitu:

a) Norma dan Nilai

Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani
oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada
fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat laki-laki.

b) Teknologi

Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh


dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular yang dapat
mengurangi angka penyakit.

b. Faktor Organisasional
1. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa
tersebut tersedia.
2. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya
jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider
terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan
keagamaan.
4. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk
praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan
mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
c. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
1. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
 faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan,
jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan).
 faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan
terhadap perawatan medis/dokter, dan
2. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko.
3. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
 Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk mengakses
pelayanan kesehatan.
 Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap
petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan
tersebut.

4.3.3 Landasan Teori

1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan untuk
mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit
(Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat tidak
dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Dalam hal ini perawat bekerja secara
kolaboratif dengan dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak ditemukan kasus
tindakan medik yang dilakukan oleh perawat tanpa kolaboratif (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2008).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari makalah ilmiah yang telah dijelaskan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa:

1. Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan pengetahuan serta pemahaman


penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan pedoman perawat
profesional dalam melakukan tindakan praktik keperawatan secara professional
sehingga keselamatan dan kenyamanan pasien selalu menjadi prioritas utama.
2. Bentuk-bentuk kelalaian dapat berupa aborsi, euthanasia, diskriminasi terhadap
klien, dan lain sebagainya.
3. Pelanggaran berkaitan kode etik tersebut banyak di pengaruhi oleh karakteristik
perawat, pasien, dan kurangnya pemahaman tentang landasan teori berkaitan kode
etik perawat.

5.2 Saran

Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja sesuai
etik serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan keselamatan pasien
sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat di hindari atau di
minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.

Efendy, Ferry dan Makhfudli.2009.Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Manurung, Jasmen. 2008, 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dan Pasien Dengan
Tindakan Medik Perawat di Kota Medan. Tesis fakultas Sumatra Utara

Anda mungkin juga menyukai