DISUSUN OLEH :
MOH. ROFIKI
AKADEMI KEPERAWATAN
NAZHATUT THULLAB
SAMPANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah,SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini mempunyai judul ” ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN BAGI PROFESI
KEPERAWATAN ”, yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Etika dan Hukum Keperawatan.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari
bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak
terdapat kekurangan – kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya
demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk
penyusunan tugas dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
i. KATA PENGANTAR
ii. DAFTAR ISI
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN KODE ETIK
1.2. LATAR BELAKANG LAHIRNYA PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN
B. BAB II PEMBAHASAN
2.1. KODE ETIKA DALAM KEPERAWATAN
2.2. STANDAR ETIKA LEGAL DALAM KEPERAWATAN
C. BAB III PERILAKU ETIKA DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL
3.1. PERILAKU ETIKA
3.2. TINDAKAN PERAWAT PROFESIONAL
D. BAB IV MASALAH LEGAL DALAM ETIKA KEPERAWATAN
4.1. BENTUK KELALAIAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN ASKEP
4.2. CONTOH PELANGGARAN KASUS KODE ETIK
4.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK
E. BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan,
sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada
kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung
jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan perawat
dalam memahami kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan
berdampak pada keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di
anggap kurang berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya
berdampak pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu,
sebagai calon perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan
benar tentang kode etik dan salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami
pentingnya keselamatan pasien sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai
landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.
BAB II
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar
tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat
bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat
membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik adalah
pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang menjadi
kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman
kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta akan
menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau
bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau pedoman
bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan
berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan
keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang
perawat professional yaitu:
1. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):
a) Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan
anggota tenaga kesehatan lainnya.
b) Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang
tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c) Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional.
d) Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.
Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas
tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap
tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus
ditaati oleh perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:
a. Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus
bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.
b. Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka
perawat wajib menerima tanggung gugatnya.
BAB III
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh
perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika perawat berkaitan
langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di identifikasi dan di
atasi.
b) E= Ethical review
d) I= Investigate outcome
e) D= Decide on action
f) E= Evaluate result
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak
meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian
tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di Inggris
salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu.
Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak
sampah. (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford ).
Cara penyelesaian:
a) Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang
seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.
c) Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang
berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah
perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi tersebut berdarah.
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya. Jika
tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan hukuman
penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau hukuman
penjara jika :
1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan
anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang terpenting.
Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari hasil
kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:
a) Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan
oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh
rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya.
b) Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji
perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- - Rp1.000.000,- per bulan tergantung
golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para
perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Kompas, 2007).
c) Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai
tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka
semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health Service
Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas
Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani
oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada
fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat laki-laki.
b) Teknologi
b. Faktor Organisasional
1. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa
tersebut tersedia.
2. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya
jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider
terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan
keagamaan.
4. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk
praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan
mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
c. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
1. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan,
jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan).
faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan
terhadap perawatan medis/dokter, dan
2. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko.
3. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk mengakses
pelayanan kesehatan.
Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap
petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan
tersebut.
1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan untuk
mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit
(Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat tidak
dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Dalam hal ini perawat bekerja secara
kolaboratif dengan dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak ditemukan kasus
tindakan medik yang dilakukan oleh perawat tanpa kolaboratif (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2008).
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari makalah ilmiah yang telah dijelaskan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa:
5.2 Saran
Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja sesuai
etik serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan keselamatan pasien
sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat di hindari atau di
minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.
Efendy, Ferry dan Makhfudli.2009.Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Manurung, Jasmen. 2008, 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dan Pasien Dengan
Tindakan Medik Perawat di Kota Medan. Tesis fakultas Sumatra Utara