Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta

warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada tahun 2025 mendatang,

diproyeksikan sekitar 29 % warga dunia terkena hipertensi. Prosentase

penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai di rumah sakit.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi yaitu sakit kepala.

Hipertensi merupakan masalah bagi para tenaga kesehatan dalam mengurangi

nyeri tersebut. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki

peran untuk kontrol dan mengurangi nyeri akut akibat darah tinggi dengan

pemberian intervensi baik farmakologis dan nonfarmakologis. Manajemen

nyeri untuk menurunkan tekanan darah dengan intervensi farmakologis

termasuk pemberian rutin obat analgesik. Terapi komplementer sebagai terapi

adjuvant mungkin memiliki potensi untuk meningkatkan manajemen rasa

sakit dan meringankan nyeri akibat hipertensi. Beberapa terapi komplementer

dapat meningkatkan efektivitas medis pengobatan dan meningkatkan

kenyamanan pasien yaitu misalnya dengan mendengarkan musik, relaksasi,

teknik pikiran-tubuh, pijat refleksi, obat-obatan herbal, relaksasi Benson,

1
hipnosis, terapi sentuhan dan pijat (Smith, Collins, Cyna, & Crowther, 2003).

Relaksasi Benson dipilih sebagai alternatif intervensi keperawatan dalam

mengurangi nyeri akut akibat darah tinggi pada studi saat ini.

Respon relaksasi sebagai suatu reaksi ragawi yang dibangkitkan oleh

teknik relaksasi dan meditasi yang dapat diterapkan setiap orang untuk

menghilangkan stres batin yang merusak. Beberapa teknik ini menyebabkan

timbulnya berbagai perubahan yang terukur secara ilmiah pada tubuh antara lain

metabolism, laju denyut jantung, dan pernafasan menurun, keluaran (output)

gelombang alfa otak diperkuat dan pengaruh menenangkan secara umum

tercipta (Benson & Proctor, 2000). Pengendalian hipertensi dengan

menggunakan obat antihipertensi sering menjadi kendala, karena jangka

waktu terapi yang lama, risiko efek samping yang timbul, serta biaya yang

relatif mahal. Penggunaan obat antihipertensi dapat dihindari, bila

pencegahan dan penanggulangan hipertensi dilakukan sejak dini (Depkes RI,

2007).

Hipertensi tidak bisa hanya diberikan dengan tindakan farmakologis

tanpa melibatkan intervensi non farmakologis. Intervensi non farmakologis

mencakup terapi agen fisik dan intervensi terapi perilaku kognitif. Salah satu

intervensi perilaku kognitif yaitu dengan relaksasi Benson. Relaksasi Benson

merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor

keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga

dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih

tinggi (Karyono & Martaniah, 1995) relaksasi pada penderita hipertensi primer

2
dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 26,1/15 mmHg.

Penelitian Public Library of Science ONE, menunjukkan bahwa berlatih

relaksasi dapat menyebabkan perubahan aktivitas gen. Relaksasi dapat

mempengaruhi 40.000 gen tubuh dan diinduksi anti oksidasi serta anti inflamasi

yang akan menetralkan efek stres pada tubuh (Martin, 2008).

Salah satu intervensi yang menarik untuk dikaji dalam terapi non

farmakologis untuk pasien hipertensi adalah relaksasi benson. Relaksasi Benson

merupakan intervensi mandiri keperawatan. Terapi relaksasi sebagai tambahan

pada terapi hipertensi secara konvensional diharapkan dapat meningkatkan

efektifitas terapi farmakologis, meningkatkan kualitas hidup dengan

menurunkan stres dan kecemasan akibat penyakitnya, dan akhirnya akan

mengurangi angka kekambuhan, kesakitan, dan kematian akibat hipertensi.

Ruang Cempaka dan Melati Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

merupakan ruang khusus pasien penyakit dalam. Di kedua ruangan tersebut,

pasien akan direncanakan dilakukan perawatan mengatasi penyakit dalam

yang diderita. Pasien dengan Hipertensi setelah dilakukan observasi

mengeluhkan nyeri akibat penyakit yang dialami. Jumlah tempat tidur ruang

Cempaka yakni sebanyak 25 tempat tidur, sedangkan ruang Melati yakni 24

tempat tidur. Begitu pula dengan Ruang Dahlia dan Edelweis merupakan

ruang pasien penyakit bedah. Pasien yang mengeluhkan nyeri biasanya

diberikan obat analgesik sebagai terapi pengurang rasa nyeri. Terapi non

farmakologis yang dilakukan adalah relaksasi nafas dalam. Kami melakukan

pengaplikasian terapi relaksasi Benson karena terapi ini merupakan salah satu

3
terapi non farmakologis dari pain management dan merupakan tindakan wajib

kita sebagai perawat untuk menyelesaikan permasalahan biologis pasiennya.

B; Tujuan Penelitian

1; Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitan ini adalah sebagai bahan untuk

menyelesaikan tugas keperawatan medical bedah dan sebagai bahan serta

langkah untuk menempuh pendidikan profesi keperawatan.

2; Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a; Untuk mengaplikasikan jurnal terapi non farmakalogis pengurang

nyeri dengan teknik relaksasi Benson terhadap pasien Hipertensi.

b; Untuk mengetahui pengaruh dari teknik relaksasi Benson terhadap

tekanan darah pada penderita Hipertensi.

C; Manfaat Penelitian

1; Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dalam pengobatan penyakit hipertensi.

2; Manfaat Praktis

a; Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman peneliti

tentang riset keperawatan serta pengembangan wawasan tentang

efektifitas relaksasi Benson terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi.

4
b; Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tindakan

keperawatan yaitu terapi non farmakologis pengurangan nyeri

penderita Hipertensi dengan terapi relaksasi Benson.

c; Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih

pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan

darah hipertensi yaitu dengan melakukan teknik relaksasi. Hasil

penelitian ini selanjutnya dapat keluarga pasien terapkan di dalam

kehidupan sehari-hari disaat seseorang mengalami tekanan darah

tinggi.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

5
A; Hipertensi

1; Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial yang abnormal

(Whelton, He & Appel, 2002)

2; Klasifikasi Hipertensi

a; Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya dibedakan menjadi 2 yaitu:

1; Hipertensi Esensial (primer)

Hipertensi esensial adalah suatu kondisi hipertensi saat

penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan (Wikipedia,

2007). Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit

renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal, dan

penyakit lainya genetika dan ras merupakan bagian yang menjadi

penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain

diantaranya faktor stres, intake alkohol moderat, merokok,

lingkungan, demografi, dan gaya hidup (Lewis, Heitkemper,

Dirksen, 2000).

2; Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang

penyebabnya dapat diidentifikasikan (Masud,1996). Penyebab

yang diketahui 6-7% meliputi kelainan pada ginjal

(Parsude,1992). Secara klinis derajat hipertensi dapat

dikelompokkan sesuai rekomendasi dari “The Sixth Report of

the Join National Comitee on Detectin, Evaluation,

and Treatment of high blood pressure” sebagai berikut :

6
Tabel 1.1 KlasifikasiTekanan Darah menurut JNC 7 (2006)

Sistolik
NO Kategori Diastolik (mmHg)
(mmHg)
1. Optimal <120 < 80
2. Normal 120 - 129 80 - 84
3. Normal-Tinggi 130 - 139 85 - 89
4. Hipertensi :
Ringan 140 - 159 90 - 99
Sedang 160 - 179 100 - 109
Berat 189 - 209 110 - 119
Sangat Berat > 210 > 120

b; Klasifikasi hipertensi menurut patologinya dibedakan menjadi 3

yaitu :

1; Hipertensi Benigna

Hipertensi Benigna bersifat lambat, sering tanpa gejala dan

ditemukan pada pemeriksaan fisik

2; Hipertensi Maligna

Hipertensi Maligna merupakan sindroma klinis dan patologis.

3; Hipertensi Pulmonaris

Hipertesi Pulmonaris yaitu hipertensi yang disebabkan oleh gagal

ventrikel kiri akut atau kronis sianosis mitralis, bronkitis kronis,

emfisema dan lainnya.

3; Etiologi Hipertensi

Menurut Sagala (2009) hipertensi tergantung pada kecepatan denyut

jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resitance (TPR) maka

peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat

menyebabkan hipertensi.

7
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi

medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi

patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi

primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan

prosentase rendah mempunyai penyebab yang khusus

dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab

hipertensi sekunder baik endogen maupun eksogen. Bila

penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada

pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.

a; Hipertensi primer (essensial)

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi

essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi

essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa

mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi

initelah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas

menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering

turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan

bahwa faktorgenetik memegang peranan penting pada patogenesis

hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk

disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik

mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak

karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi

8
keseimbangan natrium, tetapi juga didokumentasikan adanya mutasi-

mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan

nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan

angiotensinogen.

b; Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder

dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi

renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah

penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik

secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau

memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila

penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan

obat yang bersangkutan atau mengobati atau mengoreksi

kondisikomorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap

pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.

4; Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah korda spinalis

dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis

(Smeltzer & Bare, 2001).

9
Pada saat ini neuropreganglion melepaskan asetilkolin yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor sepeti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin,

meskipun tidak bisa diketahui mengapa hal itu bisa terjadi. Pada saat

bersamaan dimana saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin

yang mengakibatkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh

darah. Vasokontriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal

menyebabkan pelepasan renin merangsang pembentukan agiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh kortek adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

5; Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

10
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus

optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan

gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan

patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan

urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah

(BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi

sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan

tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).

Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala

klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri

kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat

kerusakan retina akibat hipertensi,ayunan langkah yang tidak mantap

karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan

akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu

pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-

11
tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

6; Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Berdasarkan Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000), peran faktor –faktor

peningkatan tekanan darah yaitu :

a; Usia

Tekanan darah secara progresiv meningkat dengan bertambahnya usia.

Peningkatan tekanan darah kelihatan 50% pada umur diatas 65 tahun.

b; Tekanan kecemasan

Tekanan arteri yang dipengaruhi oleh faktor ketakutan, kecemasan dan

nyeri sudah lama diketahui. Respon fisiologis terhadap stres yang

merupakan respon proteksi tubuh, dapat berkembang menjadi tingkat

yang patologis. Peningkatan patologis tersebut berkaitan dengan

peningkatan aktifitas Symphatetic Nervous Sistem (SNS) secara

berkepanjangan yang berdampak pada terjadinya vasokonstriksi,

peningkatan heart ratei (HR), dan peningkatan produksi renin.

Peningkatan renin mengaktifasi mekanisme angiotensin dan

meningkatkan sekresi aldosteron, yang keduanya berdampak pada

peningkatan tekanan darah (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000).

Tingkat kecemasan dapat diukur menggunakan State – Trait Anxiety

Inventory (STAI), Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) da 100

mm Visual Analog Scale (VAS).

c; Jenis kelamin

12
Hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki dewasa muda dan umur

pertengahan. Setelah usia 55 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada

wanita.

d; Etnis/suku bangsa

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang

berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada

orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan

sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.

e; Riwayat keluarga

Tekanan darah berhubungan erat dengan keluarga, meskipun hal ini tidak

diketahui penyebabnya dengan pasti. Dalam penelitian tentang hubungan

antara tekanan darah sistolik-diastolik dengan faktor keluarga, ditemukan

bahwa sekitar 20% - 40% pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga

dengan hipertensi. Keadaan tersebut dimungkinkan karena faktor gen

atau polygenic yang menyebabkakkn kerusakan pada ginjal, sehingga

terjadi retensi garam dan air. Pada kasus terbanyak, hipertensi terjadi

selain atas peran gen juga atas faktor interaksi antara gen, lingkungan dan

faktor demografi.

f; Status obesitas

Penambahan berat badan dihubungkan dengan hipertensi pada beberapa

pasien. Resiko terbesar pada kegemukan di pusat abdomen. Untuk

mengetahui berat badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai

berikut : BB ideal = (Tinggi Badan – 100) – 10% (Tinggi Badan – 100).

Batas ambang yang diperoleh adalah ± 10%.Bila lebih dari 10%

13
dikategorikan kegemukan dan bila di atas 20% sudah terjadi obesitas

(Azwar, 2004).

g; Riwayat merokok

Merokok lebih besar meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah yang

berperan pada peningkatan tekanan darah.

h; Aktifitas

Aktifitas fisik secara teratur dapat membantu mengontrol berat badan dan

menekan terjadinya resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada

orang dengan tekanan darah normal, peningkatan aktifitas akan

menghambat pelepasan renin oleh ginjal. Hipertensi primer diperkirakan

berhubungan dengan rendahnya level aktifitas renin dalam plasma

(Plasma Renin Activity/PRA). Sekitar 31% pasien dengan hipertensi

primer memiliki PRA rendah, 50% memiliki PRA normal, dan 20%

memiliki PRA tinggi. Tingginya PRA pada individu akan menyebabkan

peningkatan konversi dari angiotensiongen menjadi angiotensin.

Angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol secara langsung,

meningkatkan terjadinya hipertropi vascular, dan menginduksi sekresi

aldosteron.

i; Diabetes mellitus

Abnormalitas glukosa, insulin dan metabolism lipoprotein berperan

dalam pembentukan hipertensi primer beserta komplikasi yang muncul.

Tingginya konsentrasi insulin dalam darah menstimulasi aktifitas sistem

saraf simpatis (Symphatetic Nervous Sistem/SNS) dan merusak vasolitasi

yang diperantarai oleh nitric oxide.Endotel vaskuler diketahui menjadi

14
sumber berbagai substansi vasoaktif.Beberapa orang dengan hipertensi,

respon vasodilastasi terhadap nitric oxide terlambat. Efek penghambat

lain termasuk didalamnya hipertropi vaskuler dan peningkatan reabsorpsi

garam di ginjal.

j; Status sosial ekonomi

Hipertensi banyak terjadi pada tingkat sosial ekonomi yang

rendah.Pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal dapat

mengakibatkan stres. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf

simpatetik.

7; Komplikasi Hipertensi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,

sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin,

2000).

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,

orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah

satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,

15
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta

tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan

(Corwin, 2000).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya

glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema

yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa

darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma. Cairan

16
didalam paru–paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron

disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

Pengukuran tekanan darah dilakukan secara tidak langsung dengan

menggunakan sphygnomanometer dan sebuah kantong dengan cuff,

sphygmomanometer dilingkarkan pada anggota gerak biasanya pada lengan

atas. Sedapat mungkin lengan atas pasien sejajar dengan jantung dan

ditopang. Selanjutnya arteri brachial atau arteri radialis diraba. Pemeriksa

mencatat pada titik denyutan arteri yang hilang, kemudian dilanjutkan

untuk menaikkan cuff sehingga 30 mmHg diatasnya.Cuffi secara bertahap

diturunkan sampai dengan terdengar atau muncul kembali denyutan arteri

brakhialis atau arteri radialis.Angka yang ditunjukkan saat denyutan

tersebut muncul menunjukkan tekanan sistolik. Pemeriksaan tekanan darah

pada ekstrimitas bawah mungkin diperlukan pada situasi tertentu. Teknik

yang digunakan sama seperti pengukuran pada brakhialis, kecuali pada

ekstrimitas bawah yang digunakan adalah arteri popliteal. Tekanan sistolik

pada pengukuran tekanan darah diekstrimitas bawah lebih tinggi 10 – 40

mmHg dibandingkan dengan sistolik pada ekstrimitas atas.

17
8; Intervensi keperawatan untuk hipertensi primer

Pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi primer mencakup data

subyektif dan obyektif, data tersebut antara lain :

a; Data subyektif

Dari riwayat kesehatan sebelumnya hipertensi yang diderita pasien

berkaitan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah, pembuluh darah

serebral, ginjal, penyakit thyroid, diabitus mellitus, gangguan pada

kelenjar hipofisis, kegemukan, dislipidemia, menopause atau terapi

penggantian hormone. Pol kesehatan fungsional koping – tolerasi stres

dikaji adanya pengalaman hidup terhadap stres.

b; Data obyektif

Data pemeriksaan penunjang diagnostic, didapat pemeriksaan kimia

antara lain serum elektrolit abnormal (terutama kalium), peningkatan

Blood Urea Nitronege (BUN), keratin, glukosa, kolesterol dan

trigliserida. Pada EKG ditemukan ischemic dan hipertropi ventrikel kiri.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada hipertensi primer salah

satunya adalah cemas yang berhubungan dengan kompleksitas

manajemen rejimen terapi, kemungkinan komplikasi, dan perubahan

gaya hidup yang dihubungkan dengan hipertensi (Lewis, Heitkemper

dan Dirksen, 2000). Salah satu intervensi keperawatan pilihan untuk

mengatasi cemas yaitu relaksasi.

B; Relaksasi

a; Pengertian Relaksasi

18
Relaksasi adalah salah satu bentuk terapi komplementer dan alternatif

yang berfungsi perawatan diri untuk pengobatan hipertensi primer selain

farmakologis. Hormon stres dipicu oleh respon tubuh dalam melawan

penyakit hipertensi, kecemasan depresi, gangguan tidur pada lansia.

Teknik relaksasi dapat membantu mencegah kerusakan yang terjadi oleh

hormon stres yang dianggap sebagai elemen penting dari perawatan

kesehatan (Physician connects ‘relaxation response’ to mind – body healt,

K. Kersting, 2005)

b; Kegunaan dan manfaat relaksasi

Menurut Agras (dalam Prawitasari 2011), relaksasi dapat digunakan untuk

mengatasi dan mengurangi tekanan darah tinggi, sakit kepala termasuk

migraine. Selain itu relaksasi juga efektif untuk mengatasi insomnia dan

penyakit Renauld yang menyerang sistem vascular. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Irvine et al (1986) menjelaskan bahwa relaksasi lebih

unggul dibandingkan kegiatan fisik ringan dalam mengurangi tekanan

darah tinggi. Untuk pasien post-miokardial infraksion, relaksasi juga dapat

digunakan untuk mengatasi situasi yang membuat tegang, seperti berbicara

di muka public (Gatchel, Gaffney, dan Smith dalam Prawitasari 2011) .

Burn (dalam Subandi.dkk, 2003) melaporkan beberapa keuntungan dari

relaksasi, antara lain:

a; Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang

berlebihan karena adanya stresor.

b; Masalah-masalah yang berhubungan dengan stresor seperti hipertensi,

sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi.

19
c; Mengurangi tingkat kecemasan.

d; Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stres, dan

mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan

kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara dan sebagainya.

e; Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan ketrampilan fisik.

f; Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat

diatasi lebih cepat dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.

g; Kesadaran diri tentang kesadaran fisiologis seseorang dapat meningkat

sebagai hasil latihan relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk

menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan

fisiologis.

h; Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu

dan operasi.

i; Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat

harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol

yang meningkat terhadap reaksi stres.

j; Meningkatkan hubungan interpersonal. Orang yang rileks dalam situasi

interpersonal yang sulit akan lebih berfikir rasional.

Lebih dari 200 penelitian dalam 30 tahun terakhir telah meneliti peran

relaksasi dalam membantu pasien mempersiapkan diri untuk prosedur

bedah dan medis, membantu memulihkan kesehatan. Penelitian

menunjukkan bahwa relaksasi dapat membantu mengatasi stres, nyeri,

depresi, insomnia dan masalah lain yang sering dikaitkan dengan penyakit

dan prosedur pembedahan.

20
Teori keperawatan memaparkan, kecemasan diartikan sebagai kondisi

normal untuk merespon tuntutan kebutuhan yang tidak terpenuhi pada

kondisi seimbang, tubuh akan segera beradaptasi menghilangkan kecemasan

dan mengembalikan kenyamanan tersebut dengan ekanisme koping yang

adaptif. Dalam nursing model “adaptation models”, diungkapkan adaptasi

terhadap stres terkait dengan psikofisik yang diperluas dalam ilmu social dan

perilaku (Roy, 1984 dalam Tommy & Alligood, 2006).

Model adaptasi menjelaskan, manusia yang utuh dan sehat adalah

individu yang mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosial

setiap orang menggunakan koping yang positif maupun negative. Untuk

mampu beradaptasi setiap individu akan berespon terhadap kebutuhan

fisiologi, konsep diri yang positif, mampu memlihara integritas diri, selalu

berada pada rentang sehat sakit untuk memelihara proses adaptasi. Model

adaptasi memandang bahwa kesehatan merupakan keseimbangan dari hasil

koping yang efektif. Pada perkembangannya, saat ini kenyamanan banyak

dirubah secara mendasar dalam konteks, maksud dan kepentingan.

Kenyamanan dimasukkan lebih banyak pada konotasi fisik dengan nilai

ketrampilan dan tujuan keperawatan yang kurang penting (Besel, 2006). Saat

ini perawat lebih tergantung pada terapi fisik dengan perintah dari medis

untuk mengatasi masalah ketidaknyamanan pasien (Besel, 2006).

Berdasarkan model keperawatan, adaptation models, relaksasi dapat

diterapkan sebagai terapi kognitif yang dapat mempengaruhi kecemasan

21
emosi dan pikiran berdamapak pada mekanisme koping-adaptasi, serta

berdampak pada tubuh lain.

Manfaat relaksasi adalah penurunan tekanan darah, penurunan

depresi, mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan tidur, mengurangi

nyeri, penurunan kesulitan pernafasan, meningkatkan percaya diri, dan

meningkatkan relaksasi. (Guided Imagery, 2010)

c; Jenis-Jenis Teknik Relaksasi

Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:

a; Autogenic Training, yaitu suatu prosedur relaksasi dengan

membayangkan (imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada

bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari

kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang

dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian

tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan.

Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang

meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau,

yang tenang dan sebagainya.

b; Progressive Training, adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih

otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak

kaku. Efek yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan

dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang melihat

hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan

mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi

menurun dan demikian sebaliknya.

22
c; Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih

konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang

(memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai fokus

perhatiannya), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil

duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan

pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan

dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan

suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang

yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak

bereaksi terhadap lingkungannya.

d; Prinsip Teknik Relaksasi

a; Teknik relaksasi adalah seni keterampilan dan pengetahuan, sehingga

ketika seseorang berusaha meraih kesehatan lahir batinnya melalui

metode relaksasi, dianjurkan untuk memahami benar, apa yang akan

diupayakan dan apa yang diharapkan dari hasilnya.

b; Relaksasi dapat menjadi suatu kegiatan harian yang rutin, semakin

sering dan teratur teknik relaksasi ini diterapkan maka diri pasienakan

semakin rileks.

e; Kendala Penggunaan Teknik Relaksasi

a; Pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu yang relatif lama

(karena dilakukan berulang-ulang atau tidak hanya sekali).

b; Pelaksanaanya membutuhkan tempat yang kondusif (nyaman dan

tenang).

c; Pasien yang kurang bisa memfokuskan pikiran atau konsentrasinya

dapat menghambat pelaksaan teknik relaksasi.

23
d; Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup banyak.

f; Prosedur Aplikasi Teknik Relaksasi

Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan

beberapa persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan

yang tenang atau tidak mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak

mengikat, perut yang tidak sedang kelaparan atau kekenyangan, serta

tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil posisi tubuh. Bisa pula

ditambahkan aromatherapy dan alunan musik klasik dalam pelaksanaan

teknik relaksasi.

Untuk dapat melakukan teknik relaksasi secara efektif, pasien harus

terlebih dahulu mengenal secara baik bagian-bagian dari tubuhnya.Tubuh

adalah satu kesatuan sistem unik yang terdiri dari beberapa sub-sistem

seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf, sistem rangka,

dan sebagainya.Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan

duduk di lantai atau kursi, berdiri ataupun berbaring yang penting dapat

membawa pasien ke keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk

memperbaiki postur tubuh yang salah.

Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum menerapkan teknik

relaksasi antara lain:

a; Lingkungan Fisik

1; Kondisi ruangan; ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi

harus tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga

memudahkan pasien untuk berkonsentrasi.

24
2; Kursi; dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat

memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan

konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi

yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan

berbaring di tempat tidur

3; Pakaian; saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang

longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi

(kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pinggang) dilepas

terlebih dahulu.

b; Lingkungan yang ada dalam Diri Pasien

Individu harus mengetahui bahwa:

1; Latihan relaksasi merupakan suatu ketrampilan yang perlu

dipelajari dalam waktu yang relatif lama dan individu harus

disiplin serta teratur dalam melaksanakannya.

2; Selama frase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling

sedikit 30 menit setiap hari, selama frase tengah dan lanjut dapat

dilakukan selama 15-20 menit, dua atau tiga kali dalam seminggu.

Jumlah sesion tergantung pada keadaan individu dan stres yang

dialaminya.

3; Ketika latihan relaksasi kita harus mengamati bahwa bermacam-

macam kelompok otot secara sistematis tegang dan rileks

4; Dalam melakukan latihan relaksasi individu harus dapat

membedakan perasaan tegang dan rileks pada otot-ototnya

5; Setelah suatu kelompok otot rileks penuh, bila individu

mengalami ketidaknyamanan, sebaiknya kelompok otot tersebut

25
tidak digerakkan meskipun individu mungkin merasa bebas

bergerak posisinya.

6; Saat relaksasi mungkin individu mengalami perasaan yang tidak

umum, misalnya gatal pada jari-jari, sensasi yang mengambang di

udara, perasaan berat pada bagian-bagian badan, kontraksi otot

yang tiba-tiba dan sebagainya, maka tidak perlu takut; karena

sensasi ini merupakan petunjuk adanya relaksasi. Akan tetapi jika

perasaan tersebut masih mengganggu proses relaksasi maka dapat

diatasi dengan membuka mata, bernafas sedikit dalam dan pelan-

pelan, mengkontraksikan seluruh badan kecuali relaksasi dapat

diulangi lagi.

7; Waktu relaksasi individu tidak perlu takut kehilangan kontrol

karena ia tetap berada dalam kontrol yang dasar

8; Kemampuan untuk rileks dapat bervariasi dari hari ke hari

9; Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan sebagai metode

kontrol diri

C; Teknik Relaksasi Benson

Menurut Benson, bahwa kekuatan mental seseorang mempunyai peran

sangat besar dalam membantu kesembuhan seseorang dari berbagai macam

penyakit.

Tahap relaksasi menurut Herbert Benson :

Langkah 1 :

26
Pilih salah satu kata atau frase singkat yang mencerminkan keyakinan.Frase

sebagai fokus atau penghantar meditasi, perlu memilih arti khusus.

Frase yang bermakna berfungsi:

a; Dapat mengaktifkan keyakinan dan manfaat yang menyertainya dengan

memberikan efek menenangkan yang lebih besar pada pikiran kita

dengan kata-kata netral.

b; Meningkatkan keinginan kita untuk meningkatkan teknik relaksasi

Benson tersebut.

Contoh :

Kalimat-kalimat untuk berdzikir, seperti :Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu

Akbar, Astaghfirullah, asmaul husna. Contoh tersebut seperti saat Bilal

disiksa oleh tuannya dan dibiarkan kehausan di Padang Pasir, muslim pertama

itu tetap mengulang kata “Ahad” sampai tuannya berhenti menyiksa.

Langkah 2 :

Atur posisi yang nyaman, seperti duduk bersila, tangan berada di lulut, atau

berdiri sambil berayun maju mundur dan berdoa. Respons relaksasi Benson

dapat dibangkitkan dengan sikap duduk apapun selama tidak mengganggu

pikiran, tetapi teknik ini sebaiknya tidak berbaring atau duduk sedemikian

sehingga tidak terhanyut tidur.

Langkah 3

Pejamkan mata dengan wajar

Langkah 4

27
Lemaskan otot-otot

Mulailah dari kaki lalu betis, paha, dan perut. Kendurkan semua otot pada

tubuh.

Lemaskan kepala, leher, dan pundak dengan memutar kepala dan mengangkat

pundak perlahan-lahan.Untuk lengan dan tangan ulurkan kemudian

kendurkan dan biarkan terkulai wajar di pangkuan. Jangan memegang lutut

atau kaki atau mengaitkan kedua tangan erat-erat.

Langkah 5

Perhatikan napas dan mulailah dengan menggunakan kata fokus yang berakar

pada keyakinan.

Caranya bernapaslah perlahan-lahan dan wajar tanpa memaksakan

irama.Kemudian mulailah dengan mengulang-ulang dalam hati kata atau frase

yang kita pilih sambil menghembuskan nafas. Sebagai contoh jika

menggunakan kata Allah, tarik nafas perlahan kemudian keluarkan. Pada saat

mengeluarkan nafas, ucapkan Allah dalam hati. Pada saat menarik napas,

pusatkan kesadaran kita pada pengembangan perut, lalu pada pengempisan

perut saat kita menghembuskan napas. Bayangkan perut kita sebagai sebuah

balon yang mengembang kemudian mengempis perlahan. Semakin kita

menyesuaikan teknik relaksasi dengan keyakinan kita, semakin besar

kemungkinan kita menggunakannya secara teratur dan mendapatkan manfaat

sepenuhnya dari faktor keyakinan.

28
Langkah 6

Pertahankan sikap pasif.

Caranya duduk dengan tenang, mengulang-ulang frase atau doa dalam hati,

konsentrasikan pikiran anda.

Jika kita terusik oleh rasa gatal atau pakaian kita, sehingga kita merasa lebih

nyaman untuk meneruskan pengulangan kata atau frase. Dengan praktek

teratur kita dapat belajar mengabaikan pikiran-pikiran yang mengganggu

yang memaksa masuk dalam kesadaran kita termasuk pikiran mengenai

seberapa baik kita mempraktekkan teknik ini dan apakah teknik ini berhasil.

Langkah 7

Lanjutkan untuk jangka waktu tertentu.

Teknik ini dipraktekkan selama 10 atau 20 menit saja. Akan tetapi kita jangan

mengukur sesi dengan pengukur waktu (timer) karena alat ini akan

mengejutkan kita, membuat kita mengantisipasi bunyinya dan pengaruh

semacam ini akan membuyarkan sikap pasif kita. Sebagai gantinya letakkan

jam dinding pada pandangan datar dan intip sesekali ketika kita memikirkan

waktu. Setelah meditasi selesai, duduklah dengan tenang, masih dengan mata

terpejam selama 1 atau 2 menit. Hentikan pengulangan kata-kata fokus,

biarkan pikiran lain masuk ke dalam kesadaran kita sekali lagi. Akhirnya

bukalah mata perlahan-lahan dan duduk dengan tenang selama 1 atau 2 menit

lagi. Jika kita langsung berdiri mungkin akan merasa sedikit pusing, namun

pusing ini tidak berbahaya.

Langkah 8

29
Praktekkan teknik ini dua kali sehari.

Metode ini akan berhasil ketika perut dalam keadaan kosong. Salah satu

alasanya adalah bahwa selama meditasi untuk membangkitkan respon

relaksasi, aliran darah disalurkan ke kulit, otot-otot lengan dan kaki, ke otak

dan menjauhi daerah perut. Akibatnya efeknya akan bersaing dengan proses

pencernaan makanan. Jadi teknik ini tidak maksimal bila dilakukan pada

kondisi perut kenyang.

D; EVIDENBASE

Judul Peneliti Tujuan Metode Hasil

The Impact ofSiti Rokhmah Penelitian iniDesain penelitianRata-rata tekanan


Benson’s Hidayati dilakukan untukmenggunakan Quasi darah sistolik pre
Relaxation on mengetahui Eksperiment .Sampeltest kelompok
Blood Pressure pengaruh relaksasipenelitian sebanyak 46kontrol terjadi
amongst Benson terhadapresponden, terdiri 23penurunan
Elderly penurunan tekananresponden kelompoktekanan darah
Patients with darah pada pasienkontrol dan 236,99 mmHg.
Primary hipertensi kelompok Tekanan darah
Hypertension intervensi.Teknik diastolik pre test
pengambilan sampeldan post test
dengan menggunakankelompok kontrol
simple random terjadi penurunan
sampling. Penelitiansebesar 5,61
ini menggunakan ujimmHg. Terjadi
beda 2 sampel tidakpenurunan
berpasangan tekanan darah
(independent sample t 10,05 mmHg.
test). Data analisisTekanan darah
menggunakan t test. diastolik terjadi
penurunan sebesar
7,33mmHg.

Hasil penelitian

30
menunjukkan ada
perbedaan tekanan
darah sebelum dan
sesudah terapi
The differencesDewi Purwati Penelitian iniDesain penelitian inirelaksasi Benson
blood pressure dilakukan untukmenggunakan pada pasien
before and mengidentifikasi eksperimen semu oneHipertensi. Dilihat
after Benson’s perbedaan tekanangroup pre test postdari hasil analisis
relaxation darah sebelum dantest, jumlah sampel 71uji paired sample
therapy in sesudah terapiresponden denganT-test didapatkan
patients with relaksasi Benson. teknik stratifiedp-value sebesar
hypertension. random sampling.0,0001 < 0,05.
Dalam penelitian ni
peneliti menggunakanHasil penelitian
spynomanometer menunjukkan
digital omron. kebutuhan tidur
sebelum dan
sesudah diberikan
teknik relaksasi
Benson pada
Pengaruh
kelompok
Teknik
perlakuan
Relaksasi Norma Teknik sampling
Penelitian ini signifikansi p =
Benson Risnasari secara purposive
dilakukan untuk 0,003 dan
Terhadap sampling yang
mengetahui kelompok control
Pemenuhan
Kebutuhan Pengaruh Teknikberjumlah 20p= 0,317. Artinya

Tidur Pada Relaksasi Bensonresponden dimana 10pengaruh


Terhadap sebagai control dansignifikan antara
Lansia Quasy lainnya sebagaiRelaksasi Benson
Experiment Pemenuhan
Kebutuhan Tidursubyek. Menganalisisterhadap
Pada Lansia Quasydengan menggunakanpemenuhan
Experiment Wilcoxon Signedkebutuhan tidur.
Rank Test

Ada pengaruh
yang signifikan
tehnik relaksasi
Benson terhadap
penurunan tingkat
stres pada lansia
dengan didapatkan
nilai t hitung
sebesar -3,375
dengan p-value
0,002 (<0,05)

The influence
of Benson Penelitian ini
relaxation bertujuan untukMetode penelitian
mengetahui menggunakan
technique toKadek Oka

31
reduce stressAryana pengaruh tehnikeksperimen semu
level on elderly relaksasi benson(Quasi Experimental)
terhadap dengan pendekatan
penurunan tingkatQuasi Experimental
stres lansia with pretest andHasil uji Wilcoxon
postest control groupsign rank test
design merupakandengan taraf
penelitian yangkesalahan a=0,05
dimaksudkan untukdiperoleh nilai p=
mengetahui ada0,000 yang berarti
tidaknya akibatbahwa ada
sesuatu yangpengaruh yang
dikenakan padasignifikan
subyek selidik. Jumlahpenerapan teknik
subyek yangrelaksasi Benson
digunakan dalamterhadap insomnia
penelitian ini ada 30pada lansia.
The effect of lansia yang terdiri dari
Benson 30 lansia.
relaxation
technique on Penelitian ini
sleep disorders bertujuan untuk
Desain yang
(insomnia) in mengetahui
digunakan dalam
the elderly. Aemilianus pengaruh teknik
penelitian ini adalah
Mau ,relaksasi bensondesain pra
Stefanus terhadap gangguan
eksperimental yaitu
Mendes Kiik,tidur (insomnia)
one group pre test post
Servas Ratupada lansia. test design. Sampel
Banin dalam penelitian ini
berjumlah 20 orang
yang diambil secara
probability atau
random dengan teknik
simple random
sampling.

Pengaruh Retnowati Penelitian iniPenelitian ini Hasil penelitian


kombinasi bertujuan untukmenggunakan menunjukkan ada
relaksasi nafas mengetahui eksperimen semu perbedaan tekanan
dalam dan darah sebelum dan
pengaruh group pre test post
meditasi dzikir sesudah diberikan
terhadap kombinasi test, dengan jumlah kombinasi
tekanan darah relaksasi nafassample 82 responden relaksasi nafas
pada penderita dalam dan meditasidengan teknik dalam dan
Hipertensi dzikir terhadappurposivesampling. meditasi dzikir

32
tekanan darah pada dengan selisih
penderita rata-rata tekanan
Hipertensi darah sistolik
8,44% mmHg dan
rata-rata tekanan
darah diastolik
5,75% mmHg.
Perbedaan tekanan
darah sebelum dan
sesudah diberikan
relaksasi nafas
dalam
menunjukkan
penurunan yang
signifikan p=0.000
(p<0,05)

Uji beda
menggunakan
Wilcoxon
Desain penelitian ini Signed Rank
menggunakan pre Test dengan
Perbedaan Aprillina Penelitian inieksperimen desaign nilai p < 0,05
Tekanan DarahNurhayati
Sebelum dan bertujuan untukdengan jenis one yang berarti ada
Fuad danmengetahui group pre test – post perbedaan yang
Sesudah
Pemberian Ismonah danperbedaan tekanantest design. Jumlah signifikan antara
Teknik Wulandari darah sebelum dansampel 18 responden tekanan darah
Relaksasi Meikawati sesudah pemberiandengan teknik simple sebelum dan
Imajinasi sesudah
teknik relaksasirandom sampling.
Terbimbing pemberian
Pada Pasien imajinasi Penelitian ini
teknik relaksasi
Hipertensi terbimbing padamenggunakan uji
terbimbing pada
pasien hipertensi normalitas Shapiro –
pasien
Wilk yang
menunjukkan p value
< 0,05 maka data
berdistribusi tidak
normal

33
BAB III

METODELOGI

A; Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

Quasi Eksperimentyang bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok

eksperimental untuk perbandingan keefektifitasan antara teknik relaksasi

Bensondengan kelompok kontrol terhadap penurunan tekanan darah sistolik

hipertensi primer. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian simple

random sampling adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan dua kelompok

randomisasi, satu kelompok diberi perlakuan dan kelompok lain sebagai

kontrol, kemudian diobservasi sebelum dan sesudahnya. Cara pengambilan pada

penelitian ini adalah peneliti mengobservasi dan mengukur responden sebelum

dilakukan teknik relaksasi Bensondengan kelompok kontrol kemudian

diobservasi lagi setelah dilakukan teknik relaksasi Benson dan kelompok

34
kontrol (Notoatmodjo, 2005).

Peneliti ingin mengetahui perbedaan efektifitas terapi penderita

hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi teknik relaksasi.

B; APLIKASI

Peneliti menganalisis jurnal awal (“The Impact of Benson’s Relaxation

on Blood Pressure amongst Elderly Patients with Primary Hypertension”)

terlebih dahulu. Jurnal berisikan tentang pengaruh relaksasi Benson terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Presentasi diterima dan

disetujui oleh pihak Asseptor (Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan

RSUD Banyumas).

Selanjutnya, pemilihan responden berdasarkan kriteria tertentu seperti

pasien yang didiagnosa sebagai penderita hipertensi, mampu berkomunikasi

dengan baik, dapat membaca dan menulis huruf latin, dan pasien yang

bersedia berpartisipasi dalam penelitian setuju untuk dilakukan tindakan

terapi relaksasi Benson. Pasien atau responden yang tidak masuk kriteria

adalah pasien yang sedang dalam pengobatan farmakologis hipertensi rutin

dan ada riwayat penyakit jiwa. Penelitian atau aplikasi teknik relaksasi

Benson dilakukan selama + 4 minggu di ruangan Cempaka, Melati, Dahlia

35
dan Edelweis.

Tahap atau role dari terapi foot massage adalah sebagai berikut :

1; Analisis pasien yang akan mendapatkan terapi relaksasi Benson


(Pemilihan pasien dengan gangguan nyeri)
2; Melakukan kontrak dan anamnesa awal (kaji penyakit yang diidap)
3; Meminta inform consent pasien
4; Meminta salah satu dari keluarga untuk memperhatikan dan ikut dalam
melakukan terapi relaksasi Benson
5; Lakukan monitor tekanan darah pre intervensi
6; Terapi relaksasi Benson

1. Pilih salah satu kata atau frase singkat2. Atur posisi yang nyaman, seperti
yang mencerminkan keyakinan. Kalimat-duduk bersila, tangan berada di
kalimat untuk berdzikir, seperti :lulut, atau berdiri sambil berayun
Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar,maju mundur dan berdoa.
Astaghfirullah, asmaul husna.

3; Pejamkan mata dengan wajar 4; Lemaskan otot-otot


mulailah dari kaki lalu betis,
paha, dan perut. Kendurkan
semua otot pada tubuh

36
5; Perhatikan napas dan mulailah6; Pertahankan sikap pasif.
dengan menggunakan kata fokus
Caranya duduk dengan
yang berakar pada keyakinan.
Caranya bernapaslah perlahan- tenang, mengulang-ulang
lahan dan wajar tanpa memaksakan frase atau doa dalam hati,
irama. Kemudian mulailah dengan
konsentrasikan pikiran
mengulang-ulang dalam hati kata
atau frase yang kita pilih sambil anda.
menghembuskan nafas. Sebagai
contoh jika menggunakan kata
Allah, tarik nafas perlahan
kemudian keluarkan. Pada saat
mengeluarkan nafas, ucapkan Allah
dalam hati. Pada saat menarik
napas, pusatkan kesadaran kita
pada pengembangan perut, lalu
pada pengempisan perut saat kita
menghembuskan napas

7; Lanjutkan untuk jangka waktu8; Akhirnya bukalah mata


tertentu. Teknik ini perlahan-lahan dan duduk
dipraktekkan selama 10 atau dengan tenang selama 1
20 menit saja. Setelah
atau 2 menit lagi. Jika kita
meditasi selesai, duduklah
dengan tenang, masih dengan langsung berdiri mungkin
mata terpejam selama 1 atau akan merasa sedikit pusing,
2 menit. Hentikan namun pusing ini tidak
pengulangan kata-kata fokus, berbahaya.
biarkan pikiran lain masuk ke
dalam kesadaran kita sekali
lagi.

7; Lakukan monitor tekanan darah post intervensi


8; Edukasi ulang dan motivasi keluarga untuk mempelajari terapi tersebut

C; Keefektifan Foot Massage

37
Aplikasi atau penerapan jurnal dilakukan di empat ruangan, 2 ruangan

bedah yaitu Dahlia dan Edelweis dan 2 ruang penyakit dalam yaitu Cempaka

dan Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas yang dilakukan pada

tanggal 23 Februari sampai dengan 21 Maret 2015. Kriteria pasien yang

dipilih adalah semua pasien yang berada di ruang tersebut yang mengalami

tekanan darah tinggi. Sedangkan kriteria yang mengugurkan pasien diambil

sebagai relaksasi Benson adalah pasien yang sedang dalam pengobatan

farmakologis hipertensi rutin dan ada riwayat penyakit jiwa. Hasil

observasinya adalah sebagai berikut :

Tingkat Hipertensi Tingkat Hipertensi


NO NAMA PASIEN JK USIA pre-test post – test
sistolik diastolik Sistolik Diastolik
1 STM P 65 160 100 150 100
2 KSN L 55 200 100 180 90
3 KTN L 67 180 90 185 90
4 JMD L 71 170 90 170 90
5 MJN L 60 150 90 140 90
6 TMY P 75 160 100 150 90
7 SM L 72 180 80 170 80
8 NM P 67 170 100 160 90
9 SNH P 60 160 90 160 80
10 JN P 50 150 70 140 60
11 KTM P 73 170 80 160 90
12 SRP L 56 160 80 140 80
13 SCT P 50 150 80 140 70
14 TN P 45 170 85 160 80
15 PRM P 59 150 80 140 90
16 RNM P 71 160 100 150 100
17 WRT P 50 190 100 180 70
18 KRS L 50 170 100 150 80
19 SKR P 52 160 80 130 80
20 NTG L 72 170 80 140 80
21 HDN L 70 180 80 160 70

38
22 SM P 56 175 95 170 85
23 NKM P 72 180 100 170 100

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa setelah pemberian atau dilakukannya

intervensi berupa teknik relaksasi Benson tekanan darah menurun. Teknik

relaksasi Benson dilakukan dengan mempertimbangkan pemberian analgesic

(terapi farmakologi : injeksi ketorolak). Pemijatan dilakukan sebelum injeksi di

berikan. Pasien yang telah dilakukan teknik relaksasi Benson menyatakan bahwa

setelah dipijat pasien merasa lebih rileks, lebih tenang, dan nyeri yang dirasakan

berkurang.

39

Anda mungkin juga menyukai